Pembangunan Modal Sosial : Keberadaan Kegiatan Pelatihan Ikan Pora-Pora Bagi Masyarakat Miskin dan Pengangguran Oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial di Desa Silalahi I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

(1)

Pembangunan Modal Sosial :

Keberadaan Pelatihan dan Pengolahan Ikan Pora – Pora bagi Masyarakat Miskin dan Pengangguran oleh Dinas Tenaga Kerja

dan Sosial di Desa Silalahi I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

SKRIPSI

100901072 JULIAH KAROLIA P

Departemen Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, atas segala limpahan rahmad dan hidayahn-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Pembangunan Modal Sosial : Keberadaan Kegiatan Pelatihan Ikan Pora-Pora Bagi Masyarakat Miskin dan Pengangguran Oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial di Desa Silalahi I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi” disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Secara ringkas skripsi ini mendeskripsikan tentang hubungan keberadaan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora dengan masyarakat miskin dan pengangguran sehingga membentuk jaringan sosial untuk meningkatkan pendapatn dan taraf kehidupan lebih baik yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik berupa ide, semangat, doa, bantuan moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta Ayah saya Sy. Pinayungan dan Ibu saya R. br Berutu yang telah melahirkan dan membesarkan serta mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Akhirnya inilah yang dapat saya berikan sebagai tanda ucapan terimakasih dan tanda bakti saya.


(3)

Dalam penulisan ini penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara serta selaku dosen wali saya sejak tahun 2014.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku ketua Departemen Sosiologi dan dosen penguji skripsi yang telah bersedia menjadi penguji skripsi ini dan telah memberi masukan-masukan dalam perbaikan skripsi ini.

3. Drs. Muba Simanihuruk, selaku Sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Junjungan Simanjuntak, M.Si selaku dosen wali penulis sejak tahun 2010 hingga 2014 yang telah bersedia membimbing penulis sejak awal hingga akhir perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. RizaBuana Ismail, M.Phil,.Ph.D, selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, ide-ide dan pemikiran dalam membimbing penulis dari awal hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Linda Elida, Msi selaku dosen penguji yang telah bersedia menjadi penguji skripsi ini dan telah memberi masukan-masukan dalam perbaikan skripsi ini.

7. Segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Kak Fenni Khairifa dan Kak Betty


(4)

yang telah cukup banyak membantu penulis selama masa perkuliahan dalam hal administrasi.

8. Bapak Sy. Pinayungan dan Ibu R. br Berutu yang saya sayangi, yang telah mencurahkan kasih sayangnya tiada terhingga dan tiada batasnya kepada saya, selalu memberikan doa dan nasehat, dan mendidik saya serta dukungan moril maupun materil kepada saya selama perkuliahan.

9. Saudara-saudara saya, Jan Bakti Pinayunga dan Yana Ramadhani Sagala yang saya sayangi yang selalu memberikan doa dan nasehat.

10.Saudara-saudara dan sahabat-sahabat baik penulis yang senantiasa bekerja sama selama perkuliahan, Evi (Sos 10), Marlina (Sos 10), dan Melisa (Sos 10) yang selalu memberi dukungan dan doanya.

11.Teman-teman “Begumit” (Rohana (Sos 10), Desmira (Sos 10), Adian (Sos 10), Seha Dinggit (Sos 10), Yoga (Sos 10), Nurma (Sos 10), Debora (Sos 10), Agusta (Sos 10), Angel (Sos 10), Heppy (Sos 10), dan Yohana (Sos 10)) yang telah memberi warna baru kepada saya selama perkuliahan dengan semua canda dan tawa yang ada.

12.Teman-teman Sosiologi 2010, terkhusus Syarifah (Sos 10), Dewi Septria (Sos 10), Afriyani (Sos 10), Aditya Fritama (Sos 10), Prayugo (Sos 10), Habib (Sos 10), Fahmi (Sos 10), Febri (Sos 10), Natalia ( Sos 10), Irma (Sos 10), dan Sonya (Sos 10).

13.Kak almh Siti Maryam Hutabarat (Sos 07) yang telah banyak membantu penulis dalam berdiskusi diawal masuk perkuliahan.

14.Bang Reza (Sos 07) yang telah banyak membantu penulis dalam berdiskusi hingga penulis dapat menyelesaikan penelitian.


(5)

15.Septiana Putri Lubis (Sos 10) dan Aris Prasetyo (Sos 10), atas perhatian, dukungan, waktu, motivasi yang diberikan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan penelitian.

16.Bapak dan Ibu pegawai Dinas Tenaga Kerja yang telah memberikan informasi yang sangat dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini, serta atas waktu dan kesediaan yang telah diberikan kepada peneliti.

17.Para Responden yang telah banyak membantu memberikan informasi yang sangat dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini, serta atas waktu dan kesediaan para responden.

Penulis merasa bahwa dalam penulisan skripsi masih terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun demi perbaikan tulisan ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, harapan saya agar tulisan ini dapat berguna bagi pembacanya, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan, November 2014 (Penulis)

NIM : 100901072


(6)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Pembangunan Modal Sosial : Keberadaan Pelatihan dan Pengolahan Ikan Pora-Pora Bagi Masyarakat Miskin dan Pengangguran Oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial di Desa Silalahi I, Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi” berawal dari ketertarikan penulis terhadap kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial dalam meningkatkan pengetahuan dan taraf kehidupan masyarakat khususnya masyarakat miskin dan pengangguran di Desa Silalahi I. Dimana pada Desa Silahi I masyarakat yang merupakan masyarakat miskin dan pengganguran mencapai 40 % dari jumlah penduduk. Kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora merupakan strategi dalam pembangunan modal sosial yang berguna untuk mempertahankan kehidupan khsusunya bagi masyarakat miskin dan pengangguran. Selain itu, pembangunan modal sosial juga berguna untuk menciptakan tenaga kerja yang mampu menghadapi persaingan global serta bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan berlandaskan pada kemampuan dan mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian korelasional merupakan penelitian bertujuan untuk menghubungkan antar variabel-variabel yang ada. Dalam penelitian ini, variabel yang akan diliht korelasinya yaitu hubungan antara keberadaan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora dengan masyarakat miskin dan pengangguran. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat miskin dan pengangguran yang mengikuti program pelatihan yaitu 75 orang. Dalam hal ini peneliti memilih sampel yaitu anggota peserta yang telah mengikuti kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora yang dilakukan di Desa Silalahi I Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi. Dimana 75 orang tersebut merupakan sampel dalam penelitian ini, hal ini karena dalam penelitian ini teknik penarikan sampelnya menggunakan total sampling, dimana keseluruhan populasi menjadi sampel dalam penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara keberadaan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora dengan masyarakat miskin dan pengangguran sehingga dapat membentuk jaringan sosial. Perkembangan ini dapat dilihat melalui usaha kerja sama dan interaksi yang dilakukan oleh anggota peserta pelatihan untuk mempromosikan dan menjual hasil olahan melalui media massa yaitu dari acara PRSU dan acara tahunan yang dilaksanakan di Desa Silalahi I. Setelah adanya kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora tersebut dan masyarakat yangmengikuti pelatihan aktif dalam berbagai kegiatan, pendapat dan taraf kehidupan masayarakt di Desa Silahi I mengalami peningkatan kearah yang lebih baik. Dengan adanya kegiatan dan melalui pelatihan ikan pora-pora mampu menekan tingkat kemiskinan dan pengangguran di Desa Silalahi I dengan adanya membuka peluang usaha dalam mengolaha ikan pora-pora menjadi hasil olahan. Dinas Tenaga Kerja dan Sosial sebagai pembentuk kegiatan pelatihan ini sudah memberikan pengetahuan untuk memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki.


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 10

1.4.2 Manfaat Praktis ... 10

1.5 Kerangka Teori ... 10

1.5.1 Teori Modal Sosial ... 10

1.5.2 Teori Pilihan Rasional ... 12

1.6 Hipotesis ... 13

1.7 Defenisi Konsep ... 14

1.8 Operasional Variabel ... 23

1.9 Bagan Operasional Variabel ... 26

1.10 Defenisi Variabel dan Indikator yang digunakan ... 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Jenis Penelitian ... 36

3.2 Lokasi Penelitian ... 36

3.3 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 37

3.3.1 Populasi ... 37

3.3.2 Sampel ... 37

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.4.1 Data Primer ... 38

3.4.2 Data Sekunder ... 38

3.5 Instrumen dan Aspek Pengukuran ... 39

3.5.1 Instrumen ... 39

3.5.2 Aspek Pengukuran ... 39

3.6 Teknik Analisis Data ... 40

3.7 Jadwal Penelitian ... 41

3.8 Keterbatasan Penelitian... 41

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN ANALISIS DATA PENELITIAN .. 43

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ... 43

4.1.1 Keadaan Geografis Desa ... 43

4.1.2 Luas Wilayah Desa Menurut Penggunaannya ... 44

4.1.2.1 Sarana dan Prasarana Desa... 44

4.1.3 Kegiatan Pelatihan dan Pengolahan Ikan Pora-Pora ... 51

4.1.4 Dinas Tenaga Kerja dan Sosial ... 58

4.2 Hasil Penelitian dan Analisis data ... 59


(8)

4.2.1.1 Identitas Responden ... 59

4.2.2 Tanggapan Responden tentang Kegiatan Pelatihan dan Pengolahan Ikan Pora-Pora ... 66

4.2.3 Analisis Uji Statistik Korelasi tentang Hubungan Kegiatan pelatihan dan pengolahan Ikan Pora-Pora dengan Masyarakat Miskin dan Pengangguran ... 72

4.2.3.1 Analisis Uji Statistik Korelasi ... 72

4.2.4 Analisis Pelatihan (X1) terhadap Masyarakat Miskin (Y1) 76 4.2.5 Analisis Pelatihan (X1) terdahap Masyarakat Pengangguran (Y2) ... 84

4.2.6 Analisis Pelatihan (X1) terhadap Pembentukan Jaringan Sosial (Y3) ... 88

4.2.7 Analisis Pengolahan (X2) terhadap Masyarakat Miskin (Y1) ... 95

4.2.8 Analisis Pengolahan (X2) terhadap Masyarakat Pengangguran (Y2) ... 99

4.2.9 Analisis Pengolahan (X3) terhadap Pembentukan Jaringan Sosial (Y3) ... 103

4.2.10 Uji Analisis Statistik Crosstab ... 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 122

5.1 Kesimpulan ... 122

5.2 Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 127 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Sarana Kesehatan Desa Silalahi I ... 45

Tabel 4.2 Data Sarana Pendidikan Formal Desa Silalahi I ... 45

Tabel 4.3 Data Sarana Peribadatan Desa Silalahi I ... 46

Tabel 4.4 Data Struktur Mata Pencaharian Penduduk Desa Silalahi I ... 48

Tabel 4.5 Data Struktur Mata Pencaharian Penduduk Desa SIlalahi I ... 49

Tabel 4.6 Data Kondisi Perumahan Desa Silalahi I ... 49

Tabel 4.7 Data Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Silalahi I ... 51

