Peranan Pemiimpin Formal dalam Menggerakkan Partisipasi Masyarakat terhadap Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

PERANAN PEMIMPIN FORMAL DALAM MENGGERAKKAN
PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PUSAT KEGIATAN
BELAJAR MASYARAKAT (PKBM)
(Kasus: PKBM A l p di Kolumhan Cirangmng,
Kernmatan BPbaCcrn Cipamy, Kodya kndung)

OLEH:
NELVARIANI HANAFI

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
NELVARlANl HANAFI. Peranan Pemimpin Formal Dalam Menggerakkan Partisipasi
Masyarakat T e h d a p Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) (Kasus: PKBM
Alpa di Kelurahan Cirangrang, Kecamatan Babakan Ciparay, Kodya Bandung).
Dibimbing okh SUMARDJO dan DJOKO SUSANTO
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewan lnternasional Pengembangan
Pendidikan (meInternational Central of Educational Development) da n UNESCO
mengungkapkan bahwa negam-negara berkembang umumnya mernpunyai masalah

yang terkait dengan peningkatan dan pendapatan yang menjadi dasar penting bagi
pendidikan masyarakat. Dengan dernikian perlu diadakannya program
pernbangunan pendidikan baik melalui pendidikan fomai maupun pendidikan
nonformal. Dalam ha1 ini lebih ditekankan kepada pendidikan non formal, sehingga
memunculkan ide Commundy Learning cent^ (CLC). Di Indonesia, ide CLC
dituangkan dalam pendidikan luar sekolah yang dikenal bemama Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM), yang dalam pembelajarannya menggunakan metode
pembelajaran yang mencerminkan kemandirian masyarakat dalam memilih program
yang diyakini dapat memperbatki kualitas kehidupan masyarakat. Tentunya juga
telah tejadi adopsi program oleh para pemimpin formal di daerah, karena proses
adopsi menjadi awal dari proses difusi terhadap masyarakat. Dengan demikian, ha1
yang menarik di sini adalah tersiratnya proses kepemimpinan dan sejauhmana
proses kepemimpinan dapat dikaitkan dengan peranannya dalam menggerakkan
partisipasi masyarakat di PKBM Alpa ini belum dapat diketahui dengan pasti,
sehingga pertu diteliti.
Penelitian dirancang bebntuk survei dengan penjelasan (explanatory
mearch). Penelibn dilaksanakan dari awal bulan Agustus sampai pertengahan
September 2002, dengan pemilihan lokasi penelitian secara purposive yaitu PK8M
Alpa di Kelurahan Cirangrang, Kecamatan Babakan Ciparay, Bandung.Populasi
penelitian adalah anggota masyarakat yang menjadi peserta pada kegiatan program

keterampilan produksi k o m p m n sepeda motor di PKBM Alpa dan bekerja di PKBM
AlpaIAlpa spa^ Part yaitu bejumlah I80 orang. Sampd peserta dalam penelitian ini
sebanyak 100 orang, sedangkan sampel pemimpin formal yang terpiiih oleh peserta
dengan menggunakan metode 'Snowballm adalah sebanyak 5 orang dari 15
pemimpin formal yang terkait dengan PKBM AlpaIAlpa Spare Part dan digunakan
hanya sebagai i n f m a n dan bukan sebagai responden. Jenis data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Untuk
menguji hipotesis hubungan digunakan uji 'komlasi tau-b Kendal'sa.
Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan antara peranan pemimpin
formal dengan partisipasi masyarakat pada program keterampilan produksi
komponen sepeda motor di PKBM Alw; adanya hubungan antara faktor-faktor di
luar kepemimpinan formal (yaitu proses pembelajaran pada program keterampilan
dan karakteristik internal anggota masyarakatlpeserta) dengan partisipasi
masyarakat pada pmkrarn keterampilan p d u k s i komponen sepeda motor di PKBM
Aipa; adanya hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat pada pmgrarn
keterarnpitan dengan peningkatan kualitas perilaku hasil pembelajaran di PKBM
Alpa.

SURAT PERNYATAAN


Bahwa sesungguhnya sebuah karya ilmiah yang disusun atas dasar

pemikiran dan mncangan Umiah adalah hak pribadi, maka dengan ini saya:

Nama

:

Nehariani Hanafi

NIM

:

99112

Program Stud

:


llmu

Penyuluhan

Pembangunan

pada

Program

Pascasajana lnstitut Pertanian Bogor

dengan ini menyatahn bahwa tesis saya yang bejudul 'Peranan Pemimpin Formal
dalam Menggerakkan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pusat Kegiatan Befajar
Masyarakat (PKBM)" adalah b n a r merupakan hasil karya sendiri dan belum pemah

dipublikasikan. Semua informasi dan data lengkapnya telah Perangkum di dalam
tesis ini.

Demikian pemyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Bogor, November 2002

Pernbuat pemyataan,

Nelvariani Hanafi

PARTiSlPASl MASYAMKAT TERHADAP PUSAT KEGIATAN
BELAJAR MASYARAKAT (PKBM)
(Kasus: PKBM Alpa di Kslurattan Cirangrang,
Kecamatan Babakan Ciparay, Kodya Bandung)

OLEH:
NELVARlANl HANAFI

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002


Tesis

: Peranan Pemimpin Formal dalam Menggerakkan Partisipasi
Masyarakat Terhadap Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

(PKBM)
Nama

: Nelvariani Hanafi

NRP

: 99112

Program Studi

: llmu Penyuluhan Pembangunan

Menyetujui
f . Komisi Pembimbing


Dr. inn. Dioko Susanto. SKM. APU
Anggd

2. Ketua Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Tanggal Lulus: 21 November 2002

3. DireMur Program Pasca Sajana

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 20 Oktober 1972, s8bagai anak
kelima dari tujuh bersaudara dari ayahanda H. Hasan Hanafi (almarhum) dan ibunda
HJ. Chairani Kesuma Lubis. Penulis telah menikah dengan Muhammad Ferian, SE

dan telah dikaruniakan seorang anak putri, yaitu: Jasmine Az Zahra Khadijah Ferian.

Pendidikan sajana ditempuh di Program Studi Sosial

E konomi Pertanian


Universitas Sumatera Utara, lulus pada tahun 1996. Kesempatan untuk menempuh
pendidikan pascasarjana di Program Studi ltmu Penyuluhan Pembangunan pada
Program Pascasajana lnstitut Pertanian Bogor (IPB) diperoleh pada tahun 1999
dengan biaya dari Beasiswa Program Pascasajana, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Penulis bekeja di Fakultas Pertanian pada Program Studi llmu Penyuluhan
dan Komunikasi Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) sejak tahun 1997.

PRAUATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S W atas kamnia-Nya, sehingga
pnulis dapat rnenyelesaikan tesis dengan judul 'Peranan Pemimpin Formal dalam
Menggerakkan Partisipasi Masyarakatnsebagai saiah satu syarat untuk mempemleh

gelar magister sains pada program Studi llmu Penyuluhan Pembangunan, Program

Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:


( t ) Dr. Ir. Sumardjo, M.S, selaku ketua komisi dan pembimbing utama, dan (2) Dr.
Ign. Djoko Susanto, SKM, APU, selaku anggota komisi pembimbing, yang telah
banyak memberikan arahan dan bimbingan mulai dari proses perencanaan
penelitian hingga selesainya penulisan tesis ini. Penulis juga menyampaikan terima

kasih

untuk

mahasiswa

pascasajana

Program

Studi

llmu

Penyuluhan


Pembangunan Angkatan 1999 dan juga Angkatan 2000, atas saran dan kejasama
yang selama ini telah tejalin akrab dan penuh kekeluargaan. Ucapan terima kasih
disarnpaikan pula untuk Universitas Sumatera Utam dan Departernen Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menempuh pendidikan program strata 2 di lnstitut Pertanian Bogor.
Akhirnya, ungkapan rasa syukur dan terima kasih untuk Ayahanda dan
lbunda tercinta: H. Hasan Hanafi (almarhum) dan Hj. Chairani Kesuma Lubis yang
selalu memberi dukungan dan mengiring penulis dengan do'a dan nasehatnya.
Untuk suami tercinta Muhammad Ferian dan juga untuk buah hati yang penulis
cintai: ananda Jasmine Az Zahra Khadijah Ferian dan adiknya di dalam kandungan,
yang selalu rnemberi dukungan, mengiringi penulis dengan do'anya, sabar, dan

penuh kerelaan merestui penulis untuk terpisah dari keluarga selama penulis
menempuh pendidikan, sehingga dengan ridho Allah maka semua itu membuahkan
hasil, &mi

masa depan k i bersama, semoga anak-anakku lebih cemerlang.


Amin!!!.
Walaupun bukan yang sempuma, semoga tesis ini dapat bemanfaat bagi
yang mernbukrhkannya. Semoga Allah SVVT memberikan Rahrnat dan Hidayahnya

kepada kita semua.

Bogor,

November 2002

Penulis

Teknik Pengumpulan Data.. .. ... . ..... .... ........ .... .................. ... ... ....
Uji Validitas.... .... ... ... . . .... .... ... ..... .... ... ....... ..... .. ... . .. . ... ... ... ... ....
..

Uji Rellabll~tas..
. .. ... .... ... ... ...... ... ... . .. . .. . ..... . .. . . .... ... ... . .. . .. . .. . .. . . ..
*

..

Anahs~sData... . ... . ... ..... ... . ... . ... ......... ....... ........ ............. ... ... .....
Defenisi operasional dan Pengukurannya . .... .... . ......................... ..
HASlL DAN PEM8AHASAN..... ............ ... . ... . ......... ... . .. . .......... . ... ... ...
Gambaran Urnurn Lokasi Penelitian....... .... ... ....... ... ............. .... ....
Sejarah Berdirinya Alpa Spare P a W K B M Alpa. ... ... . ... ... ...... ..... ...
Pusat Kegiatan 8elajar Masyarakat (PKBM) Alpa sebagai Salah Satu

Model Pendidikan Luar Sekolah (PLS)...... ........... . ...... .......... .... ....
Karakteristik Internal Anggota Masyarakat (Peserta) pada Program
Keterarnplan Produksi Komponen Sepeda Motor di PKBM Alpa ..... ...

Proses Pembelajaran pada

Program

Keterampilan

Pmduksi

Komponen Sepeda Motor di PKBM Alpa ..... .... ... . . ... ....... ... ... .........
Karakteristik Kepemimpinan Formal.. . ....... ...... ............ ... ...,.. .... ...
Partisipasi Masyarakat pada Program Keterampilan P d u k s i

Komponen Sapeda Motor di PK8M Alpa ............................................
Peningkatan Kualitas Perilaku Hasil Pembelajaran dari Program
Keterampilan Produksi Komponen Sepeda Motor di PKBM Alpa...... ..
Hubungan Karakteristik Internal Anggota Masyarakat (Peserta)

dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Program Keterampilan
di PKBM Alpa.. . . ........ ....... ..... ....... ... ......... ... ................... .., ... ...

Hubungan Proses

Pembelajaran dengan Tingkat

Partisipasi

Masyarakat pada Pmgram Keterarnpilan Produksi Kornponen

Sepeda Motor di PKBM Alpa ............. .... ....... ... .......... ... ...............
Hubungan Karakteristik Kepemimpinan Formal dengan Partisipasi
Masyarakat pada Program Keterampilan di PKBM Alpa.. . ... ..............

Hubungan Partisipasi Masyarakat dengan Peningkatan Kualitas
Perilaku Hasil Pembelajaran dari Program Keterampilan Produksi
Komponen Sepeda Motor di PKBM

Am.......... .......................... ...

KEStMPULAN DAN SARAN............................................................
Kesimpulan............................................................................

85
85

Saran..................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................

89

LAMPIRAN................................................................................... 92

DAFTAR TABEL

Halaman

Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis kelamin di Kelurahan
Cirangrang Kecamatan Babakan Ciparay Kotamadya Bandung...............
Keadaan Tingkat Pendidikan Penduduk di Keiurahan Cirangrang
Kecamatan Babakan Ciparay Kotamadya Bandung...............................
Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kelurahan

Cirangrang Kecarnatan Babakan Ciparay Kotamadya Bandung.. .............
KaraMeristik Internal Peserta... ..........................................................

Sebaran Persentasi Motivasi Peserta dengan tingkat Pendapatan
Peserta ........................................................................................
Hubungan Antara Tingkat Pendapatan dan Motivasi Peserta...................
Proses Pembelajaran pada Program Keterampilan di PKBM Alpa .............
Karalderistik Kepemimpinan Formal...................................................

Sebaran Persentasi StabiYtas Emosi Pemimpin Formal dengan Komitmen
Pemimpin Formal untuk Menjadi Penunjuk Jalan........................................
Hubungan antara Stabilitas Emosi Pemimpin Formal dengan Komitmen
Pemimpin Formal untuk Menjadi Penunjuk Jalan. ..................................
Sebaran Persentasi Peranan Pernirnpin Formal dafam Mernberikan
lnforrnasi dengan Komitmen Pemimpin Formal untuk Menjadi Penunjuk

Jalan............................................................................................
Sebamn Persentasi Peranan Pemimpin Formal dafam Memotivasi dengan
Komitmen Pemimpin Formal untuk Memberi Semangat..............................

Partisipasi Masyarakat pada Program Keterarnpilan .............................

Sebaran Persentasi Tingkat Partisipasi dalam Pelaksanaan pada Program
Keterampilan di PKBM Atpa dengan Tingkat Partisipasinya dalam
Pemanfaatan Hasilnya....................................................................

Sebaran Persentasi Komitmen pemimpin Formal untuk berbagi Visi
dengan Masyarakat dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam

Pelaksanaa...................................................................................
Sebaran Persentasi Kornitmen pemimpin Formal untuk Memhrdayakan

Masyarakat dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalarn Pelaksanaan...

Sebamn Persentasi Kornitmen pemimpin Formal untuk Menjadi Penunjuk
Jalan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan.. ..........

