Analisa Kadar Kalsium Oksida (CaO) Pada Berbagai Jenis Pakan Ayam Secara Titrasi Permanganometri Di Baristand Industri Medan

(1)

ANALISA KADAR KALSIUM OKSIDA (CaO) PADA BERBAGAI

JENIS PAKAN AYAM SECARA TITRASI

PERMANGANOMETRI

DI BARISTAND INDUSTRI MEDAN

KARYA ILMIAH

M.ROSIDI TARIGAN

072401030

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

ANALISA KADAR KALSIUM OKSIDA (CaO) PADA BERBAGAI

JENIS PAKAN AYAM SECARA TITRASI

PERMANGANOMETRI

DI BARISTAND INDUSTRI MEDAN

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahlimadya

M.ROSIDI TARIGAN

072401030

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

PERSETUJUAN

Judu : ANALISA KADAR KALSIUM OKSIDA (CaO) PADA BERBAGAI JENIS PAKAN AYAM

SECARA TITRASI PERMANGANOMETRI DI BARISTAND INDUSTRI MEDAN

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : M.ROSIDI TARIGAN

Nomor Induk Mahasiswa : 072401030

Program Studi : DIPLOMA III KIMIA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, Juni 2010

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Matematika FMIPA USU Pembimbing, Ketua,

(Dr.Rumondang Bulan,MS) (Drs.Firman Sebayang,MS) NIP : 195408301985032001 NIP : 195607261985031001


(4)

PERNYATAAN

ANALISA KADAR KALSIUM OKSIDA (CaO) PADA BERBAGAI JENISPAKAN AYAM SECARA TITRASI PERMANGANOMETRI

DI BARISTAND INDUSTRI MEDAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2010

M.ROSIDI TARIGAN 072401030


(5)

PENGHARGAAN

Puji Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang diberi judul “ANALISA KADAR KALSIUM OKSIDA (CaO) PADA BERBAGAI JENIS PAKAN AYAM SECARA TITRASI PERMANGANOMETRI DI BARISTAND INDUSTRI MEDAN”. Karya ilmiah ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan agar dapat menyelesaikan pendidikan Diploma-3 Kimia Analis.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Kedua orang tua penulis ayahanda M.Sirodjudin Tarigan dan Ibunda Pujin br Barus yang memberikan kasih sayang dan doa restunya kepada penulis serta dukungan baik secara materi maupun moril sehingga dapat menghantarkan penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

Selama penulisan karya ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs.Firman Sebayang,MS, selaku dosen pembimbing dan penasehat akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulisan karya ilmiah ini

2. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nasution,MS, selaku ketua Departemen Kimia FMIPA USU serta Ibu Dra.Marpongahtun,M.si,selaku ketua jurusan Kimia Analis FMIPA USU

3. Bapak Dr. Eddy Marlianto,M.Sc, selaku dekan FMIPA USU

4. Seluruh Dosen dan staff Administrasi Jurusan Kimia Analis FMIPA USU yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan.

5. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Kimia Analis khususnya angkatan 2007 yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu.

Atas segala bantuan, penulis hanya dapat berdoa dan memohon semoga Allah SWT memberikan balasan segala kebaikan dari berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan karya ilmiah ini. Penulis menyadari karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segla kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak.

Akhir kata, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.


(6)

ABSTRAK

Pakan ternak merupakan makanan untuk ternak ayam yang memiliki kandungan nutrisi yang lengkap, Mineral kalsium merupakan salah satu kandungan nutrisi yang sangat di butuhkan oleh ternak ayam yang apabila kekurangan maka akan mengakibatkan defesiensi mineral pada ternak ayam tersebut. Pakan ternak dibedakan menurut jenis penggunaanya yang disesuaikan dengan jenis ternak dan umur ternak, setiap pakan ternak tersebut mengandung nutrisi yang berbeda-beda karena itu ntuk menyesuaikan kebutuhan nutrisi ternak ayam maka di lakukan suatu analisa kandungan nutrisi pakan ternak Titrasi permanganometri merupakan suatu metode analisa penentuan kadar kalsium dapat di analisa dengan menggunakan metode titrasi permanganometri. Dari analisa yang dilakukan diperoleh kadar mineral kasium pada berbagai jenis pakan ternak yang sesuai dengan kebutuhan ternak dan sesuai dengan SNI(Standar Nasional Indonesia)


(7)

CONTENTS ANALYSE OF CALCIUM OXIDE(CaO) AT VARIOUS TYPE OF POULTRY WOOF BY USING TITRATION PERMANGANOMETRI

METHOD IN BARISTAND INDUSTRI MEDAN

ABSTRACT

Livestock woof is food for the livestock of chicken owning complete content nutrisi. mineral calcium is one of very content nutrisi in need of chicken livestock if insuffiency will cause the mineral deficiencies at the chicken livestock.livestock woof can be differentiated according to used type is adapter for type of livestock and livestock age,every the livestock woof contain the nutrisi which different each other. To adjust the need of nutrisi of chicken livestock hence doing content analysis of nutrisi at pakan livestock Titration Permanganometri is method analyse for the determination of calcium which can analysed by using method of titration permanganometri. From done analysis obtained content of mineral kasium at various type of livestock woof as according to livestock need and as according to SNI (Standard of Indonesia National).


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

KATA PENGANTAR iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

BAB 1 PENDAHULUAN a. Latar Belakang 1

b. Permasalahan 2

c. Tujuan 3

d. Manfaat 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mineral Kalsium 5

2.2. Kalsium Pada Pakan Ternak 7

2.3. Pakan 9

2.3.1. Jenis Pakan 10

2.3.2. Kualitas Pakan 11

2.4. Ransum 11

2.5. Bahan Tambahan Makanan Ternak 12

2.6. Titrasi Permanganometri 2.6.1.Titrimetri 14

2.6.2. Penggunaan Kalium Permanganat pada Titrasi 16

2.7 Titrasi Redoks 2.7.1. Proses Reaksi Redoks 16

2.7.2. Titrasi Redoks Menggunakan KMnO4 sebagai Pentiter 17

2.7.3. Indikator Titrasi Redoks 19

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat 21

3.1.2 Bahan-Bahan 22

3.2 Perosedur 22

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.2.Data Analisa 4.1.1. Data Berat Sampel 24

4.1.2. Data volume Hasil Titrasi 24

4.2. Perhitungan 25

4.3. Pembahasan 27 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


(9)

5.1 Kesimpulan 29

5.2 Saran 29

DAFTAR PUSTAKA viii


(10)

