Preparasi Sampel Pemeriksaan Parameter Kimia Urin

5

B. Preparasi Sampel

Larutan stok dibuat dari ekstrak lempuyang gajah disuspensikan dengan menggunakan minyak jagung corn oil. Ekstrak kental ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan perhitungan dosis yang akan diberikan ke hewan uji yaitu 16 gram untuk dosis 400 mgkgBB dan 40 gram untuk dosis 1000 mgkgBB masing-masing disuspensikan kedalam 500 mL minyak jagung. Larutan stok ini diberikan berdasarkan perhitungan bobot dari hewan uji dibagi hewan uji standar 200 g dikalikan volume pemberian peroral 2,5 mL.

C. Pemeriksaan Parameter Kimia Urin

Urin merupakan jalur utama ekskresi sebagian besar zat zat dalam tubuh termasuk senyawa toksik, sehingga ginjal mempunyai tanggung jawab untuk mengekskresi toksikan dan senyawa-senyawa yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh Kassa, 2002. Oleh karena itu pemeriksaan kimia urin dapat memberikan data mengenai fungsi ginjal dan saluran urin. Urin ditampung minimal 16-24 jam, karena akan mempunyai susunan yang tidak banyak berbeda dari susunan urin untuk pemeriksaan berikutnya. Sampel urin yang diambil pada waktu tertentu yang berbeda dapat memberikan susunan urin yang berbeda pula, dan dalam penelitian ini urin dianalisis antara jam 14.00-16.00 WIB. Analisis urin menggunakan reagen strip untuk pemeriksaan urin “Uriscan” dan parameter yang dianalisis adalah volume urin, warna urin, berat jenis, pH, protein, glukosa, bilirubin, keton, urobilinogen, nitrit, ada tidaknya eritrosit dan leukosit. Tabel 1. Rata-rata hasil penetapan pH, berat jenis, warna dan volume pada urin tikus n=5 Parameter Kimia urin Perlakuan Pengamatan pada kelompok jantan hari ke Pengamatan pada kelompok betina hari ke 28 28 Ph Kontrol 7 ±1 7 ±1 6 ±1 7 ±1 400 mgkgBB 7 ±1 7 ±1 6 ±1 8 1000 mgkgBB 6 8 6 6 Berat Jenis Kontrol 1,020 ±0,010 1,018 ±0,010 1,028 ±0,010 1,021 ±0,010 400 mgkgBB 1,024 ±0,550 1,020 ±0,010 1,024 ±0,550 1,020 1000 mgkgBB 1,030 ±0,010 1,018 ±0,010 1,030 ±0,010 1,026 ±0,010 Warna Urin Kontrol Kuning agak keruh Kuning jernih Kuning agak keruh Kuning jernih 400 mgkgBB Kuning agak keruh Kuning keruh Kuning agak keruh Kuning agak keruh 1000 mgkgBB Kuning jernih Kuning keruh Kuning agak keruh Kuning jernih Volume Urin mL Kontrol 7,02 ±1,22 4,68 ±1,83 12,42 ±2,07 8,22 ±3,74 400 mgkgBB 11,01 ±1,00 3,82 ±0,94 11,63 ±3,65 2,12 ±0,11 1000 mgkgBB 15,62 ±1,14 3,56 ±0,56 10,44 ±2,51 7,38 ±4,19 6 1. pH Salah satu dari fungsi ginjal adalah untuk menjaga keseimbangan asam-basa tubuh, pH urin merupakan salah satu parameter apakah ginjal masih berkerja normal atau tidak Mundt dan Shanahan, 2010. Hasil pemeriksaan pH urin tikus, dilakukan pada hari ke 0 atau sebelum perlakuan dan pada akhir perlakuan atau pada hari ke- 28, rata-rata pH urin sebelum pemberian berkisar antara 6-7 dan setelah perlakuan selama 28 hari terjadi sedikit kenaikan pH urin yaitu berkisar 6-8. Namun walau terjadi sedikit peningkatan pH urin masih pada rentang normal 4,6-8. 2. Berat Jenis Berat Jenis pada urin normal yaitu berkisar antara 1,005 -1,025 yang lebih berat dibanding dengan air, akan tetapi berat jenis urin akan bertambah apabila terdapat tambahan substan lain seperti protein dan glukosa RN.ORG, 2013. Hasil penetapan kimia urin berat jenis baik sebelum dan sesudah perlakuan selama 28 hari rata-rata 1,020-1,030 ini masih bisa dibilang dalam rentang normal. 3. Warna Urin Dalam Pemeriksaan ini bersifat subyektif karena hanya berdasarkan pengamatan dan kondisi kebersihan dari metabolit cage, maka dari itu sangat mungkin terjadi perbedaan pengamatan tiap orang. Warna urin normal ialah kuning jernih Kassa, 2002. Pada penetapan warna urin ini dikategorikan menjadi 4 warna, yaitu kuning jernih, kuning agak keruh, kuning agak pekat dan kuning kecoklatan. Hasil rata-rata warna urin urin yang diperoleh sudah normal walau agak sedikit keruh, ini mungkin terjadi karena urin terkena kontaminasi dari bakteri yang masih menempel pada metabolic cage yang mungkin kurang bersih waktu pencucian dan karena waktu tampung urin yang selama 24 jam mengakibatkan bakteri tersebut telah berkembang biak, sehingga urin menjadi keruh. 