f. Monitoring Pengawasan : Membandingkan proses sistem yang
diawasi dengan proses yang seharusnya terjadi. g. Instruction Instruksi : Memberikan proses pembelajaran pada area
teknikal suatu bidang. h. Control Kendali
: Melakukan kendali terhadap lingkungan yang rumit.
Micheal Negnevitsky, 2002, pada bukunya menjabarkan bahwa karakteristik yang unik pada sistem pakar adalah pada kemampuan penjelasan
yang disediakan. Fitur ini memberikan sistem kemampuan melakukan evaluasi terhadap pemberian alasan sistem itu sendiri dan menjelaskan keputusan yang
diambil.
2.2.2 Arsitektur Sistem Pakar
Pada gambar dibawah ini kami jabarkan arsitektur lengkap suatu sistem pakar
Gambar 2.1 Arsitektur Lengkap Sistem Pakar Ahmad, 2012 Knowledge
Acquisiion Facilty
Knowledge Base
Rule: If-Then Working Memory
Fact
Inference Engine
Explanation Facilities
User Interface
User database
STORE
VIEW
Medical Expert
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 menjelaskan bahwa sistem pakar memiliki beberapa buah komponen yang berbeda, diantaranya adalah :
a. Knowledge Acquisition Facility Mengidentifikasi pakar yang sesuai dan melibatkan orang yang sesuai
didalam proses pengambilan pengetahuan merupakan hal yang penting untuk kesuksesan dari pengambilan pengetahuan. Beberapa orang yang terlibat dalam
pengambilan pengetahuan ini dapat dikategorikan yaitu : 1. Pakar dibidang masalah yang ingin dilakukan dengan pengalaman kerja yang
tinggi dibidang tersebut. 2. Pembuat aplikasi, orang yang memiliki kemampuan dalam menafsirkan dan
menerjemahkan pengetahuan serta mengimplementasikan pengetahuan tersebut kedalam sistem pakar.
3. Pengguna dan manajer.
Ada beberapa hal isu yang harus diperhatikan untuk melakukan pengambilan pengetahuan. Isu pertama yaitu adalah pemilihan pakar bidang tersebut yang
sesuai harus memenuhi 3 kriteria, yaitu reputasi yang baik, karakter pakar dan sikap yang baik, serta ketersediaan waktu dari pakar tersebut. Isu kedua adalah
seberapa banyak pakar yang akan dilibatkan dalam pengambilan pengetahuan. Penggunaan satu pakar biasanya lebih baik dari banyak pakar, akan tetapi untuk
kasus tertentu kadang diperlukan banyak pakar untuk mengumpulkan pengetahuan yang diinginkan. Ada beberapa masalah yang mungkin timbul jika
menggunakan satu pakar, yaitu : susahnya membagi waktu seorang pakar untuk pengambilan keperluan, bias seorang pakar, keterbatasan pengambilan alasan oleh
satu pakar, kepakaran yang terbatas. Dari isu ini maka perlu diambil keputusan mana yang diperlukan, seorang pakar atau banyak pakar dalam membuat sistem
pakar yang diinginkan. Metode yang biasa digunakan untuk pengambilan pengetahuan adalah
wawancara, observasi, dan analisis protokol. Setiap metode memiliki kesesuaian dengan bidang ilmu yang ingin diambil pengetahuannya, akan tetapi wawancara
merupakan metode yang cukup umum digunakan.
Universitas Sumatera Utara
b. Knowledge Base Menurut Luger, 2005 didalam bukunya, ia berpendapat bahwa
knowledge base basis pengetahuan adalah hati dari sistem pakar. Basis pengetahuan mengandung pengetahuan dari bidang ilmu yang diinginkan. Pada
jenis sistem pakar berbasis aturan, basis pengetahuan ini biasanya dituliskan dalam bentuk jika...maka.... Aturan yang terdapat didalam basis pengetahuan
menjadi dasar dari pengambilan keputusan yang ada didalam sistem pakar. Dari sisi teknis, tidak ada fungsi yang lebih penting daripada memilih
rangka kerja pemrograman untuk basis pengetahuan. Rangka kerja ini merepresentasikan bagaimana pembangun sistem pakar dapat mengklasifikasikan
pengetahuan tersebut. Pada bagian ini juga dapat di tuliskan aturan rules, frame dan pohon keputusan. Ada beberapa jenis hal yang dapat di atur didalam basis
pengetahuan, seperti pengalasan tidak pasti inexact reasoning dan pemprosesan kemampuan prosudural.
