STRUKTUR DAN NILAI MORAL PANTUN PADA ACARA MERISIK ADAT MELAYU DELI SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR PUISI LAMA SISWA KELAS XI SMA.

(1)

(2)

(3)

(4)

i

ABSTRAK

SURIYANTO. Struktur dan Nilai Moral Pantun pada Acara Merisik Adat Melayu

Deli serta Pemanfaatannya sebagai Bahan Ajar Puisi Lama Siswa Kelas XI SMA.

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur dan nilai moral pantun dalam

acara merisik adat Melayu Deli, serta mengetahui pemanfaatannya sebagai bahan ajar

puisi lama siswa kelas XI SMA. Dalam melakukan penelitian tersebut dipergunakan

dua analisis, yaitu analisis struktur dan nilai moral yang berfokus pada pantun merisik

adat melayu Deli. Analisis struktur digunakan untuk menganalisis unsur-unsur

dalam pantun merisik tersebut. Dan analisis nilai moral digunakan untuk mengkaji isi

pantun merisik adat Melayu Deli tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

(1) struktur dalam pantun merisik adat Melayu Deli memiliki variasi dari segi rima

meliputi a-b-a-b, a-a-b-b, a-a-a-a, serta a-a dan a-b. (2) nilai moral yang muncul

dalam pantun merisik adat Melayu Deli merupakan 18 nilai karakter yang meliputi

nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa

ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli

sosial, dan tanggung-jawab (3) pantun merisik dapat dimanfaatkan sebagai bahan

ajar karena berisi petuah-petuah, petunjuk, serta pegangan hidup yang sarat dengan

makna pada sampiran dan isi sebuah pantun.

Kata kunci : Struktur, nilai moral, pantun merisik, dan bahan ajar   

             


(5)

ii

ABSTRACT

SURIYANTO : The Structure Moral valve and use from pantun in merisik of

Deli as old poem in teaching prosess for grade XI in senior high school. Post

Graduate program in state university of Medan 2016.

This research is aimed to describe the structure, moral valve and use from pantun in

merisik of Deli Malay as old poem in teaching process for grade XI in senior high

school. In doing this research, there are two analysis namely structure analysis and

moral analysis focused on pantunin merisi of Deli Malay. Structure analysis is used

for analyzing aspect in that Deli Malay’s pantun. Them, moral value analysis is used

for analyzing thecontent of pantun merisik in Deli Malay. This result of

researchshows that 1) structure from pantun merisik in Deli Malay has some

variations namely : a-b-a-b, a-a-b-b, a-a-a-a, a-a and a-b, 2)there are 18 moral value

rising inthat structur namely : religious, honest tolerant, discipline, hard working

creative,independent, democratic,willing to know,spirit of nationality, love this

nation, respect,encourage, achievement, friendly/communicative, love peacing, like

reading, care the environment, care the social life and responsible, 3) pantun merisi is

alde to be used as teaching material because it is containing advice, way or principle

of life as its deep inference through sampiran and pantn

Key words : The Structure, Moral valve, Pantun Merisik, and teaching material

 

 

 

 


(6)

iii

 

 

 

 

 

 

 

 

 


(7)

iii  

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Struktur dan Nilai Moral Pantun pada Acara Merisik Adat Melayu Deli serta Pemanfaatannya sebagai Bahan Ajar Puisi Lama Siswa Kelas XI SMA”.

Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tentunya tesis ini tidak terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya tesis ini. Terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd.

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Dr.

Bornok Sinaga, M.Pd.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Ibunda Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M.Pd, dan Sekretaris Prodi Bapak Dr. Abdurrahman Adisahputera, M.Hum. atas semangat dan arahannya hingga terselesaikannya tesis ini.

4. Pembimbing tesis, Bapak Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd dan Ibu Prof. Dr.

Rosmawaty Harahap, M.Pd, atas segala curahan ilmu dan kesabaran dalam memberikan arahan, bimbingan, dan semangat hingga terselesaikannya tesis ini.

5. Narasumber seminar dan sidang tesis, Bapak Prof. Amrin Saragih, M.A,

Ph.D., Ibu Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M.Pd. dan Bapak Dr. M. Oky Fardian Gapari, S.Sos, M.Hum, yang telah memberikan motivasi dan bimbingan hingga terselesaikannya tesis ini.

6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Program Pascasarjana Unimed atas ilmu pengetahuan, semangat, dan juga membentuk karakter penulis hingga menjadi lebih arif dan bijaksana .


