Ilmu Komunikasi

BAB I
PENDAHULUAN.

Untuk kelangsungan hidup manusia dari hari ke hari tidaklah
terlepas dari komunikasi, baik komunikasi yang lazim digunakan
menurut daerah masing-masing maupun komunikasi yang sudah
mengikuti aturan-aturan secara ilmiyah yang sudah dipelajari di bangku
kuliah. Komunikasi itu sendiri sebenarnya lahir/sudah ada semenjak
lahirnya manusia.
Komunikasi ada dimana-mana, di rumah ketika anggota keluarga
berbincang-bincang, di pasar ketika orang menjual dan membeli barangbarang,

di

kantor

ketika

bertukar

pikiran


untuk

menyelesaikan

pekerjaan, di kampus ketika mahasiswa berdiskusi dan lain-lain. Pada
dasarnya komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan. Bahkan
sebuah penelitian mengungkapkan

bahwa

70 % waktu bangun

manusia dipergunakan untuk berkomunikasi, baik komunikasi secara
verbal maupun secara non verbal.

Secara verbal dalam arti berkomunikasi melalui kata-kata yang
terucap dengan lisan maupun kata-kata yang tertuang dalam tulisan.
Secara non verbal dalam arti berkomunikasi dengan isyarat, kode-kode,
tanda-tanda


atau

lambang-lambang

yang

telah

disepakati

maknanya/artinya. Karena komunkasi non verbal ini tidak akan
komunikatif, jika tidak ada kesamaan maknanya.

Komunikasi pada dasarnya dapat terjadi dalam berbagai konteks
kehidupan. Peristiwa komunikasi dapat berlangsung tidak saja dalam
kehidupan manusia, akan tetapi juga dalam kehidupan binatang,
tumbuh-tumbuhan dan makhluk-makhluk hidup lainnya, bahkan

1


2

komunikasi juga dapat dilakukan antara manusia dengan Allah. Namun
demikian, obyek pengamatan atau titik sentral dalam ilmu komunikasi
difokuskan

pada

peristiwa-peristiwa

komunikasi

dalam

konteks

hubungan antar manusia atau komunikasi antar manusia. Komunikasi
antar manusia mudah untuk diamati dan dimengerti, tidak demikian
halnya komunikasi dengan yang lainnya.


Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia,
makin luas pergaulan maka makin besar fungsi, peranan dan tanggung
jawab

social

seseorang.

Makin

banyak

ia

terlibat

dalam

proses


komunikasi, maka akan berpengaruh pula terhadap diri dan tingkah
lakunya,

karena

komunikasi

pada

dasarnya

adalah

proses

penyampaian dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung
arti/pesan antara komunikator dan komunikannya dengan tujuan
mewujudkan kesamaan makna dan kebersamaan. Dengan komunikasi
orang memberi dan menerima informasi, pendapat, ide, mengajar dan

diajar, serta menghibur dan dihibur dan lain sebagainya. Komunikasi
juga merupakan tuntutan kodrati manusia, karena merupakan syarat
bagi perkembangan dirinya.

Pribadi manusia terbentuk dari pengalaman sejak lahir dalam
berhubungan dengan orang lain. Pribadi manusia dapat diibaratkan
sebagai sebuah jendela dengan tirai yang menutupinya. Pribadi itu
seolah-olah tersembunyi dibalik tirai itu. Akan tetapi kalau tirai itu
disingkap, maka akan terlihat sebuah jendela dengan empat bidang.

3

Jendela itu dapat disebut dengan jendela JOHARI untuk
mengenang penemunya, yakni JOSEPH LUFT dan HARRY INGHAM
yang mengemukakan keterbukaan diri pribadi dalam berhubungan
dengan orang lain. Jendela itu setiap bidangnya mempunyai makna
sendiri-sendiri, yakni:

Kau Tak Tahu


Kau Tahu

Aku
Tak
Tahu

Aku
Tahu

Aku

1

3

Ruang Gelap

Ruang Buta

2


4

Ruang Rahasia

Ruang
Keterbukaan

Kau Tak Tahu

Tak
Tahu

Aku
Tahu

Kau Tahu

Bidang I : Ruang I merupakan Ruang gelap yang kau tak tahu,
aku tak tahu. Ruang ini merupakan tempat hal-hal yang tidak kita


4

sadari, seperti kemampuan, pikiran dan perasaan, yang tirainya dapat
disingkapkan apabila kita banyak berkomunikasi dengan orang lain.

Bidang 2: Ruang Rahasia, yang aku tahu, kau tak tahu. Dalam
hidup kita sering menyimpan rahasia pribadi. Tidak semua hal kita
buka kepada orang lain. Misalnya rahasia rumah tangga, rahasia
jabatan, rahasia pribadi dan lain-lain. Biarlah yang seharusnya
disimpan dalam rahasia, tidak boleh dibuka kepada orang lain.

