Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Kesehatan Masyarakat (Studi Kantor kelurahan Kendana Kabupaten Labuhan Batu)

(1)

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL

TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT

DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN

(Studi di Kelurahan Cendana Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu) SKRIPSI

D I S U S U N OLEH :

ARFAN ANSYORI S SIREGAR 040903020

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh : Nama : Arfan Ansyori Siregar

NIM : 040903020

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Kesehatan Masyarakat (Studi Kantor kelurahan Kendana Kabupaten Labuhan Batu)

Medan, 13 September 2008

Ketua Departemen

Pembimbing Ilmu Administrasi Negara

(Dra. Beti Nst M.sc) (Dr. Marlon Sihombing, MA)

NIP. 131 757 009 NIP. 131 568 391

Dekan


(3)

DAFTAR ISI

Daftar Isi

Bab I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2 Perumusan Masalah ………. 3

1.3 Tujuan Penelitian ………. 3

1.4 Manfaat Penelitian ………... 4

1.5 Kerangka Teori ………...……. 4

1.5.1 Hakekat Pendidikan ……… 5

1.5.2 Partisipasi ……… 7

1.5.3 Masyarakat …………..……… 11

1.5.4 Pembangunan Kesehatan………...……….. 12

1.5.5 Kelurahan ……… 15

1.6 Hipotesa ………16

1.7 Defenisi Konsep ………... 16

1.8 Defenisi Operasional ……… 18

1.9 Sistematika Penulisan ……….. 21

Bab II. Metode Penelitian 2.1 Bentuk Penelitian ………... 22

2.2 Lokasi Penelitian ………... 22

2.3 Populasi dan Sampel ……….. 22

2.5 Penentuan Skor ……….. 24

2.4 Teknik Pengumpulan Data ……… 25

2.5 Teknik Analisa Data ……….. 25

Bab III. Deskripsi Lokasi Penelitian ……… 35

A. Gambaran umum Kelurahan Cendana ………... 35

1. Demografi dan Keadaan Alam ………. 35

2. Wilayah dan Pemanfaatan Lahan ………. 36


(4)

4. Jumlah dan Komposisi Penduduk ………... 40

B. Struktur Organisasi Pemerintahan ………...………… 43

Bab IV. Hasil – hasil Penelitian ... 46

A. Deskripsi Identitas Responden ……… 46

B. Distribusi Jawaban Responden ……… 49

C. Klasifikasi Data ………... 64

D. Pengujian Hipotesa Dengan Koefesien Product Moment ………... 67

1. Analisi Koefesien Product Moment ………. 67

2. Koefesien Determinant ………...…. 70

Bab V. Analisa Data ……….. 72

Bab VI. Kesimpulan dan Saran ……… 77

A. Kesimpulan ………. 77

B. Saran ……… 78

Daftar Pustaka

Daftar Riwayat Hidup Lampiran


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A.Suryadi. Pembangunan Masyarakat Desa. Bandung. Alumni. 1995

Feinke, Willian. Perencanaan Kesehatan Untuk Meningkatkan Efektivitas. Yogyakarta. Gajahmada University Press. 2002

I.Nyoman, Bharata. Desa, Masyarakat Desa. Bandung. Alumni. 2000

Kartini, Kartono. Metode Penelitian Research Sosial. Penerbit Alumni. Bandung. 1990 Louis Malassis. Dunia Pedesaan, Pendidikan dan Pembangunan. Jakarta. Gunung

Agung. 1997

M.Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survei. Edisi Revisi, Cetakan Kedua. Jakarta: PT.Pustaka LP3S Indonesia. 1995

Nasution, Amran. Administrasi Kesehatan Masyarakat. Medan. USU Press. 1997 Nasution, Amran. Perencanaan Kesehatan. Medan. USU Press. 1997

Nazili Shaleh Ahmad, DR. Pendidikan dan Masyarakat. Yogyakarta. CV. Bina Usaha. 1994

Purwanto, Ngalim MP, Drs. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. PT.Remaja Rusdakarya. Bandung. 1992

Rahmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung. Remaja Karya. 1991 S.P.Siagian. Administrasi Pembangunan. Jakarta. Gunung Agung. 2001

Safi’I, M. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah Perspektif Teoritik. Averroes Press. Malang. 2007

Sugiono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung. Alfa Betha. 1994 Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. Jakarta. LP3ES. 2000

Suwigujo. Administrasi Pembangunan Desa dan Sumber-Sumber Pendapatan Desa. Ghalia Indonesia. Jakarta. 1999

Yusran, Andi. Kelembagaan Partisipasi Kewenangan. Suska Press. Riau.2006 Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2005

Undang-Undang No.2 Tahun 1989 Undang-Undang No.23 Tahun 1992


(6)

Undang-Undang N0.23 Tahun 2003


(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Setiap manusia, masyarakat, dan bangsa berusaha mewujudkan hari esok yang lebih baik, demikian juga halnya dengan masyarakat Indonesia sehingga melakukan usaha progresif untuk mewujudkan keinginan tersebut. Bahkan masyarakat dunia secara global tidak henti-hentinya mencari konsep dan ragam hidup yang lebih baik bagi bangsanya melalui proses yang panjang yang dimitoskan sebagai pembangunan. Pembangunan sebagai proses perubahan sosial menuju tataran kehidupan masyarakat yang lebih baik bukanlah merupakan fenomena baru. Pembangunan bukanlah perkataan yang asing lagi kita dengar, ia telah membaur seiring dengan perkembangan waktu yang terus bergulir.

Pembangunan yang kita lihat sekarang ini lebih menekankan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat itu sendiri, namun dibalik itu semua perlu diperhatikannya pembangunan kesehatan pada masyarakat dalam rangka pembangunan nasional. Dalam pembangunan nasional yang diharapkan sangatlah perlu diperhatikannya kesehatan masyarakat untuk memperoleh masyarakat yang tangguh. Sesuai dengan Rencana Strategi pemerintah ada beberapa masalah yang timbul dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan baik di kota maupun di daerah diantaranya kurangnya peran serta masyarakat untuk aktif dalam meningkatkan hidup sehat dan sadar akan kesehatan masih rendah. Oleh karena itu untuk menyelesaikan masalah tersebut tidak hanya bias dilakukan oleh


(8)

pemerintah atau individu saja tetapi harus dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat baik yang ada di kota maupun yang ada di daerah

Dengan diterapkannya hal ini maka diharapkan penyelengaraan pemerintahan dapat berjalan dengan lebih cepat, efektif dan efisien. Dan di lain pihak, aparatur pemerintah daerah dan masyarakat dapat meningkatkan krestifitasnya dalam mengikuti perkembangan yang ada, bukan hanya di daerah yang bersangkutan tetapi juga perubahan yang terjadi secara nasional.

Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah maka pelaksanaan pembangunan juga mengalami perubahan yang signifikan terutama dalam hal pengikutsertaan masyarakat di dalamnya. Pembangunan yang sebelumnya dilaksanakan sebelum era reformasi yang dikenal dengan Pembangunan Lima Tahun yang kemudian diganti dengan Pembangunan Nasioanal Jangka Panjang mengisyaratkan bahwa masyarakat harus bersedia untuk berkorban demi kepentingan pembangunan. Partisipasi dalam hal ini didefenisikan oleh aparatur pemerintah sebagai kemauan rakyat untuk mendukung secara mutlak program-program pemerintah yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh pemerintah.

Otonomi daerah kemudian mengusulkan konsep baru partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Dimana partisipasi masyarakat adalah kerjasama antara masyarakat dengan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan pembangunan dan hasil-hasilnya. Dalam setiap proyek pembangunan harus mengikutsertakan masyarakat yang menjadi sasaran sekaligus unsur pelaksana dari pembangunan tersebut.


(9)

Namun keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan belum dijalankan sesuai dengan tuntutan dari otonomi daerah. Masih banyak aparatur pemerintah di daerah yang menjalankan pembangunan yang menerapkan prinsip bahwa masyarakat hanyalah bagian yang mengikut apa yang menjadi kebijakan pemerintah.

Kelurahan sebagai objek pembanguan dalam prakteknya sering kali terabaikan padahal banyak sekali potensi yang bisa digali dan dikembangkan yaitu tidak hanya potensi alamnya saja tetapi juga sumber daya manusianya juga bisa diberdayakan dalam mendukung pelaksanaan pembangunan. Tidak sedikit masyarakat kelurahan yang berhasil menjadi sarjana, dokter, bahkan profesor. Namun walaupun demikian tidak sedikit pula kelurahan yang tertinggal walaupun masyarakatnya bersekolah tinggi.

Selaras dengan pernyataan di atas penulis melihat bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan kelurahan Cendana sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat baik formal maupun non formal. Yang menjadi pertanyaan dapatkah pembangunan kesehatan dilakukan tanpa disertai pendidikan? Jika dapat bagaimana hasilnya? Dan apakah pembangunan kesehatan yang disertai dengan pendidikan itu dapat memberikan hasil yang lebih baik? Secara logika kita dapat mengetahui bahwa dengan pendidikan lah pembangunan kesehatan dapat dilakukan. Melalui pendidikan, masyarakat dibekali pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan, sehingga masyarakat menjadi tahu, mengerti, dan dapat melakukan dan mau melakukan sesuatu untuk peningkatan kualitas hidup. Perubahan perilaku ini apabila dipadukan dengan sumber daya alam yang tersedia, akan melahirkan perilaku baru yang disebut partisipasi. Partisipasi ini akan merangsang masyarakat lebih aktif dan kreatif


(10)

melaksanakan pembangunan yang terarah dan terencana terutama dalam meningkatkan perbaikan kualitas hidup masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian skripsi ini tentang : “Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal Terhadap

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Kesehatan”.

1.2Perumusan Masalah

Sejalan dengan uraian dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang akan di jawab melalui penelitian ini adalah :

1. Bagaimana tingkat pendidikan formal masyarakat di kelurahan Cendana kecamatan Rantau utara?

2. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan di kelurahan Cendana kecamatan Rantau Utara?

3. Berapa besar pengaruh tingkat pendidikan formal masyarakat terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan kelurahan Cendana Kecamatan Rantau Utara?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Ingin mengetahui bagaimana tingkat pendidikan formal di kelurahan Cendana kecamatan Rantau utara

2. Ingin mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan di kelurahan Cendana kecamatan Rantau Utara


(11)

3. Ingin mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan formal terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan kelurahan Cendana.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan manfaat bagi : 1. Masyarakat Kelurahan

Yaitu memberikan informasi kepada masyarakat kelurahan tentang partisipasi masyarakat kelurahan Cendana terhadap pembangunan kesehatan, yang bersumber dari tingkat pendidikan sebagai faktor yang berpengaruh dalam partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan kelurahan.

2. Pemerintah Daerah Setempat

Yaitu memberikan kontribusi pendidikan kepada pemerintah setempat dengan mengambil langkah kebijaksanaan yang efektif dan efisien dalam mengaktifkan masyarakat terhadap partisipasi mereka dalam pembangunan kesehatan kelurahan.