ABSTRAK

Pakan ternak merupakan makanan untuk ternak ayam yang memiliki kandungan nutrisi yang lengkap, Mineral kalsium merupakan salah satu kandungan nutrisi yang sangat di butuhkan oleh ternak ayam yang apabila kekurangan maka akan mengakibatkan defesiensi mineral pada ternak ayam tersebut. Pakan ternak dibedakan menurut jenis penggunaanya yang disesuaikan dengan jenis ternak dan umur ternak, setiap pakan ternak tersebut mengandung nutrisi yang berbeda-beda karena itu ntuk menyesuaikan kebutuhan nutrisi ternak ayam maka di lakukan suatu analisa kandungan nutrisi pakan ternak Titrasi permanganometri merupakan suatu metode analisa penentuan kadar kalsium dapat di analisa dengan menggunakan metode titrasi permanganometri. Dari analisa yang dilakukan diperoleh kadar mineral kasium pada berbagai jenis pakan ternak yang sesuai dengan kebutuhan ternak dan sesuai dengan SNI(Standar Nasional Indonesia)


(11)

CONTENTS ANALYSE OF CALCIUM OXIDE(CaO) AT VARIOUS TYPE OF POULTRY WOOF BY USING TITRATION PERMANGANOMETRI

METHOD IN BARISTAND INDUSTRI MEDAN

ABSTRACT

Livestock woof is food for the livestock of chicken owning complete content nutrisi. mineral calcium is one of very content nutrisi in need of chicken livestock if insuffiency will cause the mineral deficiencies at the chicken livestock.livestock woof can be differentiated according to used type is adapter for type of livestock and livestock age,every the livestock woof contain the nutrisi which different each other. To adjust the need of nutrisi of chicken livestock hence doing content analysis of nutrisi at pakan livestock Titration Permanganometri is method analyse for the determination of calcium which can analysed by using method of titration permanganometri. From done analysis obtained content of mineral kasium at various type of livestock woof as according to livestock need and as according to SNI (Standard of Indonesia National).


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Semua bahan makanan yang diiguanakan untuk kebutuhan manusia dinamakan pangan sedangkan semua bahan makanan yang diperuntukkan bagi ternak dinamakan dengan pakan yang sumbernya dari pertanian dan perikanan yang juga merupakan sumber pangan. Kandungan zat-zat gizi/nutrisi yang terdapat pada bahan pakan tidak sama atau berbeda menurut jenis dan penggunaanya

Kalsium adalah salah satu unsur nutrisi mineral penting yang terdapat di dalam pakan ternak. Walaupun jumlah yang dibutuhkan sedikit namun mineral ini menjadi penting karena ayam dan mahluk bergerak umumnya tidak dapat membuat mineral sendiri. Kalsium mempunyai fungsi dalam pembentukan tulang belulang, pembentukan kerang telur, pembekuan darah, dan fungsi neuromaskular(kendali jaringan otot).

Ayam yang kekurangan kalsium mudah kita lihat dari kerabang (kulit telur atau cangkang). telurnya yang tipis dan mudah pecah, berjalan timpang akibat tulang belulang rapuh, dan tidak ada koordinasi otot. Sedangkan pada anak ayam dan ayam


(13)

remaja yang kekurangan kalsium akan terjadi pertumbuahan yang lambat dan bagaikan ayam gila(Rasyaf,1997).

Kandungan nutrisi mineral dari suatu pakan ternak sangat menentukan pertumbuhan dari ternak dan juga kualitas telur yang dihasilkan sehingga perlu dilakukan analisis kandungan mineral kalsium pada pakan ternak tersebut apakah sesuai dengan kebutuhan ternak dan SNI(Standar Nasional Indonesia) Sehingga sehubungan dengan uraian diatas maka pada penulis karya ilmiah ini penulis mengambil judul :”ANALISA KADAR KALSIUM OKSIDA (CaO) PADA BERBAGAI JENIS PAKAN AYAM SECARA TITRASI PERMANGANOMETRI DI BARISTAND INDUSTRI MEDAN”

Analisa kadar kalsium dilakukan mengikuti metode titrimetri yaitu menggunakan titrasi permanganometri yang di titrasi menggunakan KMnO4 0,01N yang sebelumnya di lakukan pengarangan, pengabuan, dan perlakuan-perlakuan lain yang di ambil dari SII(Standar Industri Indonesia).

1.2. Permasalahan

Kandungan nutrisi mineral dari suatu pakan ternak sangat menentukan pertumbuhan dari ternak dan juga kualitas telur yang dihasilkan sehingga perlu dilakukan analisis seperti dilakukan dari parameter penentu dari kualitas pakan ternak tersebut . Laboratorium Uji Baristan Industri Medan merupakan sebagai salah satu fasilitas yang memberikan layanan jasa pengujian.


(14)

Mineral kalsium merupakan salah satu parameter penentu nutrisi dari pakan ternak tersebut.

Selanjutnya apakah pakan ternak yang diuji Laboratorium Uji Baristan Industri Medan tersebut mengandung mineral kalsium sesuai kebutuhan ternak dan sesuai dengan SNI( Standar Nasional Indonesia)

Sebagai pembatasan masalah dalam tulisan ini dilakukan:

a. Hanya kandungan Kalsium pakan ternak jenis BRI(Broiler Starter)untuk ayam ras pedaging umur satu hari sampai dengan dua puluh satu hari, jenis BR2 (Broiler Finisher)untuk ayam ras pedaging umur empat minggu sampai dengan di potong, jenis P1(layer starter)untuk ayam ras petelur umur satu hari samapai delapan minggu, jenis P3(Laye Finisher)untuk ayam ras petelur umur dua puluh minggu samapi dengan afkir, KDL 1( Untuk Ransum tambahan/Pelengkap), KDL 2 (untuk ransum tambahan/pelengkap).

b. Pakan ternak yang dianalisa merupkan sampel yang masuk ke Baristan Industri Medan

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui kandungan mineral kalsium pada berbagai jenis pakan ternak apakah sesuai dengan kebutuhan ternak dan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk pakan ternak


(15)

1.4. Manfaat

a. Mengetahui kandungan mineral kalsium pada berbagai jenis pakan ternak, apakah sesuai dengan kebutuhan ternak dan SNI(Standar Industri Indonesia).

b. menambah wawasan terhadap pentingnya peranan mineral kalsium dalam pekan ternak serta cara analisa kandungan mineral kalsiumnya.

c. menambah wawasan tentang penggunaan berbagai jenis pakan ternak yang sesuai dengan jenis ternak


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mineral Kalsium

Logam atau mineral pada hewan ternak dibagi menjadi dua bagian yaitu esensial dan non esensial. Logam esensial diperlukan dalam proses fisiologis hewan sehingga hewan dalam kelompok ini merupakan unsur nutrisi yang jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologik yang disebut defisiensi mineral. Sedangkan kelompok nonesensial adalah kelompok logam yang tidak berguna atau belum diketahui kegunaanya dalam tubuh hewan sehingga hadirnya unsur tersebut lebih dari normal menyebabkan keracunan.

Logam yang bersifat esensial dalam tubuh hewan ini dibagi menurut jumlah kandungan dalam tubuh hewan dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

Mineral makro: kalsium(Ca), Magnesium(Mg), Fosfor(P), Natrium(Na), Klor(Cl), Sulfur(S) dan Mineral mikro : besi(Fe), Tembaga(Cu), Seng(Zn), Mangan(Mn), Kobal(Co), Selenium( Se).

