1. Pengertian Sifat Melawan Hukum dan Unsur-Unsur Sifat Melawan Hukum
Pembahasan tentang persoalan sifat melawan hukum dalam hukum pidana merupakan pembahasan yang sangat urgen dan sangat mendasar. Urgensi
pembahasan “sifat melawan hukum” dalam hukum pidana bertolak dari kenyataan, bahwa dalam hukum pidana yang menjadi perhatian adalah perbuatan-
perbuatan yang bersifat melawan hukum saja. Perbuatan-perbuatan inilah yang dilarang dan diancam dengan pidana, yang dalam konteks hukum pidana disebut
sebagai perbuatan pidana atau tindak pidana. Dengan konstruksi pemikiran yang demikian, maka dilarangnya suatu perbuatan itulah baik oleh hukum tertulis
Undang-Undang maupun oleh hukum tidak tertulis yang menjadi dasar untuk menentukan apakah perbuatan itu dikatakan bersifat melawan hukum atau tidak.
Dengan demikian, suatu perbuatan yang tidak dilarang, baik oleh hukum tertulis maupun oleh hukum tidak tertulis, tidak dapat dianggap sebagai perbuatan yang
bersifat melawan hukum.
9
Terminologi wederrechtelijk lebih sering digunakan dalam bidang hukum pidana, sedangkan onrechtmatige daad dalam bahasa hukum perdata. ”In het
Kata melawan hukum adalah kata yang sudah baku digunakan untuk menterjemahkan kata dari bahasa Belanda onrechmatioge daad atau
wederrechtelijk, atau dari bahasa Inggris unlawful. Dengan demikian, onrechtmatigheid atau wederrechtheid atau unlawfulness dapat diterjemahkan
sifat melawan hukum atau bersifat melawan hukum.
9
Tongat, Dasar-Dasar Hukum Pidana di Indonesia dalam Perspektif Pembaharuan ,Malang: UMM Press, 2009, hal. 193.
Universitas Sumatera Utara
strafrecht is de term ‘wederrechtelijk’ gebruikelijker dan de t erm ’onrechtmatig’ ”, di bidang hukum pidana istilah wederrechtelijk lebih sering digunakan dari
pada istilah onrechtmatig. Kata Heijder yang selanjutnya mengatakan: “Uit deze verschillende terminologie vloeit noch wetshistorich noch systematisch een
verschil in betekenis voort”. istilah itu tidak hanya menyebabkan perbedaan arti, baik secara sejarah perundang-undangan maupun sistematis.
10
Dalam dogmatik hukum pidana istilah “sifat melawan hukum” tidak selalu berarti sama. Ada empat makna yang berbeda-beda tetapi yang masing-masing
dinamakan sama yaitu sifat melawan hukum. Harus selalu ditanyakan dalam hubungan apa istilah itu dipakai untuk mengetahui artinya. Untuk itu perlu
dibedakan:
11
a. Sifat melawan hukum umum, ini diartikan sebagai syarat umum untuk
dapat dipidana yang tersebut dalam rumusan pengertian perbuatan pidana: perbuatan pidana adalah kelakuan manusia yang termasuk dalam rumusan
delik, bersifat melawan hukum dan dapat dicela. b.
Sifat melawan hukum khusus, ada kalanya kata “sifat melawan hukum” tercantum secara tertulis dalam rumusan delik. Jadi sifat melawan hukum
merupakan syarat tertulis untuk dapat dipidana. Sifat melwan hukum yang menjadi bagian tertulis dari rumusan delik dinamakan “sifat melawan
hukum faset”.
10
Komariah Emong Sapardjaja, Ajaran Sifat Melawan Hukum Materiel dalam Hukum Pidana Indonesia, Bandung: PT Alumni, 2002, hal. 33-34.
11
D. Schaffmeister, N. Keijzer. dan. E. PH. Sutorius, Hukum Pidana, Yogyakarta: Liberty, 1995, hal. 39.
Universitas Sumatera Utara
c. Sifat melawan hukum formal, istilah ini berarti: semua bagian yang tertulis
dari rumusan delik telah terpenuhi jadi semua syarat tertulis untuk dapat dipidana.
d. Sifat melawan hukum materiil berarti melanggar atau membahayakan
kepentingan hukum yang hendak dilindungi oleh pembentuk Undang- undang dalam rumusan delik tertentu.