3. Bagi Penulis

Yaitu memberikan penambahan wawasan keilmuan pada penulis atau suatu masalah yang selama ini dipertanyakan serta melatih untuk mengkaji teori-teori dalam realitas di masyarakat.


(12)

1.5Kerangka Teori

Teori merupakan serangkaian konsep, defenisi dan preposisi yang saling berkaitan dan bertujuan untuk memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena. Gambaran sistematis ini dijabarkan dan menghubungkan antara variabel yang satu dengan yang lainnya dengan tujuan untuk menjalankan fenomena tersebut. (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989 : 48)

1.5.1 Hakekat Pendidikan

Pendidikan adalah permasalahan besar yang menyangkut nasib dan masa depan bangsa dan negara. Pendidikan adalah masalah semua orang, bahkan secara ekstrim pendidikan dapat disimpulkan sebagai suatu proses memanusiakan manusia. Membangun masyarakat dari wacana berfikir yang statis tradisional menjadi masyarakat dengan wacana berfikir kosmopolit yang dinamis rasional. Bahkan keseluruhan proses kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui jalur pembangunan masyarakat desa dan kota (rural and urban community development).

Gerakan reformasi di Indonesia secara umum menuntut diterapkannya prinsip demokrasi, desentralisasi, keadilan, dan menjunjung tinggi hak azasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam hubungannya dengan pendidikan, prinsip-prinsip tersebut akan memberikan dampak yang mendasar pada kandungan, proses, dan manajemen system pendidikan. Selain itu, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan memunculkan tuntutan baru dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam sistem pendidikan. Pembaharuan system pendidikan nasional dilakukan untuk memperbaharui visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Pendidikan


(13)

nasional mempunyai visi terwujudnya system pendidikan sebagai pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Dengan visi pendidikan tersebut, pendidikan mempunyai misi sebagai berikut : 1. mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan

yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar. 3. meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk

mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.

4. meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasioanal dan global; dan

5. memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional tersebut, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


(14)

Tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Bentuknya bervariasi, meliputi pendidikan formal dan non formal, penyuluhan pembangunan, komunikasi pembangunan, pendidikan kesejahteraan keluarga, pendidikan tentang nilai-nilai demokrasi, pendidikan keterampilan, pelatihan-pelatihan, dan lain-lain.

Maka dengan adanya tujuan yang diharapkan dari pendidikan tersebut dapat merubah perilaku manusia tersebut sehingga dapat bertanggung jawab akan kewajibannya dan dapat mengekspresikannya terhadap lingkungan sekitarnya.

1.5.1.1 Pengertian Pendidikan

Pengertian pendidikan menurut Drs. Ngalim Purwanto (1992 : 3) “Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dan pergaulan dengan seseorang untuk mencapai perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan. Sedangkan menurut M. E Soeleman dalam buku Ngalim Purwanto (1992 : 5), “Pendidikan adalah pemberian bantuan melalui pergaulan dalam bentuk pengaruh dengan tujuan agar yang dipengaruhi kelak dapat melaksanakan hidup dan tugas hidup secara mandiri dan bertangungjawab. Menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.


(15)

Berdasarkan uraian di atas secara esensial dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan menuju kearah kedewasaan mandiri dan bertanggungjawab.

1.5.1.2 Tujuan Pendidikan

Para pakar pendidikan dalam merumuskan pengertian pendidikan secara substansial mengarahkan kepada satu titik pandang yakni menuju kepada kedewasaan. Ciri utama kedewasaan dalam pendidikan adalah :

a. Otonomi dalam kehidupan kesusilaan b. Menjadi anggota masyarakat

c. Matang secara biologis dan psikologis

Ciri utama tersebut selanjutnya dijelaskan anatara lain :

a. Tujuan pendidikan yang diharapkan adalah agar orang mampu mengambil keputusan kesusilaan tanpa dipengaruhi orang lain serta keputusan yang diambil bersifat realistis. Keputusan kesusilaan yang dimaksud berupa dengan pendidikan yang diperolehnya diharapkan dapat mengambil keputusan berupa sikap bagaimana berperilaku di masyarakat.

b. Agar orang dapat menjadi angota masyarakat yang sesuai dengan norma-norma yang ada pada suatu masyarakat. Bahwa dengan pendidikan yang diperolehnya dapat memahami serta menilai norma-norma yang ada pada masyarakat tesebut.

c. Mempunyai kematangan dalam aspek biologis dan psikologis yang meliputi segi keturunan, efektivitas, dan keintelektualan. Yang dimaksud


(16)

dalam hal ini adalah dengan pendidikan yang diperolehnya mempunyai kematangan baik untuk perkembangan biologis dan juga perkembangan psikologis dalam menyelesaikan suatu masalah yang ada serta memotivasi dirinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Margono Slamet (1998:1) mengemukakan tujuan pendidikan sebagai suatu proses untuk mengubah perilaku manusia. Domain yang diharapkan berubah meliputi :

1. Perilaku pengetahuan (knowing behavior) 2. Perilaku sikap (felling behavior)

3. Perilaku keterampilan (doing behavior)

DR. Nazili Shaleh Ahmad (1994 : 4), dalam bukunya “Pendidikan dan Masyarakat”, mengatakan tujuan pokok pendidikan adalah membentuk anggota masyarakat yang dapat mendidik dirinya sesuai dengan watak masyarakat itu sendiri, mampu mengurangi beberapa kesulitan atau hambatan perkembangan kehidupan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup maupun mengatasi problematikannya.

1.5.1.3Pendidikan Formal

Dari defenisi di atas dapat diketahui bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang secara sadar dilakukan oleh masyarakat untuk menambah pengetahuan ataupun keterampilan yang dilakukan melalui lembaga pendidikan atau sekolah-sekolah.

Drs. Ngalim Purwanto (1994 : 149), mengatakan : Sekolah didirikan oleh masyarakat atau Negara untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang tidak mampu lagi memberi persiapan hidup bagi anaknya. Untuk mempersiapkan anak agar hidup dengan cukup bekal kepandaian dan kecakapan dalam masyarakat yang modern, yang telah


(17)

tinggi kebudayaan seperti sekarang ini. Anak-anak tidak hanya cukup menerima pendidikan dan pengajaran dari keluarganya saja, maka itulah masyarakat atau Negara mendirikan sekolah-sekolah.

Sekolah adalah lingkungan kedua setelah keluarga. Kehidupan dan pergaulan di sekolah sifatnya lebih objektif. Sekolah bertanggungjawab terhadap pendidikan intelektual, serta pendidikan keterampilan yang berhubungan dengan kebutuhan hidup di masyarakat. Tetapi bukan hanya itu saja, kepribadian juga dibentuk menjadi manusia yang berwatak baik dan membangun. Pendidikan di sekolah yang dilaksanakan oleh guru adalah pendidikan formal. Tingkat atau jenjang pendidikan diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 yaitu tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada BAB V yaitu antara lain pasal 12 ayat 1, jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar (SD-SLTP), menengah (SLTA), dan tinggi. Kemudian dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 yang terdapat pada Peraturan Pemerintah tentang standar nasional pendidikan yang dimaksud dengan jalur pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Pendidikan di sekolah mempunyai peran utama dalam aspek intelektual dan fisik, sedangkan dalam keluarga berperan dalam aspek mental dan karakter. Karena besarnya pengaruh ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia maka pendidikan intelektual masyarakat semakin menjadi penting. Harus diusahakan agar sebanyak mungkin rakyat yang bersekolah. Makin banyak pendidikan yang dinikmati rakyat maka semakin baik untuk perkembangan bangsa dan Negara. Mengingat pentingnya pendidikan bagi rakyat, maka pemerintah Indonesia sudah mempunyai program Wajib Belajar 9 Tahun yakni


(18)

agar rakyat diusahakan memperoleh pendidikan minimal sampai tamat sekolah menengah pertama.

1.5.2 Partisipasi Masyarakat 1.5.2.1Pengertian Partisipasi

Kata partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Participation”, take a part, artinya peran serta atau ambil bagian atau kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Partisipasi merupakan keterlibatan mental atau pikiran dan emosi perasaan sumbangan dalam usaha mencapai tujuan serta turut tanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

Partisipasi dalam urusan publik belakangan ini menjadi sorotan. Banyak kalangan yang menggunakan kata partisipasi sehingga tanpa kata partisipasi rasanya diskusi, seminar, musyawarah ataupun kebijakan yang diluncurkan kurang mendapatkan tempat di masyarakat. Kata ini dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan yang bernuansa pembangunan, kebijakan dan pelayanan pemerintah. Sementara akhiran “tif” menunjukkan kata sifat yaitu untuk menerangkan kata dasarnya, sehingga partisipatif lebih bermakna sebagai kata sifat yang menjelaskan proses.

Partisipasi sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan kapital yang dimiliki seseorang tersebut. Partisipasi hanya mungkin dilakukan seseorang bila ada kapital sosial, yaitu jaringan kerja, aturan-aturan yang jelas dan kepercayaan. Jaringan merupakan lintasan bagi proses berlangsungnya pertukaran, sementara kepercayaan menjadi stimulus agar proses pertukaran tersebut berjalan lancar sementara aturan merupakan jaminan bahwa proses pertukaran itu berlangsung adil atau tidak.


(19)

Bank Dunia (1999) mendefenisikan partisipasi sebagai proses dimana setiap stakeholders mempengaruhi dan membagi pengawasan pada inisiatif pembangunan dan keputusan serta sumber daya yang mempengaruhi mereka (Http : // wbln18.world bank. org / essd / opendokumen 11 / 03 / 99).

Defenisi Bank Dunia tersebut mengandung konsep stakeholder, pengawasan, keputusan dan sumber daya merupakan konsep-konsep yang saling berinteraksi dalam suatu sistem atau proses yang disebut partisipasi.

Menurut Yusran 2006:11, partisipasi didefenisikan sebagai keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorongnya memberikan sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggungjawab bersama mereka.

Defenisi ini mengandung tiga gagasan penting. Pertama, partisipasi lebih merupakan keterlibatan mental maupun emosional ketimbang kegiatan otot semata-mata. Keterlibatan diri, daripada sekedar keahlian, merupakan produk ingatan dan emosi. Masyarakat mengetahui bahwa pemimpin merupakan seorang otokrat yang tidak menginginkan gagasan mereka. Masyarakat tidak melibatkan pada jenis situasi seperti ini. Kedua, mendorong adanya dukungan. Individu diberikan kesempatan untuk menciptakan prakarsa dan kreativitas demi tujuan kelompok. Dengan cara ini, partisipasi berbeda dengan perizinan, yang hanya menggunakan kreativitas dan gagasan pemimpin yang menyodorkan idenya kepada kelompok demi kebenaran. Partisipasi membutuhkan lebih dari sekedar prosedur pemaksaan gagasan dari atas, ketiga, mendorong masyarakat untuk menerima tanggungjawab untuk sesuatu kegiatan. Karena mereka melibatkan diri di dalam kelompok, mereka juga ingin melihat pekerjaannya berhasil. Partisipasi membantu mereka menjadi warga yang bertanggungjawab daripada otomatom yang tak


(20)

bertanggungjawab. Individu yang mulai menerima tanggungjawab untuk aktivitas kelompok, mereka menjadi berniat untuk bekerjasama, karena inilah sarana untuk menyelesaikan kerja yang menjadi tanggungjawabnya. Dengan membuat dirinya bertanggungjawab, ia kan memperoleh rasa kebebasan sebagai seorang yang membuat keputusan sendiri, meskipun dipengaruhi lingkungan kelompoknya.

Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh perorangan maupun secara berkelompok atau masyarakat. Untuk menyatukan kepentingan atau keterkaitan mereka terhadap organisasi atau masyarakat yang bergabung dalam rangka pencapaian tujuan masyarakat tersebut.

1.5.2.2Prinsip-Prinsip Partisipasi

Prinsip-prinsip partisipasi adalah ( www.deliveri.org/ Guidelines/ implementation/ ig ) :

- Cakupan. Semua orang, atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proyek-proyek pembangunan.

- Kesetaraan dan Kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya setiap orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk mempunyai prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak.


(21)

- Transparansi. Setiap pihak harus dapat menumbuh-kembangkan komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.

- Kesetaraan Kewenangan (Sharing Power/ Equal Powership). Berbagai pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.

- Kesetaraan Tanggungjawab (Sharing Responbility). Berbagai pihak mempunyai tanggungjawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.

- Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibata aktif dalam setiap proses saling belajar dan saling memberdayakan satu sama lain.

- Kerjasama. Diperlukan adanya kerjasama berbagai pihak yang terlibat untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia.

1.5.2.3Tahap-Tahap Partisipasi Mayarakat

Menurut Tjokromidjojo (dalam Safi’i, 2007:104) partisipasi masyarakat dalam pembangunan dibagi atas tiga tahapan, yaitu :

a. Partisipasi atau keterlibatan dalam proses penentuan penentuan arah, strategi dan kebijakan pembangunan yang dilakukan pemerintah


(22)

b. Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggungjawab dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan

c. Keterlibatan dalam memetik dan memanfaatkan pembangunan secara berkeadilan

Partisipasi masyarakat atau keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dapat dilihat dalam empat tahap :

a. Tahap Assesment

Dilakukan dengan mengidentifikasi masalah dan sumber daya yang dimiliki. Untuk ini masyarakat dilibatkan secara aktif merasakan permasalahan yang sedang terjadi yang benar - benar keluar dari pandangan mereka sendiri.

b. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

Dilakukan dengan melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan cara mengatasinya dengan memikirkan beberapa cara alternatif program.

c. Tahap Pelaksanaan (Implementasi) Program atau Kegiatan

Dilakukan dengan melaksanakan program yang sudah direncanakan dengan baik agar tidak melenceng dalam pelaksanaannya di lapangan sehingga tahapan ini dianggap sebagai tahapan yang paling krusial.

d. Tahap Evaluasi (termasuk evaluasi Input, Proses dan Hasil)

Dilakukan dengan adanya pengawasan dari masyarakat dan pemerintah terhadap program yang sedang berjalan.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan bagian integral yang harus ditumbuh kembangkan, yang pada akhirnya akan menumbuhkan rasa memiliki


(23)

(sense of belonging), rasa tanggungjawab (sense of responsibility) dari masyarakat secara sadar, bergairah dan bertanggungjawab (Tjokroamidjojo,2002)

Partisipasi dapat dilakukan dalam beberapa dimensi, yaitu : 1. Sumbangan pikiran (ide atau gagasan)

2. Sumbangan materi (dana, barang, dan alat) 3. Sumbangan tenaga (bekerja atau memberi kerja)

4. memanfaatkan atau melaksanakan pelayanan pembangunan

5. partisipasi sebagai pemberdayaan, yaitu partisipasi merupakan latihan pemberdayaan bagi masyarakat kelurahan, meskipun sulit untuk di defenisikan akan tetapi pemberdayaan merupakan upaya untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan masyarakat kelurahan untuk memutuskan dan ikut terlibat dalam pembangunan

1.5.3 Pengertian Masyarakat

Menurut Mario Levy, suatu kelompok dapat disebut masyarakat apabila memenuhi empat kriteria yaitu (1) kemampuan bertahan melebihi masa hidup seorang individu, (2) rekrutmen seluruh atau sebagian anggota melalui reproduksi, (3) kesetiaan pada suatu sistem tindakan utama bersama, dan (4) adanya sistem tindakan utama yang bersifat swasembada. (Sunarto, 2000 : 56). Sedangkan menurut Talcott Parsons Masyarakat adalah suatu sistem sosial yang swasembada (self : subsistem), melebihi masa hidup individu normal, dan merekrut anggota secara reproduksi biologis serta melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya. (Sunarto, 2000 : 56). Jadi dengan demikian tidak semua kelompok manusia di sebut sebagai masyarakat.


(24)

1.5.4 Pembangunan Kesehatan 1.5.4.1 Pengertian Pembangunan

Untuk mendefenisikan pembangunan, sampai sat ini tidak ada kesepakatan diantara para ahli.dengan kata lain, setiap sarjana mendefenisikan konsep pembangunan dengan sudut pandang dan falsafah yang berbeda. Sehubungan dengan hal tersebut, maka akan dikemukakan beberapa pengertian pembangunan seperti yang dikemukakan oleh S.P Siagian (2001 : 2-3). Pembangunan menurutnya adalah “Pembangunan sebagai usaha atau pertumbuhan dan perubahan secara sadar oleh suatu bangsa, Negara, dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (National Building)”.

Dengan demikian jelas bahwa untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangan serta perubahan harus dilakukan beberapa kerangka sistematis, seperti aktivitas planning, actuating, controlling, dan evaluasi aktivitas dikendalikan oleh masyarakat.

Sejalan denga hal di atas A. Suryadi (1995 : 17), mendefenisikan pembangunan sebagai berikut, “Pembangunan adalah suatu proses dimana orang atau warga atau masyarakat mulai mendiskusikan atau menentukan keinginan mereka dan mengerjakannya sama-sama untuk memenuhi keinginan hidup”. Masih dalam soal pembangunan lebih tegas Slamet Riyadi (Malassis, 1997 : 18), menuliskan bahwa proses pembangunan merupakan proses dinamis yan meliputi berbagai kegiatan yang direncanakan dan terarah serta masyarakat sebagai kekuatan pembaharuan untuk menimbulkan perubahan-perubahan sosial, struktur sosial yang mendasari maupun pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam meningkatkan harkat dan martabat manusia.

Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa dalam mewujudkan keinginan dan tujuan tersebut, masyarakat melakukan kerjasama baik dalam pemikiran maupun dalam tindakan


(25)

dalam proses pembangunan. Dengan demikian pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembangunan, masyarakat sebagai peran utama atau Agent Social of Change. Masyarakat dalam pembangunan sebagi tokoh pembaharu, aktor utama yang merencanakan proses pembangunan. Proses pembangunan dilakukan untuk mencapai suatu perubahan sebagaimana yang diutarakan oleh Muljadi Brojonegoro (Suwigujo, 1999 : 41), “Proses pembangunan adalah proses tercapainya secara terus menerus adanya perubahan sosial/ struktur sosial serta pertumbuhan ekonomi yang dipercepat”.

Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa pembangunan merupakan proses perubahan yang terencana dari situasi nasional yang lain, dengan kata lain pembangunan menyangkut proses perbaikan. Disamping itu manakala kita lihat dari pelaksanaan pembangunan baik S.P Siagian, Suryadi, Slamet Riyadi menekankan bahwa pembangunan dalam proses pelaksanaannya melibatkan seluruh masyarakat, dengan kata lain partisipasi masyarakat merupakan kekuatan dalam pembangunan.

Pembangunan direncanakan dan dilaksanakan oleh masyarakat diarahkan pada terjadinya perubahan terhadap segenap aspek kehidupan manusia. Artinya perubahan dalam semua aspek kehidupan manusia merupakan kondisi yang harus diwujudkan dalam pembangunan.

1.5.4.2 Pengertian Kesehatan

Pengertian kesehatan yang terdapat dalam Undang-Undang kesehatan No. 23 Tahun 1992 memberikan batasan: kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.


(26)

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan adalah suatu keadaan sempurna, baik secara fisik, mental, dan sosial saja, tapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Tujuan umum dari sistem kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, atau mencapai suatu keadaan sehat bagi individu atau kelompok-kelompok masyarakat.

1.5.4.3 Pembangunan Kesehatan

Sesuai dengan tujuan nasional, pembangunan bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur materil dan spiritual berdasarkan pancasila dalam wadah Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat, bersatu dalam suasana kehidupan bangsa yang tertib, aman, dan dinamis serta lingkungan dunia yang merdeka, tertib, dan damai. Kalau berbicara tentang pembangunan tidak hanya menyeluruh pada kebutuhan materil saja terpenuhi tetapi juga aspek lain termasuk kesehatan. Berbicara tentang kesehatan menyangkut pada kesejahteraan masyarakat karena pembangunan kesehatan merupakan hal yang penting dan juga harus direncanakan.(Nasution:1997:34)

Dalam rencana pembangunan nasional yang merupakan serangkaian program-program pembangunan yang menyeluruh dan terarah serta terpadu yang berlangsung terus-menerus. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dengan tujuan mengusahakan kesempatan yang lebih luas dari setiap warga negara mendapatkan derajat kesehatan yang lebih tinggi.