Tabel 4.8 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

Tabel 4.9 Identitas Responden Berdasarkan Usia ... 60

Tabel 4.10 Identitas Responden Berdasarkan Agama ... 61

Tabel 4.11 identitas Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 61

Tabel 4.12 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 62

Tabel 4.13 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 63

Tabel 4.14 Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 64

Tabel 4.15 Identitas Reponden Berdasarkan Pendapatan Setiap Bulan ... 65

Tabel 4.16 Identitas Responden Berdasarkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelatihan Ikan Pora-Pora ... 67

Tabel 4.17 Identitas Responden Berdasarkan Pengetahuan Masyarakat dalam Pengolahan Ikan Pora-Pora ... 68

Tabel 4.18 Identitas Responden Berdasarkan Masyarakat Miskin dan Pengangguran dalam Membentuk Jaringan Sosial di Desa Silalahi I ... 69

Tabel 4.19 Identitas Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat Miskin terhadap Pelatihan dan Pengolahan Ikan Pora-Pora ... 71

Tabel 4.20 Identitas Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat Pengangguran terhadap Pelatihan dan Pengolahan Ikan Pora-Pora ... 71

Tabel 4.21 Korelasi Variabel Kegiatan Pelatihan dan Pengolahan Ikan Pora-Pora dengan Variabel Masyarakat Miskin dan Pengangguran ... 73

Tabel 4.22 Data Responden Berdasarkan Kegiatan Pelatihan ... 76

Tabel 4.23 Data Responden Berdasarkan Masyarakat Miskin dalam Pelatihan ... 79

Tabel 4.24 Hubungan Pelatihan Ikan Pora-Pora dengan Masyarakat Miskin... 82

Tabel 4.25 Data Responden Berdasarkan Masyarakat Pengangguran dalam Pelatihan ... 84

Tabel 4.26 Hubungan Pelatihan Ikan Pora-Pora dengan Masyarakat Pengangguran ... 86

Tabel 4.27 Data Responden Berdasarkan Pembentukan Jaringan Sosial dalam Pelatihan ... 89

Tabel 4.28 Hubungan Pelatihan Ikan Pora-Pora dengan Pembentukan Jaringan Sosial ... 93

Tabel 4.29 Data Responden Berdasarkan Pengolahan Ikan Pora-Pora Oleh Masyarakat Miskin ... 95

Tabel 4.30 Hubungan Pengolahan Ikan Pora-Pora dengan Masyarakat Miskin ... 98

Tabel 4.31 Hubungan Pengolahan Ikan Pora-Pora dengan Masyarakat Pengangguran ... 101

Tabel 4.32 Hubungan Pengolahan Ikan Pora-Pora dengan Pembentukan Jaringan Sosial ... 105

Tabel 4.33 Data Hubungan Umur Responden dengan Alasan Mengikuti Pelatihan Ikan Pora-Pora ... 108


(10)

Tabel 4.34 Data Hubungan Umur Responden dengan Sudah Mampu Mengolah Ikan Pora-Pora Sendiri ... 109 Tabel 4.35 Data Hubungan Umur Responden dengan Kegiatan Ini Dapat Mengurangi Tingkat Kemiskinan ... 111 Tabel 4.36 Data Hubungan Umur Responden dengan Pelatihan Ini Dapat Mengurangi Tingkat Pengangguran... 112 Tabel 4.37 Data Hubungan Umur Responden dengan hubungan Antara Pemerintah dan Peserta Dapat Meningkatkan Taraf Kehidupan Anda ... 114 Tabel 4.38 Data Hubungan Pendidikan Responden dengan Alasan Mengikuti Pelatihan Ikan Pora-Pora ... 115 Tabel 4.39 Data Hubungan Pendidikan Responden dengan Sudah Mampu Mengolah Ikan Pora-Pora Sendiri ... 116 Tabel 4.40 Data Hubungan Pendidikan Responden dengan Kegiatan Ini Dapat Mengurangi Tingkat Kemiskinan ... 117 Tabel 4.41 Data Hubungan Pendidikan Responden dengan Pelatihan Ini Dapat Mengurangi Tingkat Pengangguran... 118 Tabel 4.42 Data Hubungan Pendidikan Responden dengan hubungan Antara Pemerintah dan Peserta Dapat Meningkatkan Taraf Kehidupan Anda ... 120


(11)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Pembangunan Modal Sosial : Keberadaan Pelatihan dan Pengolahan Ikan Pora-Pora Bagi Masyarakat Miskin dan Pengangguran Oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial di Desa Silalahi I, Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi” berawal dari ketertarikan penulis terhadap kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial dalam meningkatkan pengetahuan dan taraf kehidupan masyarakat khususnya masyarakat miskin dan pengangguran di Desa Silalahi I. Dimana pada Desa Silahi I masyarakat yang merupakan masyarakat miskin dan pengganguran mencapai 40 % dari jumlah penduduk. Kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora merupakan strategi dalam pembangunan modal sosial yang berguna untuk mempertahankan kehidupan khsusunya bagi masyarakat miskin dan pengangguran. Selain itu, pembangunan modal sosial juga berguna untuk menciptakan tenaga kerja yang mampu menghadapi persaingan global serta bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan berlandaskan pada kemampuan dan mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian korelasional merupakan penelitian bertujuan untuk menghubungkan antar variabel-variabel yang ada. Dalam penelitian ini, variabel yang akan diliht korelasinya yaitu hubungan antara keberadaan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora dengan masyarakat miskin dan pengangguran. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat miskin dan pengangguran yang mengikuti program pelatihan yaitu 75 orang. Dalam hal ini peneliti memilih sampel yaitu anggota peserta yang telah mengikuti kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora yang dilakukan di Desa Silalahi I Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi. Dimana 75 orang tersebut merupakan sampel dalam penelitian ini, hal ini karena dalam penelitian ini teknik penarikan sampelnya menggunakan total sampling, dimana keseluruhan populasi menjadi sampel dalam penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara keberadaan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora dengan masyarakat miskin dan pengangguran sehingga dapat membentuk jaringan sosial. Perkembangan ini dapat dilihat melalui usaha kerja sama dan interaksi yang dilakukan oleh anggota peserta pelatihan untuk mempromosikan dan menjual hasil olahan melalui media massa yaitu dari acara PRSU dan acara tahunan yang dilaksanakan di Desa Silalahi I. Setelah adanya kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora tersebut dan masyarakat yangmengikuti pelatihan aktif dalam berbagai kegiatan, pendapat dan taraf kehidupan masayarakt di Desa Silahi I mengalami peningkatan kearah yang lebih baik. Dengan adanya kegiatan dan melalui pelatihan ikan pora-pora mampu menekan tingkat kemiskinan dan pengangguran di Desa Silalahi I dengan adanya membuka peluang usaha dalam mengolaha ikan pora-pora menjadi hasil olahan. Dinas Tenaga Kerja dan Sosial sebagai pembentuk kegiatan pelatihan ini sudah memberikan pengetahuan untuk memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki.


(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan modal sosial adalah masalah penting yang sering dibicarakan terutama dalam pemerintahan maupun dalam organisasi sosial, dimana pembangunan modal sosial berguna untuk mempertahankan kehidupan khususnya bagi masyarakat miskin dan masyarakat pengangguran. Selain itu pembangunan modal sosial berguna untuk menciptakan tenaga kerja yang mampu menghadapi persaingan global. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Kesejahteraan ingin dicapai dan membangun harkat dan sesuai martabat kemanusiaan dengan berlandaskan pada kemampuan dan mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Manusia yang bermartabat tidak akan puas dengan kehidupan pada belas kasihan orang lain, tidak ingin tergantung pada orang lain. Paradigma yang tidak pernah berubah adalah kebutuhan akan lapangan pekerjaan. Tantangan utama pembanguan yang merupakan masalah ekonomi dan sosial yaitu banyaknya tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan. Namun nampaknya banyak tantangan yang dihadapi seperti, tatanan sosial dan budaya yang sangat kuat ikatan-ikatan tradisional, lemahnya solidaritas antara kelompok-kelompok dalam masyarakat, keterbatasan akan pengetahuan, lembaga-lembaga dan pranata-pranata yang dibutuhkan untuk pembangunan belum berkembang, justru menjadi penghalang baik lembaga ekonomi sosial, politik, hukum serta sikap pemerintah dan birokrasi yang acuh tak acuh dan tidak terpanggil untuk berpihak dan memberi perhatian kepada masalah sosial terutama yang menyangkut rakyat kecil.


(13)

Modal sosial adalah konsep yang muncul dari hasil interaksi di dalam masyarakat dengan proses yang lama. Meskipun interaksi terjadi karena berbagai alasan, orang-orang berinteraksi, berkomunikasi, dan kemudian menjalin kerjasama pada dasarnya dipengaruhi oleh keinginan untuk berbagi cara untuk mencapai tujuan bersama yang tidak jarang berbeda dengan tujuan dirinya sendiri. Keadaan ini terutama terjadi pada interaksi yang berlangsung lama. Interaksi semacam ini melahirkan modal sosial berupa ikatan-ikatan emosional yang menyatukan orang untuk mencapai tujuan bersama, yang kemudian menumbuhkan kepercayaan dan keamanan yang tercipta dari adanya relasi yang relative panjang. Modal sosial akan tumbuh dan berkembang jika digunakan bersama dan akan mengalami kepunahan jika tidak dilembagakan secara bersama, oleh karena itu, pewarisan nilai modal sosial dilakukan melalui proses adaptasi, pembelajaran, serta pengalaman dalam praktek nyata. Bentuk-bentuk modal sosial yang penting adalah kemampuan dan bakat-bakat individual, seluruh pengetahuan masyarakat, interaksi dan hubungan dalam masyarakat, organisasi dan jaringan sosial, budaya masyarakat. Modal sosial berlangsung melalui berbagai bentuk, antara lain melalui aliran informasi, norma hubungan timbal balik atau kerjasama mutual, tindakan kolektif, dan solidaritas yang didukung hubungan sosial. Bentuk-bentuk modal sosial tersebut diwujudkan dalam Bentuk-bentuk kesedian mereka bekerjasama, saling membantu, dan saling membangun pengertian antara satu dengan yang lainnya.

Hasbullah (2006) menuliskan bahwa memasukkan modal sosial sebagai salah satu komponen pembangunan tidaklah mudah. Di masing-masing daerah atau negara, spektrum modal sosial tersebut dengan berbagai dimensinya,


(14)

bervariasi tergantung pada sejarah kebudayaan wilayah atau daerah tersebut. Serta struktur sosial dan peradaban yang telah terbentuk cukup lama sesuai dengan lingkungannya. Hubungan yang terbentuk antara kultur dan institusi, bagaimanapun memiliki jalinan yang sangat kompleks. Namun keberadaan institusi dan lembaga dalam masyarakat tidak dapat terbangun dengan kuat tanpa modal sosial, demikian juga sebaliknya, modal sosial pun tidak dapat eksis tanpa institusi yang menopangnya.

