Kerangka Pemikiran

Tabel 5. Hasil Analisis Structural VAR

Uji

Nilai Kritis

Variabel Uji

1 LnEC → LnCO GDP → LnCO

Menolak H ₀ PPOP → LnCO

2 GDP → LnEC

Menolak H ₀ PPOP → LnEC

Sample: 1971-2011, Variable: 4, Lags: 6 Proses Analisis dengan Software EasyReg International, 2014

Uji pengaruh yang dilakukan mendapatkan hasil null-hypothesis (H 0 ) ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dari variabel konsumsi listrik, pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk terhadap emisi gas rumah kaca. Hal tersebut dapat dilihat dari p-value (0,00001) yang lebih kecil dari pada 0,05, keputusan ini membuktikan hasil uji yang signifikan secara statistik. Selain itu hasil yang signifikan secara statistik juga ditunjukkan Uji pengaruh yang dilakukan mendapatkan hasil null-hypothesis (H 0 ) ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dari variabel konsumsi listrik, pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk terhadap emisi gas rumah kaca. Hal tersebut dapat dilihat dari p-value (0,00001) yang lebih kecil dari pada 0,05, keputusan ini membuktikan hasil uji yang signifikan secara statistik. Selain itu hasil yang signifikan secara statistik juga ditunjukkan

Selanjutnya, uji pengaruh variabel GDP dan PPOP terhadap variabel EC juga memperlihatkan hasil dengan adanya penolakan null-hypothesis pada tingkat signifikansi 5 persen dan 10 persen. Penggunaan uji yang sama melalui p-value dan perbandingan uji Wald dengan nilai kritis, didapatkan hasil uji pengaruh yang signifikan secara statistik. Sehingga hasil ini menunjukkan adanya respon variabel EC terhadap pengaruh yang diberikan oleh variabel GDP dan PPOP. Berdasarkan penelitian sebelumnya, hasil ini konsisten dengan artikel yang disusun oleh Zeshan dan Ahmed (2013) dengan menggunakan model analisis SVAR, mendapatkan kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi peningkatan konsumsi energi.

Terdapat inkonsistensi dengan uji pengaruh menggunakan restricted VAR sebelumnya, hasil analisis melalui SVAR ini menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh kausalitas antara konsumsi listrik dengan pertumbuhan ekonomi, karena hanya pertumbuhan ekonomi saja yang dapat mempengaruhi konsumsi listrik dan tidak sebaliknya. Ini diduga disebabkan dengan lebih tingginya share konsumsi listrik oleh rumah tangga (RT) dibandingkan dengan share konsumsi listrik untuk industri di Indonesia. Data statistik PLN (2011) menguatkan dugaan tersebut yang mencatat lebih tingginya energi terjual konsumsi listrik oleh RT sebesar 65.111,57 gWh dibandingkan konsumsi listrik oleh industri sebesar 54.725,82 gWh. Sehingga lebih rendahnya konsumsi listrik industri ini menyebabkan tidak adanya perubahan pada pertumbuhan ekonomi, seperti diketahui dominasi pemakaian listrik oleh RT tersebut digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari bukan untuk produktivitas (secara ekonomi). Oleh karena itu, hasil uji pengaruh SVAR terbukti signifikansinya yang menyimpulkan hanya ada hubungan satu arah antara konsumsi listrik dan pertumbuhan ekonomi.