Sebaran Persentasi Kornitmen Pemimpin Formal untuk Menjadi Penunjuk
Jalan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pemanfaatan

Hasil.............................................................................................
Sebaran Persentasi Komitmen Pemimpin Formal untuk Memberi

Semangat dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan......
Hubungan Antara Partisipasi Masyarakat dengan Peningkatan Kualitas
Perilaku Hasil Pernbelajaran dari Program Keterampilan di PKBM Alpa.. ...
Sebaran Persentasi Tingkat Partisipasi Masyarakat dalarn Pemanfaatan
Hasil Peningkatan Kualitas Perilaku Hasil Pembelajaran pada Ranah
Kognitif.. ......................................................................................

Sebaran Persentasi Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pemanfaatan
Hasil dengan Peningkatan Kualitas Perilaku Hasil Pemhlajaran pada
Ranah Afekt if... ..............................................................................
Sebaran Persentasi Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pemanfaatan
Hasil dengan Peningkatan Kualttas Peritaku Hasil Pembelajaran pada

Ranah Psikomotorik........................................................................

Sebaran Persentasi Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pemanfaatan
Hasil Peningkatan Kualitas Perilaku Hasii Pembelajaran pada Ranah
Psikomotorik.. ................................................................................

DAFTAR GAMBAR
Halaman

1.

Bagan Kemngka Pemikiran Peranan Pemimpin Formal dalam
Menggerakkan Partisipasi Masyarakat..........................................

22

2.

Struktur Organisasi PKBM Alpa.. .................................................

92

3.

Struktur Organisasi Alpa spa^ Part.............................................

93

4.

Proses Pembelajaran Komponen Sepeda Motor Terpadu dengan
Kewirausahaan di PKBM A1pa.....................................................

94

5.

PetaDesaCirangrang,KecamahnBabakanCiparay,KodyaBanduq

95

8.

Poto Komponen Sepeda motor yang dipmduksi pada Program

keterampilan di PKBM AlpaIAlpa Spare Part.. .................................

7.

96

Poto PKBM Alpa dan Para Peserta Program Ketwampiian di Home
Industry dan di bengkel PKBM AlpalAlpa Spare Part........................

97

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1.

Struktur Organisasi Alpa Spare Part..........................................

92

2.

Struktur Organisasi PKBM Alpa.. ..............................................

93

3.

Proses Pernbelajaran Kornponen Sepeda Motor Terpadu dengan

Kewirausahaan di PKBM A l p . .................................................

94

4.

Peta Desa Cirangrang............................................................

95

5.

Poto Kornponen Sepeda Motor yang Diproduksi dari Program
Keterarnpilan di PKBM AlpalAlpa Spare Part...............................

6.

96

Poto PKBM Alpa dan Para Peserta dari Program Keteramplan di

Home Industry dan di Sengkel PKBM AlpalAlpa Spare Part............

97

PENDAHULUAN

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewan lntemasional Pengembangan
Pendidikan (The International Central of Educational Development) mengungkapkan
bahwa negara-negara bekernbang umumnya mempunyai masalah jumlah
penduduk yang tinggi, pndapatan perkapita yang rendah, rata-rata 40% tefdapat
penduduk miskin, rnaraknya penganggumn, serta rendahnya tingkat pendidikan,

sehingga untukmengatasi permasalahan tersebut, Cmmbs (Supriatna , 1 997: 26)
mernandang

perlu

diadakannya

program pernbangunan

pendidikan yang

berorientasi kepada masyarakat miskin melalui pendidikan sekolah (yaitu pendidikan

formal),dan pendidikan luar sekolah (yaitu pendidikan nonformal dan informal) yang
diselenggarakan di masyarakat, lernbaga-kmbaga, dan keluaga.
Pendidikan nonformal merupakan altematif baru untuk memecahkan
masalah-masalah pndidikan di pedesaan, baik yang disebabkan oleh keterbafasan
pendidikan formal, maupun usaha untuk mencari bentuk atau aliran yang sesuai
bagi masyarakat (Sudjana, 1991: 4, 91).
Program pendidikan luar sekolah (PLS) menurut Harbinson (Sudjana, 1991:

I , 14) dapat digolongkan menjadi tiga kategori yaitu: (1) program pendidikan untuk
meningkatkan kemampuan kej a bagi masyarakat yang telah mempunyai pekejaan;
(2) program pendidikan untuk mempersiapkan angkatan keja, terutama bagi
generasi muda yang akan memasuki lapangan keja; dan (3) program pendidikan
untuk

memperluas

dan

meningkatkan

pemahaman

pengstahuan, keterampilan, sikap, dan tentang dunia kerja.

rnasyarakat

tentang

Trend tetbaru PLS yang sedang digalakkan adalah Pusat Kegiatan Belajar
Masyamkat (PKBM) yang dapat dikembangkan menjadi wahana pembehjaran

demokrasi Indonesia {Napitupulu, 2000: 281, sehingga PKBM merupakan wadah
pemberdayaan masymkat

datam

membangun masyarakat

mandin

yaitu

menjadikan masyarakat memiliki kekuatan yang kreatif dalam mengernbangkan
potensi yang ada dilingkungannya (Jukri, 2000: 55). Oengan demikian tumbuhnya
model PLS melalui PKBM diharapkan menjadi era barn untuk mernberdayakan
masyarakat karena PKBM mengembangkan pendidikan yang bersifat perpaduan
teoritis yang berhrjuan untuk peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai,

keyakinan, dan partisipasi warga masyatakat.
Adapun salah satu contoh PKBM yang berhasil dan dapat dijadikan kajian bagi
PKBM lainnya di Indonesia adalah 'PKBM Alpa" yang terjetak di Kelurahan
Cirangrang, Kecamatan Babakan Ciparay, kotamadya Bandung. Dikatakan

demikian, karena menunrt anggapan sementara bahwa dengan adanya PKBM Alpa

ini memiliki dampak yang positif bagi warga masyarakatnya (Sihombing, 2000a:
f55), selain itu jug& karena hrdasarkan alasan dan pertimbangan bahwa di PKBM

Alpa terdapat adanya upaya pembinaan dan pengembangan industri kecil suku
cadang sepeda motor yang dilakukan oleh Alpa Spalle Parts1 PKBM Alpa nampak

tenrs menews, berkelanjutan, dan terpadu dengan berbagai aspek yang cenderung
saling menguatkan.
Penelitian ini difokuskan pada kegiatan program keterampilan produksi
komponen sepeda motor, karena menurut pendapat Colletta dan RadclMe (Sudjana,
1991: 35) dan Faqih (2000: 54) bahwa ciri utarna perubahan tingkah laku lulusan

Pendidikan Luar Sekolah (PLS) adalah dalam ha1 penguasaan keterampilan

sehingga dapat memunculkan sumber mata pencaharian dan rneningkatkan taraf
hidup masyarakat.

Menurut Sihombing dan Gutama (1999: 701, pada dasarnya program-pragram
yang dilaksanakan di PKBM adalah programprogram pernberdayaan (program

Paket A setara SD, Paket B setara SLTP, Paket C setara SMU, Keaksaraan
Fungsional (KF), Pendidikan Anak Usia Dini ( P A W ) , Kelompok Belajar Usaha

(KBU), magang, progmm pendidikan ketemmpilan, dan program bimbingan belajar
kelompok)

yang

dalam

proses

pembelajarannya

menggunakan

metode

pernbelajaran yang mencerminkan kemandirian masyarakat dalam memilih program

yang diyakini dapat memperbaiki kualitas kehidupannya, sehingga tetdapat persepsi
yang baik dari masyarakat tefhadap program-program pemberdayaan tersebut di

PKBM dan melibatkan partisipasi aMl masyarakatnya dalam proses pembelajaran
yang dilaksanakan secara demokrasi.