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan yang mengacu pada bidang kesehatan dimana tujuan pembangunan ini untuk mensejahterakan masyarakat. Banyak hal yang menyangkut pembangunan kesehatan. (Nasution:1997:54)


(27)

1. Pembangunan fasilitas, sarana, dan prasarana kesehatan

Dalam hal ini menyangkut pada tersedianya pembangunan yang mendukung pada pembangunan kesehatan, yang termasuk dalam hal ini menyangkut pada Rumah Sakit, Puskesmas, dll (Keinke, 1987:45)

2. Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Tenaga Ahli

Peningkatan Sumber Daya Manusia. Sumber Daya Manusia merupakan bagian yang tidak lepas dari pembangunan kesehatan. Hal ini dapat dilaksanakan melalui program pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia atau tenaga ahli dapat mengatasi segala permasalahan kesehatan. Dalam rangka penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan kerja untuk itu perlu dilakukan suatu pendidikan formal dan informal. Dalam peningkatan kualitas menyangkut juga kepada pemberian pelayanan kepada masyarakat artinya kualitas orang-orang yang memberikan pelayanan kesehatan karena faktor ini sangat penting. (Nasution:1997:54)

3. Perencanaan kesehatan masyarakat dan gizi

Dalam hal perencanaan kesehatan dan gizi bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan dan gizi. Hal ini dipandang perlu karena pembangunan menyangkut pada pembangunan manusia yang seutuhnya dan kesehatan masyarakat terjamin. Untuk mendukung perencanaan gizi dilakukan dengan cara :


(28)

1. Kebijakan pemerintah setempat

2. Ketersediaan tenaga perencana yang dapat mengantisipasi keadaan masa depan terutama dinas setempat

3. Keterlibatan sektor terkait

4. Keterlibatan lembaga sosial masyarakat

5. Kesiapan masyarakat dalam menerima dan melaksanakan program kesehatan dan gizi masyarakat

6. Kesiapan aparat pelaksana dalam melaksanakan semua program yang telah direncanakan. (Nasution:1997:86)

1.5.5 Kelurahan

1.5.5.1 Pengertian Kelurahan

Berdasarkan Undang-Undang No. 73 Tahun 2005 Pasal 1 ayat 5 disebutkan bahwa kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat kerja daerah Kabupaten/ Kota dalam wilayah kerja Kecamatan. Kedudukan lurah berada di bawah Camat dan bertanggungjawab kepada Bupati/ Walikota melalui Camat.lurah berasal dari unsur PNS yang diangkat oleh Camat dengan kriteria yang tertuang dalam pasal 3 ayat 4 Undang-Undang No. 73 Tahun 2005 yaitu berpangkat minimal penata (IIIc), masa bakti 10 tahun dan memiliki keahlian di bidang administrasi pemerintahan dan memahami keadaan sosial budaya masyarakat.

Adapun tugas dari lurah sesuai dengan Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang No. 73 Tahun 2005 adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan


(29)

kemasyarakatan. Sedangkan fungsi dari lurah itu sendiri diuraikan pada Pasal 5 Undang-Undang No. 73 Tahun 2005 yaitu :

1. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan 2. Pemberdayaan masyarakat

3. Pelayanan Mayarakat

4. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum

5. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum, dan 6. Pembinaan lembaga kemasyarakatan

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tersebut lurah dibantu oleh perangkat kelurahan yang terdiri dari sekretaris kelurahan, seksi sebanyak-banyaknya 4 seksi dan jabatan fungsional (Undang-Undang No.73 Tahun 2005 Pasal 6 ayat 2).

1.6Hipotesa

Hipotesa merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang dirumuskan, yang pengujiannya dan pembuktiannya diperoleh melalui penelitian lapangan. Dengan kata lain hipotesa adalah jawaban sementara tentang suatu penelitian yang kebenarannya akan dibuktikan dengan jalan riset/ penelitian (Kartini kartono, 1990:30)

Bertitik tolak dari teori dan temuan yang dikemukan dalam kerangka teori, sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian ini, maka penulis merumuskan hipotesa sebagai berikut :


(30)

(Ha) : Ada pengaruh antara tingkat pendidikan formal terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan kelurahan Cendana Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu

(Ho) : Tidak ada pengaruh antara tingkat pendidikan formal dengan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan kelurahan di Kelurahan Cendana

1.7Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah atau defenisi yang dipergunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun : 1995 : 37). Agar memperoleh pembatasan yang jelas dari setiap konsep yang diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi konsep sebagai berikut :

1. Pendidikan Formal adalah usaha sadar yang dilakukan menuju kearah kedewasaan mandiri, bertanggung jawab, berwawasan lebih luas, membina perilaku, dan bersifat kritis yang diperoleh pada jalur sekolah yang terdiri dari sekolah dasar, menengah, dan tinggi.

2. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Kesehatan adalah keterlibatan mental dan emosi individu dalam situasi kelompok yang mendorongnya memberikan sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung jawab bersama mereka pada pembangunan kesehatan untuk mensejahterakan masyarakat.


(31)

1.8Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel sehingga dalam pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator pendukung apa saja yang dianalisa dari variabel tersebut (Singarimbun, 1995 : 46). Suatu defenisi operasional merupakan spesialisasi kegiatan penelitian dalam mengukur suatu variabel.

Adapun variabel dari Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Kesehatan yaitu:

1. Variabel Bebas (X) : Tingkat Pendidikan Formal, dengan indikator : a. Dapat mengambil keputusan bagaimana berperilaku di masyarakat

Dimana dengan pendidikan yang diperoleh masyarakat, mengetahui bagaimana seharusnya berperilaku dalam masyarakat.

b. Agar orang menjadi anggota masyarakat yang sesuai dengan norma-norma yang ada

Dimana dengan pendidikan yang diperoleh, masyarakat dapat memahami apa saja yang menjadi norma-norma yang ada di masyarakat.

c. Mempunyai kematangan secara biologis maupun psikologis

Dimana dengan pendidikan yang diperoleh oleh masyarakat dapat meningkatkan kematangan diri dalam menyelesaikan suatu masalah dan memotivasi diri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya pada masa depan d. Mempunyai pemikiran yang kritis

Dimana dengan pendidikan yang diperoleh, masyarakat dapat menilai norma-norma yang baik dan benar serta berani mengungkapkannya


(32)

e. Mempunyai wawasan yang lebih luas

Dengan pendidikan yang diperoleh, masyarakat mempunyai wawasan yang lebih luas dalam mengembangkan ide-ide dan gagasan untuk pembangunan kesehatan

2. Variabel Terikat (Y) Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Kelurahan, dengan indikator :

a. Memberikan masukan baik ide ataupun gagasan kepada pemerintah tentang pembangunan kesehatan

Yaitu adanya masukan dari masyarakat kepada pemerintah berupa ide atau gagasan dalam pembangunan kesehatan

b. Keikutsertaan masyarakat dalam iuran kebersihan

Yaitu adanya kesediaan masyarakat dalam membayar iuran sampah yang dilakukan pemerintah

c. Keikutsertaan masyarakat dalam menjaga kebersihan

Yaitu berupa keikutsertaan masyarakat bergotong royong dalam kebersihan d. Keikutsertaan masyarakat dalam kesehatan dan gizi masyarakat

Dimana keikutsertaan masyarakat dalam program-program yang dilaksanakan pemerintah dalam pembangunan kesehatan


(33)

1.9Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini secara umum berisikan bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sample, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan tentang penyajian data yang diperoleh

BAB V ANALISI DATA

Merupakan pembahasan terhadap data yang diperoleh melalui interpretasi data

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulis mengenai hasil penelitian yang telah dilakuka


(34)

BAB II

METODE PENELITIAN

Metodologi Penelitian

Untuk mendapatkan data dan keterangan yang mendukung dalam penulisan ini, maka penulis menggunakan metodologi penelitian sebagai berikut :

Bentuk Penelitian

Adapun bentuk penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian analisis deskriptif dengan studi korelasi yaitu penelitian yang dilakukan dengan membuat perbandingan atau menghubungkan antar variabel yang satu dengan variabel yang lain dengan menggambarkan kenyataan yang penulis teliti berdasarkan fakta-fakta yang tamapk yang kemudian dituangkan kedalam bentuk tulisan.

Lokasi Penlitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Cendana Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Provinsi Sumatera Utara.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di Kelurahan Cendana Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu yang berusia 15-55 tahun (usia produktif). Sedangkan sampelnya dalah sebagian atau perwakilan dari populasi yang diteliti. Mengingat keterbatasana peneliti, maka peneliti mengambil sampel secara acak sederhana/ random sampling (1995 : 155-156), yaitu sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga setiap elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.


(35)

Adapaun jumlah keseluruhan penduduk Kelurahan Cendana adalah 6382 jiwa atau sebesar 1415 kepala keluarga (KK). Mengingat jumlah sampel yang begitu besar, maka banyaknya sampel dihitung dengan menggunkan rumus dari Taro Yamane (Rahmat, 1991 : 82), yaitu :

n =

1

2 + Nd

N

Dimana :

n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi

d : Presisi atau tingkat kepercayaan yang dipilih berdasarkan interval kepercayaan sebesar 90% sehingga taraf signifikan sebesar 10% atau 0,1

Berdasarkan rumus tersebut maka dapat diketahui bahwa jumlah sampel dari penelitian ini adalah :

n =

1 2

+ Nd

N

n =

1 %) 10 ( 6382

6382 2 +

n = 82 , 64

6382


(36)

Dengan demikian diperoleh sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 98 orang responden. Mengingat sampel diambil dari 8 lingkungan, maka untuk memudahkan penelitian dan agar setiap lingkungan terwakili sampel penelitiannya maka ditetapkan sampel dari tiap lingkungan berkisar antara 10-12 orang responden tergantung dari besarnya jumlah usia produktif dari setiap lingkungan yang ada, hingga mencapai besarnya sampel ditetapkan secara keseluruhan.

Penentuan Skor

Melalui penyebaran kuesioner yang berisikan beberapa pertanyaan yang diajukan secara tertutup kepada responden, maka akan ditentukan skor dari setiap jawaban pertanyaan.

Dari setiap alternatif jawaban (a,b,c,d,e) diberikan skor berbeda, yaitu : 1. untuk jawaban alternatif (a) diberi skor 5

2. untuk jawaban alternatif (b) diberi skor 4 3. untuk jawaban alternatif (c) diberi skor 3 4. untuk jawaban alternatif (d) diberi skor 2 5. untuk jawaban alternatif (e) diberi skor 1

Untuk mengetahui banyaknya skor yang diperoleh dari responden apakah termasuk ke dalam kategori tinggi, sedang, rendah ditentukan terlebih dahulu interval dengan cara sebagai berikut :

Skor tinggi- Skor rendah Interval =


(37)

5 - 1 Interval =

5 = 0,8

Dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing variabel dan subvariabel, yaitu :

- skor untuk kategori sangat tinggi = 4,21 – 5,00 - skor untuk kategori tinggi = 3,41 – 4,20 - skor untuk kategori sedang = 2,61 – 3,40 - skor untuk kategori rendah = 1,81 – 2,60 - skor untuk kategori sangat rendah = 1,00 – 1,80

Teknik Pengumpulan data

Data yang penulis kumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang terdiri dari : 1. Penelitian Kepustakaan

Adalah suatu cara pengumpulan data dengan mempelajari buku-buku dan bahan lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian.

2. Penelitian Lapangan

Yaitu pengumpulan data-data langsung dari lokasi penelitian yang terdiri dari :

a. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian yang terdapat pada kantor Kecamatan Rantau Utara dan kantor Kelurahan Cendana.


(38)

b. Data Primer

Adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian yang terdiri dari :

- Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian.

- Wawancara, yaitu mengajukan beberapa pertanyaan kepada beberapa informan secara spesifik yang dianggap mengerti permasalahan yang diteliti.

- Angket atau Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada masyarakat atau responden, kemudian dijawab oleh responden dengan cara memilih jawaban yang sudah tersedia (secara tertutup).