Tabel 6. Hasil Analisis Structural VAR (2)

Nilai t-table

Variabel Uji

PPOP → GDP

Menerima H ₀

Sample: 1971-2011, Variable: 4, Lags: 6 Proses Analisis dengan Software EasyReg International, 2014

Secara terpisah, hasil uji pengaruh variabel pertumbuhan penduduk (PPOP) terhadap variabel pertumbuhan ekonomi (GDP) diperlihatkan dalam Tabel 6. Berbeda dengan analisis pengaruh sebelumnya, hubungan pengaruh ini dianalisis melalui uji-t dengan membandingkan t-value dengan nilai t-table. Null-hypothesis ditolak jika t-value lebih besar dibandingkan nilai t-table. Dapat dilihat pada Tabel 4.5, t-value didapat sebesar 1,2821 lebih kecil dibandingkan nilai t-table, baik pada tingkat signifikansi 5 persen (1,684) dan 10 persen (1,303). Sehingga berdasarkan ketentuan analisis uji-t, dapat disimpulkan bahwa uji pengaruh variabel PPOP

terhadap variabel GDP tidak signifikan secara statistik karena H 0 diterima atau tidak ditolak. Hasil ini juga signifikan teori dan konsisten dengan penelitian sebelumnya oleh Shaari, et al. (2013) yang mendapatkan kesimpulan bahwa terdapat kontribusi pengaruh dari jumlah penduduk terhadap perubahan pada konsumsi energi dan konsumsi energi memiliki pengaruh terhadap perubahan pertumbuhan ekonomi (PDB), selanjutnya jumlah penduduk juga merupakan sebuah faktor yang dapat mempengaruhi perubahan PDB.

7.5 Pengaruh Konsumsi Energi Listrik terhadap Emisi Gas Rumah Kaca

Gambar impulse response pada Lampiran 5 memperlihatkan respon emisi gas rumah kaca terhadap shock yang diberikan oleh konsumsi energi listrik. Berdasarkan gambar tersebut, tidak terdapat respon emisi gas rumah kaca terhadap konsumsi energi listrik yang berpengaruh positif dan signifikan secara statistik, walaupun pada tahun ke 10 hampir menunjukkan respon pengaruh yang signifikan.

Hasil analisis ini diduga disebabkan oleh adanya kemungkinan ketersediaan energi nasional di masa mendatang sudah bersumber dari sumber yang terbarukan (renewable sources) dan ramah lingkungan. Sehingga tidak akan menyebabkan bertambahnya intensitas emisi gas rumah kaca. Jadi menurut hasil analisis impulse response ini, tidak terdeteksi adanya respon emisi gas rumah kaca terhadap shock konsumsi energi listrik di 20 tahun yang akan datang.

7.6 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Emisi Gas Rumah Kaca

Respon emisi gas rumah kaca terhadap shock dari perubahan pada pertumbuhan ekonomi ditunjukkan dalam impulse response (lihat Lampiran 5). Pada awalnya di tahun pertama, tidak terdapat respon emisi gas rumah kaca terhadap shock pertumbuhan ekonomi yang signifikan secara statitik. Setelah itu, tahun berikutnya (tahun kedua) menunjukkan respon pengaruh positif dan signifikan, yang menyimpulkan bahwa meningkatnya pertumbuhan ekonomi dapat berpengaruh terhadap meningkatnya intensitas emisi gas rumah kaca.

Akan tetapi respon yang signifikan ini hanya terjadi di tahun kedua saja, sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan di tahun-tahun seterusnya. Hasil ini menunjukkan bahwa shock dari pertumbuhan ekonomi hanya akan dirasakan di jangka pendek. Seperti diketahui bahwa indikator pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi emisi gas rumah kaca adalah aktivitas industri yang saat ini menggunakan bahan bakar fosil sebagai input energi proses produksinya, khususnya bidang kelistrikan. Sehingga jumlah industri di Indonesia yang masih tergolong sedikit dan share konsumsi listrik untuk industri lebih sedikit dibandingkan dengan listrik untuk penduduk. Selain itu, sama seperti sebelumnya bahwa ada kemungkinan input energi dari sumber terbarukan akan digunakan oleh para pelaku industri di masa mendatang. Jadi respon emisi gas rumah kaca terhadap shock pertumbuhan ekonomi tidak terdapat di jangka panjang atau di tahun ketiga dan begitu pula seterusnya.