Modal sosial dapat diartikan sebagai karakteristik dari hubungan antar individu dalam suatu organisasi sosial maupun dengan individu diluar organisasi yang dapat berwujud kepercayaan sosial, norma dan jaringan sosial yang memungkinkan setiap individu yang ada di dalamnya untuk melakukan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Modal sosial yang terbentuk di masyarakat dapat memiliki bentuk yang beraneka ragam, baik itu berupa organisasi maupun nilai-nilai yang berkembang dimasyarakat. Wujud nyata dari modal sosial yang terjadi di masyarakat tidak dapat dilepaskan dari sistem budaya yang di masyarakat itu sendiri. Hermawati dan Handari (2003) mengungkapkan bentuk-bentuk modal sosial yang berkembang di masyarakat sebagai, hubungan sosial, adat dan nilai budaya lokal, toleransi, kesediaan untuk mendengar, kejujuran, kearifan lokal dan pengetahuan lokal, jaringan sosial dan kepemimpinan social, kepercayaan, kebersamaan dan kesetiaan, tanggung jawab sosial, partisipasi masyarakat, dan kemandirian.

Dalam hal ini Desa Silalahi I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten dairi adalah salah satu desa yang mempunyai tingkat pengangguran dan kemiskinan dari keseluruhan penduduknya yaitu 40% adalah pengangguran dan masyarakat


(15)

miskin. Desa Silalahi merupakan desa yang memiliki sumberdaya alam dan sumber daya manusia yang memadai tetapi awalnya kurang mendapat perhatian dari pemerintah dalam bidang pekerjaan dan saat ini Dinas Tenaga Kerja dan sosial sudah mulai memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat Desa Silalahi I. Desa Silalahi ini merupakan bagian dari Danau Toba, dimana desa ini terletak dibagian tepi danau toba. Di Desa Silalahi I ini juga terdapat banyak wisata sama halnya dengan Danau Toba yang selama ini banyak dikunjungi oleh masyarakat lokal maupun wisatawan asing, tetapi jika dibandingkan pengunjung yang lebih ramai adalah di Danau Toba itu sendiri padahal yang lebih bersih adalah Silalahi I daripada Danau Toba yang seperti kita ketahui banyak sampah yang mengotori danau tersebut. Desa Silalahi I terdapat keramba dimana para nelayan menjaring ikan untuk dijual seperti ikan pora-pora, ikan mujahir dan ikan emas. Selain itu banyak masyarakat local yang memancing didaerah Desa Silalahi I dan sekitarnya.

Penduduk desa tersebut sebagian besar menghidupi kebutuhan pokoknya dengan cara bertani yaitu menanam bawang dan menanam padi. Sebelum pemerintah melakukan suatu pemberdayaan masyarakat desa belum mengetahui apa yang dapat untuk digunakan menjadi modal dalam memajukan tingkat kehidupannya. Rata-rata pekerjaan masyarakat sekitar hanya menunggu waktu panen yang mereka tanam seperti padi dan bawang. Selain itu ada juga yang menjadi nelayan disekitaran danau tersebut.

Tidak dipungkiri desa ini memiliki banyak masyarakat miskin dan masyarakat pengangguran seperti yang sudah dijelaskan bahwa 40 % dari penduduknya adalah masyarakat miskin dan pengangguran. Jika dibandingkan


(16)

dari tahun 2009 sampai tahun 2013 tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran semakin meningkat. Sehingga saat ini pemerintah mengupayakan melakukan suatu pelatihan khusus untuk memberikan pengetahuan bagi masyarakat agar mereka mempunyai modal dalam meningkatkan taraf hidup mereka. Program yang dilakukan pemerintah Dinas Tenaga Kerja dan Sosial adalah program peningkatan kesempatan kerja. Memberikan fasilitas dan mendorong sistem pendanaan pelatihan berbasis masyarakat. Program ini merupakan suatu pemberdayaan bagi masyarakat bagaimana menggunakan sumber daya yang sudah tersedia didesa tersebut seperti bawang dan ikan pora-pora. Dalam hal ini bentuk fasilitas yang diberikan pemerintah yaitu mendatangkan pelatih dari ibu kota dan provinsi untuk melatih mereka, kemudian menyediakan dana serta alat yang dibutuhkan seperti, dandang, kuali, kompor,pisau, minyak, tepung dan lainnya. Mereka hanya menyediakan ikan pora-poranya saja serta kesediaan diri mereka untuk mengikuti pelatihan tersebut.

Pengembangan masyarakat adalah upaya mengembangkan sebuah kondisi masyarakat secara berkelanjutan dan aktif berlandaskan prinsip–prinsip keadilan sosial dan saling menghargai. Para pekerja kemasyarakatan berupaya memfasilitasi warga dalam proses terciptanya keadilan sosial dan saling menghargai melalui program–program pembangunan secara luas yang menghubungkan seluruh komponen masyarakat. Pengembangan masyarakat menerjemahkan nilai – nilai keterbukaan, persamaan, pertanggungjawaban, kesempatan, pilihan, partisipasi, saling menguntungkan, saling timbal balik, dan pembelajaran terus menerus. Inti dari pengembangan masyarakat adalah mendidik, membuat anggota masyarakat mampu mengerjakan sesuatu dengan


(17)

memberikan kekuatan atau sarana yang diperlukan dan memberdayakan mereka (FCDL, 2003: 1).

Kegiatan masyarakat difokuskan kepada upaya menolong orang–orang yang lemah yang memiliki minat untuk bekerja sama dalam kelompok, melakukan identifikasi terhadap kebutuhan dan melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pengembangan masyarakat sering kali diimplementasikan dalam beberapa bentuk kegiatan, yaitu :

1. Program pembangunan yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh daya dukung dan kekuatan dalam memenuhi kebutuhannya.

2. Kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan– kebutuhan warga kurang mampu dapat dipenuhi oleh pihak – pihak lain yang bertanggung jawab.

Semua kegiatan pengembangan masyarakat diarahkan untuk membentuk sebuah struktur masyarakat yang mencerminkan tumbuhnya semangat swadaya dan partisipasi. Pengembangan masyarakat meliputi usaha memperkukuh interaksi sosial dalam masyarakat, menciptakan semangat kebersamaan, solidaritas diantara anggota masyarakat dan membantu mereka untuk berkomunikasi dengan pihak lain dengan cara berdialog secara alamiah atau tanpa intervensi, didasari penuh pemahaman dan ditindak lanjuti dengan aksi sosial nyata.

Desa Silalahi I salah satu modal sosialnya yaitu jaringan sosial. Dimana jaringan sosial merupakan suatu interaksi sosial yang mempunyai hubungan didalam organisasi atau komunitas. Didesa Silalahi I sudah terdapat komunitas yaitu komunitas yang mengikuti pelatihan usaha ikan pora-pora dimana yang


(18)

membentuk komunitas tersebut adalah pemerintah setempat guna untuk meningkatkan taraf kehidupan mereka. Maksud dari hubungan yang membentuk sebuah jaringan sosial dalam hal ini yaitu dimana anggota komunitas itu sendiri mampu menjalin interaksi antara satu dengan yang lain. Dalam hal ini pemerintah selaku media perantara bagi masyarakat membentuk kelompok didalam komunitas tersebut. Tujuannnya untuk membentuk suatu kepercayaan, kerjasama dan kepemimpinan antara anggota satu dengan yang lain meskipun sudah memiliki kelompok masing-masing.

Pemerintah sangat berperan penting dalam pembangunan modal sosial di Desa Silalahi I. Pembangunan modal sosial oleh pemerintah dikenal pula sebagai dimana menekankan pada pentingnya kolektivitas. Kumpulan ini dibangun dari asosiasi masyarakat yang memiliki sumber daya secara kolektif dan membagi wewenang untuk membuat keputusan. Melalui strategi tersebut, pembangunan sosial dilakukan oleh samping adanya tanggung jawab untuk memastikan apaka diimplementasikan dan apakah kebijakan sosial dan ekonomi diselaraskan.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kebanyakan pemerintah hanya berdiam diri melihat kondisi sosial dan ekonomi khususnya masyarakat yang kurang mampu. Namun, dalam hal ini berbeda pemerintah mampu mewujudkan keinganan masyarakat Desa Silalahi I untuk membentuk sebuah jaringan, dimana jaringan tersebut melalui pelatihan yang telah dibentuk oleh pemerintah yaitu melalui Dinas Tenaga Kerja dan Sosial. Pemerintah tersebut, awalnya melakukan


(19)

pengamatan dan sosialisasi terhadap masyarakat Silalahi. Dan sudah jelas bahwa Desa silalahi I terdapat modal sosial yang cukup untuk diberikan pelatihan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki.

Desa Silalahi I merupakan desa yang memiliki sumber daya manusia dan sumber daya alam yang cukup besar tetapi masyarakat kurang menyadari akan adanya modal sosial yang dimiliki. Dengan demikian Dinas Tenaga Kerja dan Sosial melakukan kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora. Dalam membentuk modal sosial tanpa adanya kerja sama dan saling adanya kepercayaan antara satu dengan yang lain maka tidak dapat membentuk sebuah jaringan sosial. Jaringan sosial dapat terbentuk ketika modal sosial dalam sebuah komunitas sudah dapat terpenuhi.

Berdasarkan latar belakang diatas muncul sejumlah pertanyaan yaitu mengenai bagaimanakah tingkat partisipasi masyarakat di Desa Silahi I terhadap program pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial? Bagaimanakah persepsi masyarakat miskin dan pengangguran terhadap program pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora sesudah mengikuti program pelatihan tersebut? Apakah keberadaan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial (DISNAKERSOS) terhadap masyarakat miskin dan pengangguran mendorong terjadinya jaringan sosial? Pernyataan permasalahan tersebut menarik untuk diteliti, sebab penelitian ini ingin melihat bagaimana hubungan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora dan jaringan sosial terhadap peningkatan kehidupan masyarakat miskin dan pengangguran di Desa Silahi I, dimana juga terdapat tingkat kemiskinan dan pengangguran sebanyak 40% dari jumlah keseluruhan penduduk.


(20)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka peneliti membuat rumusan masalah berdasarkan fokus penelitian. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah tingkat partisipasi masyarakat di Desa Silahi I terhadap program pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial?

2. Bagaimanakah persepsi masyarakat miskin dan pengangguran terhadap program pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora sesudah mengikuti program pelatihan tersebut?