4. Volume Urin Volume urin setelah perlakuan rata-rata mengalami penurunan baik dalam kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan, akan tetapi pada kelompok perlakuan mengalami penurunan yang sangat mencolok. Bisa dikatakan bahwa pemberian ekstrak etanol lempuyang gajah mampu menghambat keluarnya urin. 7 Tabel 2. Hasil deteksi darah pada urin tikus n=5 Parameter Kimia urin Perlakuan Pengamatan pada kelompok jantan hari ke Pengamatan pada kelompok betina hari ke 28 28 Darah RBCµL Kontrol - - - - 400 mgkgBB - - - - 1000 mgkgBB - - Leukosit WBCµL Kontrol - - - - 400 mgkgBB - 25 n=1 - - 1000 mgkgBB 25 n=1 25 n=2 - - 5. Darah Eritrosit Terdeteksinya darah pada urin itu menandakan bahwa terjadi kerusakan pada organ ginjal, yang gagal untuk memfiltrasi darah sehingga terdapat pada urin Mundt dan Shanahan, 2010. Seluruh sampel sebelum dan sesudah perlakuan tetap tidak terdeteksi adanya darah dalam urinnya. Ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak lempuyang gajah selama 28 hari tidak mempengaruhi parameter darah dalam profil urin. 6. Leukosit Sama seperti pada eritrosit atau sel darah merah, pada ginjal yang normal leukosit juga seharusnya tidak terdapat pada urin hewan uji Mundt dan Shanahan, 2010. Hasil pada penetapan sebelum perlakuan pada kelompok dosis 1000 mgkgBB pada tikus jantan no 5 sudah terdeteksi adanya leukosit 25 WBCµL. setelah perlakuan ada 3 tikus yang terdeteksi adanya leukosit 1 dari kelompok jantan 400 mgkgBB dan 2 tikus dari kelompok jantan 1000 mgkgBB masing-masing 25 WBCµL. Terdeteksinya leukosit dalam urin dikarenakan adanya kerusakan di dalam tubuh tikus, sehingga tubuh memproduksi leukosit ini dan karena leukosit ini berlebih maka salah satu cara mengeluarkannya adalah melalui urin. Tabel 3. Hasil penetapan kimia urin lengkap pada tikus n=5 Parameter Kimia urin Perlakuan Pengamatan pada kelompok jantan hari ke Pengamatan pada kelompok betina hari ke 28 28 Glukosa mg100mL Kontrol - - - - 400 mgkgBB - 100 n=2 - - 1000 mgkgBB - - - - Protein mg100mL Kontrol - 162 ±131n=5 - 25 ±10 n=4 400 mgkgBB - 425 ±395 n=4 - 182 ±138 n=5 1000 mgkgBB - 72 ±38 n=5 - 340 ±458 n=4 Bilirubin mg100mL Kontrol - 0,5 n=3 - - 400 mgkgBB - 0,5 n=4 - - 1000 mgkgBB - 0,5 n=2 - - Urobilinogen mg100mL Kontrol 0,82 ±0,40 n=5 2,61 ±2,19 n=5 0,46 ±0,49 n=5 0,46 ±0,49 n=5 400 mgkgBB 0,28 ±0,40 n=5 0,46 ±0,49 n=5 0,28 ±0,40 n=5 0,77 ±0,45 n=5 8 1000 mgkgBB 0,82 ±0,40 n=5 1,61 ± 1,34 n=5 0,46 ±0,49 n=5 0,55 ±0,51 n=4 Keton mg100mL Kontrol - 3 ± 2 n=5 - - 400 mgkgBB - 8 ±2 n=4 - 7 ± 3 n=3 1000 mgkgBB - 5 n=2 - 8 ± 2 n=4 Nitrit Kontrol - - - - 400 mgkgBB - 3 - 2 1000 mgkgBB - 5 - 3 7. Glukosa Menurut Dipiro et al. 2008 kadar glukosa normal darah pada waktu puasa tidak melebihi 120 mgdL dan 2 jam setelah makan kurang dari 200 mgdL, peningkatan kadar gula dalam darah disebabkan adanya faktor yang menghambat kerja insulin. Dari hasil pemeriksaan kimia urin untuk sebelum perlakuan semua sampel tidak terdeteksi adanya glukosa dalam spesimen urinnya, namun pemeriksaan pada hari ke-28 pada dosis 400 mgkgBB terdapat 2 tikus yang terdeteksi ada glukosa 100 mg100mL pada urinnya. Glukosuria glukosa dalam urin umumnya berarti diabetes mellitus RN.ORG, 2013. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus. Jika nilai ambang ginjal begitu rendah bahkan kadar glukosa darah normal menghasilkan kondisi glukosuria, keadaan ini disebut sebagai glukosuria ginjal. 8. Protein Nilai normal ekskresi protein dalam urin tidak melebihi 20 mgdL untuk dikatakan tidak mengganggu patologi ginjal, jika melebihi nilai normal protein didefinisikan sebagai proteinuria. Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada urin orang yang sehat karena perubahan fisiologis Mundt dan Shanahan, 2010. Hasil dari penetapan kadar protein pada kimia urin tikus sebelum perlakuan semua sampel negatif, dan setelah perlakuan walau terdeteksinya protein dalam urin tikus, kadar protein pada urin paling tinggi ditunjukkan yaitu 1000 mg100mL dan jumlah tersebut biasanya menunjukkan adanya kerusakan ginjal. Analisis kimia urin dengan menggunakan reagen strip sangat mungkin terjadi positif palsu dikarenakan waktu pengumpulan urin selama 24 jam yang menyebabkan protein dalam setiap kali mengeluarkan urin menumpuk RN.ORG, 2013, maka dari itu perlu dilakukan analisis kuantitatif 9 dengan metode yang selain dipstik agar mengetahui apakah hewan uji benar mengalami proteinuria. 