7.7 Pengaruh Pertumbuhan Penduduk terhadap Emisi Gas Rumah Kaca

Pada grafik impulse response diperlihatkan respon emisi gas rumah kaca terhadap shock dari pertumbuhan penduduk. Pergerakan awal di beberapa tahun ke depan, dari tahun pertama sampai tahun ke 11, belum menunjukkan pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap emisi gas rumah kaca yang secara positif dan signifikan secara statistik. Setelah itu, mulai dari dari tahun ke 12 sampai tahun 18 menunjukkan pengaruh secara positif, tetapi pengaruh yang signifikan secara statistik baru dimulai dari tahun ke 19 serta tahun ke 20, dan mungkin seterusnya.

Hasil tersebut sesuai dengan tren penduduk yang terus meningkat dengan bertambah banyaknya penduduk setiap tahun, walaupun pertumbuhannya turun perlahan. Sehingga respon emisi gas rumah kaca terhadap pertumbuhan penduduk baru akan terdapat di jangka panjang. Ini dikarenakan penduduk yang baru lahir (yang menyebabkan pertumbuhan) di akhir periode penelitian, baru akan terhitung dewasa (sebagai pelaku ekonomi) pada tahun ke 19, 20 dan seterusnya di masa mendatang. Pada masa tersebut sebagai pelaku ekonomi, penduduk telah Hasil tersebut sesuai dengan tren penduduk yang terus meningkat dengan bertambah banyaknya penduduk setiap tahun, walaupun pertumbuhannya turun perlahan. Sehingga respon emisi gas rumah kaca terhadap pertumbuhan penduduk baru akan terdapat di jangka panjang. Ini dikarenakan penduduk yang baru lahir (yang menyebabkan pertumbuhan) di akhir periode penelitian, baru akan terhitung dewasa (sebagai pelaku ekonomi) pada tahun ke 19, 20 dan seterusnya di masa mendatang. Pada masa tersebut sebagai pelaku ekonomi, penduduk telah

7.8 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Konsumsi Energi Listrik

Impulse response menunjukkan respon pertumbuhan ekonomi terhadap shock yang ditimbulkan oleh konsumsi energi listrik. Fenomena responsif dari konsumsi listrik terhadap shock yang diberikan oleh pertumbuhan ekonomi terlihat pada saat permulaan horizon yaitu di tahun pertama. Hanya pada tahun pertama dalam beberapa tahun ke depan yang terdapat pengaruh positif dan signifikan secara statistik, yaitu jika pertumbuhan ekonomi meningkat akan menyebabkan konsumsi listrik meningkat pula.

7.9 Pengaruh Konsumsi Energi Listrik terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Eksistensi pengaruh positif konsumsi listrik terhadap pertumbuhan ekonomi yang signifikan secara statistik terdapat pada tahun ke 7. Sedangkan pada awalnya belum muncul pengaruh yang signifikan maupun yang secara positif, begitu pula untuk beberapa waktu ke depan sampai tahun ke 20.

Secara umum, dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa shock dari konsumsi listrik cenderung tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Ini karena jumlah penduduk diyakini akan terus bertambah, sehingga kebutuhan terhadap energi listrik akan meningkat, lalu akan menyebabkan share daya tersambung listrik untuk rumah tangga menjadi semakin besar dibandingkan share listrik untuk industri dan komersial. Sehingga dalam beberapa periode yang akan datang, konsumsi listrik yang meningkat cenderung tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena peningkatan ini tidak digunakan untuk kepentingan produktif melainkan bersifat kebutuhan konsumtif.

7.10 Pengaruh Pertumbuhan Penduduk terhadap Konsumsi Energi Listrik

Pengaruh positif pertumbuhan penduduk terhadap perubahan konsumsi listrik yang signifikan secara statistik ditunjukkan eksistensinya dalam waktu jangka panjang yaitu pada tahun ke 18, 19, 20 dan kemungkinan seterusnya. Pada horizon jangka panjang tersebut, pertumbuhan penduduk yang meningkat atau jumlah penduduk yang bertambah banyak akan menyebabkan bertambahnya kebutuhan mengkonsumsi listrik.