Tentunya juga telah teqadi adopsi program oleh para pemimpin formal di daerah
tersebut sehingga proses adopsi tersebut menjadi awal dari proses difusi terhadap

masyarakat karena pemimpin memiliki pengaruh untuk mengajak masyarakat dalam

mencapai tujuan bersama pada kegiatan program-program pembelajaran yang

dilaksanakan di PKBM Alpa.
Hal yang menarik di sini adalah tersiratnya proses kepemimpinan dan sejauh
mana

proses

kepemimpinan dapat

dikaitkan dengan

peranannya dalam

menggerakkan partisipasi masyarakat di PKBM Alpa ini beium dapat diketahui
dengan pasti, sehingga perlu diteliti.

Adapun intiinti pertnasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan antara peranan pemimpin formal dengan partisipasi

masyarakat pada program keterampilan produksi komponen sepeda motor di
PKBM Alpa 3.
2. Faktor-faktor apa saja di luar kepemimpinan formal yang berperan dalarn
rnenggerakkan partisipasi masyarakat pada program ketemrnpilan pmiuksi

komponen sepeda motor di PKBM Alpa ?.
3. Sejauhmana partisipasi masyarakat pada prograrn keterampilan produksi

komponen sepeda motor di PKBM AIpa bemubungan dengan peningkatan

kualiis perilaku hasil pembelajaran ?.

Tujuan Penelfin

Sejalan dengan perrnasalahan di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk:
1. Menganahsis hubungan antara peranan pemimpin formal dengan pahsipasi

masyarakat pada program keterarnpilan produksi komponen sepeda motor di
PKBM ALpa.
2. Menganalisis hubungan dari faktor-falrtor di luar kepemimpinan formal dengan

partisipasi masyarakat pada prqram keterampilan produksi kompomn sepeda
motor di PKBM Alpa.

3. Menguji hubungan antara partisipasi masyarakat pada program keterampilan
produksi komponen sepeda motor di PKBM Alpa dengan peningkatan kualitas
perilaku hasil pembelajaran.

Kegunaan Hasll Penelitian

1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat rnembrikan perluasan

wawasan akdemis tentang peranan pemimpin formal dalarn rnenggerakan
partisipasi masyarakat di PKBM.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan bagi
penpmbangan program-program pembelajaran di PKBM (khususnya pada
kegiatan program keterarnpilan) untuk rnasa akan datang.

TiNJAUAN PUSTAKA

Pusat Kegistan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagal Salah Satu Model
Psndidikan Luar Sekolah (PLS)

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai "lembaga" yang
dibentuk obh, dari, dan untuk masyarakat memiliki arti sebagai tempat pembelajaran
dalam berbagai macam keterampilan dengan memanfaatkan sarana, prasarama, dan
potensi yang ada disekitar lingkungan desa agar masyarakat memiliki keterampilan
yang dapat dimanfaatkan untuk rneningkatkan taraf hidupnya secara ebktif, efisien,

dan berkesinambungan (Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis Depdiknas (Dit.
D i k n t i s Depdiknas) dalam Kusmiadi: 2000: 61, dan Sihombing, 2000b: 157).
Sedangkan menunrt Balitbang Depdiknas (Kusmiadi 2000: 6t), PKBM adalah suatu
tempat kegiatan pernbelajaran masyamkat yang diarahkan pada p e m a y a a n
potensi desa untuk menggerakkan pembangunan di bidang sosial, ekonomi, dan
budaya.

Dua definisi atau pengertian di atas walaupun ada pehdaan sudut pandang
dalam penguraian dan pemaknaannya, namun keduanya memiliki hakekat dan

dasar filosofi yang sama atau paling tidak hampir sama. Keduanya memberikan
tekanan bahwa prakarsa penyelenggaraan pendidikan khususnya pendidikan luar

sekolah (PLS) dapat diharapkan tumbuh dan berkernbang atas prakarsa masyarakat

sendin, sehhgga akan lebih berorientasi pada kebutuhan masyarakat setempat dan
masyarakat akan met-asa memiliki, yang seianjutnya kegiatan pembelajaran
berkelanjutan (continuinglearning) diharapkan tejadi secata optimal.

Berkaitan dengan itu, Kindervatter (Kusmiadi, 2000: 62) mengemukakan
bahwa karakteristik suatu kegiatan pembelajaran akan lebih brhasil dan bermakna
jika karakteristiknya: (1) 'Ymnsfer of responsibildy", bahwa kegiatan PLS secara
berahgsur-angsur

haws

dapat

diserahkan

tanggung

jawab

kegiatan

pembelajarannya kepada masyarakan (warga belajar) baik dalam perencanaan,
peiakanaan, evaluasi, dan tindak lanjut belajar; (2) 'endogenem", yaitu kegiatan

pernbelajaran berangkat dari potensi yang ada dan dimiliki masyarakat.
Programgmgram

yang

diselenggarakan

PKBM

diarahkan

untuk

mengemhngkan keterampilan dan pengetahuan yang tepat dan sesuai dengan
tuntutan pasar, serta tersedianya sumber dan faMor pendukung lainnya yang

terdapat di masyamkat. Peningkatan taraf ekonomi atau kesejahteraan ini
diutamakan, dengan dasar pemikiran bahwa kenyataan masyamkat yang ada di
pedesaan dan perkotaan aspek ekonomi adalah titik pangkal kehidupan sosial.
Berltenaan dengan arah penyeienggaraan PKBM ini disarankan pula oleh Dit.
Diktentis Depdiknas (Kusmiadi, 2000: 5), bahwa arah PKBM adalah: (I)
membentuk
manusia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap dan mampu
menciptakan lapangan pekejaan, sehingga memiliki penghasilan yang tetap dan
layak; (2) membentuk manusia yang mau dan mampu mengembangkan dan atau
menularkan keterampilannya kepada orang lain.
Menumt Sihombing (2000b: 91-92), misi kursus secara substantif diarahkan
untuk memkri makna nilai tambah terhadap pengentasan pengangguran,
pembentukan

kemampuan

wiraswasta,

peningkatan

kemampuan

bekeja,

penguatan profesionalisme, peningkatan produrnas kerja, peningkatan industri dan
berbagai kegiatan ekonomi yang hams terus menems diaktualisasikan melalui
berbagai kiat, strategi, dan program aksi yang tetap terarah dan tetap bermakna.

Pengertian Peranan

Menurut Melly (1985: 22)) konsep 'peranan" dihubungkan dengan perilaku

seseomng dalam kedudukan tertentu. Soekanto (1988: 26) menjelaskan bahwa
apabila

seseorang

menjalankan

hak

dan

kewajibannya

sesuai

dengan

kedudukannya. maka ia menjalankan suatu peranan. Dengan demikian, antara
status dengan peranan terdapat kaitan yang erat, yang pertama mempakan basis
untuk yang kedua (Veeger et-a/.,1997: 60).