Hewan yang diberi pakan dengan dikurangi jumlah salah satu unsur mineralnya akan terlihat gejala-gejala penyakit defisiensi mineral kemudian jika ditambahkan maka gejala kelinis tersebut akan hilang dan hewan akan kembali


(17)

normal. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mineral, biasanya hewan memperoleh dari pakan dan minuman yang mengandung mineral cukup.

Mineral untuk pakan biasanya didapatkan dari hijauan untuk unggas. hampir semua mineral esensial baik makro maupun mikro berfungsi sebagai katalisator dalam sel. Dan beberapa mineral lainya berikatan dengan perotein dalam system enzim. Kalsium adalah mineral yang paling banyak ditemukan dalam tubuh hewan. Kalsium merupakan komponen penting untuk kehidupan sel dan cairan jaringan .kalsium juga penting dalam aktivitas beberapa sistem enzim dan juga terlibat dalam system koagulasi darah yang unsur kalsiumnya terdapat dalam plasma.

Kalsium adalah logam putih perak yang agak lunak, melebur pada 845oC terserang atmosfer dan udara lembab, pada reaksi ini terbentuk kalsium oksida dan atau kalsium hidroksida. Kalsium menguraikan air dengan membentuk kalsium hidroksida dan hidrogen. Kalsium membentuk kation kalsium(II), Ca2+ dan dalam larutan-larutan air garam-garamnya biasa berupa bubuk putih dan membentuk larutan yang tidak berwarna kecuali bila anionya berwarna (Vogel,1979).

Unsur kalsium sering berbentuk ion Ca 2+ termasuk dalam kelompok IIA dalam sistem berkala dan logam kelas A. Kalsium sering juga berikatan dengan perotein yang berhubungan dengan fungsi metabolisme organ. Fungsi penting dari kalsium di luar sel ( ekstraselkuler) ialah mencegah terjadinya gumpalan darah, gumpalan ini adalah merupakan protein darah yang tidak larut .Peranan kalsium dalam sel (intraseluler) yang penting adalah dalam eksitasi saraf dan kontraksi otot. Kontraksi otot merupakan proses yang kompleks dimana terjadinya perubahan permeabilitas


(18)

memberan sehingga Ca2+terbebaskan dan menyebabkan kontraksi. Aktifitas kalsium tersebut dalam protein tidak dapat digantikan oleh ion lain(Darmono,1995).

2.2 Kalsium pada pakan ternak

Tanaman pakan seperti rumput dan hijauan lainya merupakan sumber perolehan logam/mineral yang utama baik hewan maupun ternak. Logam esensial diperlukan dalam peroses fisiologis hewan sehingga hewan dalam kelompok ini merupakan unsur nutrisi yang jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologik.

Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mineral, biasanya hewan memperoleh dari pekan dan minuman yang mengandung mineral cukup. Mineral untuk pekan biasanya didapatkan dari hijauan untuk unggas.hampir semua mineral esensial baik makro maupun mikro berfungsi sebagai katalisator dalam sel dan beberapa mineral lainya berikatan dengan protein dalam sistem enzim.

Mineral kalsium merupakan unsur nutrisi yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis ternak sehingga hewan dalam kelompok ini merupakan unsur nutrisi yang jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologik yang disebut defisiensi mineral. Defisiensi mineral yang terjadi pada ternak ayam antara lain: pertumbuhan menjadi terlambat, konsumsi ransum menjadi menurun, laju metabolik basal tinggi, kepekaan dan aktivitas menjadi menurun, osteoporosis, sikap dan cara cara berjalan abnormal, peka terhadap perdarahan di dalam, suatu kenaikan dalam jumlah urine, daya hidup berkurang, kulit telur menipis dan produksi telur menurun,


(19)

tetanus, pika yaitu nafsu makan menurun, hewan mengunyah kayu,tulang,dan batu dan pertumbuhan bulu kasar(Anggorodi, R. 1926)

Kalsium banyak ditemukan di dalam tepung ikan namun untuk kelengkapanya digunakan juga mineral tambahan buatan pabrik untuk menjaga kebutuhan mineral yang seimbang dan proporsional, ransum komersial biasanya sudah mengandung mineral yang dimaksud, bahkan peternak kadang-kadang sering menambahkan mineral di dalam air minum ternak. Kebutuhan mineral oleh ayam sangat berbeda beda menurut jenis dan umur ayam. kebutuhan kalsium untuk ternak dipengaruhi oleh:

a. Tingkat produksi telur

Untuk ayam jenis petelur ayam yang sedang berproduksi lebih tinggi akan membutuhkan kalsium lebih banyak daripada ayam yang berproduksi rendah bahkan untuk jenis ayam yang tidak memproduksi telur.

b Ukuran ayam

Ayam yang lebih besar mengkonsumsi ransum lebih banyak dan dengan sendirinya berbeda pula konsumsi kalsiumnya.

c. Umur ayam

Ayam yang lebih tua membutuhkan kalsium yang lebih banyak daripada ayam yang umurnya lebih muda.

d. Kandungan energi metabolis ransum

Ransum yang mengandung energi metabolis tinggi akan mengurangi konsumsi ransum. Ini menunjukkan akan ada kekurangan gizi lainya yang masuk ketubuh ayam termsuk kalsium demikian pula kasus sebaliknya.


(20)

e. Temperatur

Temperatur yang tinggi akan mengurangi konsumsi ransum dan akibatnya berkursang pula asupan gizi kedalam tubuh ayam.

2.3Pakan

Semua bahan makanan yang digunakan untuk kebutuhan manusia dinamakan pangan sedangkan semua bahan makanan yang diperuntukkan bagi ternak dinamakan dengan pakan yang sumbernya dari pertanian dan perikanan yang juga merupakan sumber pangan. Semua bahan-bahan makanan yang memenuhi syarat harus mengandung unsur –unsur nutrisi untuk memenuhi kebutuhan ternak ayam tersebut dinamakan pakan ternak ayam.Tidak semua bahan yang ada dialam ini dapat dimakan bila tidak memenuhi persyaratan sebagai bahan makanan yang layak dimakan oleh ternak.

Beberapa keriteria untuk pakan ayam:

a. Bahan makanan yang menjadi anggota pakan tidak mempunyai daya saing yang kuat terhadap kepentingan manusia. Hal ini berarti bahwa produksi bahan makanan itu memungkinkan. Jangan sampai permintaan melebihi penawaran sekalipun ketersaingan lemah.

b. ketersediaan bahan makanan tersebut harus langgeng, artinya jangan sampai terjadi kini ada lalu dua bulan lagi menghilang, suatu saat ada dan suatu saat sulit dicari.Sekalipun kandungan nutrisinya lengkap dan baik, bahan makanan yang produksinya sedikit dan tidak langgeng tidak pantas dimasukkan dalam jajaran pakan.


(21)

c. Bahan makanan itu mempunyai harga yang memenuhi syarat artinya, harga bahan makanan itu imbang dengan kualitasnya.