Ini sangat jelas merupakan hasil impulse response yang universal, rasional dan teoritis. Dalam jangka panjang, pertumbuhan penduduk yang semakin lama semakin meningkat memiliki definisi bahwa pertambahan penduduk akan semakin besar, dengan kata lain jumlah penduduk terus mengalami peningkatan lebih besar daripada sebelumnya. Sehingga pola konsumsi dan kebutuhan terhadap listrik akan berubah menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Jadi ini jelas merupakan shock pengaruh yang nyata untuk merangsang konsumsi listrik merespon pengaruh tersebut.

7.11 Pengaruh Pertumbuhan Penduduk terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Respon pertumbuhan ekonomi terhadap shock pertumbuhan penduduk digambarkan dalam gambar impulse response (lihat Lampiran 5). Keberadaan respon ini hanya terjadi di horizon tahun ke 2 dan tahun ke 5, yang terdapat pengaruh positif shock pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi telah signifikan secara statistik. Horizon selain dari kedua tahun tersebut tidak menunjukkan pengaruh positif dan signifikan. Hasil ini sudah jelas karena peran penduduk sebagai pelaku ekonomi, seseorang yang melaksanakan seluruh aktivitas perekonomian. Jadi pastiya shock penduduk dapat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi.

7.12 Sumber Fluktuasi

a. Fluktuasi Emisi Gas Rumah Kaca Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat pada tahun pertama di masa mendatang, shock

variabel emisi gas rumah kaca dipengaruhi oleh dirinya sendiri sebesar 44 persen, variabel konsumsi energi listrik sebesar 2 persen, pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen dan pertumbuhan penduduk sebesar 48 persen. Pada tahun pertama ini variabel pertumbuhan penduduk merupakan variabel yang memiliki kontribusi pengaruh terbesar dibandingkan variabel lainnya.

Fenomena seperti ini berlanjut sampai 20 tahun mendatang, bahkan kemungkinan untuk di tahun seterusnya. Hal ini diyakini karena jumlah penduduk yang terus bertambah dari tahun ke tahun, walaupun pertumbuhannya perlahan terus menurun. Sehingga penduduk yang semakin bertambah ini diduga mengancam kualitas lingkungan, khususnya emisi gas rumah kaca.

Mengapa variabel konsumsi listrik bukan merupakan shock yang paling berpengaruh terhadap emisi gas rumah kaca di masa mendatang? Ini diduga disebabkan dengan proyeksi akan berkembangnya energi listrik yang berasal dari renewable sources di masa mendatang, Mengapa variabel konsumsi listrik bukan merupakan shock yang paling berpengaruh terhadap emisi gas rumah kaca di masa mendatang? Ini diduga disebabkan dengan proyeksi akan berkembangnya energi listrik yang berasal dari renewable sources di masa mendatang,

Tabel 7. Forecast Error Variance Decomposition Emisi Gas Rumah Kaca Energi Listrik

Horizon Source of Innovation (% contribution in LnCO) (tahun)

20 71 14 1 14 Sample: 1971-2011, Variable: 4, Lags: 6 Proses Analisis dengan Software EasyReg International, 2014

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam beberapa tahun ke depan, diprediksikan perubahan intensitas emisi gas rumah kaca lebih dominan dipengaruhi shock yang diberikan oleh variabel pertumbuhan penduduk dibandingkan dengan shock pengaruh dari variabel konsumsi energi listrik dan pertumbuhan ekonomi, selain dipengaruhi oleh variabel emisi itu sendiri.