Seringkali orang memiliki lebih dari satu status, sehingga peranan yang
dijalankannya juga bema-beda, dan ini berarti pola perilakunya juga tertentu. Katz
dan Kahn (1970: 37) menyatakan bahwa peranan menggambarkan perilaku spesifik
yang hams dilakukan seseorang sehubungan dengan tugas tertentu.
Bedasarkan defenisidefenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa peranan

merupakan perilaku yang dUakukan seseorang yang berkaitan dewan kedudukan
yang dimilikinya.

Kepemlmpinan

Menurut Dahama dan Bhatnagar (1980: 332-337), pemimpin adalah
sesmrang

yang

secara

spontan

mempertimbangkan,

menentukan,

dan

mempengaruhi dalam situasi yang spesifik, sedangkan kepemimpinan adalah

proses mempengaruhi perilaku individu dalam situasi tertentu.
Slarnet (1993: 103) rnengemukakan pengertian pemimpin yaitu mengacu
pada seworang (indiviu bersangkutan) dengan segala kemampuannya, sedangkan
kepmirnpinan mengacu pada perilaku seorang pemimpin. Berkaitan dengan

pendapat Slamet di atas, Kartono (1993: 5) mengatakan bahwa kepemimpinan
dapat berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengawhi,

dan menggerakkan orang-rang lain guna melakukan sesuatu demi pencapaian satu
tujuan tertentu.
Beberapa pengertian mengenai pemimpin di atas dapat ditarik satu

pengertian tentang pemimpin, yaau pemimpin adalah seseorang yang memiliki
kemampuan mempengaruhi dan mengatur perilaku orang lain kearah pencapaian

tujuan.
Dilihat dari kehidupan masyarakat desa didapati pernimpin masyarakat y a w

berasal dan dipatuhi oleh masyarakatnya. Pemimpin masyarakat ini menurut Word
(1987: 7) disebut pemirnpin lokal. Kartono (1993: 8-9) mengelornpokkan pemimpin
lokal dalam dua kelornpok status kepemimpinan, yaitu pemimpin formal dan
pemirnpin informal. Dalam penelitian ini difokuskan hanya kepada pemimpin formal.
Pemimpin fomal adalah orang yang oleh ditunjuk organisasillembaga

sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk
memangku suatu jabatan dalam suatu struMur organisasi, dengan segala hak dan
kewajibsn yang berkaitan dengannya untuk mencapai sasaran organisasi. Ciricirinya adalah : (1) berstatus sebagai pemimpin formal selama jabatan tertentu, atas

dasar legalitas formal oleh penunjukkan pihak yang berwenang; (2) sebelum
pengangkatannya, pemimpin hams memenuhi beberapa persyaratan formal terlebih

dahulu; (3) diberi dukungan oleh organisasi formal untuk menjalankan tugas
kewajibannya sehingga selalu memiliki atasan; (4) mendapatkan balas jasa materiil
dan non materiil tertentu, serta penghasilan sampingan lainnya; (5) bisa mencapai

promosi

kenaikan pawkat formal; (6) apabila melakukan kesalahan akan

mendapatkan sanksi dan hukurnan; dan (7) selama menjabat kepemimpinan diberi
kekuasaan dan wewenang.
Menurut Depositario (Valera, t 987: 39) peranan pemimpin lokal secara garis

besar dapat digolongkan menjadi dua peran, yaitu sebagai pemimpin opini dan
sebagai

agen

pembangunan.

Peranan sebagai

pemimpin

opini

adalah

mernpengaruhi sikap-sikap atau perilaku nyata dari anggota rnasyarakat lainnya

secara informal.
Peranan pemimpin kkal sebagai agen pembangunan adalah sebagai berikut:
(1) membantu mernperkenalkan upaya-upaya pembangunan rnasyarakat; (2)
mernbantu menyebarluaskan kegiatan maupun upaya penyuluhan yang dilakukan

oleh agen pembangunan agar dapat menjangkau sasaran yang lebih banyak; (3)
menrrnuskan kepentingan, yaitu membantu agen pembangunan dalam menjelaskan
aspek-aspek

pembangunan

kepada

rnasyarakat,

dan

membantu

dalam

mengarahkan kelompok pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan programprogram pembangunan agar dapat memecahkan masalah yang dihadapi oleh
masyarakat; (4) menghubungkan, yaitu membantu agen pembangunan dalam
bemubungan dengan orang-orang yang berpengaruh dafl anggota masyarakat atau

sebagai liaison bagi masyarakat; (5) rnengawasi suatu pekejaan apabila dalam
suatu rnasyarakat sedang berlangsung proyekproyek atau kegiatan pembangunan,

selain itu juga membantu menentukan prosedur kerja sehingga sumber daya
manusia dan sumkr daya yang lainnya dapat digunakan dengan maksimal; dan (6)
membantu rnengatur kelompok dalam pelaksanaan program-program pembangunan

masyarakat desa.
Berkaitan dengan peranan pemimpin lokal seperti yang tersebut di atas,
maka secara singkat peranan pemimpin formal di PK8M Alpa yang diteliti yaitu

peranan pemimpin formal dalam: (1) rnemberi informasi; (2) ) meningkatkan
motivasi; dan (3) mengarahkan kegiatan.
Menurut Teny (Kartono, 1993: 4144)dan

Syamsu ef. a/. (1991: 109-11I),

ada sepuluh sifat yang merupakan karakteristik kepribadian yang hams dimiliki oleh

seorang pemimpin yaitu: (1) kekuatan, (2) stabilitas emosi, (3) pengetahuan tentang
rwlasi insani, (4) kejujuran, (5) objektii, (6) dorongan pribadi, (7) keterampitan
berkomunrkasi, (8) kemampuan mengajar, (9) keterampilan sosial, dan (10)
kecakapan teknis atau kecakapan rnanajeriaf.
Ada beberapa karakteristik kepribadian pemirnpin yang ditelaah penelitian ini,

diantaranya adalah: (1) kekuatan, yaitu kekuatan badaniah dan rohaniah yang
merupakan syarat pokok bagi pemimpin yang hat-us bekeja lama dan b r a t pada

waMu-waMu yang lama dan tidak teratur, dan di tengah-tengah situasi-situasi yang
sering tidak menentu; (2) stabilitas emosi, yaitu tidak mudah marah, tersinggung
perasaan, menghomati martabat orang lain, toleran terhadap kelemahan orang lain,

dan bisa mema'afkan kesalahan-kesalahan yang tidak terlalu prinsipil; (3) kejujuran,
yaitu sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin yang baik, yaitu jujur pada diri sendiri

dan pada orang lain, menepati janji, tidak selingkuh atau munafik, dapat dipercaya
dan krfaku adil pada setiap orang;; dan (4) kemampuan mengajar, yaitu pemirnpin
harus mampu menjadi gum yang baik guna mengembangkan pengetahuan
keterampitankemahiran teknis tertentu, dan menambah pengalaman mereka agar
para pengikutnya bisa mandiri, mau memberikan loyalitas dan partisipasinya.