(8)

iv  

7. Tata usaha Prodi Nasrul Kahfi, SE, M,Si dan Seluruh Staf Tata Usaha

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang selalu siap sedia dalam memfasilitasi segala kebutuhan mahasiswa dalam melaksanakan perkuliahan.

8. Kepala Sekolah SMA Sinar Husni helvetia, Bapak Drs. H. Sosiar yang telah

memberikan izin penelitian.

9. Guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia, Ibu Pratiwi, S.Pd, Ibu

Erniwati, S.Pd, dan Ibu Wina Wulandari, S.Pd atas kesediaan menjadi narasumber dalam penelitian penulis.

10.Kedua orang tua, Ayahanda Panut dan Ibunda Hj. Jariah yang telah

memberikan kasih sayang yang tak terbalas dan selalu mendoakan serta memberi motivasi kepada penulis untuk terus melanjutkan pendidikan.

11.Teristimewa untuk Istri tercinta Endang Sapriyani, M.Pd serta anak-anakku

tersayang Natasya Shabina Dinisya Fajar, Muhammad Dzaki Naufal Fajar, dan Muhammad Danish Luthfi Fajar yang selalu memberi inspirasi dan energi sehingga penulis bisa menjadi imam di dalam rumah kita

12.Sahabat-sahabat seperjuangan, Dewi Handayani, Vicktor Brahmana, Tanita

Liasna, kak Fitri, kak Elen, kak Elfi, Mistari, Fatwa, Indri, adekku Ridwan Syahputra, Dina Syafitri, Luki Arianto dan Bobby Pratama P yang telah memotivasi dan memberi warna dalam penyelesaian tesis ini.

13.Seluruh rekan seperjuangan mahasiswa Kelas B angkatan kedua Program

Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang tak henti memberi motivasi dan informasi selama perkuliahan.

Akhirnya, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis, pendidikan pada umumnya, dan pembaca pada khususnya.

Medan, Agustus 2016

Penulis Suriyanto 8146192022 


(9)

v

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar

... i

Abstrak

... iii

Daftar Isi

... v

Daftar Tabel

... vii

Daftar Lampiran

... viii

BAB I PENDAHULUAN

... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2 Identifikasi Masalah……….. 9

1.3 Batasan Masalah .……….. 10

1.4 Rumusan Masalah ……….. 10

1.5 Tujuan Penelitian .………...………... 11

1.6 Manfaat Penelitian..………...………. 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA

... 13

2.1 Dasar Teoretis...………...………. 13

2.2 Pantun .……….. 13

2.3 Sejarah Pantun Merisik .…...………. 16

2.4 Acara Dalam Merisik ……… 25

2.5 Struktur Pantun…...………...……… 33

2.6 Nilai Moral ….………..……… 38

2.7 Pengertian Bahan Ajar …...………..……… 44

2.8 Kajian yang relevan …..………... 52

2.9 Kerangka Berpikir …….………...……….. 52

BAB III METODE PENELITIAN

……… 59

3.1 Desain Penelitian ……….. 59


(10)

vi

3.3 Instrumen Penelitian. ………...………. 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEM

BAHASAN ……… 70

4.1 Hasil Penelitian ………. 70

4.1.1 Struktur Pantun Merisik ………. 70

4.1.2 Nilai Moral dalam Pantun Merisik……….91

4.1.3 Pemanfaatan Pantun Merisik dijadikan Bahan Ajar puisi Lama …...107

4.2 Pembahasan ……… 129

4.2.1 Struktur Pantun Merisik ……… 129

4.2.2 Nilai Moral dalam Pantun Merisik ...………...………156

4.2.3 Pemanfaatan sebagai Bahan Ajar puisi Lama ………...185

BAB V SIMPULAN DAN SARA

N ………..……… 194

5.1 Simpulan ………...………...………..194

5.2 Saran ……… 195

DAFTAR PUSTAK

A...………..……..……… 196

Lampiran


(11)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

1.

Alur Berpikir Dalam Penelitian ... 58

2.

Data Penelitian Pada Acara Adat Merisik ... 61

3.

Pedoman Analisis Struktur Pantun ... 64

4.