Perwakilan Pengetahuan , merupakan bagian untuk membangun sistem
berbasis pengetahuan, dan dapat diklasifikasin sesuai dengan bagaimana kita merepresentasikan pengetahuan. Kategori yang termasuk dalam perwakilan
pengetahuan ini adalah rule-based, frame based, case based, dan fuzzy logic.
Pengalasan tidak pasti,
salah satu dari kemampuan sistem pakar yang terkenal adalah kemampuannya untuk menyelesaikan masalah yang memiliki
ketidakpastian informasi dan pengetahuan. Sistem pakar harus dilengkapi dengan metode untuk melaksanakan pengalasan ketidakpastian ini, seperti faktor
kepastian certainty factors, metode Shafer Dempster, ataupun pendekatana Bayesian.
Pemprosesan kemampuan prosedural, pada beberapa aplikasi
diperluakan untuk menulis kode prosudural, fungsi diperlukan didalam model ini. Pada sistem pakar berbasis model, diperlukan metode untuk mendukung
penghantaran pesan. Di sistem pakar yang besar, diperlukan model ini untuk menuliskan kode prosudural untuk mendukung aktifitas kemampuan pemprosesan
sistem pakar tersebut. c. Working Memory
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya working memory adalah tempat dimana rule diambil dari basis pengetahuan dan dieksekusi agar melahirkan pertanyaan yang berhubungan
dengan metode reasoning yang diterapkan. Working memory biasanya dalam bentuk stack, bertumpuk agar memudahkan chaining yang akan diterapkan
didalam sistem pakar tersebut. d. Inference Engine
Mesin inferensi adalah bagian didalam sistem pakar yang menerapkan pengetahuan kepada solusi yang terdapat pada permasalahan nyata. Biasanya
dinyatakan sebagai penerjemah dari basis pengetahuan Luger, 2005. Fungsi utama dari mesin inferensi adalah melakukan peran sebagai pengenal dan pemberi
tindakan didalam proses kontrol sistem pakar. Pada umumnya mesin inferensi dipisahkan dari basis pengetahuan, walaupun untuk pembuatan sistem pakar
dengan batasan kecil, kedua bagian tersebut disatukan. Mekanisme inferensi dan kontrol digunakan untuk memanipulasi
pengetahuan didalam basis pengetahuan. Dalam analogi nya mesin inferensi ini merupakan cara pengambilan alasan yang terjadi pada manusia. Dibawah ini akan
dipaparkan beberapa teknik didalam mesin inferensi, diantaranya adalah :
Chaining Runut, didalam sistem pakar berbasis aturan, forward chaining atau
runut maju dan backward chaining ato runut mundur merupakan dua dasar teknik inferensi yang digunakan. Backward chaining sangat baik digunakan untuk
masalah diagnosis sedangkan forward chaining sangat cocok untuk masalah
desain dan perencanaan. Agenda
, merupakan kumpulan tujuanfakta yang dibuktikan oleh sistem inferensi yang menggunakan backward chaining
Meta-rules , merupukan deskripsi bagaimana pengetahuan lain seharusnya
digunakan. Biasanya digunakan untuk mengarahkan pemprosesan dari pengetahuan lain kepada area baru pada basis informasi yang ditemukan.
Biasanya untuk masalah yang tidak cocok menggunakan teknik chaining, maka akan menggunakan teknik ini didalam mesin inferensinya.
Nonmonotonic reasoning, tipe inferensi ini mengijinkan perubahan terhadapa
pengambilan alasan untuk fakta yang diberikan. Tidak hanya mengijinkan untuk pengolahan fakta yang diberikan, tetapi juga menyebabkan pengolahan terhadap
Universitas Sumatera Utara
fakta yang lain yang terkait dengan perubahan fakta. Tipe inferensi ini bernilai untuk aplikasi yang bersifat perencanaan, desain atau penjadwalan.
e. Explanation Facilites Bagian ini adalah bagian untuk melakukan penjelasan dari sistem pakar
kepada pengguna. Penjelasan yang dihasilkan meliputi justifikasi dari kesimpulan yang dihasilkan oleh sistem, penjelasan kenapa sistem memerlukan data yang
dimasukkan oleh pengguna, dan dimana kegunaan penjelasan yang dihasilkan, panduan dan langkah-langkah mengatasi masalah yang diinginkan oleh pengguna.