3. Apakah keberadaan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial terhadap masyarakat miskin dan pengangguran mendorong terjadinya jaringan sosial di Desa Silalahi 1?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk melihat tingkat partisipasi masyarakat di Desa Silahi I terhadap program pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial.

2. Untuk mengetahui persepsi masyarakat miskin dan pengangguran terhadap program pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora sesudah mengikuti program pelatihan tersebut.

3. Untuk melihat keberadaan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial terhadap masyarakat miskin dan pengangguran mendorong terjadinya jaringan sosial di Desa Silalahi 1.


(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu Sosiologi, khususnya pada bidang ilmu

Sosiologi Pembangunan dan institusi sosial.

2. Untuk menambah referensi hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa sosiologi selanjutnya, serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas cakrawala pengetahuan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Menambah pengetahuan bagi peneliti mengenai permasalahan yang diteliti dan kemampuan peneliti untuk membuat karya tulis ilmiah.

2. Menjadi sumbangan pemikiran pada kajian pengembangan masyarakat dan institusi sosial, mengenai informasi yang membantu masyarakat khususnya pembangunan modal sosial masyarakat miskin dan pengangguran dalam mengikuti pelatihan industry kecil ikan pora-pora.

1.5 Kerangka Teori 1.5.1 Teori Modal Sosial

Dalam penelitian pembangunan modal sosial ini teori yang digunakan adalah modal sosial yang dikemukakan oleh Coleman. Coleman mengatakan bahwa modal sosial tidak terbatas pada mereka yang kuat, namun juga mencakup


(22)

manfaat rill bagi orang miskin dan komunitas yang terpinggirkan. Modal sosial dalam hal ini mempresentasikan sumber daya karena melibatkan harapan akan resiprositas, dan melampaui individu mana pun sehingga melibatkan jaringan yang lebih luas yang hubungan-hubungannya diatur oleh tingginya tingkat kepercayaan dan nilai-nilai bersama. Tempat modal sosial dalam karya Coleman terletak didalam upaya lebih luas untuk memahami basis tatanan sosial.

Dari teori pilihan rasional Coleman berkembang pandangan yang luas tentang masyarakat sebagai sekumpulan system sosial perilaku individu. Untuk menguraikan prinsip-prinsip tatanan sosial, Coleman mengusulkan agar perilaku pada level system harus dipilah-pilah lagi menjadi pemahaman atas preferensi individu dan tindakan-tindakan mereka. Konsep modal sosial adalah sarana untuk menjelaskan bagaimana orang dan kelompok berusaha untuk bekerja sama dan modal sosial ini lahir dari upaya untuk menjelaskan adanya ketimpangan sosial. Modal sosial memberikan pemecahan atas masalah seseorang memilih bekerja sama, bahkan kepentingan paling utama mereka terkesan dapat terpenuhi melalui kompetisi.

Dalam artian modal sosial adanya norma, jaringan sosial dan hubungan antara orang dan perorangan atau dalam hal ini antara narasumber atau pemerintah dan peserta bernilai bagi tumbuh kembangnya suatu taraf kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat miskin dan pengangguran dalam mengikuti pelatihan. Modal sosial dan modal manusia hubungan dipandang membangun sumber modal dengan membantu menciptakan kewajiban dan harapan antarindividu, membantu kejujuran lingkungan sosial, membuka saluran informasi dan menetapkan norma yang menopang bentuk-bentuk perilaku tertentu (Coleman 1988-9: 102-4).


(23)

Kedekatan dalam hal ini adanya hubungan yang memberikan manfaat timbal balik antar individu dan institusi berbeda, sebagai sesuatu yang esensial dalam memberikan tidak hanya dipenuhinya kewajiban, namun juga bagi dijalankannya sanksi.

Sama halnya dengan teori sosial Marxis, yang berasumsi bahwa orang bersatu untuk mengejar kepentingan bersama kelas sosial mereka sendiri, namun bukan karena mereka menikmati kebersamaan mereka. Peran modal sosial dalam membangun modal sosial manusia secara logis mengarah pada pandangan bahwa pilihan individu adalah cara yang buruk untuk menentukan distribusi keterampilan (Jhon Field,2011: 32-46).

1.5.2 Teori Pilihan Rasional

Pilihan Rasional (rational choice), seperti yang dikembangkan oleh para ekonom dan khususnya seperti yang tercermin dalam karya dari Gary Backer tentang The Economic Approach to Human Behaviour (1976), mulai dengan beberapa unit perilaku atau actor yang diasumsikan “berperilaku rasional”. Berperilaku rasional bermakna memaksimumkan keajegan perilaku yang diantisipasi atau diharapkan akan membawa imbalan atau hasil dimsa akan datang.

Secara umum teori pilihan rasional mengasumsikan bahwa tindakan manusia mempunyai maksud dan tujuan yang dibimbing oleh hirarki yang tertata rapi dari preferensi. Dalam hal ini rasional berarti :

1. Aktor melakukan perhitungan dari pemanfaatan atau preferensi dalam pemilihan suatu bentuk tindakan


(24)

3. Aktor berusaha memaksimalkan pemanfaatan untuk mencapai pilihan tertentu

Bagi kelompok Sosiologi Ekonomi baru yang dimotori oleh Granovetter percaya, bahwa kegiatan ilmiah Sosiologi dan pokok persoalan studi Sosiologi, apabila dimasukkan kedalam kerangka individu merupakan suatu kekliruan. Menurut Granovetter (1985), pendekatan pilihan rasional merupakan bentuk ekstrem dari individualism metodelogis yang mencoba meletakkan suatu superstruktur yang luas diatas fundamental yang sempit, sebab pendekatan pilihan rasional tidak memperhatikan secara serius struktur jaringan social dan bagaimana struktur ini mempengaruhi hasil secara keseluruhan. (Damsar, 2009).

Semua pilihan ditawarkan kepada setiap individu ataupun kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Pilihan disiapkan secara rasional untuk kemudian diwujudkan menjadi Perilaku Rasional untuk sebuah tindakan dalam Budaya Konsumen tersebut. Secara tidak langsung ini juga berlaku pada konsep umum yaitu, Hidup adalah pilihan yang bisa dibahas melalui konsep dan teori dari perspektif Sosiologi pada umumnya dan Sosiologi Ekonomi pada khususnya. 1.6 Hipotesis

Hipotesis dapat didefenisikan sebagai suatu pernyataan tentang hubungan logis antara dua variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif sehingga dapat diuji kebenarannya. Hipotesis nol yang dilambangkan dengan H0

adalah sebuah proposisi yang menyatakan hubungan yang defenitif dan eksak atau dua variabel atau lebih. Perlu diperhatikan bahwa secara umum, hipotesis nol dirumuskan sebagai hubungan kosong dalam arti korelasi ataupun perbedaan antara populasi variabel-variabel itu tidak ada atau sama dengan nol. Hipotesis


(25)

alternative yang dilambangkan dengan H1 atau HA yang merupakan kebalikan dari

hipotesis nol adalah sebuah pernyataan yang menjelaskan adanya korelasi atau perbedaan antara populasi dari dua variabel atau lebih (Sukaria, 2011 : 94-104).

HA = Terdapat korelasi positif antara keberadaan pelatihan dan pengolahan

ikan pora-pora oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial terhadap masyarakat miskin dan pengangguran.

H0 = tidak terdapat korelasi positif antara keberadaan pelatihan da

pengolahan ikan pora-pora oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial terhadap masyarakat miskin dan pengangguran.

1.7 Defenisi Konsep 1. Modal Sosial

James Coleman (1990:300), seorang sosiolog, memberi batasan kapital sosial sebagai “seperangkat sumber daya yang inheren dalam hubungan keluarga dan dalam organisasi sosial komunitas serta sangat berguna bagi pengembangan kognitif dan sosial seorang anak”. Coleman menambahkan bahwa kapital sosial merupakan “aspek dari struktur sosial serta memfasilitasi tindakan individu dalam struktur sosial”. Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kapital sosial merupakan investasi sosial, yang meliputi sumber daya sosial seperti jarigan, kepercayaan, nilai dan norma serta kekuatan menggerakkan dalam struktur hubungan sosial untuk mencapai tujuan individual dan atau kelompok secara efisien dan efektif dengan kapital lainnya.

Dengan demikian dalam pengeritan yang lebih luas, modal sosial dapat berbentuk jaringan sosial atau sekelompok orang yang dihubungkan oleh perasaan simpati, kewajiban, norma pertukaran, yang kemudian diorganisasikan menjadi


(26)

sebuah institusi yang memberikan perlakuan khusus terhadap mereka yang dibentuk oleh jaringan untuk mendapatkan modal sosial dari jaringan tersebut. Dalam level mekanismenya, modal sosial dapat mengambil bentuk kerjasama sebagai upaya penyesuaian dan koordinasi tingkah laku yang diperlukan untuk mengatasi konflik.

Di indonesia, studi tentang modal sosial secara formal masih merupakan hal yang baru. Namun, secara eksplisit belum begitu mengenal terminologi modal sosial, sebenarnya telah ada beberapa studi terutama berupa kajian tentang hubungan kerja sama saling menguntungkan antar warga masyarakat di daerah pedesaan yang pada esensinya memiliki keterikatan erat dengan modal sosial terdiri dari norma jaringan dan kepercayaan, maka sebenarnya hal tersebut secara historis bukan merupak fenomena baru dan asing bagi masyarakat Indonesia dan hal tersebut lebih berakar kuat dan terinstitusikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pedesaan.

Semangat dan implementasi dari kemauan untuk saling bekerjasama dalam upaya memenuhi kepentingan sosial dan kepentingan individu atau personal teleh termanivestasikan dalam berbagai bentuk aktivitas bersama yang secara umum dikenal dengan kegiatan “Gotong Royong”. Gotong royong merupakan suatu bentuk kehidupan sosial di masyarakat pedesaan dimana sesama anggota masyarakat saling tolong menolong secara timbal balik dalam hal ini terjadi hubungan Resiprositas.

Menurut Lesser (Mariana, 2006) modal sosial sangat penting bagi komunitas karena:


(27)

2. Menjadi media power sharing atau pembagian kekuasaan dalam komunitas.

3. Mengembangkn solidaritas

4. Memungkinkan mobilisasi sumber daya komunitas 5. Memungkinkan pencapain bersama.

6. Membentuk prilaku kebersamaan dan keorganisasian komunitas. Modal sosial bisa diukur kedalam enam dimensi, adapun keenam dimensi tersebut adalah kelompok dalam jaringan, kepercayaan dan solidaritas, tindakan kolektif dan kerja sama, informasi dan komunkasi, kohesi sosial dan pemasukan yang terakhir adalah kekuasaan dan tidakan politik.