Pedoman Analisis Data Nilai-Niolai Moral ... 66


(12)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Lampiran Bahan Ajar 2. Lampiran Hasil Wawancara 3. Lampiran SK Pembimbing

4. Lampiran Surat Undangan Proposal 5. Lampiran Surat Izin Penelitian 6. Lampiran Balasan Surat Penelitian 7. Lampiran Surat Undangan Tesis


(13)

1 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan sunah nabi. Untuk menuju suatu perkawinan banyak hal yang harus ditempuh dalam adat Melayu Deli diantaranya adalah kegiatan merisik, meminang, berandam, berinai, khatam Alquran, akad nikah, dan tepung tawar. Salah satu kegiatan tersebut selalu diawali dengan kegiatan merisik.

Dalam acara merisik adat Melayu Deli si pembawa acara merupakan penyambung lidah masyarakat Melayu yaitu dengan menggunakan pantun. Karena pantun menggambarkan cerminan kehidupan masyarakat Melayu itu sendiri.

Pantun merupakan sastra lama ketika dikumandangkan dengan syairnya sangat mempesona dan menyejukan hati. Karena itu apabila kita memaknai pantun itu sendiri ternyata pantun memiliki nilai-nilai tersendiri yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai itu berupa nilai moral, nilai sosial, nilai pendidikan, nilai budaya sampai kepada nilai estetika.

Adat di daerah Melayu sendiri telah ada dan berkembang sejak lama hingga kini. Masyarakat Melayu sangat menjunjung tinggi adat istiadat yang bersumberkan dari ajaran agama Islam. Tradisi Islam sangat kental dalam budaya masyarakat Melayu. Sejak lahir masyarakat Melayu sudah memiliki ketentuan-


(14)

2

ketentuan adat. Tradisi tersebut berupa tradisi kelahiran, tradisi pernikahan, tradisi pakaian Melayu, bahkan sampai pada tradisi kematian.

Di dalam adat Melayu Deli, pantun merupakan petuah, amanah, suri teladan, dan nasihat yang membawa manusia ke jalan yang lebih baik. Dalam falsafah pantun Melayu menggunakan ungkapan-ungkapan yang berkaitan dengan semua aspek kehidupan dan berbagai ajaran luhur Melayu. Dengan demikian, siapa saja yang akan mempelajari tunjuk ajar Melayu maka akan menjadi pribadi yang baik. Jadi, tunjuk ajar Melayu bukan saja untuk orang Melayu, melainkan juga dapat dijadikan acuan sikap bagi siapapun yang ingin mengambil hikmahnya. Tunjuk ajar Melayu bukan saja untuk menjadi bacaan, sastra indah, atau menunjukkan tradisi, adat, dan kebiasaan orang Melayu di negeri Melayu, tetapi bisa dijadikan pedoman dalam sendi kehidupan dengan segala dinamikanya. Pantun bias dijadikan sebagai landasan hikmah menata diri, keluarga, masyarakat, dan negara. Jika tunjuk ajar dihayati dan diamalkan dalam setiap individu, maka cita-cita negeri madani yang diinginkan akan mudah terwujud.

Merisik dalam adat Melayu merupakan suatu yang sangat sakral untuk diayomi karena dalam merisik diakhiri dengan pantun. Sebuah proses awal dari tiga rangkaian proses pramenikah (merisik, meminang dan menikah) dimana ibu bapak yang memiliki anak laki-laki yang sudah dewasa mulai berpikir bahwa anaknya tersebut sudah cukup umur untuk beristri. Sebagai orang tua tentu, merekapun mencari-cari pasangan yang sesuai untuk dijadikan isteri oleh


(15)

3

anaknya. Biasanya calon dipilih bedasarkan keturunan, pendidikan, agama, kecantikan, dan hubungan kekeluargaan. Dahulu, tanggung jawab untuk memilihkan pengantin perempuan jatuh kepada ibu bapak pihak laki-laki secara keseluruhan. Nantinya, kedua orang tua mungkin memilihkan beberapa calon untuk dipilih, dengan persetujuan anak lelaki mereka atau sebaliknya. Bagaimanapun, kini sebahagian orang Melayu khususnya mereka yang sudah berpendidikan maju dan modern, membebaskan pilihan untuk mencari calon istri kepada anak-anak lelaki mereka saja.