Semua bahan makanan yang digunakan untuk ayam dalam campuran ransum itu akan kita ketahui kandungan nutrisinya apabila diperiksakan di Laboratorium Makanan Ternak dan hasil analisis di Laboratorium dibandingkan kualitas bahan makanan standar.Hasil analisis laboratorium ini melengkapi hasil uji fisik yang dilakukan dengan pancaindra,melihat dan mencium bahan makanan tersebut. Hasil uji fisik dan uji laboratorium itulah yang kelak akan menentuakan pantas dan tidaknya sebagai pakan ayam(Rasyaf.M,1997)

2.3.1 Jenis Pakan

Menurut jenisnya, pakan ayam dibedakan atas 5 jenis, yaitu :

a. Grain, adalah jenis pakan ayam yang terdiri dari murni biji-bijian. Pemberian jenis pakan ini dilakukan khusus pada sore hari, dan ditunjukan untuk merangsang perkawinan pada ayam-ayam bibit.

b. Meal, adalah jenis pakan yang terdiri dari satu macam bahan pakan (biji-bijian)yang sudah digiling.

c. Mash, adalah jenis pakan yang terdiri dari campuran beberapa meal.

d. Pellet, adalah mash yang dibentuk sebagai butiran setelah melalui suatu proses (pelleting). Ukuran /besar 5-8 mm.

e. Crumbs/crumble, adalah pellet yang dibentuk sebagai butiran kecil (±3 mm). Disebut juga broken pellet.


(22)

Berdasarkan penggunaanya, Pakan ayam dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu: a. Chick Mash/Starter Mash, yaitu pakan berbentuk tepung untuk ayam petelur

mulai menetas hingga berumur delapan minggu.

b. Grower Mash, yaitu pakan berbentuk tepung yang diberikan kepada ayam petelur umur 9-10 minggu.

c. Layer Mash/Complete Layer, yaitu pakan berbentuk tepung untuk ayam petelur yang sedang berperoduksi.

d. Broiler Starter, yaitu pakan (tepung atau butiran)untuk ayam potong dewasa mulai umur 5 minggu hingga dipanen(42 atau 49 hari).

e. Breeder Mash, yaitu pakan berbentuk tepung untuk ayam bibit dibedakan menjadi tiga macam tergantung dari umur ayam (Starter,grower, dan Layer)

2.3.2 Kualitas pakan

Kualitas pakan dapat diketahui dengan dua cara, yaitu secara organoleptik dan secara analisis. Secara organoleptik, pakan dapat diketahui kualitasnya yang meliputi : warna, bau rasa, tekstur, dan tingkat kontaminasi. Sedangkan secara analisis, kualitas pakan dinyatakan dalam % kandungan nutrisinya, meliputi : energi, protein, asam amino, lemak, serat kasar, dan mineral ( Ca).

2.4Ransum

Hewan umumnya tidak mampu membuat makananya sendiri di dalam tubuhnya oleh karena itu untuk memperthankan hidupnya hewan harus makan dengan mengambil


(23)

makanan dari luar tubuhnya. Perlu diketahui bahwa antara bahan makanan, ransum dan pakan mempunayai pengertian yang berbeda. Ransum dibentuk dari bahan-bahan makanan. Seluruh masalah dan hal-hal yang terkait dalam ransum dan bahan makanan disebut pakan. Dengan demikian jelas sekali perbedaan antara bahan makanan,pakan dan ransum.

Untuk membentuk ransum bahan makanan yang bersal dari tumbuhan harus dipadukan dengan bahan makanan asal hewan dan harus dari berbagai sumber makanan lainya. Ayam petelur memerlukan sejumlah unsur gizi untuk hidupnya misalnya bernafas, peredaran darah dan bergerak disamping itu unsure gizi juga dibutuhkan untuk kebutuhan untuk peroduksi telur. Kebutuhan yang pertama itu disebut dengan kebutuhan untuk hidup pokok sedangkan yang kedua untuk peroduksi untuk itu perlu dilakukan pembutaan ransum untuk memenuhi kebutuhan nutrisi unggas tersebut.

Ransum adalah sekelumpulan bahan-bahan makanan ternak yang memenuhi persyaratan nutrisi dan disusun dengan cara tertentu untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak tersebut, sehingga tujuan utama untuk memberikan ransum dan inti utama yang terkandung di dalam ransum itu adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak atau unggas itu sendiri. Hal ini sangat penting karena hewan tidak mampu membuat makananya sendiri di dalam tubuhnya. ransum dibentuk dari bahan-bahan makanan sehingga pengertian bahan makanan tidak sama dengan ransum. Untuk banyak unggas tidak mungkin diberikan satu bahan makanan saja. Kombinasi dari bebrapa bahan makanan kerapkali diberikan untuk unggas untuk berperestasi dengan


(24)

baik. Seluruh masalah dan hal-hal yang terkait dalam ransum dan bahanp-bahan makanan secara menyeluruh disebut dengan pakan ternak.

2.5Bahan tambahan makanan ternak

Sesuai dengan kategorinya bahan-bahan yang termasuk dalam golongan bahan makanan tambahan ini hanya bersifat tambahan dan sering dikatakan sebagai pelengkap. Bahan makanan dalam kategori ini memang berfungsi sebagai penambah nutrisi yang kurang dan melengkapi nutrisi yang belum lengkap. Maka jika suatu pakan sudah lengkap kadungan nutrisinya maka bahan ini tidah wajib ditambahkan. Bahan makanan tambahan dan pelengkap untuk ayam dibagi atas:

a.Bahan makanan yang bersumber dari alam, maksudnya adalah bahan asli dan bukan sintetik yang akan ditambahkan kedalam pakan dengan tujuan menambah nilai kandungan nutrisinya.

b.Bahan buatan atau bahan kimiawi yang diramu dipabrik-pabrik farmasi. Termasuk disini sebagai vitamin, mineral, berbagai perangsang lainya dan obat-obatan untuk ternak.

c.bahan yang merupakan unsur nutrisi tertentu. Bahan seperti ini umumnya bersifat sebagai tambahan dan dapat juga sebagai pelengkap. Contohnya tepung tulang untuk menambah kandungan nutrisi mineral kalsiumnya.

Bahan-bahan sumber mineral kalsium yang sering ditambahkan kedalam pakan ternak untuk menambah kandungan nutrisi mineral kalsium antara lain:

a. Tepung tulang

Tepung tulang yang diperoses ini mengandung kalsium 24% . dibeberpa pabrik makanan ternak mempergunakan tepung tulang yang tercampur dengan sisa-sisa


(25)

daging atau limbah rumah potong. Sesuai dengan namanya maka tepung tulang ini digunakan untuk tambahan dan juga sebagai pelengkap untuk melengkapi kandungan nutrisi mineral kalsium pada pakan ternak.

a. Tepung kerang

Tepung karang atau CaCO3 merupakan sumber kalsium yang baik mengandung kalsium 38% atau 98% kalsium karbonat, bila menggunakan tepung karang sebagai bahan makanan ternak sifatnya hanya sebagai pelengkap dan tidak harus di tambahkan tujuanya adalah untuk menambah nilai mineral kalsium pada pakan ternak.

b. garam

garam dapur atau NaCl ini merupakan bahan alami yang di gunakan untuk melengkapi mineral-mineral lainnaya yang dibutuhkan oleh ternak, bila menggunakan garam sebagai tambahan makanan ternak maka tidak boleh lebih dari 0,25%.