9. Bilirubin Secara normal bilirubin tidak dijumpai dalam urin. Bilirubin terbentuk dari penguraian hemoglobin dan ditranspor ke hati, tempat berkonjugasi dan diekskresikan dalam bentuk empedu. Bilirubin mengindikasikan gangguan hati atau saluran empedu. Urin yang mengandung bilirubin yang tinggi tampak berwarna kuning pekat dan jika digoncang-goncangkan akan timbul busa Mundt dan Shanahan, 2010. Pada kelompok kontrol baik sebelum dan sesudah perlakuan masih tetap tidak terdeteksi adanya bilirubin dalam spesimen urinnya, namun setelah perlakuan terdeteksi antara 0,1 – 0,5 mg100ml kecuali pada kelompok kontrol betina dan kelompok dosis 400mgkgBB betina. Bilirubinuria bilirubin dalam urin mengindikasikan gangguan hati atau saluran empedu, seperti pada ikterus parenkimatosa hepatitis infeksiosa, toksik hepar 10. Urobilinogen Empedu yang sebagian besar terbentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Ekskresi urobilinogen kedalam urin berkisar 1-4 mg24 jam. ekskresi mencapai puncak pada pukul 14.00-16.00 Mundt dan Shanahan, 2010, sehingga pengambilan sampel dilakukan pada pukul tersebut. Hasil dari penetapan urobilinogen ini sebelum perlakuan yaitu rata-rata berkisar 0,1-1 mg100ml, dan setelah perlakuan terjadi sedikit kenaikan antara 1-5 mg100ml. Namun untuk kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan tidak terjadi kenaikan, ini bisa dikatan bahwa ekstrak lempuyang gajah mempengaruhi profil urin tikus. Pemberian ekstrak etanol lempuyang gajah mengakibatkan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi, karena fungsi sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi sehingga diekskresikan melalui urin Mundt dan Shanahan, 2010. 11. Keton Keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat, dan asam β- hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang berlebihan. Keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohidrat misal diabetes mellitus yang tidak terkontrol, gangguan absorbsi karbohidrat 10 kelainan gastrointestinal, atau gangguan mobilisasi glukosa, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar. Ketonuria keton dalam urin terjadi akibat ketosis, benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat RN.ORG, 2013. Pemeriksaan keton dengan regen strip dapat mendeteksi 100 mg100mL. Hasil positif palsu bisa didapatkan karena hewan uji dalam keadaan kekurangan karbohidrat atau berpuasa. Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus urin didapatkan jumlah keton yang tinggi Mundt dan Shanahan, 2010. Dalam keadaan normal pemeriksaan keton dalam urin negatif. Semua sampel sebelum perlakuan tidak terdeteksi keton dalam urinnya. Namun setelah perlakuan terdeteksi keton antara 5-10 mg100ml, akan tetapi untuk kelompok kontrol betina tetap tidak terdeteksi adanya keton dalam urinnya dan hanya terdeteksi dalam jumlah kecil dalam urin kelompok kontrol jantan, hal ini terjadi mungkin karena dengan perlakuan pemberian ekstrak etanol lempuyang gajah mepengaruhi kebutuhan karbohidrat dan nafsu makan tikus, sehingga saat berada dalam metabolite cage tikus kekurangan makan dan terpaksa puasa karena diisolasi selama 24 jam mengakibatkan terdapatnya keton dalam urinnya. 12. Nitrit Nitrit merupakan hasil metabolisme dari siklus nitrogen. Bentuk pertengahan dari nitrifikasi dan denitrifikasi. Di alam nitrat sudah diubah menjadi bentuk nitrit atau bentuk lainnya. Pada kondisi yang normal, baik nitrat maupun nitrit adalah komponen yang stabil, tetapi pada suhu tinggi tidak stabil Mundt dan Shanahan, 2010. Dari penetapan kimia urin tikus hanya kelompok perlakuanlah yang terdeteksi adanya nitrit dalam spesimen urin baik pada dosis 400 mgkgBB maupun yang 1000 mgkgBB. Terdeteksinya nitrit dalam urin dikarenakan terdapatnya bakteri yang dapat mereduktase yang ada disaluran kemih tikus, yang ditunjukkan dengan warna urin yang pekat dan keruh Mundt dan Shanahan, 2010. Dari hasil penetapan profil urin tikus sebelum dan sesudah perlakuan dengan ekstrak etanol lempuyang gajah selama 28 hari, terdapat pengaruh terhadap parameter fungsi ginjal yang bisa dilihat dari penetapan hasil profil urin pada tabel 1, table 2 dan tabel 3. Hasil penetapan kimia urin tersebut menunjukkan bahwa dari parameter tersebut terdapat pengaruh dari pemberian ekstrak etanol lempuyang yaitu menyebabkan terdeteksinya protein, bilirubin, keton dan nitrit pada urin hewan uji. 11 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian ekstrak lempuyang gajah selama 28 hari memberikan pengaruh pada profil urin tikus pada parameter berkurangnya volume urin dan terdeteksinya bilirubin, keton dan nitrit dalam beberapa sampel urin hewan uji.