Setiap kelompok sosial pasti memiliki pola tingkah laku yang sesuai dengan
tipefgaya kepemimpinan yang mengatumya. Menurut Syamsyu et. al. (7 991 : 127-

128) dan Kartono (1993: 89-74), tipelgaya kepmimpinan dapat digolongkan

menjadi: (1) tipe otoriter, (2) tipe lakes faire, (3) tipe demokratis, (4) t i p kharismatik,
(5) tipe paternalistik, dan (6) tip0 militeristk.

Pada penelitian ini, tipelgaya kepemimpinan yang efektii bagi pelaksanaan
program di PKBM adalah tipelgaya kepemimpinan yang demokratis, yang

mengutamakan partisipasi aktif dari setiap masyarakatharga belajar dengan
menghargai potensi setiap individu, bersedia mengakui keahlian para spesialisnya
dengan bidangnya masing-masing, dan mampu memanfaatkan kapasitas setiap
anggota seefektii mungkin pada saat kondisi yang tepat.

Menurut Kodlzes dan Posner (1995: 18-22) dan Slamet (2000), pemimpin
hams memiliki komitmen kepemimpinan yang harus menjadi kebiasaannya dan
tekadnya sebagai pemimpin, yaitu:

Proses PembslaJaranpa& Pragram Ketmrampilan di PKBM

Sudjana (1991: 29) mengungkapkan bahwa dalam proses pernbelajaran
(proses belajar mengajar) pendidikan luar sekolah (PtS) memiliki beberapa
karakteristik yang khas jika dibandingkan dengan pendidikan sekolah, yaitu: (1)
dipusatkan di lingkungan masyarakat dan lembaga; (2) berkaitan dengan kehidupan

peserta didikharga belajar dan rnasyarakat; (3) struMur program yang fleksibel; (4)

berpusat pada peserta didik; (5) penghematan sumber-sumbr yang tersedia.
Berkaitan dengan karakteristik dari PLS seperti yang tehh disebutkan di
atas, proses pembelajaran di PKBM merupakan salah satu fairtor yang dapat
berperan dalam menggerakkan rnasyarakat untuk berpartisipasi pada program

keterampilan.
Menurut Padmowihardjo (2000: 9-10), m e t d e adalah cara penyampaian

materi melalui media komunikasi oleh $umber kepada sasaran agar bisa dan
membiasakan din menggunakan teknologi baru. Di PKBM, sumber belajamya
disebut dengan tutorlpamong belajar (yang dapat bersumber dari pemimpin formal),
serta sasarannya adalah masyarakatharga belajar.

Metode pmbelajaran dapat digolongkan dalam bberapa cara, antara lain:
1.

Berdasarkan teknik komunikasi,maka metde pembelajaran tehagi 2 yaitu:

a.

Komunikasi langsung, yaitu metode pembelajaran secara langsung.
Misalnya kursus, demonstrasi, dan lain-lain.

b.

Komunikasi tidak langsung, yaitu metode pernblajaran secara tidak
langsung. Misalnya publikasi dalam bentuk cetakan, melalui siaran
radiom, dan lain-lain.

2.

Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai, maka metode pembelajaran
terbagi 2 yaitu:

a.

Metode pembelajaran untuk pendekatan 'individualw, dilakukan

apabila sumber k l a j a r berhubungan secara langsung atau tidak
tangsung secara individu. Misalnya k l a j a r perorangan, hubungan
tekpon, surat menyurat secara perorangan, dan lain-lain.

b.

Metode pembelajaran untuk pendekatan "kelornpok", dilakukan
apabila sumber belajar bemubungan dengan kelompok sasaran.
Misalnya diskusi kelornpok, kursus, demonstrasi hasil, temu karya,
dan lain-lain.

c.

Metode pembelajaran untuk pendekatan "massal", dilakukan apabila
sumber belajar menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada
sasaran dalam jumlah banyak. Misalnya rapat, melalui siaran
radiom, penyebaran brosur, folder, penempelan poster, dan lainlain.

Adapun tujuan pemilihan metode pembelajaran adalah: (1) agar sumber
belajar dapat rnenetapkan suatu metode atau kombinasi beberapa metode yang
tepat dan behasil guna; dan (2) agar kegiatan program yang dilaksanakan untuk

menimbulkan pembahan yang dikehendaki dapat berdaya guna dan berhasil guna
(Padmowihardjo, 2000: 13-14).
h n u m t Sihombing (2001: 38), metode pembelajaran y ang digunakan
pendidikan tuar sekolah (di PKBM) adalah metode-metode yang mendotong
kemandirian, sehingga metdefteknik yang digunakan hams dipttih yang benar-

benar memungkinkan peserta &pat berpartisipasi secara rnaksimal dalam programprogramnya di PKBM.
Materi pelajaran adalah bahan yang digunakan untuk belajar yang membantu

untuk mencapai tujuan instruksional, dimana warga belajar hams melakukan
sesuatu terhadap sesuatu rnenunrt jenis perilaku tertentu ( ' n k e l , 1998: 295).

Menunrt Padmowihardjo (2000: 23), mateti pelajaran sangat menentukan temadap

jenis metode pernbelajaran yang akan digunakan.

Terdapat bebetapa kriteria untuk pemilihan materi yang tepat dan sesuai
diantaranya yaitu: (1) materilbahan belajar haws relevan terhadap tujuan
instruksional yang

haws dicapai,

berarti

bahwa

materi pelajaran

hams

memungkinkan memperoleh jenis perilaku yang akan dituntut watga belajar, yaitu
jenis perilku kognitii, afekti, atau psikomotorik; (2) matedbahan belajar harus sesuai
dalarn taraf kesulitannya dengan kemampuan warga belajar untuk rnenerirna dan

mengolah bahan itu; (3) matedbahan belajar harus rnernbantu untuk melibatkan diri

secara aktif, baik dengan berpikir sendiri maupun dengan melakukan berbagai
kegiatan; dan lain-lain (Winkel, 1996: 296-297).

Menurut Sihornbing, (2000b: 40; 2001: 881, sarana belajar adalah bahanbahan belajar yang ada di masyarakat ataupun yang disediakan oleh pemerintah

atau lembaga lainnya, baik dalam m t u k bahan belajar tulisan, maupun bahan
lainnya yang dapat digunakan untuk belajar, seperti: modul, buku, sarana belajar
lokallgdung, peralatan belajar mengajar, dan lain-lain. Tersedianya sarana akan
sangat menentukan altematiflkombinasi rnetde pembelajaran yang akan dipifih.

Karakteristik PribPdl Masyarakat

Jahi (1981:X-10) mengemukakan bahwa dengan mengetahui karakteristik
para pelajar dalam penyusunan rwncana pelajaran akan berguna bagi penentuan

pada tingkat mana pelajaran itu a h n di mulai dan pendekatan-pendekatan mengajar

apa yang dapat digunakan.
Berkaitan dengan pendapat di atas, Slamet (1978: 396) berpendapat bahwa
perbdaan-pbdaan individuil yang mempenganrhi cepat lambatnya proses adopsi

adalah: (1) urnur; (2) pendidikan; (3) status sosial; (4) kekosmopolitan; (5)

keberanian mengambil resiko; (6) sikap terhadap perubahan; (7) motivasi berkarya;
(8) aspirasi; (9) fatalisme; (10) diagnotisme.

Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Slamet (1978: 396) di atas,
karakteristik pribadi masyarakatlwarga belajarlpeserta yang akan diteliti disini,
antara lain yaitu:
I.

Umur

De C e c a (1968: 61) mengemukakan bahwa umur warga belajar akan

berpengaruh p d a kematangannya, baik kematangan fisik, maupun kematangan
emosional, yang sangat menentukan kesiapan belajar. Demikian pula menurut

Klausmeier dan Goodwin (1966: 97) serta Dahama dan Bhatnagar (1980: 164) yang
mengemukakan bahwa umur warga belajar berkaitan dengan efisiensi dan kapasitas
belajar seseorang yang tidak merata menurut perkembangannya umumya, di mana
kapasitas menaik sampai usianya dewasa kemudian menurun sehubungan dengan
krtambahnya umur.
2.

Tingkatpendidikan
Menurut De Cecco (t968: 61), kesiapan belajar seseorang ditentukan

kematangannya

dan

pendidikan

yang

diperolehnya.

Selanjuhya,

Faisal

{Simorangkir, 1987: 25) mengemukakan bahwa latar belakang pendidikan perlu
dipertimbangkan, tenrtama dalam rangka penentuan tiiik berat dan teknik-teknik
serta jalur penyampaian materi.

3.

Tingkat pendapatan
Menurut Muhdjir (1982: 122), kesernpatan memperoleh pendidikan akan

cendemng jatuh pada golongan yang kemampuan skonorninya tidak minimal, maka
kesempatan golongan kew golongan berpendapatan rendah menjadi minim pula.
Hal ini dapat dikaitkan dengan hasil penelitian dari Agusfidar Nasution (Simorangkir,

1987: 23) yang menyimpulkan bahwa antar aspek penghasilan, kondisi kerja, dan
pendtdikan terdapat hubungan yang berarti. Mengabaikan salah satu diantaranya
akan membawa akibat kepada dua lainnya
4.

Jarak Tempat Tinggal

Jarak ternpat tinggal merupakan suatu yang dijadikan pertimbangan dalam
rnernbentuk program-program pembelajaran (terutama dalam program keterampilan

produksi spare part ini), hal ini karena program keterampilan sebagai salah satu

kegiatan yang hams memikirkan praktis dan tepat guna. Faisal (Simorangkir, 1987:
29) mengemukakan bahwa variabel tempat tinggal sedkit banyaknya akan mernberi

wama tehadap conk program di masing-masing lingkungan tempat tinggal. Hal ini

tentu akan dapat mengganggu partisipasi masyarakat (warga belajar) dalam
kegiatan program pembelajaran yang diikutinya.
5.

Motivasi
Motivasi menrpakan unsur yang paling penting dalam kegiatan belajar yang

efisien, karena seseorang akan berhasil jika seseomng itu memiliki motivasi untuk
belajar. Sejalan dengan ha1 di atas, Kibler et at (Simorangkir, 1987: 29)
mengemukakan bahwa proses belajar akan lebih efisien jika warga belajar yang

bersangkutan memitiki motivasi, keinginan untuk mempelajari sesuatu yang
dipikirkannya.
Dahama dan Bhatnagar (1880: 137) rnengatakan bahwa motivasi merupakan

proses awa! untuk tumbuhnya kesadaran untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat.
Sedang motif adalah dorongandorongan dari dalam diri seseorang untuk berbuat
guna mencapai pemenuhan kebutuhan. Berdasarkan pengertian di atas diketahui

bahwa motivasi rnuncul karena adanya minat, kebutuhan bagi seseorang. Motivasi

adalah yang menimbulkan motif bagi seseorang dan mdtii ini muncul dari dalam din

seseorang karena adanya rninat dan atau kebutuhan yang dirasakan ingin dipnuhi.

Pengettian dan Macam Partisipasi
Pengertian partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977: 4 8 ) adalah

mengacu pada pengertian partisipasi sebagai keterlibatan a M i masyarakat dimulai
dari tahap proses pengambilan keputusan tentang rencana kegiatan, tahap

pelaksanaan kegiatan, tahap menikmati hasil, dan tahap evatuasi pelaksanaan
kegiatan. Dengan demikian, jenis partisipasi yang diharapkan m e n d u p : (1)
partisipasi dalam pengambilan keputusanlpeencanaan; (2) partisipasi dalam
pelakanaan; (3) partisipasi dalam evaluasi, dan (4) partisipasi dalam menikmati
hasil.
Partisipasi dalam tahap pengambilan keputusaniperencanaan dibedakan

dalarn tia kegiatan, yaitu: (1) pada saat penentuan keputusan awal mengenai
proyek dengan mempethatikan kepertuan dan prioritas pmyek atau kegiatan apa

yaw

akan dikerjakan; (2) ikut serta secara terus menems dalam setiap proses

pengambilan keputusan; (3) ikut serta dalam merumuskan keputusan mengenai

mncana keja.
Partisipasi dalam tahap pelaksanaan dibdakan dalam tiga kegiatan, yaitu:
( 1 ) sumbangan sumkrdaya yang berupa sumbangan tenaga dengan ikut bekej a
dalam program, sumbangan materi atau pemberian inforrnasi; (2) terlibat dalam
kegiatan administrasi dan koordinasi; serta (3) ikut serta sebagai peserta dari

program yang dilaksanakan.

Partisipasi dalam tahap evaluasi mempakan tahap yang penting bagi para
pengarnbil keputusan untuk mempemleh naasukan mengenai pelaksanaan program.
Partisipasi dalam tahap menikmati hasl mencakup: (1) keuntungan materil

yang hmpa meningkalnya pndapatan dart konsurnsi, baik dalarn bentuk jumtah
maupun distribusi yang merata; (2) keuntungan sosial antara lain meningkatnya
pendidikan dan terberantasnya buta hunrf; (3) keuntungan prorangan antara lain

berupa kemantapan status sosial seseorang serta meningkatnya kekuasaan politik .
Suyatna (1982) menyebutkan bahwa selain faktor individu sebagai sasaran
pembahanran yang berpenganrh dalam partisipasi, faktor sistem penyuluhan
pembinaan (dalam ha1 ini menyangkut kepemimpinan)juga sangat berpenganrh bagi
kelancaran masyarakat untuk berpartisipasidalam pembangunan.