Berbeda dengan modal fisik dan modal manusia yang sifatnya lebih kongkrit, dapat diukur dan dapat diperhitungkan secara eksak untuk suatu proses produksi, wujud modal sosial tidak sejelas kedua jenis modal tersebut. Pemahaman tentang modal sosial menekankan pada hubungan timbal balik antara modal dan sifat sosial yang menjelaskan modal tersebut. Sifat sosial dalam modal sosial tidak bersifat netral, ditandai adanya hubungan saling menguntungkan antara dua orang, kelompok, kolektivitas, atau kategori sosial atau manusia pada umunya.

Fukuyama dalam Nasdian (2005) mengartikan modal sosial sebagai seperangkat nilai-nilai internal atau norma-norma yang disebarkan di antara anggota-anggota suatu kelompok yang mengijinkan mereka untuk bekerjasama antara satu dengan yang lain. Ia menambahkan bahwa prasyarat penting munculnya modal sosial adalah kepercayaan (trust), kejujuran (honesty), dan timbal balik (resiprocity), dalam KUBE modal sosial terlihat dari adanya


(28)

aturan-aturan yang disepakati anggota, seperti pertemuan rutin setiap bulan, aturan-aturan pengembalian pinjaman dan pembagian tugas.

a. Kepercayaan (Trust) b. Kejujuran (Honesty) c. Timbal Balik (Resiprocity)

Grootaet di dalam Ketut menyatakan bahwa kapital sosial merupakan salah satu alternative untuk mengatasi kemiskinan, kesehatan, pendidikan, dan ketersedian kapital ekonomi di tingkat rumah tangga. Bahkan menurutnya, kontribusi kapital sosial sebanding dengan modal manusia. Artinya kapital sosial yang bersifat non fisik diyakini mampu menandingi peran kapital fisik. Sedangkan kapital sosial berdasarkan sosiologi ekonomi digunakan atau diterapkan dalam fenomena ekonomi, terutama yang terkait denan aspek produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa sebagai sumberdaya yang terbatas.

2. Jaringan sosial

Masyarakat selalu berhubungan sosial dengan masyarakat yang lain melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan oleh prinsip kesukarelaan, kesamaan, kebebasan dan keadaban. Kemampuan anggota-anggota kelompok/masyarakat untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan sinergetis akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya modal sosial dalam masyarakat.

Jaringan hubungan sosial biasanya akan diwarnai oleh suatu tipologi yang khas sejalan dengan karakteristik dan orientasi kelompok. Pada kelompok sosial yang biasnya terbentuk secara tradisional atas dasar kesamaan garis keturunan,


(29)

pengalaman-pengalaman sosial turunan dan kesamaan kepercayaan pada dimensi ke-Tuhanan cenderung memiliki kohesifitas yang tinggi, tetapi rentang jaringan maupun trust yang terbangun sangat sempit. Sebaliknya, pada kelompok yang dibnagun atas dasar kesamaan orientasi dan tujuan dan dengan ciri pengelolaan organisasi yang lebih moderrn.

Kelompok dan jaringan memungkinkan orang untuk mengakses sumber-sumber dan berkolaborasi untukk mencapai tujuan, ini adalah konsep penting bagian dari modal sosial. Jaringan informal di manifestasikan dalam pertukaran yang spontan dan tidak teratur terhadap informasi dan sumber penghasilan kelompok seperti usaha dalam kerja sama, koordinasi dan saling membantu yang dapat memaksimalkan kegunaan sumber yang ada. Jaringan informal dapat dihubungkan dengan hubungan horizontal dan vertikal yang dibentuk melalui faktor-faktor lingkungan, termasuk pasar, kekeluargaan, dan persahabatan.

Jenis lainnya adalah jaringan yang terdiri dari perkumpulan, dimana anggotanya dihubungkan secara horizontal. Jaringan seperti ini sering secara jelas menggambarkan struktur, peran dan peraturan yang memerintah bagaimana anggota kelompok bekerjasama untuk mencapai tujuan utama. Jaringan ini juga memiliki potensi alami untuk membangun diri sendiri, bantuan mutual, solidaritas dan upaya-upaya kerjasama dalam kelompok. Mata rantai modal sosial disisi lain, termasuk hubungan dan interaksi di antara kelompok dan pemimpinnya dan memperluas hubungan antara anggota masyarakat di kampung dengan masyarakat yang lebih luas.


(30)

3. Masyarakat miskin dan pengangguran

Kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang, luarga atau anggota masyarakat tidak mempunyai kemamuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar sebagaimana anggota masyarakat lain pada umumnya. Menurut Emil Salim (1984), bahwa kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Mereka dikatakan berada dibawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok, seperti pangan, pakaian, tempat tinggal, dan lain-lain. Dalam pertumbuhan dan perkembangan masyarakat, biasanya sekaligus tumbuh pula berbagai nilai dan norma yang baru, dan dapat mengakibatkan bergesernya ukuran-ukuran taraf kehidupan tertentu, yang kemudian menjadi suatu kelaziman bagi masyarakat.

Ukuran kaya atau miskin dapat dilihat melalui kemampuan atau jumlah pemilikan nilai-nilai ekonomisnya. Jika pemilikan terhadap nilai-nilai ekonomis ini mengalami ketimpangan, dimana tidak ada cukup dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, maka keadaan tersebut dapat menimbulkan masalah-masalah sosial, apabila keadaan tersebut secara umum dirasakan sebagian besar jumlah anggota masyarakat. Untuk negara-negara tertentu umumnya terjadi didaerah pedesaan, sementara orang-orang kota berebut menguasai sumber ekonomi, seperti status, lapangan pekerjaan dan lainnya.

Faktor ekonomi kemudian dijadikan tolok ukur dalam menilai kemiskinan, sebagai bukti faktor ini banyak diperjuangkan oleh berbagai kalangan masyarakat. Bahkan faktor ekonomi sering dijadikan kambing hitam dari penyebab timbul masalah sosial seperti tunasusila, tunakarya, tunawisma dan lain sebagainya.


(31)

Menurut david C. Korten (1984), terdapat tiga kebutuhan pokok yang sulit untuk dipenuhi oleh kaum miskin, yaitu :

1. Banyak diantara orang miskin tidak mempunyai kekayaan produktif selain kekuatan jasmani mereka. Berkembang dan terpeliharanya kekayaan tersebut tergantung pada semakin baiknya kesempatan untuk memperoleh pelayanan umum, seperti pendidikan, perawatan, kesehatan dan

penyediaan air yang pada umunya tidak tersedia bagi mereka yang justru paling membutuhkan.

2. Peningkatan pendapatan kaum miskin itu mungkin tidak akan

memperbaiki taraf hidup mereka apabila barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pendapatan mereka tidak tersedia.

Selain itu, ada juga beberapa hal yang menyebabkan kemiskinan itu tetap ada dan tetap menjadi masalah sosial yaitu sebagai berikut :

1. Pihak untuk menjadi tetap miskin, yang mencerminkan dari pola pikir, pilihan hidup, dan perilaku individu. Misalnya, berperilaku malas dan tidak mau berusaha.

2. Sulitnya akses untuk mendapat pendidikan yang layak dan pekerjaan. 3. Perasaan terbiasa dengan kemiskinan dengan alasan karena hidup di

lingkungan miskin sehingga menggangap kemiskinan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

4. Kemiskinan sebagai akibat dari permasalahan structural, yaitu orang-orang miskin terjebak dalam kemiskinannya sebagai korban permasalahan struktur sosial.


(32)

Walaupun kini pemerintah mengatakan bahwa kemiskinan berhasil ditekan, beberapa pihak tetap tidak percaya atau ragu-ragu karena belum ada program pemerintah yang tepat dan efektif untuk meminimalisir kemiskinan di daerah maupun diprovinsi. Kemiskinan ini juga terjadi akibat dari pembangunan didaerah – daerah, dimana adanya pembangunan yang tidak jelas dan tidak merata karena banyaknya dana yang dikorupsi menyebakan masyarakat mengadu nasib ke ibu kota. Kebanyakan dari mereka tidak berhasil dan hidup terlunta-lunta ditengah kerasnya kehidupan di kota metropolitan.

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Adapun yang menjadi jenis-jenis pengangguran menurut Dinas Tenaga Kerja dan Sosial yaitu, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu :

1. Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu. 2. Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang

tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang

bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.

3. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan.


(33)

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengganguran adalah sebagai berikut:

1. Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.

2. Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang

3. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.

4. Meningkatnya peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur Angkatan Kerja Indonesia

5. Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.

Akibat pengangguran ini maka berdampak Bagi perekonomian negara dimana terjadi Penurunan pendapatan perkapita, penurunan pendapatan


(34)

pemerintah yang berasal dari sektor pajak, meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah bagi masyarakat ,pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis, pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan apabila tidak bekerja serta Pengangguran akan menimbulkan

ketidakstabilan sosial dan politik.

pukul 20.43 WIB).

1.8 Operasional variabel

Operasional Variabel digunakan untuk melihat variable-variabel yang menjadi kajian penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembangunan modal sosial masyarakat miskin dan pengangguran yang mempengaruhi adanya keberadaan pelatihan industry kecil ikan pora-pora. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keberadaan pelatihan industry kecil ikan pora-pora.

Defenisi operasional adalah spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur atau memanipulasi variabel. Defenisi operasional memberikan batasan atau arti suatu variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan peneliti untuk mengukur variabel tersebut (Sarwono, 2006 : 12). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas sebagai pengaruh atau penyebab dari variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti umtuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi


(35)

(Sarwono, 2006 : 54). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah keberadaan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora di Desa Silalahi 1.

Adapun yang menjadi indikator variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu dalam pelatihan adalah pelatihan alat tangkap, pelatihan menggunakan alat modern dan pelatihan manajemen pengolahan ikan pora-pora. Sedangkan indikator pengolahan adalah pengolahan ikan pora-pora menjadi kerupuk, pengolahan ikan pora-pora menjadi ikan asin, pelatihan ikan pora-pora menjadi ikan tawar serta pelatihan ikan pora-pora menjadi abon.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah akibat dari variabel yang mendahuluinya, Variabel terikat adalah variabel yang memberikan reaksi jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel terikat adalah variabel yang variabelnya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas (Sarwono, 2006 : 54). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah masyarakat miskin dan pengangguran.

Adapun yang menjadi indikator variabel terikat pada penelitian ini, yaitu masyarakat miskin yang memiliki tingkat pendapatan Rp. 20.000,00 per hari, tempat tinggal yang tidak layak seperti rumah papan, tingkat pendidikan yang rendah dan jumlah anak yang banyak. Sedangkan masyarakat pengangguran terbagi tiga yaitu tenaga kerja yang sama sekali tidak mempunyai pekerjaan, tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu dan tenaga kerja yang sedang mencari pekerjaan. Dan pembentukan jaringan sosial dimana terdapat pembentukan kelompok, nilai-nilai kelompok serta adanya media massa sebagai alat pendukung.