B. Saran

Dokumen yang terkait

PROFIL KIMIA URIN TIKUS PUTIH SETELAH DIBERI EKSTRAK ETANOL LEMPUYANG GAJAH (Zingiber Profil Kimia Urin Tikus Putih Setelah Diberi Ekstrak Etanol Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet) Selama 28 Hari.

0 2 11

PENDAHULUAN Profil Kimia Urin Tikus Putih Setelah Diberi Ekstrak Etanol Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet) Selama 28 Hari.

0 2 5

AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG LEMPUYANG GAJAH (Zingiber zerumbet L.) DAN RIMPANG AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG LEMPUYANG GAJAH (Zingiber zerumbet L.) DAN RIMPANG LEMPUYANG EMPRIT (Zingiber littorale Val.) TERHADAP SEL KANKER P

0 1 16

PENENTUAN PROFIL METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK ETANOL RIMPANG LEMPUYANG GAJAH Penentuan Profil Metabolit Sekunder Ekstrak Etanol Rimpang Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet) Dengan TLC Dan GC-MS.

0 3 11

PENDAHULUAN Penentuan Profil Metabolit Sekunder Ekstrak Etanol Rimpang Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet) Dengan TLC Dan GC-MS.

0 6 10

DAFTAR PUSTAKA Penentuan Profil Metabolit Sekunder Ekstrak Etanol Rimpang Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet) Dengan TLC Dan GC-MS.

0 2 4

PENENTUAN PROFIL METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK ETANOL RIMPANG LEMPUYANG GAJAH Penentuan Profil Metabolit Sekunder Ekstrak Etanol Rimpang Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet) Dengan TLC Dan GC-MS.

0 6 18

PENENTUAN PROFIL METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK ETANOL RIMPANG LEMPUYANG GAJAH (Zingiber zerumbet Penentuan Profil Metabolit Sekunder Ekstrak Etanol Rimpang Lempuyang Gajah (Zingiber Zerumbet (L.) J.E. Smith) Dengan Klt Dan Kckt.

0 1 10

PENENTUAN PROFIL METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK ETANOL RIMPANG LEMPUYANG GAJAH (Zingiber zerumbet Penentuan Profil Metabolit Sekunder Ekstrak Etanol Rimpang Lempuyang Gajah (Zingiber Zerumbet (L.) J.E. Smith) Dengan Klt Dan Kckt.

0 1 17

ANALYSIS OF SECONDARY METABOLITES PROFILE OF LEMPUYANG GAJAH (Zingiber zerumbet Smith) ETHANOL EXTRACT USING GAS CHROMATOGRAPHY MASS SPECTROSCOPY WITH DERIVATIZATION Analisis Profil Metabolit Sekunder Ekstrak Etanol Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet Smit

0 0 8