Fasilitas penjelasan ini menyediakan keterbukaan bagi pengalasan di dalam sistem pakar. Bagian ini merupakan bagian yang memberikan sisi interaktif
terhadap sistem, ketika pengguna ingin mengetahui kenapa pertanyaan diberikan kepada dirinya, bagaimana hasil jawaban disajikan.
Sebagai contohnya sebuah sistem pendiagnosisan penyakit di dunia kedokteran, dimana hasil keluaran dari sistem ini adalah sebuah rekomendasi obat
dan saran serta langkah yang bisa dilakukan oleh pasien. Selama proses konsultasi dengan sistem, pengguna mungkin ingin mengetahui kenapa informasi yang
ditanyakan itu diperlukan, dan pada akhirnya rasionalitas bagaimana sistem pakar akan sampai pada kesimpulan memberikan rekomendasi obat akan dipaparkan.
Oleh karena obat yang disarankan merupakan hasil dari penilaian dari pakar, akan sangat mudah melihat kenapa pengguna ingin mengetahui kenapa sistem bisa
sampai kepada rekomendasi obat ini. f. User Interface
Antarmuka adalah bagian dimana interaksi antara manusia dan sistem pakar dilakukan, pada bagian ini akan ada pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
oleh sistem pakar untuk dijawab oleh pengguna. Salah satu isu dalam desain ketika membangun sebuah sistem pakar dapat
kita jabarkan dari sistem pakar MYCIN, dimana pada sistem itu pembangun aplikasi menekankan pada pentingnya menyediakan antarmuka yang mudah
digunakan oleh pengguna dan mampu memenuhi semua kebutuhan pengguna. Oleh karena itu sangat penting untuk memahami keinginan pengguna sebelum
memilih arsitektur sistem pakar tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa poin yang harus diperhatikan untuk memenuhi keinginan pelanggan. Diantaranya adalah sebagai berikut :
Display Type, sistem pakar generasi awal hanya memaparkan antar muka
berdasarkan text, dimana pertanyaan diberikan ke pengguna berupa text dan jawaban diberikan melalui keyboard dengan mengetikkan jawaban tersebut. Pada
saat ini sistem pakar sudah menggunakan graphical user interface GUI yang membuat pengguna dapat berinteraksi lebih interakrif dengan sistem.
Information entry, banyak metode bagaimana pengguna memasukkan informasi
ke dalam sistem. Cara yang paling sederhana adalah dengan mengetikkan jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan, atau dengan mengisi form secara
keseluruhan. Sebuah pertanyaan dapat ditujukan untuk satu jawaban, ataupun jawaban bisa lebih dari satu dipilih dari list yang disediakan.
g. Database Pada basisdata ini dilakukan penyimpanan data-data yang berasal dari
mesin inferensi. Data yang disimpan adalah data yang berhubungan dengan fakta ataupun data gejala, dll.
Dari beberapa komponen sistem pakar yang sudah dijabarkan bisa dilihat bahwa satu komponen memiliki kebergantungan terhadap komponen lain.
2.2.2.1 Rule Based Expert System
Penghasil aturan production rule pertama kali di paparkan oleh Emil Post pada tahun 1943 Post..., dalam mengkategorikan metode di dalam komputasi.
Kemudian diterapkan sebagai aturan penulisan kembali di bidang pemprosesan bahasa pada tahun 1957 oleh Chomsky, dan digunakan oleh Newell dan Simon
didalam pemodelan penyelesaian masalah manusia Newell-Simon,.... Teknik ini diadaptasikan
kedalam sistem
pakar DENDRAL
dan MYCIN
untuk merepresentasikan pengetahuan dan menjadikan teknik ini sebagai teknik paling
populer didalam pembangunan sistem pakar pada tahun 1970an. Aturan merupakan implikasi dengan bentuk jika P maka Q. Konsekuensi dari
sebuah aturan dapat di artikan sebagai sebuah pengetahuan baru. Didalam rule based sistem jika kita memindahkan arah dari konsekuensi kepada penyebab
Universitas Sumatera Utara
maka kita melakukan backward chaining, jika arah dilakukan dari penyabab ke konsekuensi maka kita melakukan forward chaining.