Kuatbs Perilaku b s i l Pornbelajaran di PKBM

Berbicara tentang kualitas perilaku hasil pempelajaran, sema tidak langsung
brkaitan dengan keluaran (output) dari PKBM. Menurut Sudjana (1991: 34),
Keluaran (output) yaitu kuantitas lulusan yang disertai kualitas perubahan tingkah
laku yang didapat melalui kegiatan belajar membelajarkan. Perubahan tingkah l a b

ini menmkup ranah kognitii, afektif, dan psikomotor yang sesuai dengan kebutuhan
belajar yang mereka perlukan.
Menurut Colletta dan Radcliffe (Sudjana, 1991: 35) pada pendidikan luar

sekolah penrhahan ranah psikomotor atau keterampilan lebih diutamakan disamping
tidak mengabaikan perubahan ranah kogniti dan afektii, dan pada pendidikan di
sekolah lebih mengutamakan tujuannya untuk memenuhi kebutuhan belajar dalam

ranah kognitii sehingga pengetahuan (knowledge) menjadi ciri utama perubahan

tingkah laku anak didiklwarga Majar, sedangkan pada pendidikan dalam lingkungan
keluarga (pendidikan informal) lebih mengutamakan kebutuhan ranah a f e M

sehingga sikap rnenjadi utarna hubungan di dalam dan antar keluarga. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pada pendidikan lingkungan masyamkat (pendidikan luar
sekolahlnonformal)

lebih

mengutamakan

kebutuhan

psikomotor

sehingga

keterampilan (skills) menjadi tiik berat garapan setiap program pendidikannya, dan

penguasaan keterampilan menjadi ciri utama perubahan tingkah laku lutusannya,
sehingga dengan dernikian diharapkan memunculkan sumber mata pencaharian dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat (Faqih, 2000: 54).

Kerangka Pemiklran

Partisipasi masyarakat rnenrpakan kunci

Mama yang

menentukan

keberhasilan programprogram pembangunan, dan partisipasi tersebut dapat
tercapai jika program yang diadakanldilaksanakan didasarkan pada kebutuhankebutuhan yang dirasakan masyarakat,

serta dabm proses pembelajarannya

menggunakan metode pembelajaran yang menceminkan kemandirian rnasyarakat

(warga belajar) dalam memilih program yang diyakini dapat memperbaiki kualitas
kehidupannya. Tentunya diharapkan telah tejadi adopsi program oleh para
pemimpin formal di daemh tersebut kamna proses adopsi inilah yang menjadi awal
dari proses difusi terhadap masyaraka, sehimgga ha1 yang menarik di sini adalah
tersiratnya proses kepemimpinan.
Penelitian

ini difokuskan

pada

pemnan pernimpin formal

dalam

menggerakkan partisipasi masyatakat, termasuk peranan dari faktor-faktor di luar
kepemimpinan formal (yaitu proses pembelajaran dari program keterampilan di

PKBM dan karakteristik pribadi masyarakaharga belajar) yang turut brperan
dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap program keterampilan
produksi komponen (spare parts) sepeda motor yaw dilaksanakan di PKBM A l p .

Tingkat

partisipasi rnasyamkatharga

belajar

betpngaruh tethadap

perubahan perilaku, baik ranah kognitii (pengetahuan), afektii (sikap), maupun
psikomotorik (keterarnpilan). Pada kegiatan program keterampilan diharapkan terjadi

perubahan yang utama pada aspek psikomotorik, karena setelah selesalnamat
mengikuti kegiatan ini, masyarakat (warga belajar) diharapkan langsung dapat
bekerja dengan menerapkan langsung pengetahuanlketerampilan yang didapat dari
PKBM Alpa. Kerangka pemikiran di atas dituangkan dalam Gambar 1.

Gambar 1.

Bagan kerangka pmlklran "Peranan Pemimpin Formal dalam
Menggerakan Padslpasi Masyarakat di Pusat Kegirrtan BelaJar
Wgajar (PKBM) Alpa

Karakteristik

Kepemimpinan Formal
-

Peranan pemimpin

-

w r i s t i k sosial
pernimpin

-

Tipdgaya pemimpin

Komitmenpeminpin

Tingkat Partisipasi
Misyamkat

Pmes Pembeiajamn
pada Program
Keterampilan

-

-

Metode

pembelajaran
Materi pembelajaran
I : a b l a j a r

I

b

Tahap
Tahappemamhtan

hi1

k

Karakteristik Internal
Anggota Masyarakat /
Peserta

-

Umur
Pdidikan
Pendapatan

Jarak tempat

Motivasi

Pdqkatan K d i t a s Perihku
mil Pemhlajamn

-

Kognitif
Afektif

Psikomotorik

Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan yang nyata antara peranan pemimpin formal dengan
partisipasi peserta pada kegiatan program keterampilan.
2. Terdapat hubungan yang nyata antara Proses pernbelajaran dan karakteristik
internal peserta program keterampilan dengan partisipasi peserta pada kegiatan

program keterarnpilan.
3. Terdepat hubungan yang nyata antara partisipasi peserta pada kegiatan

program keterampilan dengan peningkatan kualitas perilah hasil pernbelajaran.

Penelitian dirancang berbentuk survei dengan penjelasan (explanatory

research) yaitu menjelaskan hubungan antara peubah-peubah penelitian melalui
pengujian hipotesis yang dimmuskan (Singarimbun dan Effendi, 1989: 5), sehingga
dalam ha1 ini digunakan instrumen angket brupa pertanyaan terbuka dan tertutup

dan diolah secara kuantitatif yang dijelaskan secara kualitatif, Kombinasi pendekatan
kuantitati dan kualitatif dalam penelitian survei dilakukan sebagai upaya untuk
memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti (Singarimbun
dan Effendi: 1989: 9).

Waktu dan Lokasl PenelMan

Penelitian dilaksanakan dari awal bulan . Agustus sampai -prtengahan

September 2002, dengan pemilihan lokasi penefitian sewra purposive yaitu PKBM
Alpa di Kelumhan Cirangmng, Kecamatan Babakan Ciparay, Kodya Bandung yang
didasarkan alasan dan pertimbangan yaitu bahwa di lokasi ini telah tejadi proses
pemberdayaan meblui upayaupaya pembelajaran dengan sejumlah karakteristik di

dalamnya, termasuk faMor kepemimpinan (yaitu kepemimpinan formal) dan adanya

upaya pembinaan dan pengembangan industri kecil komponen sepeda motor yang
dilakukan oleh Alpa Spare PartslPKBM Alpa yang befietanjutan dan terpadu dengan
berbagai aspek yang cenderung saling menguatkan.

Populasi, Sarnpel, dan Unit Analisis

Poputasi penelitiin adalah semua anggota masyarakat

yang menjadi

peserta dalam kegiatan program keterampilan produksi komponen sepeda motor di
PKBM Alpa dan bekeja di home industry dan bengkel yang bermitra dengan Afpa

Spare Parts yam berjumlah 180 orang. Sarnpel yang diambil dalam penelitian ini
sebanyak 100 orang. Menurut Sevilla et-a/.(1993: 163) bahwa jika jumlah populasi
sangat kecit (< 500 populasi), maka untuk sampelnya diperlukan minimum 20%.
Unit analisis pnelitian ini adatah peserta di PKBM Aipa yang terkait dengan

persepsi mereka terhadap peranan pemimpin formal dalam menggerakkan
partisipasi masyarakatlpeserta dabrn kegiatan program keterampilan pmduksi
komponen sepeda motor di PKBM dengan pesertanya adalah masyarakat yang

pemah mengikuti program keterampilan tersebut.
Adapun sampel dari pemimpin formal yang terpilih oleh peserta program
keterampilan di PKBM Alpa adalah sebanyak