Disamping itu masih banyak lagi sumber mineral kalsium yang kini sudah tidak digunakan lagi karena sudah ada buatan pabrik seperti kapur makan, rock phosphate, dicalsiumphosfate, aragonite, dan gypsum.(Rasyaf.M. 1994)

2.6. Titrasi permanganometri 2.6.1. Titrimetri

Salah satu cara pemeriksaan kimia disebut titrimetri, yakni pemeriksaan jumlah zat yang didasarkan pada pengukuran volume larutan preaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang ditentukan. Pemeriksaan titrimetri ini sangat luas pemakaianya hal ini disebabkan karena beberapa alasan. Pada satu segi,


(26)

cara ini menguntungkan karena pelaksanaanya mudah dan cepat,ketelitian dan ketepatanya cukup tinggi. Pada segi lain, cara ini menguntungkan karena dapat diguanakan untuk menentukan kadar berbagai zat yang mempunyai sifat yang berbeda-beda.

Pada dasarnya cara titrimetri ini tediri dari pengukuran volume larutan preaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stokiometri dengan zat yang akan ditentukan. Larutan pereaksi ini biasanya diketahui kepekatanya dengan pasti, dan disebut pentiter atau larutan baku. Sedangkan peruses penambahan pentiter kedalam larutan zat yang akan ditentukan disebut titrasi. Dalam proses itu bagian demi bagian pentiter ditambahkan kedalam larutan zat yang akan ditentukan dengan bantuan alat yang disebut buret sampai tercapai titik kesetaraan. Titik kesetaraan adalah titik pada saat pereaksi dan zat yang ditentukan bereaksi sempurna secara stokiometri.

Titrasi harus dihentikan pada atau dekat titik kesetaraan ini. Jumlah volume pentiter yang terpakai untuk mencapai titik kesetaraan ini disebut volume kesetaraan. Dengan mengetahui volume kesetaraan, kadar pentiter dan faktor stokiometri, maka jumlah zat yang ditentukan dapat dihitung dengan mudah.

Agar proses titrasi dapat berjalan dengan baik sehingga memberikan hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti, maka harus memenuhi persyaratan titrasi sebagai berikut:

a. Interaksi antara pentiter dan zat yang akan ditentukan harus berlangsung secara stokiometri dengan faktor stokiometrinya berupa bilangan bulat. Faktor stokiometri ini harus diketahui atau ditetapkan secara pasti, karena faktor ini perlu dalam perhitungan hasil titrasi.


(27)

b. Laju reaksi harus cukup tinggi agar titrasi berlangsung dengan cepat.

c. Interaksi antara pentiter dengan zat yang akan ditentukan harus berlangsung secara terhitung, artinya sesuai dengan ketepatan yang dapat dicapai dengan peralatan yang lazim digunakan dalam titrimetri, reaksi harus sempurna sekurang-kurangnya 99,9% pada titik kesetaraan. ( Harizul,R. 1995)

2.6.2 Penggunaan kalium Permangat pada Titrasi

Kalium permanganat digunakan secara luas sebagai pereaksi yang mudah diperoleh, tidak mahal, dan tidak memerlukan suatu indikator kecuali kalau digunakan larutan larutan yang sangat encer. Satu tetes 0,1 N KMnO4 memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan yang biasanya digunakan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan preaksi.

Permanganat menglamai reaksi kimia yang bermacam-macam, karena mangan dapat berada dalam keadaan-keadaan oksidasi. Reaksi yang paling banyak dijumpai dalam laboratorium pendahuluan yaitu dalam larutan yang sangat asam . Permanganat bereaksi sangat cepat dengan banyak perekasi tetapi beberapa zat memerlukan pemanasan atau penggunaan katalis untuk mempercepat reaksinya. Kelebihan yang sedikit dari permanganat yang ada pada titik akhir satu titrasi cukup untuk menyebabkan pengendapan beberapa MnO2 akan tetapi karena reaksinya lambat maka MnO2 biasanya tidak diendapkan pada titik akhir titrasi permanganometri


(28)

2.7. Titrasi Redoks

2.7.1. Proses Reaksi Redoks

Sejumlah reaksi diamana keadaan oksidasi berubah yang disertai dengan pertukaran elektron antara pereaksi disebut dengan reaksi redoks atau disebut juga dengan reaksi oksidasi-reduksi Oksidasi dapat diartikan sebagai suatu proses yang mengakibatkan hilangnya suatu elektron atau lebih dari dalam zat(atom, ion, atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi,keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif dan sautu zat pengoksidasi adalah suatu zat yang memperoleh elektron dan dalam proses itu zat itu direduksi.

Reduksi dapat diartikan sebagai suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu elektron atau lebih oleh zat(atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur direduksi keadaan oksidasi akan beruban menjadi lebih negatif. jadi suatu zat pereduksi adalah suatu zat yang kehilangan elektron dimana dalam proses ini zat itu dioksidasi. Oksidasi dan reduksi selalu berlangsung dengan serempak karena elektron -elektron yang dilepaskan oleh suatu zat harus diambil oleh zat yang lain.

2.7.2. Titrasi Redoks menggunakan KMnO4 sebagai Pentiter

Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena berbagai zat organic dan zat anorganik dapat ditentukan dengan cara ini, Namun demikian agar titrasi redoks ini berhasil dengan baik maka persyaratan berikut harus dipenuhi:


(29)

Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi pertukaran elektron secara stoikiometris. Reaksi Redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara terukur dan harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai.

Titrasi redoks merupakan salah satu cara penentuan berbagai senyawa yang mudah, cepat dan tepat. Akan tetapi sebelum titrasi redoks dapat dijalankan senyawa yang akan ditentukan harus diubah seluruhnya terlebih dahulu menjadi bentuk tereduksinya atau bentuk teroksidasinya. Untuk itu harus dilakukan reduksi atau oksidasi pendahuluan.

Cara titrasi redoks untuk penentuan reduktor digolongkan sesuai dengan oksidator yang digunakan sebagai pentiter yang paling umum digunakan adalah KMnO4 (kalium permanganat) sebagai pentiter sehingga dinamakan sebagai titrasi permanganometri. Kalium Permanganat (KMnO4) merupaka oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam. Paro reaksinya sebagai berikut:

V E

O H Mn

H e

MnO4− + 5 + 8 + → 2+ + 4 2 o = +1,51

Reaksi ini tidak bolak-balik, sedangkan potensial elektroda bakunya diukur secara tidak langsung. Potensial elektrodanya sangat bergantung pada pH karena itu titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat (H2SO4 1N). Sedangkan bobot tara permanganat adalah seperlima dari bobot rumusnya.