Cara kerja sistem pakar berbasis aturan dapat dijabarkan sebagai berikut 1. Sistem pakar menetapkan basis aturan dengan bentuk xi....xn
→ yi....yn dimana xi adalah mewakilkan fakta dan yi mewakilkan tindakan yang
akan dilakukan. 2. Sistem akan membuat memory yang bekerja terus memasukkan fakta yang
diambil dari domain masalah atau dari inferensi yang dihasilkan oleh sistem.
3. Untuk setiap perulangan, sistem akan mengkomputasikan sebuah kumpulan aturan yang memiliki kesesuaian atau keterikatan dengan fakta
yang disimpan didalam memori yang bekerja, atau proses ini biasa disebut dengan tahap pencocokan.
4. Sebuah aturan dari kumpulan aturan yang telah disesuaikan tadi akan dipilih untuk dieksekusi, proses ini dinamakan sebagai fase resolusi
konflik. 5. Aturan yang dipilih kemudian dieksekusi.
2.2.2.2 Case Based Expert System
Cara lain didalam inferensi yang dilakukan oleh sistem pakar adalah menggunakan pencarian alasan melalui kasus-kasus, biasa disebut juga sebagai
CBR Case Based Reasoning. CBR ini menggunakan sebuah explicit basisdata dari solusi masalah untuk mengalamatkan situasi baru dalam penyelesaian
masalah. Solusi yang ada dapat dikumpulkan dari pakar manusiaatau melalui hasil sebelumnya dari keberhasilan terdahulu. Contohnya didalam kedokteran, dimana
sebuah solusi tidak hanya dilihat dari teori yang tersedia, akan tetapi juga melihat kasus yang pernah terjadi terhadap pasien terdahulu dan penangannya.
2.2.2.3 Model Based Expert System
Pada jenis ini, sistem pakar dapat dilihat sebagai hasil penggabungan dari a sebuah pemodelan dari suatu area pengetahuan yang digunakan, yang mana
digunakan didalam mesin sistem pakar berbasis model ini untuk menyelesaikan
Universitas Sumatera Utara
masalah-masalah yang berhubungan dengan keinginan pengguna sistem pakar. Poin utama dari sistem pakar ini adalah model yang ada tidak hanya memberikan
pengalaman heuristik seorang pakar, tetapi juga lebih kepada prinsip awal dari deskripsi pengetahuan yang diinginkan.
2.3 Sistem Pakar pada bidang Kesehatan
Berdasarkan literatur survey yang dilakukan oleh Durkin, 1994, MYCIN merupakan sistem pakar yang pertama sekali digunakan untuk mendiagnosa
bakteri penyebab infeksi, kemudian dilanjutkan dengan sistem pakar PUFF yang dibangun untuk mendiagnosa penyakit lambung, sistem pakar ANGY yang mampu
menolong dokter mendiagnosa penyempitan pembuluh darah, dan sistem pakar BABY yang memberikan bantuan kepada dokter dalam memonitoring kelahiran
bayi dalam kondisi ICU Giarratano, 2005. Dari survey literatur yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sistem
pakar telah banyak digunakan di dunia medis secara luas, mulai dari area pendiagnosisan sampai dengan kemampuan memberikan fasilitas publik sebagai
alat saran bagi pasien.
2.4 Backward Chaining
Metode backward chaining merupakan kebalikan dari metode forward chaining dan sering disebut penalaran mundur Kusrini, 2006. Menurut Schnupp dalam
Kusrini, 2008, metode backward chaining runut balik, penalaran dimulai dengan tujuan merunut balik ke jalur yang akan mengarahkan ke tujuan tersebut
menurut Giarattano dan Riley dalam Kusrini, 2006. Adapun karakteristik backward chaining adalah :
a. Metode backward chaining lebih cocok digunakan untuk menentukan masalah diagnosis.
b. Metode backward chaining digunakan untuk masa lalu. c. Tujuan metode backward chaining adalah memandu, penalaran dari atas
ke bawah. d. Bekerja ke belakang untuk mendapatkan fakta yang mendukung
hipotesis.