2.6 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data Korelasi Product Moment (Singarimbun, 1995 : 137), yaitu suatu teknik yang dilakukan dengan melakukan suatu penggolongan atau suatu pengklasifikasian data dan menganalisa data yang diperoleh, sehingga didapat gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.

Cara ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, dengan rumus sebagai berikut :

( ) ( )( )

( )

[

2

]

[

( )

2

]

= N xy x y


(39)

Keterangan :

rxy= koefsien korelasi antara gejala x dan gejala y N= populasi

X= jumlah skor x Y= jumlah skor y

xy= jumlah hasil kali antara x dan y

Adanya kesepakatan bahwa derajat kuat atau lemahnya hubungan antara dua variabel selalu diukur dengan hasil yang dinyatakan dalam lambang bilangan antara 0 dan 1 atau -1 dan 0, jika :

- Nilai r positif : menunjukkan hubungan langsung, kenaikan dalam suatu variabel akan menyebabkan kenaikan variabel lainnya. Dengan kata lain bahwa semakin tinggi derajat variabel x, maka akan semakin tinggi pula variabel y.

- Nilai r negatif : menunjukkan hubungan tidak langsung, kenaikan dalam suatu variabel akan menyebabkan penurunan kepada variabel lainnya. Dengan kata lain, bahwa semakin tinggi variabel x, maka akan semakin rendah tingkat variabel y.

- Nilai r = 0 : menunjukkan bahwa kedua variabel tidak mempunyai hubungan. Jika satu variabel tetap, maka variabel yang lain


(40)

Interpretasi dari korelasi tersebut menurut ukuran yang konservatif adalah sebagai berikut :

r Interpretasi

Antara 0,80 – 1,00 Antara 0,60 - 0,79 Antara 0,40 – 0,59 Antara 0,20 – 0,39 Antara 0,00 – 0,19

Sangat kuat Kuat Sedang Rendah

Sangat rendah (tidak ada korelasi)

Jika nilai r yang diperoleh lebih besar atau sama dengan nilai r dalam tabel, maka nilai r yang diperoleh itu signifikan. Dan sebaliknya apabila nilai r yang diperoleh lebih kecil dari nilai r dalam tabel, maka nilai r yang diperoleh itu tidak signifikan.

Selanjutnya untuk mengetahui berapa besarnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), dapat dihitung dengan rumus :

Determinan = 2 )

(rxy x 100%

Keterangan :

D = koefisien determinasi


(41)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kelurahan Cendana 1. Demografi dan Keadaan Alam

Kelurahan Cendana terletak di kawasan kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Rantau Utara berada pada dataran tinggi begitu juga dengan kelurahan-kelurahan yang berada pada kawasana kecamatan Rantau Utara Terutama Kelurahan Cendana. Adapaun luas wilayah kelurahan Cendana adalah 67,7 Ha yang keseluruhannya merupakan dataran tinggi. Kelurahan Cendana membagi luas wilayah tersebut menjadi delapan lingkungan yang masing-masing lingkungan di kepalai oleh seorang kepala lingkungan yang dipilih oleh lurah.sedangkan batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Bukit Barisan

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bina raga - Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Siringo-ringo - Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Rantau Utara

Sedangkan jarak Kelurahan Cendana dari pusat pemerintahan adalah : - Jarak dari Kecamatan Rantau Utara ke Kelurahan Cendana = 100 m - Jarak dari ibu kota kabupaten = 10 Km

- Jarak dari Propinsi = 290 Km

Lingkungan Cendana mempunyai delapan lingkungan yang terdiri dari lingkungan Bogor, lingkungan Abdul Rahman, lingkungan Sanusi, lingkungan Imam


(42)

Bonjol, lingkungan Binaraga, lingkungan Menanti, lingkungan Ahmad Dahlan, dan lingkungan Majapahit. Nama-nama lingkungan tersebut dibuat berdasarkan nama-nama pahlawan dan juga ada yang dibuat karena nama kerajaan dan selebihnya dianggap sebagai pengahargaan atas sesuatu hal.

2. Wilayah dan Pemanfaatan Lahan

Kelurahan Cendana yang memiliki luas wilayah 67,7 Ha dengan kondisi tanah yang miring umumnya memanfaatkan wilayah tersebut sebagai lahan pemukiman dan berbagai lahan lainnya. Di dalam kelurahan cendana selain digunakan sebagai pemukiman juga digunakan sebagai fasilitas-fasilitas umum di antaranya terlihat dalam tabel berikut :

Tabel I.1. Sarana Pemerintahan

No. Pemanfaatan lahan Banyak

1. Lingkungan 8

2. Rukun Warga (RW) -

3. Rukun Tangga (RT) -

4. LKMD / LPM 1

Jumlah 9

Sumber : Arsip Kantor Kelurahan Cendana

Pemanfaatan tanah pada kelurahan cendana digunakan sebagai lingkungan yang terdiri dari 8 lingkungan yaitu, lingkungan Binaraga, lingkungan Majapahit, lingkungan Bogor, lingkungan Menanti, Lingkungan Imam Bonjol, lingkungan Sanusi, lingkungan Ahmad Dahlan, dan lingkungan Abdul Rahman dan mempunayi 1 LKMD/LPM.


(43)

Tabel I.2. Sarana Perekonomian

No. Pemanfaatan lahan Banyak

1. Koperasi Simpan pinjam 2

2. Koperasi Unit Desa -

3. Badan-badan kredit -

4. Kios/warung -

5. Toko 31

6. Bank 2

Jumlah 35

Sumber : Arsip Kantor Kelurahan Cendana

Berdasarkan tabel Sarana Perekonomian tersebut di atas, terlihat sudah adanya usaha-usaha untuk meningkatkan perekonomian di kelurahan tersebut dengan adanya koperasi dan usaha-usaha lain.

Tabel I.3. Perusahaan/ Usaha

No. Pemanfaatan lahan Banyak

1. Hotel 1

2. Losmen -

3. Penginapan -

4. Rumah makan 8

5. Warung makan 13

6. Restoran 1

Jumlah 23

Sumber : Arsip Kantor Kelurahan Cendana

Berdasarkan tabel di atas mengenai perusahaan/ usaha terlihat bahwa cukup banyaknya usaha-usaha yang terdapat pada kelurahan cendana terutama pada tempat makan.


(44)

Tabel I.4. Sarana Pendidikan

No. Pemanfaatan lahan Banyak

1. Taman kanak-kanak (TK) 3

2. Sekolah Dasar (SD) 2

3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1

4. Sekolah Menengah Atas (SMA) -

5. Perguruan Tinggi (PT) -

Jumlah 6

Sumber : Arsip Kantor Kelurahan Cendana

Berdasarkan tabel mengenai sarana pendidikan terlihat bahwa pada kelurahan cendana hanya terdapat TK, SD, dan SMP sedangkan SMU dan Perguruan Tinggi tidak ada. Namun untuk SMU ada pada kelurahan lain yang berdekatan dengan kelurahan cendana.

Tabel I.6. Sarana Kesehatan

No. Pemanfaatan lahan Banyak

1. Poliklinik -

2. Puskesmas -

3. Puskesmas pembantu -

4. BKIA/Rumah bersalin 2

5. Posyandu 6

6. Apotik 4

7. Dokter 4

8. Bidan 6

9. Perawat -

Jumlah 22

Sumber : Arsip Kantor Kelurahan Cendana

Berdasarkan pada tabel di atas terlihat bahwa sarana kesehatan pada kelurahan cendana sudah cukup baik dengan sudah adanya rumah bersalin, posyandu, apotik, dokter, dan juga bidan.


(45)

Tabel I.7. Tempat Ibadah

No. Pemanfaatan lahan Banyak

1. Mesjid 2

2. Mushollah 4

3. Gereja 2

4. Kuil 3

Jumlah 11

Sumber : Arsip Kantor Kelurahan Cendana

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa adanya keanekaragaman beragama di kelurahan cendana dengan adanya mesjid, mushollah, gereja, dan kuil yang menunjukkan bahwa adanya masing-masing umat beragama di kelurahan cendana yang saling menghormati dan menghargai masing-masing agama.

Berdasarkan tabel-tabel di atas adalah pemanfaatan lahan di kelurahan cendana yang terdiri dari sarana pemerintahan, sarana perekonomian, perusahaan/ usaha, sarana pendidikan, tempat ibadah, dan selebihnya adalah rumah penduduk.

3. Pola Pemukiman

Pola pemukiman penduduk di kelurahan cendana tidak mengelompok melainkan berbanjar/berjajar menghadap jalan. Rumah penduduk saling berhadapan dan berada disisi kiri dan kana jalan, dan jika ada rumah penduduk yang berada di belakang rumah penduduk lainnya arahnya selalu menghadap ke jalan. Rumah penduduk yang satu dengan lainnya dibatasi oleh pagar atau halaman.

Jarak antara rumah penduduk sarana umum tidaklah terlalu jauh dan juga tidak berpencar. Kondisi perumahan penduduk sudah cukup baik yang terdiri dari rumah permanent dan semi permanent. Rata-rata rumah sudah memiliki teras, dimana ada


(46)

sebagian yang ditanami bunga di halaman depan, sedangkan halaman belakang dan samping ditanami berbagai jenis tanaman seperti jambu, pisang, mangga, dan lainnya.

Jarak antara pemukiman penduduk dan pusat pasar juga tidak terlalu jauh, jadi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka bisa pergi ke pasar namun ada juga kedai-kedai yang ada di sekitar pemukiman penduduk yang dimanfaatkan penduduk untuk berbelanja.

4. Jumlah dan Komposisi Penduduk

Secara umum penduduk kelurahan cendana bias dikategorikan ke dalam beberapa suku yang semuanya merupakan pendatang dari daerah lain yang dating dan sama-sama membuka daerah tersebut menjadi sebuah kawasan pemukiman. Masyarakat kelurahan cendana mayoritas dihuni oleh masyarakat dari etnis jawa, kemudian tapanuli selatan, dan etnis lainnya seperti melayu, karo, aceh, tiong hoa, dan lainnya yang menyebar hampir di seluruh kelurahan.