b. Fluktuasi Konsumsi Energi Listrik Tabel 8 memperlihatkan besar kontribusi pengaruh (shock) yang menyebabkan

perubahan konsumsi energi listrik di masa mendatang. Pada tahun pertama, variabel konsumsi listrik (EC) dipengaruhi oleh dirinya sendiri sebesar 52 persen, variabel pertumbuhan ekonomi (GDP) sebesar 30 persen dan pertumbuhan penduduk (PPOP) berkontribusi sebesar 18 persen. Ini menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai shock yang kontribusi pengaruhnya paling besar perubahan konsumsi energi listrik di masa mendatang. Pada tahun pertama, variabel konsumsi listrik (EC) dipengaruhi oleh dirinya sendiri sebesar 52 persen, variabel pertumbuhan ekonomi (GDP) sebesar 30 persen dan pertumbuhan penduduk (PPOP) berkontribusi sebesar 18 persen. Ini menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai shock yang kontribusi pengaruhnya paling besar

Tabel 8. Forecast Error Variance Decomposition Konsumsi Energi Listrik

Horizon Source of Innovation (% contribution in LnEC) (tahun)

20 75 13 12 0 Sample: 1971-2011, Variable: 4, Lags: 6 Proses Analisis dengan Software EasyReg International, 2014

Selanjutnya sampai 20 tahun yang akan datang, pertumbuhan penduduk mendominasi shock pengaruh terhadap perubahan konsumsi listrik, ddengan besar kontribusinya diproyeksikan sebesar tiga perempat dari seluruh shock yang dirasakan variabel EC. Hasil proyeksi tersebut terbilang rasional dan tepat, karena memang konsumsi listrik sangat erat kaitannya dengan penduduk yang merupakan user dari energi listrik. Sehingga jumlah penduduk yang semakin bertambah akan menyebabkan kebutuhan terhadap energi listrik terus meningkat.

c. Fluktuasi Pertumbuhan Ekonomi Hasil uji FEVD untuk variabel pertumbuhan ekonomi (GDP) ditampilkan dalam Tabel

9, yang menjelaskan tentang proyeksi share kontribusi pengaruh terhadap variabel GDP untuk

20 tahun ke depan. Variabel pertumbuhan penduduk merupakan variabel yang sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang, yakni dari tahun pertama sampai 20 tahun ke depan. Hasil ini sangat signifikan karena penduduk atau manusia memang 20 tahun ke depan. Variabel pertumbuhan penduduk merupakan variabel yang sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang, yakni dari tahun pertama sampai 20 tahun ke depan. Hasil ini sangat signifikan karena penduduk atau manusia memang

Tabel 9. Forecast Error Variance Decomposition Pertumbuhan Ekonomi

Horizon Source of Innovation (% contribution in GDP) (tahun)

20 51 46 4 0 Sample: 1971-2011, Variable: 4, Lags: 6 Proses Analisis dengan Software EasyReg International, 2014

Jadi berdasarkan hasil analisis sumber flutuasi melalui FEVD di atas, sumber fluktuasi perubahan intensitas emisi gas rumah kaca, konsumsi listrik dan pertumbuhan ekonomi yang paling besar dalam 20 tahun ke depan bersumber dari shock penduduk. Hal ini dikarenakan penduduk merupakan aktor atau pelaku aktivitas perekonomian, sehingga tentu tinggi- rendahnya pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh penduduk. Selain itu yang terkait penelitian ini, penduduk berperan sebagai konsumen energi listrik terbesar dengan dominasi share yang tinggi untuk rumah tangga, oleh karena itu fluktuasi konsumsi listrik dapat dipengaruhi oleh shock penduduk. Seperti diketahui bahwa energi listrik Indonesia tidak ramah lingkungan, Jadi berdasarkan hasil analisis sumber flutuasi melalui FEVD di atas, sumber fluktuasi perubahan intensitas emisi gas rumah kaca, konsumsi listrik dan pertumbuhan ekonomi yang paling besar dalam 20 tahun ke depan bersumber dari shock penduduk. Hal ini dikarenakan penduduk merupakan aktor atau pelaku aktivitas perekonomian, sehingga tentu tinggi- rendahnya pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh penduduk. Selain itu yang terkait penelitian ini, penduduk berperan sebagai konsumen energi listrik terbesar dengan dominasi share yang tinggi untuk rumah tangga, oleh karena itu fluktuasi konsumsi listrik dapat dipengaruhi oleh shock penduduk. Seperti diketahui bahwa energi listrik Indonesia tidak ramah lingkungan,