Mesikpun demikian kalium permanganat juga merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Dalam lingkungan seperti ini ion permanganat tereduksi menjadi mangan bervalensi empat sesuai dengan persamaan reaksi berikut:


(30)

V E

O H MnO

e H

MnO4 +4 +3 → 2↓ + 4 2 o = +1,68 +

Sebaliknya, dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat tereduksi menjadi ion manganat yang berwarna hijau .

Larutan baku KMnO4 dibuat dengan melarutkan sejumlah kalium permanganat dalam air kemudian mendidihkanya selama delapan jam atau lebih, kemudian sering endapan MnO2 yangn terbentuk, lalu bakukan dengan zat baku utama. Zat baku utama yang lazim dipakai adalah natrium oksalat. Titik akhir titrasi dengan menggunakan KMnO4 sebagai pentiter atau titrasi permanganometri akan ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan oleh kelebihan permanganat.

2.7.3. Indikator titrasi Redoks

Titik akhir titrasi dengan menggunakan KMnO4 sebagai pentiter atau disebut juga dengan sebutan titrasi permanganometri akan ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan permanganat yang akan di tandai dengan menggunakan suatu indikator. Ada beberapa macam indikator yang dapat digunakan dalam titrasi redoks anatara laian:

a. Suatu zat berwarna dapat bekerja sebagai indikator sendiri, misalnya larutan kalium permanganat demikian tua warnanya hingga suatu kelebihan kecil pereaksi ini dalam sutau titrasi dengan mudah dapat langsung diketahui.

b. Sebuah indikator Spesifik adalah suatu zat yang bereaksi dengan cara yang khusus dengan salah satu pereaksi dalam suatu reaksi untuk menghasilkan suatu warna


(31)

c. Indikator luar, atau uji noda suatu waktu digunakan apabila tidak dapat diperoleh indikator dalam.

d. Potensial redoks dapat diikuti selama titrasi dan titik ekivalenya ditemukan dari perubahan yang besar dari potensial pada kurva titrasi.

e. Akhirnya suatu indikator yang sendirinya mengalami oksidasi-reduksi dapat digunakan (Underwood,1986)

Indikator redoks merupakan senyawa organik yang mempunyai sifat bolak-balik perubahan warnaya bila dioksidasi atau direduksi, selang waktu peralihan warna indikator redoks tergantung kepada potensial elektroda baku pada jumlah elektron yang di pertukarkan. Kadang- kadang ion hidrogen terlibat dalam kesetimbangan indikator redoks, sehingga selang peralihan warna tersebut bergantung kepada pH larutan tertentu.


(32)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Alat dan Baha 3.1.1. Alat-alat

- Cawan porselin - - Oven memmert - Desikator - - Neraca Analitik sartorius

- Hot Plate thermostat magnetic stirer - Tanur furnace 1400

- Pipet Volume 5 ml pyrex - Beaker Glass pyrex - Corong pyrex - Labu takar 250 ml pyrex - Kertas saring whatman 4.1 - Kertas saring whatman 4.2 - Pipet Volume 25 ml pyrex - Glas beaker 250 ml pyrex - Erlenmeyer pyrex - Gelas ukur 100 ml pyrex


(33)

- Buret 25 ml pyrex

3.1.2. Bahan-bahan

- HCl p.a. merck - Indikator SM - - NaOH Emerck - (NH4)2C2O4 Emerck - H2SO4 p.a. merck - Aquadest - - KMnO4 0,1N Emerck

3.2. Prosedur

a. Pembuatan dan Standariasi larutan KMnO4 0,1 N

- Ditimbang berat gelas beaker kosong 250ml kemudian di nolkan

- Dimasukkan 1,58 gram kristal KMnO4 kedalam gelas beaker 250 mL tesebut - Kristal KMnO4 tersebut dilarutkan dengan menggunakan akuades sampai larut - Dimasukkan kedalam labu takar 500 mL kemudian diencerkan dengan

menggunakan akuades sampai garis batas

- Dihomogenkan dengan menggunakan magnetik stirrer


(34)

gr = V. N . Berat stok(Mr) gr = 500 . 0,1 . 31,6 gr = 1,58 gr

Standarisasi larutan KMnO4 0,1N

Asam oksalat (C2H2O4) ditambahkan 50 ml aquadest kemudian di tambahkan H2SO4 4 N sebanyak 25 ml pada suhu 70o C dalam keadaan panas dititrasi dengan

menggunakan KMnO4

N =

Mr x Vt

Berat

c. Pembuatan Larutan (NH4)2C2O4 10% sebanyak 100 mL

- Ditimbang berat gelas beaker kosong 250 mL kemudian di nolkan

- Ditimbang 10 gr keristal (NH4)2C2O4 didalam gelas beaker 250 mL tersebut dan dicatat beratnya

- Kristal (NH4)2C2O4 dilarutkan dengan menggunakan akuades sampai larut - Kemudian dipindahkan kedalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan

akuades samapai garis batas

- Dihomogenkan dengan menggunakan magnetik stirer

d. Pembuatan larutan NaOH 30% sebanyak 500 ml

- Ditimbang glas beaker kosong 250 mL kemudian di nolkan

- Ditimbang 150 gr kristal NaOH didalam gelas beaker 250 ml dan dicatat beratnya

- Kristal NaOH dilarutkan dengan menggunakan akuades samapai larut - Kemudian dipindahkan kedalam labutakar 500 ml lalu diencerkan dengan

akuades sampai garis batas - Dihomogenkan


(35)

gr = % sampel . V

gr = 500

100 30

x

gr = 150

e. Pembuatan Larutan H2SO4 25% sebanyak 500 mL

- Dipipet larutan H2SO4 p.a sebanyak 130,4 mL - Dimasukkan kedalam labu takar 500 ml

- Ditambahkan dkuades kedalam labu takar tersebut hingga mencapai garis batas

- Dihomogenkan

V1 . N1 = V2 . N2

500 mL . 25% = V2 . 96% V2 =

96 25

250 x

V2 = 130,4 mL

f. Prosedur Analisa Kadar Ca

- 2 gr sampel dimasukkan kedalam cawan porselin - Diarangkan dalam cawan porselin

- Diabukan menggunakan tanur

- Dilarukan dengan HCl(p.a) sebanyak 5 ml - Ditambahkan 50 ml aqudest panas

- Didinginkan


(36)

- Dihomogenkan dan dipaskan hingga garis batas - Disaring dengan kertas saring wahatman 4.1

- Dipipet filtrat sebanyak 25 ml dengan menggunakan pipet volume - Dimasukkan kedalam beaker glass

- Ditambahkan 2 tetes indikator SM sampai bewarna merah muda - Dinetralkan dengan NaOH 30% hingga berwarna kuning

- Dipanaskan hingga terbentuk gelembung kecil(70oC) - Ditambahkan (NH4)2C2O4 10% sebanyak 25 ml - Dipanaskan lagi hingga mendidih

- Didinginkan

- Disaring dengan kertas saring wathman 4.2

- Dicuci dengan qauadest panas samapai bebas asam

- Dimasukkan kertas sring kedalam beaker glass bersama batang pengaduk - Ditambahkan 25 ml H2SO4 25 %

