2.7.2 Indikator Metalokromat
Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang bertindak juga sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai
warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah; Eriochrome Black T,
Pyrotechol violet, Xylenol orange, Calmagit, Asam Salisilat, Zincon, Murexid, PAN 1-2-Piridil Azonaftol, Metafalein, dan Calcein Blue. Underwood,A.L.,1990
Struktur indikator Murexide dapat terlihat pada gambar berikut :
O
+
NH
4 +
HN – C CO – NH
CO C – N = C
CO NH – CO
CO - NH
Gambar 2.2 Murexide pH 6,0 – 13,0
Titrasi substitusi kompleks juga dapat dilakukan, misalnya penambahan kompleks MgEDTA
2
terhadap garam Ca
2+
, akan diperoleh CaEDTA
2
dan Mg
2+
bebas, yang kemudian dapat membentuk kompleks berwarna dengan EBT yang dititrasi dengan
titran EDTA. Khopkar,S.M.1990
2.7.3 Titrasi Kompleksometri untuk analisa ion Mg
2+
dan Ca
2+
Titrasi langsung dengan EDTA terhadap sedikitnya 25 kation dengan menggunakan indikator metalokhromatik. Pereaksi pembentukan kompleks seperti
sirat dan tartrat, sering ditambahkan untuk mencegah pengendapan hidroksida logam.
Universitas Sumatera Utara
Buffer NH
3
– NH
4
Cl dengan pH 9-10 sering digunakan untuk logam yang membentuk kompleks dengan amoniak. Khopkar,S.M.,1990
Kesalahan total air, kalsium, dan magnesium dapat ditentukan dengan EDTA dengan menggunakan Eriochrom Black T atau Calmagite. Seperti dikatakan
sebelumnya, kompleks antara Ca
2+
dan indikatornya terlalu lemah untuk terjadinya perubahan warna yang sesuai. Akan tetapi magnesium membentuk kompleks lebih
kuat dengan indikatornya daripada dengan kalsium dan suatu titik akhir yang cocok diperoleh dengan buffer ammonium dengan pH 10. jika contoh yang dititrasi tidak
mengandung magnesium, beberapa garam magnesium dapat ditambahkan kepada EDTA sebelum larutan ini distandarisasi. Underwood,A.L.,1990
2.7.4 Kelebihan Titrasi Kompleksometri
EDTA stabil, mudah larut dan menunjukkan komposisi kimiawi yang tertentu. Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg
2+
, Cr
3+
Ca
2+
dan Ba
2+
dapat dititrasi dengan pH 11; Mn
2+
, Fe
3+
, Co
2+
, Ni
2+
, Zn
2+
, Cd
2+
, Al
3+
, Pb
2+
, Cu
2+
, Ti dan V dapat dititrasi pada pH 1,0-4,0. EDTA sebagai garam natrium, Na
2
H
2
Y sendiri merupakan standar primer sehingga tidak perlu standarisasi lebih lanjut.
Kompleks yang mudah larut dalam air ditemukan. Suatu titik ekuivalen segera tercapai dalam titrasi demikian dan akhirnya titrasi kompleksomteri dapat digunakan
untuk penentuan beberapa logam pada operasi skala mikro. Khopkar, S.M., 1990
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 BAHAN DAN METODE
3.1 Penentuan MgO dan CaO dari Pupuk Kiserit dan Dolomit
Contoh didestruksi dengan HCl pekat. Kation Mg dan Ca dititrasi dengan complexon III akan terikat membentuk kompleks yang stabil. Dengan adanya
penambahan indikator Eriochrom Black T, larutan akan berwarna anggur dan pada saat semua kation Mg dan Ca telah terikat, maka warna berubah menjadi biru.
Perubahan warna ini merupakan titik akhir titrasi.
3.2 Peralatan
Labu ukur Pyrex
Hot plate Buret
Pipet volume Pyrex
Erlenmeyer Pyrex
Statif dan klem Neraca analitis
Sortorius
3.3 Bahan-bahan
a. Pupuk Kiserit dan Dolomit
b. HCl
p
c. Larutan Komplekson III C
10
H
14
N
2
Na
2
O
2
.H
2
O 3 gram Komplekson dilarutkan dengan 500 ml akuades lalu dipindahkan
kedalam labu ukur 1 liter dan diencerkan dengan akuades hingga tanda batas.
Universitas Sumatera Utara