Jumlah keseluruhan penduduk di kelurahan cendana adalah 6382 jiwa yang terdiri dari 1415 Kepala Keluarga (KK) dengan perincian sebagai berikut :

Tabel I.8. Komposisi jumlah penduduk

No. Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)

1. Laki-laki 3.148 49,3%

2. Perempuan 3.234 50,7%

Jumlah 6.382 100%

Sumber : Arsip kantor Kelurahan Cendana

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumalah penduduk laki-laki di kelurahan cendana adalah sebesar 3.148 jiwa atau sebesar 49,3%, sedangkan jumlah perempuan sebesar 3.234 jiwa atau sebesar 50,7%, artinya dapat diambil kesimpulan


(47)

dengan selisih 1,4% berbanding dengan laki-laki. Selanjutnya komposisi penduduk untuk tiap lingkungan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel I.9. Komposisi jumlah penduduk tiap lingkungan

No. Lingkungan KK Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1. Majapahit 205 459 453 1117

2. Imam Bonjol 183 371 386 940

3. KH.A.Dahlan 123 316 369 808

4. Menanti 171 390 398 959

5. Bina raga 173 438 432 1043

6. Sanusi 126 363 380 869

7. Abd.Rahman 164 382 379 925

8. Bogor 270 429 437 1136

Jumlah 1415 3148 3234 7797

Sumber : Arsip Kantor Kelurahan Cendana

Selanjutnya jumlah komposisi penduduk tersebut jika diperinci berdasarkan jumlah penduduk usia produktif (17-55 tahun) dan jumlah penduduk usia non produktif (anak-anak dan orang tua di atas 55 tahun) adalah sebagai berikut :

Tabel I.10. Komposisi penduduk berdasarkan usia

No. Usia Status Jumlah Persentase %

1. Anak < usia 17 tahun Non produktif 1.486 23,2 % 2. Dewasa (17-55 tahun) Produktif 3.516 55 % 3. Orang tua > 55 tahun Non produktif 1.390 21,8 %

Jumlah 6.382 100 %

Sumber : Arsip kantor Kelurahan Cendana

Berdasrkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa perbandingan jumlah penduduk antara laki-laki dan perempuan di kelurahan cendana hamper seimbang yakni berkisar selisih 1,4 %. Sedangkan berdasarkan jumlah komposisi penduduk berdasarkan usia


(48)

dilihat bahwa jumlah penduduk produktif hamper seimbang dengan jumlah penduduk usia non produktif yakni berkisar selisih 10 % atau sebesar 640 jiwa lebih besar penduduk usia produktif dibandingkan dengan usia non produktif.

Dari 6.382 jiwa penduduk yang ada di kelurahan cendana dengan etnis yang beragam terdapat 4 penganut kepercayaan (agama) yaitu agama islam, Kristen katolik, kristen protestan, dan agam budha. Sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel I.11. Komposisi umat beragama

No. Agama Jumlah Persentase %

1. Islam 4.137 64,8 %

2. Kristen Katolik 102 1,6 %

3. Kristen Protestan 801 12,6 %

4. Budha 1.342 21 %

Jumlah 6.382 100 %

Sumber : Arsip kantor Kelurahan Cendana

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa masyarakat kelurahan cendana menganut berbagai jenis agama yang pada umumnya agama islam. Walaupun demikian kehidupan beragama sangat rukun. Hal ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari walaupun berlainan agama masyarakat tetap menjunjung nilai agama masing-masing dimana satu sama lain memiliki toleransi beragama yang sangat baik.

Selanjutnya jika dilihat berdasarkan jenis pekerjaan, masyarakat kelurahan cendana umumnya hidup sebagai buruh, selebihnya adalah pengusaha, pedagang, PNS, peternak, pengrajin, dan ABRI/Polisi. Lebih jelas terlihat pada tabel berikut :


(49)

Tabel I.12. Penduduk berdasarkan jenis pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase %

1. Petani - -

2. Pegawai swasta 379 21,8 %

3. Wiraswasta 482 27,8 %

4. PNS 102 5,8 %

5. Pensiunan - -

6. Buruh 690 39,7 %

7. ABRI/Polisi 40 2,3 %

8. Pengangguran 46 2,6 %

Jumlah 6382 100 %

Sumber : Arsip kantor Kelurahan Cendana

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa pada kelurahan cendana jumlah persentase jenis pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya adalah buruh, dalam hal ini buruh yang dimaksud adalah buruh bangunan dan pembantu rumah tangga. Selebihnya adalah pegawai swasta, wiraswasta, PNS, ABRI/Polisi, dan terdapat pengangguran sebesar 46 jiwa atau sekitar 2,6 % yang terdapat di kelurahan cendana.

B. Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan

Berdasarkan kepada Undang-Undang No.73 Tahun 2005 tentang pemerintahan kelurahan, maka kelurahan cendana telah membentuk susunan organisasinya sebagai berikut :

1. Lurah

2. Kelompok jabatan fungsional 3. Sekretaris lurah

4. Kepala Seksi 5. Kepala lingkungan


(50)

Gambar 1. Susunan Organisasi Pemerintahan Kelurahan dan Perangkat Kelurahan Cendana

Keterangan :

Garis Komando Garis Kordinasi

Lurah Iwan Paristiwana

Sekretaris lurah Marisdin Nst Kelompok jabatan

fungsional

Kasi Pemerintahan Amaran Siregar

Kasi Trantib M.Igbal

Kasi Pembangunan Asdaruddin

Kasi Kesmas Nurul Aida

Kepling Majapahit Eli Sariana

Kepling Imam Bonjol M.Irwansyah

Kepling Menanti Alinuddin

Kepling Bina Raga Edi Syahputra

Kepling Sanusi Syafrizal

Kepling Abd.Rahman M.Anwar Efendi Kepling KH.A.Dahlan Muhammad

Kepling Bogor Sobirin


(51)

Kelompok jabatan Fungsional atau yang disebut dengan nama lain berfungsi mengayomi adapt istiadat, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat kelurahan, melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan kelurahan. Adapun keanggotaan dari Kelompok jabatan fungsional ini adalah terdiri dari masyarakat kelurahan yang memenuhi persyaratan.


(52)

BAB IV

HASIL-HASIL PENELITIAN

Deskripsi Data

Pada bagian ini akan disajikan hasil-hasil penelitian berupa data primer yang telah diperoleh. Data primer ini adalah data yang diperoleh melalui kuisioner yang didistribusikan kepada 98 orang responden di Kelurahan Cendana. Penyajian data ini meliputi Identitas Data Responden, jawaban responden terhadap pertanyaan yang diberikan berdasarkan daftar pertanyaan pada kuisioner yang diuraikan pada tabel distribusi frekuensi, kemudian dianalisa dan diinterpretasikan sehingga menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

A. Deskripsi Identitas Data Responden

Dalam deskripsi ini penulis akan menyajikan data-data dari responden berupa jenis kelamin, umur, mata pencaharaian, serta tingkat pendidikan formal. Hal ini bertujuan untuk mengenal responden yang akan diteliti. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka data identitas responden dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Distribusi responden menurut Jenis Kelamin

Sesuai dengan jumlah masyarakat yang ada di Kelurahan Cendana maka untuk mengambil sampel yang diperlukan terlebih dahulu harus dilihat jenis kelamin sampel yang akan diteliti agar adanya keseimbangan/kesetaraan gender dalam pengambilan data seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini.


(53)

Tabel 1. Distribusi responden menurut jenis kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 60 61,2 %

2 Perempuan 38 38,8 %

Jumlah 98 100 %

Sumber : Kuisioner 2008

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagaian besar responden adalah laki-laki yaitu sebesar 60 orang responden atau sebanyak 61,2 %, sedangkan perempuan sebesar 38 orang atau sebanyak 38,8 %.

b. Distribusi responden menurut umur

Untuk memperoleh data yang diinginkan maka terlebih dahulu diketahui umur sampel yang diteliti yang dikategorikan sebagai usia produktif agar sampel tersebut mengetahui apa yang menjadi permasalahan yang sudah dirumuskan. Untuk mengetahui usai produktif sampel terlihat pada tabel di bawah ini

Tabel 2. Distribusi responden menurut umur

No. Umur Jumlah Persentase

1 17 - 26 tahun 24 orang 24,5 %

2 27 - 35 tahun 35 orang 35,7 %

3 36 - 44 tahun 22 orang 22,5 %

4 45 - 55 tahun 17 orang 18,3 %

Jumlah 98 orang 100 %

Sumber : Kuisioner 2008

Dari data-data yang dikemukakan dalam tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagaian besar sampel adalah berusia antara 27 sampai 35 tahun yaitu sebanyak 35 %,


(54)

sedangkan yang berusia antara 17 sampai 26 tahun yaitu sebanyak 24 orang dan yang berusia antara 36 sampai 44 tahun adalah sebanyak 22 orang, dan responden dari usia 45 sampai 55 tahun adalah sebanyak 17 orang. Jadi dengan demikian seluruh responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini berada pada usia produktif yaitu usia 17 sampai 55 tahun, karena memang mereka yang berada pada usia produktif tersebutlah yang sangat diharapkan partisipasinya dalam pembangunan kesehatan di kelurahan.

c. Distribusi responden menurut mata pencaharian

Untuk melihat partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan salah satunya dengan melihat mata pencaharian masyarakat itu sendiri. Berikut ini akan disajikan mata pencaharian masyarakat pada tabel berikut :

Tabel 3. Distribusi responden menurut mata pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase %

1 PNS 15 15,3 %

2 Pegawai swasta 9 9,2 %

3 Wiraswasta 30 30,6 %

4 Buruh 36 36,7 %

5 ABRI/Polisi 8 8,2 %

Jumlah 98 100 %

Sumber : Kuisioner 2008

Berdasarkan data-data di atas terlihat bahwa sampel yang paling banyak menurut mata pencaharian masyarakat adalah buruh dikarenakan mayoritas masyarakat di kelurahan cendana adalah buruh, kemudian wiraswasta 30 orang, PNS 15 orang, pegawai swasta 9 orang, dan ABRI/Polisi 8 orang.


(55)

B. Distribusi Jawaban Responden

Distribusi jawaban responden akan menyajikan data-data hasil tabulasi data jawaban responden yang digolongkan dalan variabel X (Tingkat Pendidikan Formal) dan variabel Y (Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Kesehatan) dan dijabarkan pada tabel-tabel berikut.

1. Tingkat Pendidikan Formal Masyarakat Kelurahan Cendana (Variabel X)

Pendidikan adalah suatu usaha yang secara sadar dilakukan oleh masyarakat untuk menambah pengetahuan ataupun keterampilan yang dilakukan melalui lembaga pendidikan atau sekolah-sekolah dengan tujuan membuat masyarakat bertanggungjawab. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pendidikan formal di kelurahan cendana kabupaten labuhan batu dapat kita lihat pada jawaban responden dan tabel-tabel berikut :

• Tingkat Pendidikan Terakhir

Dengan memperoleh pendidikan yang baik membuat masyarakat terdorong untuk mengerti akan pentingnya pendidikan dan mengerti manfaat pendidikan itu sendiri baik bagi dirinya sendiri maupun untuk keluarganya. Berikut dapat terlihat bagaimana tingkat pendidikan di Kelurahan Cendana yang didominasi/sebagian besar oleh tingkat pendidikan SMU, diikuti oleh SMP, dan kemudian Sarjana seperti yang terlihat pada tabel berikut :


(56)

Tabel 4. Distribusi Jawaban Responden Tentang Tingkat Pendidikan Terakhir

NO. ALTERNATIF JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE %

1. Sarjana (S1, S2, atau Diploma) 20 20,4 %

2. SMU 50 51 %

3. SMP 28 28,6 %

4. SD - -

5. Lain-lain - -

JUMLAH 98 100 %

Sumber : Kuisioner 2008

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 20 orang mempunyai pendidikan Sarjana atau sekitar 20,4 %, 50 orang mempunyai pendidikan SMU atau sekitar 51 %, dan selebihnya mempunyai pendidikan SMP sebesar 28 orang atau sekitar 28,6. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kelurahan Cendana sudah menjalani wajib belajar 9 tahun dilihat dengan lebih besarnya sampel yang memiliki pendidikan SMU.