Seorang penulis Vos yang menganut pendirian yang materiil, memformulasikan perbuatan melawan hukum sebagai perbuatan yang oleh
masyarakat tidak dibolehkan. Formulasi ini dipengaruhi oleh arrest Hoge Raad Nederland tahun 1919, yang terkenal dengan nama Lindenbaum-Cohen mengeni
Perkara Perdata. Disitu Hoge Raad Belanda mengatakan: “perbuatan melanggar hukum onrechtmatige daad adalah bukan saja perbuatan yang bertentangan
dengan wet, tetapi juga perbuatan yang dipandang dari pergaulan masyarakat tidak patut”.
Menurut Simon sifat melwan hukum timbul dari suatu kenyataan bahwa tindakan manusia bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, hingga
pada dasarnya sifat tersebut bukan suatu unsur dari delik yang mempunyai arti tersendiri seperti halnya dengan unsur lain.
12
12
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi,Jakarta: Sinar Grafika, 2005, hal. 6
Universitas Sumatera Utara
Menurut Zevenberger mengenai melawan hukum itu bahwa semua delik tidak saja bertentangan dengan Undang-Undang, akan tetapi juga bertentangan
paham kemasyarakatan.
13
Sedangkan menurut Andi Hamzah melawan hukum wederrechtelijk heid itu adalah perbuatan yang bertentangan dengan hukum objektif, hak subjektif,
kepatutan yang berlaku dalam msyarakat, tidak memunyai hak sendiri.
14
a. Noyon: Melawan hukum berarti bertentangan dengan hak subjektif orang
lain. Menurut Pendapat para ahli di dalam buku Teguh Prasetyo dan Abdul
Halim Barkatullah mengenai pengertian melawan hukum antara lain adalah dari:
b. Pompe: Melawan hukum berarti bertentangan dengan hukum dengan
pengertian yang lebih luas, bukan hanya bertentangan dengan undang- undang tetapi juga dengan hukum yang tidak tertulis.
c. Van hannel: Melawan hukum adalah onrechmatig atau tanpa hak
wewenang. d.
Hoge raad: Dari arrest-arrestnya dapat disimpulkan, menurut HR melawan hukum adalah tanpa hak atau tanpa kewenangan. arrest 18-12-1911 W
9263. e.
Lamintang: Berpendapat, perbedaan diantara pakar tersebut antara lain disebabkan karena dalam bahasa Belanda recht dapat berarti hukum” dan
dapat berarti “hak.” Ia mengatakan, dalam bahasa Indonesia kata wederrechtelijk itu berarti “secara tidak sah” yang dapat meliputi
pengertian “bertentangan dengan hukum objektif” dan “bertentangan dengan hak orang lain atau hukum subjektif”.
15
Oleh karenanya, sifat melawan hukum dapat diartikan bahwa suatu perbuatan dapat dipidana apabila ia bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan melawan hukum formil atau apabila perbuatan tersebut dianggap
13
Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Jakarta Sinar Grafika, 2005, hal. 46
14
Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana,Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hal 163
15
Teguh Prasetyo dan Abdul Hakim Barkatullah, Politik Hukum Pidana: Kajian Kebijakan Kriminalisasai dan Deskriminalisasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005, hal. 31-32.
Universitas Sumatera Utara
tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat melawan hukum materiil maka perbuatan tersebut
dapat dipidana. Oleh pembentuk peraturan perundang-undangan untuk menentukan seseorang dapat dipidana maka sifat melawan hukum dijadikan
sebagai unsur yang tertulis. Tanpa unsur ini, rumusan peraturan perundang- undangan akan menjadi terlampau luas. Sifat ini juga dapat dicela kadang-kadang
dimasukkan dalam rumusan delik culpa. Untuk menentukan apakah suatu perbuatan dikatakan perbuatan melawan hukum diperlukan unsur-unsur sebagai
berikut:
a.
Perbuatan tersebut melawan hukum;
b.
Harus ada kesalahan pada pelaku;
c.
Harus ada kerugian.
16
Suatu tindakan pada umumnya dapat hilang sifatnya sebagai melawan hukum bukan hanya berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam perundang-undangan
melainkan juga berdasarkan asas-asas keadilan atau asas-asas hukum yang tidak tertulis dan bersifat umum dalam suatu perkara, misalnya faktor negara tidak
dirugikan, kepentingan umum dilayani dan terdakwa sendiri tidak mendapat untung.
16
Theodorus M. Tuanakotta, Menghitung Kerugian Keuangan Negara Dalam Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Salemba Empat, 2009, hal. 73
Universitas Sumatera Utara
2. Pengertian Tindak Pidana dan Unsur Tindak Pidana