Perlu diperhatikan bahwa bertambahnya penduduk atau meningkatnya pertumbuhan penduduk akan menyebabkan tingginya intensitas emisi gas rumah kaca dan bertambahnya konsumsi listrik di masa mendatang. Jadi Pemerintah Indonesia sudah seharusnya untuk mengurangi jumlah penduduk atau menekan laju pertumbuhannya. Jika hal itu tidak berhasil dilakukan, maka pemerintah harus mewujudkan peningkatan sumberdaya manusia penduduk melalui pendidikan dan berbagai program terkait lainnya. Walaupun alangkah lebih baiknya, pemerintah mengimplementasikan kedua solusi tersebut dalam penyelesaian permasalahan sektor kependudukan, sehingga tercipta keluarga berencana dan keluarga berkualitas.

8. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, terdapat beberapa kesimpulan yang bisa dirangkum dari hasil analisis pengaruh dan berbagai uji statistik terkait, antara lain sebagai berikut:

1. Konsumsi energi listrik, pertumbuhan ekonomi dan penduduk dapat mempengaruhi perubahan intensitas emisi gas rumah kaca.

2. Pengaruh yang ditimbulkan oleh penduduk terhadap emisi gas rumah kaca merupakan pengaruh yang paling besar dibandingkan dengan pengaruh dari pertumbuhan ekonomi dan konsumsi energi listrik.

3. Tidak terdapat hubungan kausalitas (bi-directional) antara pertumbuhan ekonomi dengan konsumsi energi listrik. Hanya ada hubungan satu arah, yaitu pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi konsumsi energi listrik.

4. Lebih rendahnya konsumsi listrik sektor industri merupakan penyebab tidak adanya perubahan pada pertumbuhan ekonomi. Pemakaian listrik terungkap didominasi oleh rumah tangga, yang digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari bukan untuk produktivitas (secara ekonomi). Oleh karena itu dapat didefinisikan hanya ada hubungan pengaruh satu arah antara konsumsi listrik dan pertumbuhan ekonomi.

5. Uji terhadap variabel penduduk didapatkan bahwa penduduk dapat mempengaruhi perubahan konsumsi energi listrik.

6. Pertumbuhan penduduk tidak dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi.

7. Shock dari konsumsi listrik cenderung tidak berpengaruh terhadap perubahan intensitas emisi gas rumah kaca di beberapa waktu yang akan datang. Sedangkan 7. Shock dari konsumsi listrik cenderung tidak berpengaruh terhadap perubahan intensitas emisi gas rumah kaca di beberapa waktu yang akan datang. Sedangkan

8. Respon konsumsi listrik terhadap shock pertumbuhan ekonomi ditemukan dalam jangka pendek dan shock dari penduduk terdapat di jangka panjang. Selanjutnya, pengaruh penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi dirasakan pada tahun-tahun awal di masa mendatang.

9. Penduduk merupakan kontributor utama dalam mempengaruhi fluktuasi perubahan pada intensitas emisi gas rumah kaca, besar konsumsi listrik dan pertumbuhan ekonomi dalam 20 tahun ke depan. Persentase besar kontribusi variabel penduduk yang didapat lebih dari 50 persen, sehingga pengaruh besar shock penduduk terhadap fluktuasi variabel penelitian lain ini menjadi perhatian utama di masa depan.

10. Penduduk berperan sebagai aktor dalam segala aktivitas perekonomian, sehingga dapat mempengaruhi tinggi-rendahnya pertumbuhan ekonomi ke depan. Pengaruh penduduk terhadap besar konsumsi listrik masa mendatang merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang dimaksud dengan berperan sebagai konsumen. Lalu perubahan besar konsumsi listrik oleh penduduk ini akan berdampak pada fluktuasi emisi gas rumah kaca. Jadi jelas penduduk merupakan shock dan kontributor utama yang sangat berpengaruh di masa yang akan datang.

9. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan, maka terdapat beberapa saran untuk menyelesaikan masalah, antara lain sebagai berikut:

1. Hasil estimasi mendapatkan bahwa konsumsi listrik tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena share listrik yang lebih besar pada sektor rumah tangga dan ini tidak produktif. Karena itu, pemerintah perlu mendorong tingkat investasi untuk memunculkan industri dan pabrik baru, sehingga pemerintah akan menambah share listrik untuk sektor industri.

2. Peningkatan produksi listrik yang akan diusahakan pemerintah ini tentu sudah seharusnya merupakan energi listrik yang diproduksi dari pembangkit dengan input energi renewable sources, yang secara bersamaan sebagai solusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Jadi terdapat beberapa keuntungan dari pengembangan energi terbarukan, yaitu dapat mengatasi defisit produksi listrik, dapat menurunkan intensitas 2. Peningkatan produksi listrik yang akan diusahakan pemerintah ini tentu sudah seharusnya merupakan energi listrik yang diproduksi dari pembangkit dengan input energi renewable sources, yang secara bersamaan sebagai solusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Jadi terdapat beberapa keuntungan dari pengembangan energi terbarukan, yaitu dapat mengatasi defisit produksi listrik, dapat menurunkan intensitas

3. Sumber energi terbarukan dinilai merupakan solusi yang paling tepat dan rasional menimbang kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia. Persentase produksi energi listrik Indonesia yang berasal dari sumber terbarukan pada tahun 2011 hanya sebesar 7,53 persen dari total keseluruhan produksi energi listrik (Statistik PLN, 2011). Ironisnya, angka tersebut masih sangat kecil jika dilihat dari sisi ketersediaan sumber daya alam yang berlimpah. Sumber energi terbarukan yang dapat berpotensi berkembang di Indonesia antara lain panas bumi (geothermal), air (hydropower), surya (solar), bayu (wind), dan biomassa. Oleh karena itu, usaha memaksimalkan penggunaan renewable sources di bidang energi listrik merupakan salah satu kebijakan efektif yang harus dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.

4. Solusi untuk mengatasi pengaruh lainnya seperti jumlah penduduk adalah dengan menekan laju pertumbuhan penduduk agar tidak cepat bertambah banyak, melalui penciptaan berbagai program seperti memaksimalkan dua program KB, yaitu keluarga berencana dan keluarga berkualitas.

5. Seperti kita ketahui penduduk merupakan pengguna energi listrik, sehingga dengan bertambahnya penduduk maka juga bertambah pula kebutuhan listrik yang harus tersedia. Jika sumber energi masih berbahan bakar fosil akan menyebabkan kenaikan intensitas emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, maksimalisasi sumber-sumber terbarukan juga menjadi solusi efektif jika laju pertumbuhan penduduk tidak terbendung.

6. Solusi lain adalah dengan meningkatkan human capital penduduk. Sehingga dengan tingginya pertumbuhan penduduk atau banyaknya penduduk bukan menjadi masalah terhadap ekonomi dan lingkungan, bahkan akan berdampak positif. Bidang pendidikan harus dijadikan perhatian utama pemerintah, naikkan share anggaran untuk pendidikan, pelatihan dan berbagai program edukatif lainnya, tentunya dengan memaksimalkan penggunaan anggarannya yang tepat sasaran.

10. Referensi

Al-Hasibi, R.A. (2010). “Peran Sumber Energi Terbarukan dalam Penyediaan Energi Listrik dan Penurunan Emisi CO 2 di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika. Vol. 13, No. 2: 155-164.

Aliasuddin (2009). Exchange Rate Shocks and the Effectiveness of Macroeconomic Policies in Malaysia. Ph.D. Dissertation, Universiti Putra Malaysia.