- Ditambahkan 100 ml aquadest - Dipanaskan

- Dititrasi dengan KMnO4 0,1 N dalam keadaan panas (70oC) - Dihitung volume KMnO4 0,1 N yang terpakai


(37)

BAB 4

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data

4.1.1. Data Berat sampel

N O

Sampel Berat sampel (W)

( gr)

Nama Jenis I II III Rata-rata

1 BR1 Broiler Starter 2,0187 2,0239 2,0176 2,0201 2 BR2 Broiler Finisher 2,0144 2,0126 2,0470 2,0246 3 P1 Layer Starter 2,0042 2,0158 2,0161 2,0121 4 P3 Layer Finisher 2,0273 2,0336 2,0066 2,0225 5 KDL 1 Untuk Ransum 2,0041 2,0056 1,8804 1,9633 6 KDL 2 Untuk Ransum 2,0009 2,0117 2,0288 2,0138

4.1.2. Data hasil volume titrasi

N O

Sampel Volume titran

(ml)

Nama Jenis I II III Rata-rata

1 BR1 Broiler Starter 0,850 0,750 0,600 0,733 2 BR2 Broiler Finisher 0,950 0,900 0,850 0,900 3 P1 Layer Starter 0,800 0,950 0,700 0,816 4 P2 Layer Finisher 2,600 2,650 2,500 2,583 5 KDL 1 Untuk Ransum 0,825 0,750 0,900 0,825 6 KDL 2 Untuk Ransum 0,850 0,725 0,865 0,813


(38)

4.2. Perhitungan

% CaO = 100%

) ( 028 , 0 4 x g W Fp x KMnO N x Vt dimana :

Vt = Volume titran yang terpakai ( mL )

N = Normalitas KMnO4 ( N )

Fp = Faktor pengenceran

    pipet di yang Volume takar labu Volume

W = Berat sampel ( gram )

1. Untuk pakan jenis broiler starter (BR1)

% CaO = 100%

) ( 028 , 0 4 x g W Fp x x KMnO N x Vt

= 100%

0201 , 2 10 028 , 0 1 , 0 733 , 0 x x x x

= 100% 0201 , 2 02055324 , 0 x

%CaO = 1,0164 %

2. Untuk pakan jenis broiler finisher(BR2)

% CaO = 100%

) ( 028 , 0 4 x g W Fp x x KMnO N x Vt

= 100%

0246 , 2 10 028 , 0 1 , 0 900 , 0 x x x x

= 100% 0246 , 2 0252 , 0 x


(39)

3. Untuk pakan jenis Layer Starter ( P1)

% CaO = 100%

) ( 028 , 0 4 x g W Fp x x KMnO N x Vt

= 100%

0121 , 2 10 028 , 0 1 , 0 81667 , 0 x x x x

= 100% 0121 , 2 0228648 , 0 x

%CaO = 1,1364%

4. Untuk pakan jenis Layer finisher (P3)

% CaO = 100%

) ( 028 , 0 4 x g W Fp x x KMnO N x Vt

= 100%

0225 , 2 10 028 , 0 1 , 0 5830 , 2 x x x x

= 100% 0225 , 2 07233 , 0 x

%CaO = 3,5674%

5. Untuk pakan jenis Ransum (KDL I)

% CaO = 100%

) ( 028 , 0 4 x g W Fp x x KMnO N x Vt

= 100%

9636 , 1 10 028 , 0 1 , 0 825 , 0 x x x x

= 100% 9636 , 1 0231 , 0 x

%CaO = 1,1764%


(40)

% CaO = 100% ) ( 028 , 0 4 x g W Fp x x KMnO N x Vt

= 100%

0138 , 2 10 028 , 0 1 , 0 813 , 0 x x x x

= 100% 0138 , 2 022764 , 0 x

%CaO = 1,1304%

4.2. Pembahasan

Semua bahan makanan yang diperuntukkan bagi ternak dinamakan dengan pakan yang sumbernya dari pertanian dan perikanan yang juga merupakan sumber pangan. Kandungan zat-zat gizi/nutrisi yang terdapat pada bahan pakan tidak sama atau berbeda menurut jenis dan penggunaanya.

Mineral kalsium merupakan unsur nutrisi yang sangat diperlukan dalam peroses fisiologis ternak sehingga hewan dalam kelompok ini merupakan unsur nutrisi yang jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologik yang disebut defisiensi mineral yang sangat merugikan peternak. antara lain:

Pertumbuhan menjadi terlambat, konsumsi ransum menjadi menurun, laju metabolik basal tinggi, kepekaan dan aktivitas menjadi menurun, osteoporosis, sikap dan cara cara berjalan abnormal, peka terhadap perdarahan di dalam, suatu kenaikan dalam jumlah urine, daya hidup berkurang, kulit telur menipis dan produksi telur menurun, tetanus, pika yaitu nafsu makan menurun, hewan mengunyah kayu,tulang,dan batu dan pertumbuhan bulu kasar.


(41)

Untuk mengatasi masalah itu perlu ada control yang tepat untuk mengatur kandungan unsur nutrisi yang terdapat pada ternak sesuai dengan kebutuhan ternak dan sesuai dengan SNI(Standar Nasional Indonesia )untuk pakan ternak. maka perlu dilakukan suatu analisis kandungan kalsium yang terdapat pada berbagai jenis pakan ternak tersebut dengan cara titrasi permanganometri. Dari hasil analsisis kandungan kalsium pada berbagai jenis pakan ternak tersebut telah sesuai dengan kebutuhan ternak dan sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia ) untuk ternak dan dari hasil kandungan mineral kalsium tersebut dapat di simpulkan jenis pakan yang dianalisa tersebut mempunyai kualitas yang baik karena telah memenuhi salah satu persyaratan kualitas bahan pangan ternak yang baik.


(42)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis kandngan mineral kalsium pada berbagai jenis pakan ternak yang dibedakan menurut jenis kebutuhan dan jenis ternak dengan meggunakan titrasi permanganometri diperoleh % kandungan nutrisi mineral kalsium untuk jenis pakan ternak Broiler Starter (BRI) = 1,0164 %, Broiler Finisher(BR2) = 1,2446%, Layer Starter(P1) = 1,2446%, layer Finisher (P2) = 3,5674%, sedangkan untuk jenis Tamabahan/Pelengkap (KDL 1) = 1,1764%, Tambahan/Pelengkap (KDL 2) = 1,1304%.

Dari hasil data analisis tersebut disimpulkan bahwa kandungan mineral kalsium pada masing-masing pakan ternak tersebut sesuai dengan SNI (Setandar Nasional Indonesia) dan sesuai dengan kebuthan ternak. Kandungan kalsum yang paling tinggi diperoleh pada jenis ternak layer(05) ini sesuai dengan jenis ternak tersebut yaitu untuk menghasilkan telur maka dibutuhkan kalsium lebih tinggi untuk menghasilkan telur-telur yang lebih berkualitas dan lebih banyak.