Universitas Sumatera Utara
e. Depth first search dimudahkan. f. Konsekuen menentukan pencarian.
g. Penjelasan difasilitasi. Dalam metode backward chaining, akan dipilih satu aturan dari kesimpulan
dan menganggapnya sebagai masalah yang harus diselesaikan. Setelah masalah tersebut diselesaikan, akan dipilih salah satu dari sub masalah untuk dievaluasi
dan sub masalah yang terpilih itu kemudian menjadi sub masalah baru.
Observasi 1
Aturan A Fakta 1
Observasi 2 Aturan D
Aturan B Fakta 2
Kesimpulan
Aturan E Observasi 3
Aturan C Fakta 3
Observasi 4
Gambar 2.2 Diagram Backward Chaining
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini kami paparkan beberapa penelitian terdahulu dari sistem pakar yang digunakan untuk Pendiagnosisan Penyakit :
Tabel 2.3 Penelitian Sebelumnya
Sumber Definisi
Ahmad 2012 Ahmad A, menjabarkan didalam riset yang
dilakukannya untuk mengimplementasikan sistem pakar berbasis rule untuk diterapkan pada diagnosis
dan symphtom penyakit saraf, sistem yang dibangun dapat membedakan 10 penyakit saraf, diantaranya
adalah : Alzheimer P arkinson, Huntington’s disease,
Celebral Palsy, Meningitis, Epilepsy, Multiple Sclerosis, Stroke, Cluster headache, Migraine,
Meningitis for Children. Saurkar 2012
Pada penelitian ini saurkar memaparkan sebuah pengimplementasian sistem pakar berbasis aturan
untuk pendiagnosisan penyakit pada hewan. Aplikasi yang dibangun memiliki basis data citra
untuk jenis penyakit hewan, sistem pakar mampu menghadirkan gambar penyakit hewan dalam
pengambilan keputusan yang dilakukan dalam sistem ini.
Nana 2012 mMes Mobile Medical Expert System sebuah
aplikasi sistem pakar mobile yang digunakan untuk layanan pasien di rumah sakit di Ghana, sistem ini
memungkinkan sistem pakar dipakai secara mobile dan terkoneksi dengan pakar lain didaerah berbeda.
Rajdeep 2012 Pada jurnal yang dipaparkan oleh Rajdeep,
dipaparkan implementasi dari sistem pakar berbasis pengetahuan untuk pendiagnosaan penyakit sistem
Universitas Sumatera Utara
saraf otot. Sistem yang dibangun didalam Java untuk mendiagnosis penyakit seperti CelebralPalsy,
Multiple Sclerosis, Muscular Dystrophy, dan Parkinson’s. Sistem ini memberikan kumpulan
pertanyaan berkenaan dengan symptom penyakit pasien berdasarkan penyakit yang di diagnosakan
kepada pasien dan memberikan saran mengenai perawatan yang diberikan kepada pasien tersebut.
Smitha 2010 Smitha menghasilkan sebuah sistem pakar untuk
mendiagnosa penyakit diabetes, dipaparkan melalui thesis masternya. Informasi yang diberikan tidak
hanya komplikasi yang terjadi akibat penyakit ini saja, tetapi juga alat diagnosa awal penyakit.
Pendekatan yang digunakan adalah berbasis aturan, dengan metode inferensi forward chaining.
Universitas Sumatera Utara
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Sistem pakar untuk diagnosa penyakit bukanlah hal baru di dunia kedokteran dan sistem pakar, akan tetapi penulis mencoba melakukan di domain area yang
berbeda yaitu penyakit darah. Pada bab ini akan dijelaskan analisis dan perancangan sistem pakar untuk penyakit darah. Dimulai dari identifikasi dan
spesifikasi dari masalah yang ada agar disesuaikan dengan sistem yang akan dibuat.