(36)

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)

Pelatihan

Pelatihan Alat Tangkap Pelatihan Menggunakan alat modern

Pelatihan manajemen pengolahan

Pengolahan

Pengolahan ikan pora-pora menjadi kerupuk

Pengolahan ikan pora-pora menjadi ikan asin

Pengolahan ikan pora-pora menjadi ikan tawar

Pengolahan ikan pora-pora menjadi abon

Masyarakat Miskin

Tingkat pendapatan Rp. 20.000,00 perhari

Tempat tinggal yang tidak layak seperti rumah papan

Tingkat pendidikan yang rendah

Jumlah anak yang banyak Masyarakat Pengangguran

Tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu Tenaga kerja yang sedang mencari pekerjaan

Tenaga kerja yang sama sekali tidak mempunyai pekerjaan

Pembentukan Jaringan Sosial Pembentukan kelompok Nilai-nilai kelompok Media massa

Keberadaan Pelatihan dan Pengolahan Ikan Pora-Pora

Masyarakat Miskin dan Masyarakat Pengangguran


(37)

1.9 Bagan Operasional Variabel

Konsep Variabel Indikator

Keberadaan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora

Pelatihan

Pelatihan alat tangkap Pelatihan menggunakan alat modern

Pelatihan manajemen pengolahan

Pengolahan

Pengolahan ikan pora-pora menjadi kerupuk Pengolahan ikan pora-pora menjadi ikan asin Pengolahan ikan pora-pora menjadi ikan tawar Pengolahan ikan pora-pora menjadi abon

Masyarakat miskin dan pengangguran

Masyarakat Miskin

Tingkat pendapatan Rp. 20.000,00 per hari

Tempat tinggal yang tidak layak seperti rumah papan

Tingkat pendidikan yang rendah

Jumlah Anak yang banyak

Masyarakat Pengangguran

Tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu Tenaga kerja yang sedang mencari pekerjaan

Tenaga kerja yang sama sekali tidak mempunyai pekerjaan Pembentukan Jaringan Sosial Pembentukan Kelompok Nilai-nilai kelompok Media Massa


(38)

1.10 Defenisi Variabel dan Indikator yang digunakan 1. Pendapatan

Pendapatan merupakan hal pokok dan penting yang dimiliki oleh masyarakat miskin dan pengangguran guna untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam hal ini masyarakat miskin yang mengikuti pelatihan ini sehari-harinya hanya mendapatkan Rp.20.000,00 perharinya. Jika dihitung pendapatan mereka per bulan Rp. 500.000,00 sedangkan upah minimum di Desa Silalahi sebesar Rp. 1.000.000,00. Sehingga tidak mencukupi untuk melengkapi pangan, sandang dan kebutuhan lainnya bagi masyarakat miskin dan pengangguran di Desa Silalahi I.

2. Tempat Tinggal

Tempat tinggal yang dimiliki masyarakat miskin dan pengangguran di Desa Silalahi I saat ini dikatakan tidak layak untuk ditempati karena bangunannya masih dari bangunan papan yang lama dan lantai tanah bahkan masih ada masyarakat yang tinggal dirumah panggung.

3. Tenaga kerja yang bekerja 35 jam selama seminggu

Di Desa Silalahi I ini terdapat masyarakat miskin dan pengangguran yang bekerja selam 35 jam dimana yang mereka lakukan yaitu sebagai nelayan, menunggu hasil panen atau pun membantu orang lain untuk membersihkan lading.

4. Tenaga kerja yang sedang mencari pekerjaan

Masyarakat miskin dan pengangguran di Desa Silalahi I yang sedang menunggu panggilan kerja dari sebuah lembaga dimana mereka melamar pekerjaan yang sesuai dengan kemapuan dan pendidikan mereka.


(39)

5. Tenaga kerja yang sama sekali tidak mendapat pekerjaan

Dalam hal ini masyarakat miskin dan pengangguran di Desa Silalahi I hanya berdiam saja dirumah sebagai ibu rumah tangga dan mengurus rumah dan berharap akan adanya bantuan dari pemerintah.

6. Pelatihan dan pengolahan

Dalam hal ini masyarakat miskin dan pengangguran di Desa Silalahi I diberikan pelatihan dan cara bagaimana mengolah ikan pora-pora agar mendapatkan hasil yang lebih baik seperti mengolah ikan pora-pora menjadi ikan asin, ikan tawar, abon dan kerupuk. Narasumber juga memberikan pelatihan bagaimana menggunakan alat modern untuk menangkap ikan pora-pora agar air danau tersebut tidak tercemar meskipun menangkap ikan pora-pora ini sangat mudah.

7. Tingkat Pendidikan yang Rendah

Di Desa Silalahi I terdapat masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah yang diakibatkan dari pendapatan, lebih memilih untuk bekerja agar kebutuhan sehari-hari dapat tercukupi.

8. Jumlah Anak yang Banyak

Masyarakat Desa Silalahi I terdapat jumlah penduduk yang paling banyak. Salah satunya diakibatkan karena memiliki anak yang banyak, rata-rata jumlah anak dari penduduk Desa Silalahi I ini lebih dari 3. Mereka masih memiliki prinsip banyak anak banyak rezeki meskipun kebutuhan sehari-hari masih kurang.

9. Pembentukan Kelompok dan Nilai-Nilai Kelompok

Dalam kegiatan pelatihan ikan pora-pora narasumber dan pemerintah selaku panitia pelaksana kegiatan membentuk kelompok dengan tujuan untuk


(40)

lebih mampu bekerja sama dalam bentuk kelompok dan mampu memanajemen serta membagi pekerjaan dengan baik sehingga ketika menjalankan suatu usaha dapat berjalan dengan baik.

10. Media Massa

Media massa merupakan sarana penyampai pesan yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas misalnya melalui radio, televisi, surat kabar atau penyalur seperti pemerintah setempat dan juga memperkenalkan secara langsung melalui acara-acara yang ada diwilayah sekitarnya. Di desa Silalahi I ini dengan menggunakan media massa mampu mendorong peningkatan penjualan hasil ikan pora-pora yang sudah diolah.


(41)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan berhubungan dengan modal sosial antara lain, penelitian yang dilakukan oleh Slamet Widodo (2012) yang melihat tentang penguatan modal sosial untuk pengembangan mafkah berkelanjutan dan berkeadilan. Dalam hasil penelitiannya,modal sosial yang ada di lokasi penelitian berdasarkan ikatan kekerabatan, kekeluargaan dan pertetanggaan. Kelembagaan tradisional yang masih hidup di Karang Agung adalah sambatan, anjeng atau buwuhan dan mendarat. Sedangkan kelompok sosial yang ada di lokasi penelitian antara lain, kelompok pengajian, arisan ibu-ibu dan yaasinan. Modal sosial masih terbatas digunakan untuk pemenuhan kebutuhan jangka pendek (konsumtif), belum mengarah pada pemenuhan kebutuhan jangka panjang (produktif). Penguatan modal sosial dilakukan melalui tiga tahap, yaitu bonding social capital, bridging social capital dan linking social capital. Masyarakat miskin yang ada dilokasi penelitian ini pada umumnya menafkahi hidupnya dari sumberdaya laut yang ada disekitar dan sumberdaya laut ini tidak selalu ada tetapi memiliki musiman untuk mendapatkannya.

Strategi sosial dilakukan dengan jalan memanfaatkan ikatan-ikatan sosial yang ada di perdesaan baik berupa lembaga kesejahteraan lokal, hubungan produksi hingga jejaring sosial berbasis kekerabatan atau pertemanan. Pada lokasi penelitian terdapat beberapa lembaga kesejahteraan lokal yang masih bertahan hingga kini. Laki-laki biasanya terlibat dalam kegiatan sambatan dan anjeng. Rasa percaya antar warga (trust) sangat tinggi. Rasa percaya antar warga yang tinggi ini menyebabkan pola hutang-piutang antar rumah tangga dapat berjalan dengan baik.


(42)

Temuan Rotrigues et al. (2012), menegaskan pentingnya kepercayaan pribadi dalam mempertahankan modal sosial. Hutang menjadi salah satu bentuk strategi nafkah bagi rumah tangga miskin. Untuk berhutang mereka memanfaatkan jejaring sosial yang ada, seperti ikatan kekerabatan, pertetanggaan atau pertemanan. Hutang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau kebutuhan yang mendesak seperti ketika anggota rumah tangga ada yang sakit. Jarang sekali hutang digunakan untuk keperluan pembelian barang konsumtif. Hutang juga dilakukan pada saat rumah tangga miskin akan melangsungkan hajatan.

Modal sosial merupakan salah satu andalan bagi rumah tangga miskin. Ikatan kekerabatan, pertetanggaan dan pertemanan yang kuat memberikan ruang yang cukup bagi rumah tangga miskin untuk mengakses modal sosial ini. Menurut Pranadji (2006), terdapat tiga aspek yang dapat menunjukkan penguatan modal sosial, yaitu terbentuknya kerja sama, perluasan jaringan kerja dan peningkatan daya saing kolektif secara berkelanjutan. Misalnya, Pelatihan keterampilan diharapkan dapat menunjang peluang usaha baru maupun peningkatan kualitas dari usaha yang sudah berjalan. Potensi yang telah ada seperti usaha krupuk udang dapat lebih dikembangkan dengan pelatihan manajemen usaha dan keterampilan teknis lainnya. Potensi hasil tangkap yang dapat dikembangkan menjadi produk olahan perlu ditindaklanjuti dengan pelatihan keterampilan.

Meri Nurami (2013) yang meneliti tentang Peran Modal Sosial pada Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Dalam hasil penelitiannya, Modal sosial merupakan wujud modal manusia yang paling menonjol untuk dapat dimanfaatkan dan dikembangkan dalam pelaksanaan program-program


(43)

pemberdayaan masyarakat. Secara umum modal sosial adalah merupakan hubungan-hubungan yang tercipta dan norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat dalam spectrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial (social glue) yang menjaga kesatuan anggota masyarakat (bangsa) secara bersama-sama (Supriono, Flassy & Rais). Selain modal tenaga kerja, usaha ini juga membutuhkan modal finansial dan modal fisik.

Modal fisik dapat berupa membantu secara langsung usaha yang sedang dijalankan seperti dalam penelitian ini usaha yang dilakukan yaitu daur ulang kardus misalnya membantu dengan alat pemotong kardus, pencetak pola, alat transportasi dan sebagainya. Modal finansial sangat membantu pelaku usaha untuk lebih mengembangkan bisnisnya. Modal sosial juga tidak kalah penting peranannya, seperti yang disebutkan oleh Siregar (2011) menyebutkan bahwa modal sosial ini merupakan salah satu bagian dari modal manusia di samping modal-modal lainnya seperti kompetensi, motivasi, sikap kerja, dan budaya/etos kerja.