Bidang 3 : Ruang Buta, yang kau tahu, aku tak tahu.
Adakalanya kita tak mengetahui/melihat “siapa aku” tetapi orang lain
dapat melihat atau mengetahui. Ibaratnya kekurangan yang ada pada
diri kita (bau badan). Maka jika kita diberi tahu, janganlah marah,
karena boleh jadi orang itu ingin agar kita menjadi orang yang bersih
dan disenangi oleh orang lain. Atau orang buta yang diberi tahu oleh
orang yang melihat, maka jangan sombong tidak mau mendengar,
khawatir dia akan terjerumus ke parit.


Bidang 4: Ruang Keterbukaan yang aku tahu, kau tahu.
Karena kita telah mengutarakan kepada rekan-rekan tentang siapa
anda, maka yang semula anda yang tahu, kini diapun tahu tentang
keinginan anda, kemampuan anda dan apa yang telah anda capai.

Dengan demikian “diri” seseorang bukanlah sesuatu yang siap
jadi, tetapi diperoleh dan dibentuk melalui dan oleh lingkungannya.
Salah

satu

ciri

dari

proses

perkembangan


diri

adalah

makin

meningkatnya kesadaran tentang hak milik dan sumber-sumber yang ia

5

miliki, seperti keadaan lingkungan, nilai-nilai budaya dalam masyarakat
dan lain-lain.

1

Dalam berkomunikasi manusia dapat mendatangkan hal-hal
yang positif, seperti halnya: membentuk saling pengertian, memupuk
persahabatan,

memelihara

kasih

sayang,

menyebarkan

ilmu

pengetahuan, melestarikan peradaban dan lain sebagainya. Namun
dengan

komunikasi

mendatangkan

juga

kita

perpecahan,

dapat

menyuburkan

menanamkan

permusuhan,

kebencian,

merintangi

kemajuan, menghambat pemikiran dan sebagainya.
Berkomunikasi sepertinya mudah dilakukan, bahkan tanpa
dipelajari secara seriuspun berkomunikasi itu mudah. Namun dalam
mempraktekkan berkomunikasi secara baik ternyata sulit, seperti
ketika ingin mengemukakan isi hati tentang suatu pengetahuan melalui
diskusi, ternyata sulit sekali, jika tidak dibiasakan.

Ary Ginanjar dalam bukunya ESQ Emotional Spiritual Quatient,
mengatakan, bahwa “Pemahaman saja tidaklah cukup. Diperlukan suatu
pelatihan yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi
sebuah kebiasaan dan kemudian menjadi suatu karakter seperti yang
diharapkan. Apabila sikap baru itu sudah tercipta, maka secara otomatis
kebiasaan lama yang buruk akan hilang dengan sendirinya. Kecakapan
pada hakekatnya dapat dipandang sebagai sekumpulan kebiasaan yang
terkordinasi, apa yang kita pikirkan, rasakan dan kerjakan, agar suatu
tugas terlaksana”. 2

1

Menteri Urusan Wanita, Potensi dan Peranan Wanita Dalam Pembangunan, (Jakarta, Kantor
Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, 1991) hal, 29.
2
Ary Ginanjar Agustian, ESQ Emotional Spiritual Quotient, (Jakarta, Arga,
2001) hal. 51.

6

Coba lihat dari skema di bawah:

ILMU
PEMBENTUKAN
MENTAL &
ATTITUDE (EQ)

Sebatas

Pemahaman

pemahaman
Pelatihan
lupa
Kebiasaan
Kegagalan
Karakter

Keberhasilan

Bagan di atas dapat dijelaskan bahwa dalam pembentukan mental
dan tingkah laku itu ada dua kategori. Pertama, hanya sebatas
pemahaman, maka akan mengakibatkan lupa dan kemudian akan

7

menemukan kegagalan. Kedua, pemahaman diikuti dengan pelatihan
dan kebiasaan, maka akan membentuk karakter dan selanjutnya
menemukan keberhasilan.

Stephen R. Covey, menyatakan bahwa: Taburlah gagasan, petiklah
perbuatan, taburlah perbuatan, petiklah kebiasaan, taburlah kebiasaan,
petiklah karakter, taburlah karakter, petiklah nasib. Artinya untuk
membangun karakter, tidak cukup dengan hanya membaca buku
bahkan pelatihan penuh selama satu minggu saja, namun dibutuhkan
sebuah mekanisme pelatihan yang terarah dan tiada henti secara
berkesinambungan.
Demikian pula dalam membiasakan berkomunikasi, sepertinya
berkomunikasi itu sesuatu hal yang mudah, ternyata merupakan hal
yang sulit, jika tidak dilatih dan dibiasakan. Seseorang akan mampu
membentuk

kepribadian

yang

baik

dan

mampu

mengutarakan

pemahaman yang ia terima, karena selalu diikuti dengan pelatihan dan
kebiasaan, dan kemudian menjadi orang yang berhasil.

8