3.1 Identifikasi dan Spesifikasi Sistem
Ada beberapa hal yang akan dikategorikan didalam sistem pakar oleh penulis, yaitu bentuk penyakit darah yang akan dikumpulkan dan dibuat didalam basis
pengetahuan, disusun menurut sistem pakar berbasis aturan rule based expert system dengan metode inferensi yaitu backward chaining. Sistem pakar yang
dirancang bertujuan untuk membantu pasien dalam menangani gejala penyakit yang diderita serta melakukan diagnosis terhadap penyakit tersebut dan membantu
dokter ahli dalam menangani penyakit tersebut. Implementasi backward chaining dalam pendeteksian penyakit darah merupakan suatu sistem yang menganalisa
data gejala yang dialami pasien untuk menghasilkan diagnosa jenis penyakit yang diderita. Input dari sistem berupa gejala yang dialami pasien, update, basis
pengetahuan dan basis aturan yang merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pakar yang merupakan fasilitas yang disediakan bagi pakar.
Sistem dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 2008 dengan basisdata MySQL.
3.2 Pengumpulan Pengetahuan
Berdasarkan fakta yang disadur dari beberapa referensi yaitu Bakta, 2003, Hillman, 2002, dan Harmening, 2002 dan hasil wawancara dengan Dr. Ronny
Khor spesialis Patologi Anatomi, beberapa faktakesimpulantujuan dari penyakit darah beserta dengan gejaladatasymphtom dan pembatas penyakit tersebut, maka
Universitas Sumatera Utara
dikumpulkanlah pengetahuan yang akan dijadikan sebagai basis pengetahuan di dalam sistem pakar yang akan dibangun, dipaparkan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 3.1 Tabel Anemia No
Fakta Kesimpulan
Sympthom dan Gejala dan Batasan Penyakit
1. Anemia
Gejala Klinik - Laki-laki, umur 15 dan hemoglobin 13gdl
- Perempuan, umur 15 dan hemoglobin 12gdl - Prempuan,umur 15 dan hamil dan hemoglobin
11gdl - Anak-anak, 6umur14, dan hemoglobin 12gdl
- Anak-anak, ½ umur 6, dan hemoglobin 11gdl
- Hemoglobin 10 gdl - Hematokrit 30
- Eritrosi 2,8jutamm3 Gejala Fisik
- Warna kulit pucat atau kulit telapak tangan kuning
- nyeri tulang 2.
Anemia Ringan - 8 gdl Hemoglobin 9,9gdl
3. Anemia
Menengah - 6 gdl Hemoglobin 7,9gdl
4. Anemia Berat
Hemoglobin 6gdl 5.
Anemia Hiprokromik
Mikrositer Indeks Eritrosit
- MVC 80fl - MCH 27 pg
6. Anemia
Normokromik Normositer
Indeks Eritrosit - 80fl MVC 95fl
- 27pg MCH 34 pg
Universitas Sumatera Utara
7. Anemia
Mirkositer Indeks Eritrosit
- MVC 95fl
8. Anemia
Mengenai Organ Jantung
Lesu, cepat lelah, sesak ketika bekerja, gagal jantung
9. Anemia
Mengenai Sistem Saraf
Sakit Kepala, pusing , telinga mendesing , mata berkunang-kunang, kelemahan otot, lesu, perasaan
dingin 10.
Anemia Mengenai Sistem
Urogenital Gangguan haid, libido menurun, Pembengkakan
Testis
11. Anemia mengenai
Epitel Warna kulit pucat, rambut tipis, elastisitas kulit
menurun 12.
Anemia defisiensi besi
- Disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularities - Anemia Hipokromik Makrositer
- Besi Pada Sumsum Tulang Negatif - Besi Serum Menurun 50 mgdl
- TIBC menaik 350 mgdl - Feritin Menurun 20 µgdl
- Kuku Sendok, menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal
- Permukaan lidah menjadi licin - Radang pada sudut mulut
- Nyeri menelan - Badan lemah, cepat lelah, mata berkunang-
kunang, telinga mendesing 13.