Di antara macam-macam modal sosial yang ada, faktor kepercayaan, jaringan dan norma tentu saja memiliki peranan penting dalam mengembangkan usaha ini, terkait dengan adanya interaksi yang terjalin antara pelaku usaha yang ada, antara pelaku usaha dengan penyedia bahan baku dan juga antara pelaku dengan pembeli. Kepercayaan juga dapat ditimbulkan melalui kesepakatan untuk saling menjaga komitmen dalam mengerjakan kontrak kerja. Kontrak kerja dengan penyedia bahan akan memberikan jaminan pada ketersediaan bahan baku produksi. Interaksi yang dilakukan manusia dalam tujuan pemenuhan kebutuhannya akan menciptakan jaring-jaring sosial.


(44)

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan, manusia akan melakukan usaha dengan memaksimalkan jaringan yang ia punya. Bukan hanya dalam kehidupan pribadinya, namun juga demi kepentingan bisnis. Jaringan atau networking juga memiliki peran dalam perkembangan usaha pengolahan kardus bekas di lokasi penelitian tersebut. Jaringan sosial menciptakan peluang usaha baru melalui jalur kekerabatan, pertemanan dan kolega, menjamin ketersediaan bahan dari menjaga relasi dengan penyedia bahan, menambah variasi produk yang dikembangkan dari permintaan konsumen, membuka informasi harga dari pelanggan; penyebaran informasi diantara sesama pelaku usaha, menjaring pelanggan baru dan juga menggaet sesama pelaku usaha menjadi mitra usaha.

Norma yang menjadi penyeimbang dalam iklim usaha yang hadir dalam aturan untuk mengambil tepat waktu bahan baku yang telah disediakan oleh penyedia bahan, hal ini untuk menghindari para pesaing dalam hal perolehan bahan baku. Tak jarang para pesaing menerapkan praktek-praktek yang kurang etis dalam menjatuhkan lawannya melalui penawaran harga yang lebih tinggi kepada penyedia bahan.

Sisi negatif modal sosial dalam setiap usaha akan selalu menemui kendala-kendala yang dihadapi bukan hanyasekedar sepinya permintaan produk, terbatasnya jumlah pasokan bahan atau menipisnya modal finansial tetapi juga naik-turunnya hubungan dengan rekan dan kolega bisnis. Permasalahan dapat muncul dari penyedia bahan, konsumen, dan rekan bisnis. Keberadaan konsumen nakal membuat produsen harus jeli dan bisa menilai karakteristik konsumen jika tidak ingin rugi. Selain konflik dengan pelanggan, persaingan tidak sehat juga menghadang jalan para produsen produk daur ulang. Tak Jarang ulah para


(45)

pengusaha nakal ini merusak tatanan dan iklim usaha yang kondusif menjadi tidak stabil dan tak terkendali. Misalnya dalam penentuan harga produk, pengusaha nakal akan terus menerus menurunkan harga untuk mencari pelanggan, sedangkan pengusaha yang lain akan melakukan hal yang sama untuk mempertahankan pelanggannya.

Penelitian Slamet Santoso (2007) tentang Peran Modal Sosial terhadap Perkembangan Pedagang Kaki Lima di Ponorogo. Dalam penelitiannya dikatakan, modal sosial merupakan pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki bersama oleh komunitas, serta pola hubungan yang memungkinkan sekelompok individu melakukan satu kegiatan yang produktif. Modal sosial hanya dapat dibangun ketika tiap individu belajar dan mau mempercayai individu lain sehingga mereka mau membuat komitmen yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mengembangkan bentuk-bentuk hubungan yang saling menguntungkan. Modal sosial sangat penting bagi komunitas karena mempermudah akses informasi bagi anggota komunitas, menjadi media power sharing atau pembagian kekuasaan dalam komunitas, mengembangkan solidaritas, memungkinkan mobilisasi sumber daya komunitas, memungkinkan pencapaian bersama dan membentuk perilaku kebersamaam dan berorganisasi komunitas.

Modal sosial barulah bernilai ekonomis kalau dapat membantu individu atau kelompok, misalnya untuk mengakses sumber-sumber keuangan, mendapatkan informasi, menemukan pekerjaan, merintis usaha, dan meminimalkan biaya transaksi. Modal sosial, dalam pengertian jaringan-jaringan atau hubungan-hubungan sosial informal, turut menentukan proses menjadi pedagang angkringan, termasuk dalam hal penentukan lokasi berdagang.


(46)

Pengalaman teman ataupun kerabat dekat yang telah menjadi pedagang angkringan, misalnya, merupakan faktor penting dalam menjelaskan mengapa seseorang akhirnya memulai usaha warung angkringan, termasuk melepaskan pekerjaan sebelumnya. Usaha warung angkringan merupakan salah satu bentuk kegiatan perekonomian kecil yang mampu bertahan di tengah sulitnya kondisi perekonomian.

Kemampuan bertahan tersebut menandakan bahwa modal sosial telah berperan baik pada para pedagang warung angkringan. Disebut modal sosial, karena para pedagang tersebut saling memberikan informasi dan membantu, baik menyangkut peluang usaha, tempat usaha, tempat tinggal, modal, kelompok usaha dan lain-lain. Dengan adanya modal sosial tersebut, mereka menjadi mampu bertahan di tengah persaingan usaha di lokasi penelitian tersebut.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian korelasi yaitu studi yang bersifat kuantitatif digunakan untuk menghubungkan suatu variabel dengan variabel lainnya untuk memahami suatu fenomena dengan cara menentukan tingkat atau derajat hubungan diantara variabel-variabel tersebut. Tingkat hubungan tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi yang berfungsi untuk sebagai alat dalam membandingkan variabillitas hasil pengukuran terhadap variabel tersebut. Metode penelitian ini memungkinkan peneliti untuk menyelidiki bagaimana beberapa variabel mempengaruhi variabel lain dan juga dapat memberikan informasi terhadap derajat atau kekuatan hubungan antara variabel yang diteliti (Sukaria,2011 : 26).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Silalahi I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi. Adapun yang menjadi alasan pemilihan lokasi penelitian adalah:

1. Desa Silalahi merupakan desa yang sudah menjalani pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja yaitu dalam Pelatihan industry kecil ikan pora – pora terhadap pembangunan modal sosial masyarakat di Desa Silalahi.

2. Desa Silalahi merupakan salah satu desa yang memiliki perairan yang cukup luas dimana terdapat ikan pora – pora yang mampu mendukung pembangunan modal untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya masyarakat miskin dan pengangguran,


(48)

dimana tingkat masyarakat miskin dan pengangguran saat ini mencapai 40 % dari jumlah penduduk yang ada di Desa Silalahi I.

3.3 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditetapkan kesimpulannya (Saifuddin, 2001 : 77). Dimana keseluruhan masyarakat miskin dan pengangguran yang mengikuti program pelatihan ikan pora-pora adalah 75 orang.

Jumlah pengangguran dan masyarakat miskin di Silalahi I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi dan jumlah PNS di Dinas Tenaga Kerja dan Sosial di Kabupaten Dairi.

Populasi

PNS di DISNAKERSOS

Masyarakat miskin dan pengangguran di Desa Silalahi I, Kecamatan Silahisabungan,

Kabupaten Dairi

34 orang 514 orang

Sumber : Data Pemerintahan DISNAKERSOS Kab.Dairi 3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya, merupakan wakil polulasi yang diteliti (Saifuddin, 2001 : 79). Dalam penelitian ini yang menjadi Pengambilan sampel dimaksudkan sebagai representase dari seluruh populasi sehingga kesimpulan berlaku bagi keseluruhan populasi. Berhubung populasi dalam penelitian ini berjumlah 75 orang maka sampel dalam penelitian ini dipilih secara Total Sampling yaitu diambil secara keseluruhan dari populasi, maka sampel dalam penelitian ini adalah 75 orang.


(49)

3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui observasi dan penyebaran kuesioner.

a. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti untuk memperoleh gambaran mengenai objek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah masyarakat Desa Silalahi I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi yang bertempat tinggal menetap di Desa Silalahi I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi dan mengikuti pelatihan industry kecil ikan pora-pora oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial.

b. Kuesioner, yaitu daftar pertanyaaan secara tertulis yang berisi jawaban yang diperoleh dari responden sebagai informasi mengenai penelitian.

c. Wawancara, yaitu pengumpulan data dan informasi dengan cara berkomunikasi langsung dengan responden untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian.

3.4.1 Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan metode :

a. Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data, informasi dari buku-buku, jurnal yang diperoleh dari perpustakaan atau pun internet dan beberapa data-data yang diperoleh dari Dinas terkait seperti : keadaan desa, program kegiatan pelatihan dan bentuk tulisan lainnya yang mendukung penelitian.


(50)

b. Dokumentasi merupakan kumpulan foto yang berisi gambar-gambar selama penelitian berlangsung.

3.5 Instrumen dan Aspek Pengukuran 3.5.1 Instrumen

Instrumen adalah alat yang dipakai untuk pengumpulan data adalah berupa kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kuesioner berisi pertanyaan tentang tingkat partisipasi masyarakat, persepsi masyarakat miskin dan pengangguran terhadap program pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora sesudah mengikuti program pelatihan tersebut.

3.5.2 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dari penelitian didasarkan dari jawaban responden terhadap pertanyaan yang diberikan disesuaikan dengan skor. Pada penelitian ini kuesioner terdiri dari 38 pertanyaan untuk masyarakat miskin dan pengangguran yang ikut dalam pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora. Pengukuran dilakukan menggunakan instrument yaitu dengan skala linkert dan skala ordinal. Skala Linkert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala ordinal yaitu jenis skala yang menunjukkan tingkatan-tingkatan tertentu, dengan ketentuan :

a. Jawaban sangat setuju dengan skor 5 b. Jawaban setuju dengan skor 4

c. Jawaban ragu ragu dengan skor 3 d. Jawaban tidak setuju dengan skor 2 Jawaban sangat tidak setuju dengan skor 1


(51)

3.6 Teknik Analisis Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 1995 : 263). Untuk menganalisis data pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan analisis korelasional.

1. Analisis Tabel tunggal

Merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari kolom, sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori. (Singarimbun, 1995:266).

2. Analisis Tabel Silang

Merupakan analisa yang digunakan untuk mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variable lainnya. Sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau negatif (Singarimbun, 1995:273)

3. Analisis Korelasi

Analisa data statistik dengan menggunakan program SPSS 20.0 dengan melakukan analisis antara variabel-variabel sehingga dapat diketahui hubungan antara keberadaan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora bagi masyarakat miskin dan pengangguran. Dalam penelitian ini juga akan diuji validitas dan reabilitas penelitian sehingga diketahui ketepatan alat ukur yang digunakan dalam penelitian.