Badan Pusat Statistik (2006). Statistik 60 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta. Bierens, H.J. (2012). VAR: Guided Tour. EasyReg International, Pennyslvania, USA.

( http://econ.la.psu.edu/~hbierens/EasyRegTours/VAR.HTM ) Carbon Dioxide Information Analysis Center (2013). Recent Greenhouse Gas

Concentrations. (http://cdiac.ornl.gov/pns/current_ghg.html) Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan Republik Indonesia (2014). Data

Pokok APBN

(http://www.anggaran.depkeu.go.id /dja/acontent/Data%20Pokok%20APBN%202013.pdf)

2007-2013.

Jakarta.

Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (2011). Statistik Ketenagalistrikan. Jakarta.

Elinur, et al. (2010). “Perkembangan Konsumsi dan Penyediaan Energi dalam Perekonomian Indonesia”. Indonesian Journal of Agricultural Economics. Vol. 2 : 97–119.

Enders, W. (2004). Applied Econometric Time Series. Second Edition, Wiley International Edition, USA.

Field, B.C. dan M.K. Field (2002). Environmental Economics, an Introduction. Third Edition, Mc-Graw Hill, New York, USA.

Goodstein, E.S (2014). Economics and the Environment. Seventh Edition, Wiley, USA. Idris (2012). “Environmental Kuznets Curve Bukti Empiris Hubungan antara Pertumbuhan

Ekonomi dan Kualitas Lingkungan di Indonesia”. Seminar Nasional dan Call For Papers. ISBN: 978-979-3649-65-8.

Juanda, B. dan Junaidi (2012). Ekonometrika Deret Waktu, Teori dan Aplikasi. IPB Press, Bogor.

Lean, H.H. and R. Smyth (2009). “CO₂ Emissions, Electricity Consumption and Output in

Asean”. Development Research Unit Discussion Paper (DEVDP). 09-13. Mallia, E. dan G. Lewis (2012). “Life Cycle Greenhouse Gas Emissions of Electricity

Generation in the Province of Ontario, Canada”. International Journal Life Cycle Assessment, Springer. Vol. 18 : 377–391.

Mankiw, N.G. (2010). Principles of Economics. International Edition, 6 th Edition, South- Western Cengage Learning, Canada. Pao, H.T. dan C.M. Tsai (2010). “CO 2 Emissions, Energy Consumption and Economic Growth

in BRIC Countries”. Energy Policy, Elsevier. Vol. 38 : 7850 – 7860. (2011a). “Modeling and Forecasting the CO 2 Emissions, Energy

Consumption and Economic Growth in Brazil”. Energy, Elsevier. Vol. 36 : 2450– 2458.

(2011b). “Modeling the CO 2 Emissions, Energy Use and Economic Growth in Russia”. Energy, Elsevier. Vol. 36 : 5094–5100.

Perusahaan Listrik Negara (2009). Laporan Tahunan 2008. Jakarta. _____________________ (2012a). Laporan Tahunan 2011. Jakarta. _____________________ (2012b). Statistik PLN 2011. Jakarta.

_____________________ (2013). Laporan Tahunan 2012. Jakarta. Samuelson, P.A. dan W.D. Nordhaus (2005). Ilmu Makroekonomi. Edisi Ketujuhbelas, PT.

Media Global Edukasi, Jakarta. Shaari, M.S., H.A. Rahim dan I.M.A. Rashid (2013). “Relationship Among Population, Energy

Consumption and Economic Growth in Malaysia”. The International Journal of Social Science. Vol. 13, No. 1 : 39-45.

Sukirno, S. (2004). Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Suparmoko, M. (2008). Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Suatu Pendekatan Teoritis. Edisi 4 Revisi, BPFE, Yogyakarta.

Tang, C.F. dan E.C. Tan (2012). “Exploring The Nexus of Electricity Consumption, Economic Growth, Energy Prices and Technology Innovation in Malaysia”. Applied Energy,