Anemia Akibat Penyakit Kronik
- Anemia Menengah - Anemia Hipokromik Makrositer
- Besi pada susmsum tulang positif - Besi Serum Menurun 50 mgdl
- TIBC Menurun 350 mgdl
Universitas Sumatera Utara
- Feritin MenurunNormal 20 µgdl - 200 µgdl
14. Anemia
Thallasemia - Anemia Hipokromik Makrositer
- Besi pada sumsusm tulang Positif kuat - Besi Serum Normal
- Feritin Meningkat 50 µgdl - Elektroforesis HB
- Hb A2 menaik - HbF Menaik
15. Anemia
Sideroblastik - Anemia Hipokromik Mikrositer
- Besi Serum Normal - Feritin Normal 200 µgdl
- Besi pada sumsum tulang positif dengan ring sideroblast
16. Anemia defisensi
asam folat - Lidah merah
- Anemia Makrositer - Leukopenia Ringan
- Kadar Bilirubin Inderik Serum Meningkat -LDH Meningkat
17. Anemia hemolitik - Ikterus dan hepatosplenomegali
- Kholelithiasis - Ulkus pada Kaki
- Kelainan pada tulang yaitu penebalan tulang frontalis dan parietalis
- Penurunan Masa Hidup Eritrosit 120hari - Tidak ada pendarahan ke dalam rongga tubuh
- Penurunan hemoglobin 1 gdl dalam waktu 1 minggu
- Hemoglobinuria,
urine berwarna
merah, kecoklatan atau coklat hitam.
- Anemia Normokromik Normositer 18.
Anemia Aplastik - Pendarahan kulitmukosa, tanda-tanda infeksi
Universitas Sumatera Utara
- Pendarahan Gusi - Ulserasi Mulut atau tenggorokan
- Anemia Normokromik Normositer - Besi serum normal atau meningkat
- TIBC Normal, - HbF meningkat
- terdapat retikulositopenia - terjadi trombositopenia
Sumber : Bhakta, 2003
Berdasarkan pengumpulan pengetahuan penulis mendapatkan bahwa penyakit anemia memiliki standar basis WHO untuk penyakit anemia secara
kesuluruhan dimana penyakit ini dapat diukur dari kadar hemoglobin darah, dan kategori anemi dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan derajat tingkatnya yaitu
anemia ringan, anemia menengah, dan anemia berat. Sedangkan berdasarkan kategori anemia, dibagi menjadi tiga kategori besar
yaitu, Anemia Makrositer, Anemia Normokromik Normositer dan Anemia Hipokromik Makrositer. Pengumpulan Pengetahuan yang dilakukan akan diubah
dalam bentuk basis pengetahuan untuk menghasilkan aturan-aturan yang dapat diinferensikan melalui mesin inferensi untuk menghasilkan keputusan. Adapun
penjelasan tentang itu akan dipaparkan pada sub-bab berikut ini.
3.3 Representasi Pengetahuan 3.3.1 Basis Pengetahuan
Basis pengetahuan adalah proses merubah fakta dan gejaladata menjadi rule-rule aturan-aturan yang menjadi basis dalam sistem pakar untuk mengambil
kesimpulan atau fakta. Berikut ini adalah beberapa aturan yang dapat dihasilkan dari pengumpulan pengetahuan diatas :
1. If umur_pasien 15thnhemoglobin 13 gdllaki-laki Then Anemia 35
2. If umur_pasien 15thn hemoglobin 12 gdl perempuan Then Anemia 35
Universitas Sumatera Utara
3. Ifumur_pasien 15thn hemoglobin 12 gdl perempuan_hamil Then Anemia 35
4. If 6umur_pasien 14thn hemoglobin 12 gdl Then Anemia 35
5. If umur_pasien 6 thn hemoglobin 11 gdl Then Anemia 35
6. If hematrokrit 30 Then Anemia 50
7. If eritrosti 2,8jutamm3 Then Anemia 75
8. If warna kulit pucat || telapak tangan kuning Then Anemia 90
9. If nyeri tulang Then Anemia 100
10. If hemoglobin 8-9,9 gdl Then Anemia Ringan
11. If hemoglobin 6-7,9 gdl Then Anemia Sedang
12. If hemoglobin 6 gdl Then Anemia Berat
13. If Indeks Eritrosit MVC 80fl MCH 27 pg Then Anemia Hipokromik Makrositer
14. If Indeks Eritrosit MVC = 80fl – 95fl MCH = 27pg – 34 pg
Then Anemia Normokromik Normositer 15. If Indeks Eritrosit MVC 95fl
Then Mirkositer
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Mesin Inferensi Backward Chaining