(43)

a. Pada pelaksanaan analisa kandungan mineral kalsium sebaiknya dilakukan pembakaran dan pengabuan yang lebih lama sampai abu sempurna agar hasil analisa menjadi lebih maksimal.

b. Peternak ayam sebaiknya menggunakan pakan ternak sesuai dengan kebutuhan ternak dan telah lulus uji laboratorium kandungan nutrisinya dan sesuai dengan SNI untuk pakan ternak

c. Diharapkan pada prusahan yang menghasilkan pakan ternak terus mencari alternatif lain untuk meningkatkan unsur nutrisi pada pakan khususnya nutrisi mineral kalsium karena sesuai dengan yang kita bahas apabila kekurangan unsur nutrisi maka akan menimbulkan banyak penyakit pada ternak.


(44)

Anggorodi, R.1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir. Jakarta: UI- Press.

Darmono, 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup. Jakarta: UI-Press. Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam Broiler. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Kanisius. Rasyaf, M. 1997. Penyajian Makanan Ayam Petelur. Yogyakarta: Kanisius.

Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI-Press.

Underwood, A.L. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Keempat.Terjemahan Soendoro.R, Widaningsih, Sri Rahadjeng. Jakarta: Erlangga.

Vogel, 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi

Kelima. Terjemahan L.Setiono dan A.Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.

Widodo, W. 2002. Nutrisi Pakan Unggas Konstekstual. Malang: FakultasPeternakan

Universitas Muhammadiah Malang.


(45)

LAMPIRAN


(46)

Anggorodi, R.1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir. Jakarta: UI- Press.

Darmono, 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup. Jakarta: UI-Press. Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam Broiler. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Kanisius. Rasyaf, M. 1997. Penyajian Makanan Ayam Petelur. Yogyakarta: Kanisius.

Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI-Press.

Underwood, A.L. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Keempat.Terjemahan Soendoro.R, Widaningsih, Sri Rahadjeng. Jakarta: Erlangga.

Vogel, 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi

Kelima. Terjemahan L.Setiono dan A.Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.

Widodo, W. 2002. Nutrisi Pakan Unggas Konstekstual. Malang: FakultasPeternakan

Universitas Muhammadiah Malang.


(47)

Tabel.1 standar pakan SNI(Standar Nasinal Indonesi)

No Jenis Pakan SNI Persyaratan Mutu

(%) 1 Broiler Starter SNI 01-3930-2006 0,90 - 1,20 2 Broiler Finisher SNI 01-3931-2006 0,90 - 1,20 3 Layer Starter SNI 01-3927-2006 0,90 - 1,20 4 Layer Finisher SNI 01-3929-2006 3,25 - 4,25 5 Bungkil Kedelai SNI 01-4227-1996 0,20 - 0,40

(sumber SNI Indonesia)

Tabel.2 Kebutuhan kalsium pada unggas

No Unggas Kebutuhan (%)

1. Ayam broiler - Starter - Finisher

1,00 0,90

2. Ayam petelur - Starter - Grower - Finisher

0,80 0,60 3,40


(1)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis kandngan mineral kalsium pada berbagai jenis pakan ternak yang dibedakan menurut jenis kebutuhan dan jenis ternak dengan meggunakan titrasi permanganometri diperoleh % kandungan nutrisi mineral kalsium untuk jenis pakan ternak Broiler Starter (BRI) = 1,0164 %, Broiler Finisher(BR2) = 1,2446%, Layer Starter(P1) = 1,2446%, layer Finisher (P2) = 3,5674%, sedangkan untuk jenis Tamabahan/Pelengkap (KDL 1) = 1,1764%, Tambahan/Pelengkap (KDL 2) = 1,1304%.

Dari hasil data analisis tersebut disimpulkan bahwa kandungan mineral kalsium pada masing-masing pakan ternak tersebut sesuai dengan SNI (Setandar Nasional Indonesia) dan sesuai dengan kebuthan ternak. Kandungan kalsum yang paling tinggi diperoleh pada jenis ternak layer(05) ini sesuai dengan jenis ternak tersebut yaitu untuk menghasilkan telur maka dibutuhkan kalsium lebih tinggi untuk menghasilkan telur-telur yang lebih berkualitas dan lebih banyak.


(2)

41 a. Pada pelaksanaan analisa kandungan mineral kalsium sebaiknya dilakukan

pembakaran dan pengabuan yang lebih lama sampai abu sempurna agar hasil analisa menjadi lebih maksimal.

b. Peternak ayam sebaiknya menggunakan pakan ternak sesuai dengan kebutuhan ternak dan telah lulus uji laboratorium kandungan nutrisinya dan sesuai dengan SNI untuk pakan ternak

c. Diharapkan pada prusahan yang menghasilkan pakan ternak terus mencari alternatif lain untuk meningkatkan unsur nutrisi pada pakan khususnya nutrisi mineral kalsium karena sesuai dengan yang kita bahas apabila kekurangan unsur nutrisi maka akan menimbulkan banyak penyakit pada ternak.


(3)

Anggorodi, R.1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir. Jakarta: UI- Press.

Darmono, 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup. Jakarta: UI-Press. Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam Broiler. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Kanisius. Rasyaf, M. 1997. Penyajian Makanan Ayam Petelur. Yogyakarta: Kanisius.

Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI-Press.

Underwood, A.L. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Keempat.Terjemahan Soendoro.R, Widaningsih, Sri Rahadjeng. Jakarta: Erlangga.

Vogel, 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi

Kelima. Terjemahan L.Setiono dan A.Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.

Widodo, W. 2002. Nutrisi Pakan Unggas Konstekstual. Malang: FakultasPeternakan


(4)

42

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA


(5)

Anggorodi, R.1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir. Jakarta: UI- Press.

Darmono, 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup. Jakarta: UI-Press. Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam Broiler. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Kanisius. Rasyaf, M. 1997. Penyajian Makanan Ayam Petelur. Yogyakarta: Kanisius.

Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI-Press.

Underwood, A.L. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Keempat.Terjemahan Soendoro.R, Widaningsih, Sri Rahadjeng. Jakarta: Erlangga.

Vogel, 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi

Kelima. Terjemahan L.Setiono dan A.Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.

Widodo, W. 2002. Nutrisi Pakan Unggas Konstekstual. Malang: FakultasPeternakan


(6)

44 Tabel.1 standar pakan SNI(Standar Nasinal Indonesi)

No Jenis Pakan SNI Persyaratan Mutu

(%) 1 Broiler Starter SNI 01-3930-2006 0,90 - 1,20 2 Broiler Finisher SNI 01-3931-2006 0,90 - 1,20 3 Layer Starter SNI 01-3927-2006 0,90 - 1,20 4 Layer Finisher SNI 01-3929-2006 3,25 - 4,25 5 Bungkil Kedelai SNI 01-4227-1996 0,20 - 0,40

(sumber SNI Indonesia)

Tabel.2 Kebutuhan kalsium pada unggas

No Unggas Kebutuhan (%)

1. Ayam broiler - Starter - Finisher

1,00 0,90

2. Ayam petelur - Starter - Grower - Finisher 0,80 0,60 3,40

(sumber : anggorodi.R.1985)