• Mengerti Akan Tujuan Pendidikan

Dengan mengetahui apa yang menjadi tujuan pendidikan akan membuat masyarakat lebih menganggap bahwa pendidikan itu penting. Berikut akan terlihat bahwa karena tingkat pendidikan responden didominasi SMU maka yang terlihat jawaban responden didominasi dengan sedikit mengerti akan tujuan pendidikan, diikuti dengan mengerti dan tidak mengerti akan tujuan pendidikan, dan kemudian sangat mengerti pendidikan seperti yang terlihat pada tabel berikut :


(57)

Tabel 5. Distribusi Jawaban Responden Tentang Tujuan Pendidikan

NO. ALTERNATIF JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE %

1. Sangat mengerti 11 11,2 %

2. Mengerti 28 28,6 %

3. Sedikit mengerti 31 31,6 %

4. Tidak mengerti 28 28,6 %

5. Tidak mengerti sama sekali - -

JUMLAH 98 100 %

Sumber : Kuisioner 2008

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 11 orang sangat mengerti akan tujuan pendidikan atau sekitar 11,2 %, 28 orang yang mengerti atau sekitar 28,6 %, 31 orang atau sekitar 31,6 %, dan 28 orang yang tidak mengetahui tujuan pendidikan atau sekitar 28,6 %. Hal ini menunjukkan bahwa masih adanya masyarakat Kelurahan Cendana yang tidak mengerti akan tujuan pendidikan terlihat dengan adanya sampel yang tidak mengerti akan tujuan pendidikan.

• Membaca Buku-buku Yang Berhubungan Dengan Masalah Pendidikan dan Pembangunan

Dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan pembangunan akan terlihat minat masyarakat akan pendidikan dan dapat menambah wawasan tentang ilmu pengetahuan. Berikut akan terlihat dengan cukup banyaknya responden yang sedikit mengerti tujuan pendidikan dilatar belakangi oleh jawaban responden yang lebih banyak menjawab kadang-kadang membaca buku mengenai pendidikan dan pembangunan, diikuti dengan tidak pernah membaca buku sama sekali, tidak pernah membaca, dan sering membaca, seperti yang terlihat pada tabel berikut :


(58)

Tabel 6. Distribusi Jawaban Responden Tentang Membaca Buku-buku Yang Berhubungan Dengan Masalah Pendidikan dan Pembangunan

NO. ALTERNATIF JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE %

1. Sangat sering membaca - -

2. Sering membaca 13 13,3 %

3. Kadang-kadang membaca 32 32,6 %

4. Tidak pernah membaca 23 23,5 %

5. Tidak pernah membaca sama sekali 30 30,6 %

JUMLAH 98 100 %

Sumber : Kuisioner 2008

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sampel yang sering membaca 13 orang atau sekitar 13,3 %, kadang-kadang membaca 32 orang atau sekitar 32,6 %, tidak pernah membaca 23 orang atau sekitar 23,5 %, dan tidak pernah membaca sama sekali 30 orang atau sekitar 30,6 %. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya minat masyarakat untuk membaca buku-buku mengenai pendidikan yang terlihat dengan cukup besarnya jumlah sampel yang tidak pernah membaca sama sekali buku-buku mengenai pendidikan.

• Dengan Pendidikan Membantu Untuk Bermasyarakat di Kelurahan

Dengan pendidikan yang diperoleh oleh masyarakat dapat mengetahui ada nilai lebih masyarakat yang berpendidikan tinggi dalam bermasyarakat dengan masyarakat yang berpendidikan rendah dalam bermasyarakat. Berikut akan terlihat bahwa yang mendominasi jawaban responden terhadap pendidikan membantu untuk bermasyarakat adalah kurang membantu, membantu, diikuti dengan sangat membantu, dan tidak membantu, serta tidak membantu sama sekali, seperti yang terlihat pada tabel berikut:


(59)

Tabel 7. Distribusi Jawaban Responden Tentang Pendidikan Membantu Untuk Bermasyarakat di Kelurahan

NO. ALTERNATIF JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE %

1. Sangat membantu 8 8,2 %

2. Membantu 20 20,4 %

3. Kurang membantu 55 56,1 %

4. Tidak membantu 7 7,1 %

5. Tidak membantu sama sekali 7 7,1 %

JUMLAH 98 100 %

Sumber : Kuisioner 2008

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 8 orang menyatakan dengan pendidikan yang diperolehnya sangat membantu untuk bermasyarakat atau sekitar 8,2 %, 20 orang menyatakan membantu atau sekitar 20,4 %, 55 orang menyatakan biasa atau sekitar 56,1 %, 7 orang menyatakan kurang membantu atau sekitar 7,1 %, dan 7 orang menyatakan tidak membantu atau sekitar 7,1 %. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat membantu untuk bermasyarakat terlihat dengan cukup besarnya frekuensi membantu bermasyarakat pada tabel di atas.

• Dengan Pendidikan Lebih memahami Norma-norma Yang Ada di Masyarakat

Dengan pendidikan yang diperoleh oleh masyarakat lebih dapat memahami apa yang menjadi maksud dan tujuan dari norma-norma yang ada di masyarakat. Berikut akan terlihat dengan kurang membantunya pendidikan dalam bermasyarakat maka terlihat jawaban responden yang mendominasi adalah kurang memahami norma-norma, memahami, tidak memahami, sangat memahami, dan sama sekali tidak memahami seperti terlihat pada tabel berikut :


(60)

Tabel 8. Distribusi Jawaban Responden Tentang Memahami Norma-norma yang Ada di Masyarakat

NO. ALTERNATIF JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE %

1. Sangat memahami 12 12,2 %

2. Memahami 32 32,6 %

3. Kurang memahami 38 38,8 %

4. Tidak memahami 14 14,4 %

5. Sama sekali tidak memahami 2 2 %

JUMLAH 98 100 %

Sumber : Kuisioner 2008

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 12 orang sangat memahami norma yang ada atau sekitar 12,2 %, 32 orang yang memahami atau sekitar 32,6 %, 38 kurang memahami atau sekitar 38,8 %, 14 orang tidak memahami atau sekitar 14,4 %, dan 2 orang tidak memahami sama sekali atau sekitar 2 %. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah mengerti akan norma-norma yang ada di masyarakat terlihat dengan cukup besarnya responden yang memahami norma-norma yang ada di masyarakat.

• Dengan Pendidikan Lebih Dapat Menilai Norma-norma Yang Ada di Masyarakat Dengan pendidikan yang diperoleh masyarakat dapat menilai norma-norma apakah norma agama, norma kesusilaan, dan lain-lain. Berikut akan terlihat dengan kurang memahaminya responden terhadap norma-norma maka terlihat juga jawaban responden mengenai dapat menilai norma-norma didominasi kurang dapat menilai dan dapat menilainya, diikuti tidak dapat menilainya, dan selebihnya lebih dapat menilainya dan sama sekali tidak dapat menilainya seperti yang terlihat pada tabel berikut :


(61)

Tabel 9. Distribusi Jawaban Responden Tentang Menilai Norma-norma Yang Ada di Masyarakat

NO. ALTERNATIF JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE %

1. Lebih dapat menilainya 9 9,2 %

2. Dapat menilainya 29 29,6 %

3. Kurang dapat menilainya 29 29,6 %

4. Tidak dapat menilainya 28 28,6 %

5. Sama sekali tidak dapat menilainya 3 3,1 %

JUMLAH 98 100 %

Sumber : Kuisioner 2008

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 9 orang lebih dapat menilainya atau sekitar 9,2 %, 29 orang dapat menilainya atau sekiatr 29,6 %, 29 orang kurang dapat menilainya atau sekitar 29,6 %, 28 orang tidak dapat menilainya atau sekitar 28,6 %, dan 3 orang sama sekali tidak dapat menilainya atau sekitar 3,1 %. Hal ini menunjukkan bahwa cukup besarnya responden yang menjawab dengan pendidikan yang dimilikinya dapat menilai norma-norma yang ada di masyarakat.

• Dengan Pendidikan Lebih Dapat Menjalankan Norma-norma Yang Ada di Masyarakat

Dengan pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat dapat menjalankan norma-norma yang ada di masyarakat dalam berbicara dan berperilaku terhadap sesama masyarakat di lingkungannya. Selain memahami dan menilai norma-norma juga dilihat dalam menjalankan norma-norma maka jawaban responden yang mendominasi adalah dapat menjalankannya, kurang dapat menjalankannya, lebih dapat menjalankannya, tidak dapat menjalankannya dan tidak dapat menjalankannya sama sekali seperti yang terlihat pada tabel berikut :


(62)

Tabel 10. Distribusi Jawaban Responden Tentang Menjalankan Norma-norma Yang Ada di Masyarakat

NO. ALTERNATIF JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE %

1. Lebih dapat menjalankannya 13 13,3 %

2. Dapat menjalankannya 41 41,8 %

3. Kurang dapat menjalankannya 38 38,8 % 4. Tidak dapat menjalankannya 6 6,1 % 5. Sama sekali tidak dapat menjalankannya - -

JUMLAH 98 100 %

Sumber : Kuisioner 2008

Dari data di atas dapat diketahui bahwa 13 orang lebih dapat menjalankan norma-norma dengan pendidikan yang dimilikinya atau sekitar 13,3 %, 41 orang menjawab dapat menjalankannya atau sekitar 41,8 %, 38 orang kurang dapat menjalankannya atau sekitar 38,8 %, 6 orang tidak dapat menjalankannya atau sekitar 6,1 %. Hal ini

menunjukkan bahwa masyarakat di Kelurahan Cendana berdasarkan pendidikan yang dimilikinya sudah dapat menjalankan norma-norma yang berlaku di kelurahan tersebut.

• Dengan Pendidikan Mempengaruhi Dalam Mengambil Keputusan

Dengan pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat dapat mengambil keputusan yang lebih baik berdasarkan logika dan tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Berikut akan terlihat jawaban responden yang dominant menjawab mempengaruhi dalam mengambil keputusan, sangat mempengaruhi jawaban, kurang mempengaruhi, biasa, dan tidak mempengaruhi seperti yang terlihat pada tabel berikut :


(63)

Tabel 11. Distribusi Jawaban Responden Tentang Pendidikan Mempengaruhi

Dalam Mengambil Keputusan

NO. ALTERNATIF JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE %

1. Sangat mempengaruhi 21 21,4 %

2. Mempengaruhi 29 29,6 %

3. Biasa 15 15,3 %

4. Kurang mempengaruhi 19 19,4 %

5. Tidak mempengaruhi 14 14,3 %

JUMLAH 98 100 %

Sumber : Kuisioner 2008

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 21 orang sangat mempengaruhi atau sekitar 21,4 %, 29 orang mempengaruhi atau sekitar 29,6 %, 15 orang menjawab biasa atau sekitar 15,3 %, 19 orang kurang mempengaruhi atau sekitar 19,4 %, dan 14 orang tidak mempengaruhi atau sekitar 14,3 %. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pendidikan yang diperoleh oleh masyarakat sangat mempengaruhi dalam mengambil kepautusan terlihat dengan besarnya frekuensi sangat mempengaruhi, dan mempengaruhi dalam mengambil keputusan.

2. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Kesehatan (Variabel Y)

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan diartikan sebagai adanya keterlibatan mental maupun emosional seseorang atau individu yang mendorong untuk memberikan sumbangan pikiran, materi, tenaga, dan partisipasi dalam pemberdayaan dalam pembangunan khususnya pada bidang kesehatan. Partisipasi merupakan tahap akhir dari pembangunan dimana pembangunan tidak akan mampu berjalan tanpa adanya partisipasi yang diberikan oleh masyarakat sebagai objek pembangunan. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan di


(1)

81. 2 2 3 2 5 3 3 5 3 5 33 3,3

82. 3 3 4 2 4 3 3 5 4 5 36 3,6

83. 3 3 2 3 4 3 3 5 4 4 34 3,4

84. 4 3 2 4 4 3 4 5 4 4 37 3,7

85. 3 3 4 4 5 4 4 5 3 4 39 3,9

86. 3 2 2 3 5 4 4 5 3 5 36 3,6

87. 3 3 4 3 5 5 4 5 3 4 39 3,9

88. 3 2 2 2 4 4 3 5 4 5 34 3,4

89. 3 2 3 3 5 5 3 4 4 4 36 3,6

90. 2 2 4 3 4 5 3 4 4 4 35 3,5

91. 3 3 2 4 5 4 4 5 4 5 39 3,9

92. 3 3 2 4 5 4 4 5 4 5 39 3,9

93. 3 2 3 3 4 4 4 5 4 5 37 3,7

94. 3 2 2 3 5 5 5 5 4 5 39 3,9

95. 2 2 2 2 5 5 5 5 4 5 37 3,7

96. 4 3 2 2 5 5 5 5 4 4 39 3,9

97. 5 4 2 3 5 5 3 5 4 4 40 4


(2)

DISTRIBUSI FREKUENSI JAWABAN KUISIONER TINGKAT PENDIDIKAN

FORMAL (X)

NO ITEM

A B C D E JUMLAH

RATA-RATA F N F N F N F N F N F N

1. 20 100 50 200 28 84 0 0 0 0 98 384 3,92

2. 11 55 28 112 31 93 28 56 0 0 98 316 3,22

3. 0 0 13 52 32 96 23 46 30 30 98 224 2,29

4. 8 40 20 80 55 165 7 14 7 7 98 306 3,12

5. 12 60 32 128 38 114 14 28 2 2 98 332 3,39

6. 9 45 29 116 29 87 28 56 3 3 98 307 3,13

7. 13 65 41 164 38 114 6 12 0 0 98 355 3,62

8. 21 105 29 116 15 45 19 38 14 14 98 318 3,24

DISTRIBUSI FREKUENSI JAWABAN KUISIONER PARTISIPASI

MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN (Y)

NO ITEM

A B C D E JUMLAH

RATA-RATA F N F N F N F N F N F N

1. 8 40 27 108 44 132 19 38 0 0 98 318 3,24 2. 0 0 23 92 32 96 43 86 0 0 98 274 2,80 3. 0 0 23 92 33 99 42 84 0 0 98 275 2,81 4. 0 0 32 128 41 123 25 50 0 0 98 301 3,07 5. 59 295 39 156 0 0 0 0 0 0 98 451 4,60 6. 43 215 44 176 11 33 0 0 0 0 98 424 4,33 7. 15 75 44 176 39 117 0 0 0 0 98 368 3,75 8. 66 330 32 128 0 0 0 0 0 0 98 458 4,67 9. 0 0 42 168 40 120 16 32 0 0 98 320 3,26 10. 35 175 50 200 13 39 0 0 0 0 98 414 4,22


(3)

KUADRAT MASING-MASING VARIABEL

NO X Y X.Y

1. 34 1156 38 1444 1292

2. 33 1089 40 1600 1320

3. 27 729 34 1156 918

4. 28 784 36 1296 1008

5. 23 529 34 1156 782

6. 24 576 34 1156 816

7. 35 1225 31 961 1085

8. 31 961 37 1369 1147

9. 24 576 35 1225 840

10. 14 196 34 1156 476

11. 15 225 34 1156 510

12. 35 1225 38 1444 1330

13. 36 1296 35 1225 1260

14. 14 196 39 1521 546

15. 15 225 36 1296 540

16. 30 900 33 1089 990

17. 30 900 40 1600 1200

18. 12 144 39 1521 468

19. 24 576 34 1156 816

20. 22 484 34 1156 748

21. 33 1089 35 1225 1155

22. 18 324 39 1521 702

23. 20 400 34 1156 680

24. 29 841 39 1521 1131

25. 18 324 35 1225 630

26. 28 784 40 1600 1120

27. 30 900 35 1225 1050

28. 30 900 36 1296 1080

29. 30 900 36 1296 1080

30. 25 625 36 1296 900

31. 19 361 40 1600 760

32. 27 729 37 1369 999

33. 31 961 36 1296 1116

34. 18 324 37 1369 666

35. 31 961 36 1296 1116

36. 39 1521 37 1369 1443

37. 19 361 35 1225 665

38. 24 576 33 1089 792

39. 19 361 40 1600 760


(4)

41. 19 361 33 1089 627

42. 19 361 39 1521 741

43. 15 225 35 1225 525

44. 31 961 34 1156 1054

45. 19 361 39 1521 741

46. 19 361 35 1225 665

47. 21 441 34 1156 714

48. 20 400 37 1369 740

49. 23 529 36 1296 828

50. 39 1521 39 1521 1521

51. 38 1444 41 1681 1558

52. 36 1296 36 1296 1296

53. 30 900 37 1369 1110

54. 29 841 37 1369 1073

55. 27 729 32 1024 864

56. 27 729 37 1369 999

57. 35 1225 43 1849 1505

58. 30 900 41 1681 1230

59. 26 676 33 1089 858

60. 35 1225 38 1444 1330

61. 15 225 36 1296 540

62. 19 361 38 1444 722

63. 33 1089 37 1369 1221

64. 28 784 42 1764 1176

65. 25 625 41 1681 1025

66. 25 625 39 1521 975

67. 18 324 40 1600 720

68. 28 784 36 1296 1008

69. 20 400 35 1225 700

70. 21 441 36 1296 756

71. 25 625 38 1444 950

72. 28 784 36 1296 1008

73. 24 576 37 1369 888

74. 37 1369 39 1521 1443

75. 25 625 40 1600 1000

76. 27 729 32 1024 864

77. 18 324 35 1225 630

78. 35 1225 37 1369 1295

79. 27 729 35 1225 945


(5)

81. 21 441 33 1089 693

82. 33 1089 36 1296 1188

83. 19 361 34 1156 646

84. 17 289 37 1369 629

85. 33 1089 39 1521 1287

86. 16 256 36 1296 576

87. 32 1024 39 1521 1248

88. 23 529 34 1156 782

89. 20 400 36 1296 720

90. 37 1369 35 1225 1295

91. 27 729 39 1521 1053

92. 35 1225 39 1521 1365

93. 32 1024 37 1369 1184

94. 21 441 39 1521 819

95. 22 484 37 1369 814

96. 23 529 39 1521 897

97. 19 361 40 1600 760

98. 39 1521 43 1849 1677


(6)

N

Taraf signifikan

N

Taraf signifikan

N

Taraf signifikan

5% 1% 5% 1% 5% 1%

3 0,997 0,999 27 0,381 0,487 55 0,266 0,345

4 0,950 0,990 28 0,374 0,478 60 0,254 0,330

5 0,878 0,959 29 0,367 0,470 65 0,244 0,317

6 0,811 0,917 30 0,361 0,463 70 0,235 0,306

7 0,754 0,874 31 0,355 0,456 75 0,227 0,296

8 0,707 0,834 32 0,349 0,449 80 0,220 0,286

9 0,666 0,798 33 0,344 0,442 85 0,213 0,278

10 0,632 0,765 34 0,339 0,436 90 0,207 0,270

11 0,602 0,735 35 0,334 0,430 95 0,202 0,263

12 0,576 0,708 36 0,329 0,424 100 0,195 0,256

13 0,553 0,684 37 0,325 0,418 125 0,176 0,230

14 0,532 0,661 38 0,320 0,413 150 0,159 0,210

15 0,514 0,641 39 0,316 0,408 175 0,148 0,194

16 0,497 0,623 40 0,312 0,403 200 0,138 0,181

17 0,482 0,606 41 0,308 0,398 300 0,113 0,148

18 0,468 0,590 42 0,304 0,393 400 0,098 0,128

19 0,456 0,575 43 0,301 0,389 500 0,088 0,115

20 0,444 0,561 44 0,397 0,384 600 0,080 0,105

21 0,433 0,549 45 0,294 0,380 700 0,074 0,097

22 0,423 0,537 46 0,291 0,376 800 0,070 0,091

23 0,413 0,526 47 0,288 0,372 900 0,065 0,086

24 0,404 0,515 48 0,284 0,368 1000 0,062 0,081

25 0,396 0,505 49 0,281 0,364


Dokumen yang terkait

Persepsi Keluarga Pemulung Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Deskriptif Terhadap Keluarga Pemulung di Daerah Pinang Baris, Medan)

14 168 105

Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Penyakit Malaria Di Kelurahan Tanjung Leidong Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2012

4 43 100

Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Program Pengendalian DBD yang Dilakukan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan Terhadap Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Bagan Deli Belawan Tahun 2012

4 64 200

Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung 2005 di Kabupaten Karo (Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Batukarang Kecamatan Payung).

19 180 90

Analisis Pengaruh Tingkat Pendapatan Dan Tingkat Pendidikan Masyarakat Terhadap Permintaan Produk Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Kantor Wilayah Medan

5 85 89

Analisis Pengaruh Tingkat Pendapatan dan Tingkat Pendidikan Masyarakat Terhadap Permintaan Produk Asuransi Jiwa Pada Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Cabang Pematangsiantar

1 40 113

Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan (Studi Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai)

1 65 72

BAB 1 PENDAHULUAN PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL DAN PENDIDIKAN NON FORMAL TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENSUKSESKAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TRUKAN, PRACIMANTORO, WONOGIRI.

0 2 8

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL DAN PENDIDIKAN NON FORMAL TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL DAN PENDIDIKAN NON FORMAL TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENSUKSESKAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TRUKAN, PRACI

0 1 13

Hubungan Partisipasi Masyarakat Dalam Kesehatan

0 0 2