(52)

4. Analisis Tabel Distribusi Frekuensi

Merupakan analisa yang digunakan untuk menentukan tingkat tinggi dan rendah dari tingkat partisipasi, pengetahuan responden, kemampuan dalam membentuk jaringan sosial, persepsi masyarakat miskin dan masyarakat pengangguran dalam kegiatan pelatihan (Sanapiah,1999:164). Dalam hal ini, nilai tingkat tinggi dan rendahnya sudah ditentukan berdasarkan frekuensi mutlak yang sudah disusun.

3.7 Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Proposal √

2 ACC Judul √

3 Penyusunan Proposal Penelitian √ √ √

4 Seminar Proposal Penelitian √

5 Revisi Proposal Penelitian √

6 Penelitian Ke Lapangan √ √ √

7 Pengumpulan data dan Analisis data √ √

8 Bimbingan Skripsi √ √ √

9 Penulisan Laporan Akhir √ √ √

10 Sidang Meja Hijau √

3.8 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menyadari masih banyak keterbatasan penelitian baik karena faktor intern dan eksternal. Dimana untuk faktor internal peneliti memiliki keterbatasan ilmu dan materi sedangkan faktor eksternal yaitu seperti responden yang sulit bertemu secara langsung untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora. Keterbatasan penelitian ini disebabkan karena responden sulit untuk menerima orang baru di Desa Silalahi I serta terbatasnya kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh


(53)

peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian ilmiah. Selain itu, peneliti juga belum menguasai secara penuh teknik dan metode penelitian sehingga dapat menjadi keterbatasan dalam menyajikan dan mengolah data, akan tetapi kendala tersebut dapat diatasi melalui proses bimbingan skripsi dan peneliti berusaha untuk mencari informasi dari berbagai sumber yang mendukung proses penelitian ini.


(54)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH DAN ANALISIS DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografis Desa

Desa silalahi I ini merupakan salah satu desa yang berada dikecamatan Silahisabungan. Kecamatan Silahisabungan merupakan 2 kecamatan terkecil di Kabupaten Dairi sebab hanya terdiri dari 5 Desa saja. Dahulunya, silalahi merupakan sebuah kerajaan dimana raja yang berkuasa saat itu adalah rajanya ihutan yaitu marga Halolo dan kerajaan ini berada dibawah naungan colonial Belanda. Setelah lengsernya raja Haloho maka kepemimpinan berganti menjadi kepala Negeri yang dipimpin oleh Van Silalahi Paropo dan pada saat ini juga masih tetap berada dibawah naungan colonial Belanda.

Dizaman kemerdekaan barulah kerajaan ini berganti nama dengan kampung, dimana pada waktu itu memiliki 2 desa yaitu silalahi dan paropo. Silalahi I merupakan saksi semua yang telah terjadi di kecamatan Silahisabungan ini dan sampai akhirnya menjadi sebuah kecamatan yang terdiri dari 5 desa yaitu :

Silalahi


(1)

Gambar 7

Setelah selesai dibersihkan peserta menjemur ikan pora-pora yang akan dijadikan

hasil olahan ikan pora-pora.

Gambar 8


(2)

Gambar 9


(3)

No Nama Responden

Jawaban Atas Pertanyaan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38

1 Valentina 5 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4

2 Bahreni 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5

3 Darmawati 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5

4 Epa 4 2 2 4 5 3 3 3 5 5 3 3 5 4 3 3 4 5 5 3 3 4 3 3 3 5 3 3 3 5 5 5 4 5 5 3 3 4

5 Rina 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 3 3 4 3 3 5 5 5 3 5 5 3 3 3 5 4 3 1 3 5 5 5 3 5 3 3 4

6 Remita 5 3 1 4 5 5 5 5 4 5 3 3 2 4 3 3 4 5 5 3 3 4 5 3 3 5 3 3 1 4 5 5 5 3 3 4 4 3

7 Juwita 5 3 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5

8 Marolo 5 3 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5

9 Penti 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5

10 Risma 5 3 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5

11 Konim 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4

12 Sanyo 5 3 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5

13 Renti 5 3 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 2 3 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5

14 Tojal 5 3 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4

15 M. Linda 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 4

16 Patar 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 3 5 4

17 Parningotan 4 2 2 2 4 3 2 3 5 5 3 3 2 4 4 2 4 3 4 4 4 2 3 2 4 4 3 3 4 2 2 3 4 4 4 2 2 4

18 Doppak 4 2 2 2 2 3 4 3 5 2 4 4 4 3 4 4 3 3 1 4 2 3 4 2 4 4 4 3 4 3 5 3 3 3 5 4 4 2


(4)

20 Reside 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4

21 Hotmida 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4

22 Teodora 4 2 3 3 3 2 3 2 4 2 3 2 4 2 4 2 5 5 1 5 3 3 5 3 4 2 3 2 1 3 4 2 2 4 4 2 4 4

23 Elbin 4 3 4 3 3 3 2 3 2 4 4 2 4 3 3 2 2 4 4 4 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 4 2 3 5 3 4 4

24 Diana 5 3 4 3 3 4 3 2 3 4 2 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 5 5 4 3 3 3 4 4 3 2 4 3 3 2

25 Lertinim 5 2 2 3 4 4 3 2 5 4 4 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 4 3 2 3 3 2 4 2 4 2

26 Indra 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 3 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4

27 Rospita 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4

28 Jusi 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4

29 Arlin 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4

30 Friska 5 2 2 2 3 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 4 3 4 2 3 2 3 4 4 5 4 4 4 4 3 4 3 3 3

31 Sirman 4 3 3 4 3 3 4 4 5 2 3 3 3 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 5 5 4 4 4 4 4 2 5 5

32 Tohap 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4

33 Jadiaman 5 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 5 2 3 4 2 3 3 4 3 3 4 4 2 4 3 3 2 2 3 3 4 3 4 3 4 4

34 Kevin 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 3 5 4

35 Dinar 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 3 5 4

36 Saut 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 3 5 4

37 Mianter 4 2 2 3 3 4 3 4 5 4 2 3 4 2 3 3 4 2 3 3 3 3 4 2 3 2 5 2 3 3 4 2 2 3 4 1 3 3

38 Iin 5 3 2 3 5 1 4 1 4 4 2 4 5 1 4 4 3 1 4 2 4 4 5 5 2 1 3 4 4 2 1 1 4 5 4 2 4 2

39 Raju 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4

40 Ruth 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4


(5)

42 Timmar 5 2 3 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 4

43 Jhonter 5 2 2 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4

44 Lasta 4 3 3 5 4 4 3 4 5 4 5 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 3 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4

45 Tiurma 5 4 4 4 4 5 5 5 3 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 3 3 5 4 4 5 5 4 4 3

46 Jaoto 4 2 4 1 4 1 4 1 5 2 2 4 1 4 4 2 1 5 4 3 3 5 5 4 1 2 4 5 4 2 5 2 4 2 5 3 3 2

47 Tomson 4 4 2 4 4 1 1 4 2 5 3 2 1 2 4 1 2 4 1 4 2 2 5 2 4 1 3 2 5 2 5 3 2 2 5 2 4 5

48 Risda 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 2 3 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

49 Jatiar 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5 5

50 Rosinim 5 3 2 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4

51 Erawida 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4

52 Santo 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4

53 Oliv 4 3 3 5 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 2 3 4 3 4 4 4 1 3 3

54 Pestamin 4 3 3 4 3 4 4 4 4 2 4 3 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 2 4

55 Batara 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 3 3 4

56 Artika 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4

57 Marsinta 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4

58 Heni 4 3 3 4 4 5 5 5 5 5 2 2 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 3 3 3 4 3 3 5 3 3 5 4 3 4 3 3 4

59 Deta 4 3 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 3 4 4 5 5 3 3 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 3 4 4

60 Anita 5 5 4 5 4 5 4 5 5 2 5 4 4 5 4 5 4 4 5 1 1 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 3 4 4

61 Ros 5 5 4 5 5 5 3 4 5 4 4 3 4 5 5 3 4 5 4 4 5 5 4 4 5 4 4 3 5 3 5 3 5 4 4 4 4 4


(6)

64 Winsonta 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 3 4 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 3 4 5 4 5 4 4 4 4 4

65 Loren 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 4 4 4 4 5 3 3 5 5 5 4 5 5 5 3 4 5 4 4 5 5 4 4 4

66 Mantika 5 3 3 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 4 4

67 Morina 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 3 3 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4

68 Darmaulina 5 3 3 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 3 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4

69 Eka 4 3 3 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 2 2 4 4 5 3 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4

70 Agus 5 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 3 3 4 3 4 4 5 4 4 3 4 4 3 5 4 4 4 4 4

71 Dame 4 3 3 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4

72 Suryani 5 3 3 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5 3 3 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4

73 Tigor 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 3 4 4 5 4 5 5 4 4 4

74 Lepi 5 3 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 2 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4


Dokumen yang terkait

DIVERSIFIKASI MATA PENCAHARIAN PETANI BAWANG MENJADI PENANGKAP IKAN PORA-PORA DI DESA SIMANINDO KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR.

0 2 23

STUDI TENTANG AKTIVITAS BUDIDAYA IKAN KERAMBA DI DESA SILALAHI KECAMATAN SILAHISABUNGAN KABUPATEN DAIRI.

0 2 21

STUDI KELIMPAHAN IKAN PORA PORA (MYSTACOLEUCUS PADANGENSIS) DI KECAMATAN SILAHI SABUNGAN KABUPATEN DAIRI DANAU TOBA.

0 0 22

RUP Dinas Tenaga Kerja dan Pora Kota Bengkulu TA 2012

0 0 2

Respon Masyarakat Terhadap Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Danau Toba di Desa Silalahi II Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi

0 0 13

DAMPAK EKONOMI DAN SOSIAL PENANGKAPAN IKAN PORA-PORA ( Pontius Binotatus) DAN IMPLIKASINYA BAGI SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN BAKTI RAJA, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Parulian Simanjuntak

0 0 19

DAMPAK EKONOMI DAN SOSIAL PENANGKAPAN IKAN PORA-PORA ( Pontius Binotatus) DAN IMPLIKASINYA BAGI SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN BAKTI RAJA, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Parulian Simanjuntak

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pembangunan Modal Sosial : Keberadaan Kegiatan Pelatihan Ikan Pora-Pora Bagi Masyarakat Miskin dan Pengangguran Oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial di Desa Silalahi I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 29

Pembangunan Modal Sosial : Keberadaan Kegiatan Pelatihan Ikan Pora-Pora Bagi Masyarakat Miskin dan Pengangguran Oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial di Desa Silalahi I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 10

3 Anda selalu aktif bertanya kepada peserta pelatihan lain mengenai pengolahan ikan pora-pora ketika pelatihan 4 Anda senang bekerja sama dengan kelompok dalam kegiatan pelatihan 5 Anda setuju dengan pelatihan yang diberikan oleh Dinas Tenaga Kerja dan So

0 0 25