Setelah membuat keputusan tentang bakal menantu perempuan berdasarkan keputusan-keputusan yang dikumpulkan sebelum meminang, ibu bapak dari pihak lelaki akan membuat keputusan terakhir dengan menghantar beberapa kawan atau saudara (biasanya wanita) ke rumah anak dara itu untuk mengenalnya secara peribadi. Biasanya, utusan-utusan itu diantar ke rumah anak dara tanpa ada pemberitahuan sebelumnya karena adanya makna khusus pada kedatangan tersebut, yakni untuk merisik (menengok). Orang Melayu pada zaman dahulu (serta sebagian kecil pada saat ini) masih memercayai bahwa kedatangan utusan-utusan di rumah anak dara itu, apabila gadis itu sedang mandi atau mencuci, ini merupakan petanda yang bertuah untuk masa depan pernikahan. Sebaliknya, jika gadis itu didapati sedang memasak di dapur, ini merupakan petanda yang kurang baik. Orang Melayu pada zaman itu juga mempercayai bahwa jika perjalanannya ke rumah anak dara lambat atau dihalang atas beberapa sebab atau kemalangan, ini merupakan petanda bahwa masa depan perkawinan itu


(16)

4

tidak begitu bahagia. Bagaimana pun hal tersebut hanya diposisikan sebagai mitos dalam kearifan lokal sebuah suku bangsa sebagai media komunikasi alternatif.

Pada akhir rangkaian kegiatan yang telah dijelaskan dan disusun tadi yakni, setelah menengok, menelisik dan menilai tersebut barulah kedua pihak antara pihak laki-laki dan perempuan mengadakan pertemuan kecil. Prosesi upacara yang berlangsung sejak awal dibuka sampai akhir ditutup dengan dua orang mediator yang disebut ‘Telangkai” dengan percakapan yang didominasi oleh jual beli pantun tersebut yang dinamakan upacara merisik.

Bagi pihak si gadis, terdapat beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan sebelum menerima lamaran pihak lelaki antaranya ialah lelaki tersebut perlulah mempunyai latar belakang agama serta mempunyai pekerjaan yang baik. Apabila wakil pihak lelaki sampai di rumah si gadis, para wakil keluarga lelaki akan bercakap-cakap mengenai keadaan kehidupan, pekerjaan, maupun isu-isu terkini sembil menikmati jamuan yang dihidangkan dan dihantarkan sendiri oleh si gadis. Pada saat si gadis menghidangkan jamuan itulah para wakil dari pihak lelaki berkesempatan untuk melihat wajah si gadis. Setelah itu, topik pembicaraan mulai difokuskan untuk menyampaikan maksud kedatangan pihak lelaki, dan pantun untuk merisik mulai diperdengarkan oleh juru pembicaraan mereka. Pada tahap ini, pihak lelaki menyatakan kehendak hati untuk “memetik bunga yang sedang menguntum” apabila si gadis belum memiliki pasangan.

Pantun merisik ini diawali oleh pihak keluarga lelaki yang kemudian akan dibalas oleh pihak keluarga gadis yang menanyakan maksud kedatangan keluarga


(17)

5

lelaki. Maka pihak keluarga lelaki memulai dengan pantun pembuka seperti berikut :

Telangkai:

Tumbuh ulam dekat petula Rebah ditimpa si pokok langsat Asalamualaikum tanda pembuka Kata tanda kita orang beradat

Wa'alaikum salam warrahmatullah dijawab pihak tuan rumah Gobek canti gobek cek puan

Sirih dikunyah menjadi sepah Adat kami adatlah tuan

Kami datang menghatur sembah

kami adalah utusan dari bapak Tengku Mahdin di Pantai Labu

membawa amanah hendak mencari tahu rumah sekuntum bunga. jadi, waktu itu, melintaslah seekor kumbang di dekat rumah nan bertuah ini. terpandang ia akan sekuntum bunga yang elok rupanya dan harum pula baunya. hati siapa takkan tergoda akan indahnya bunga. lalu, kumbang pun terkena racun asmara. makan tak enak tidur tak lena. sebelum sampai hajat dihati, tentang badan menanggung duri. benarkah ini rumah bunga yang kami maksud? kalau benar, tentu ini satu pertanda baik buat kami. memang kumbang kami ini pun masih terlampau muda. umur baru setahun jagung, darah baru setampuk pinang. walaupun sudah berkhitan dan sudah pula khatam alquran tapi masih perlu banyak belajar. kumbang ini kumbang yang baru pandai terbang. belum bisa membedakan mana kembang mana kiambang. jadi, demikianlah datuk sedikit pembuka dari kami dalam menyampakan maksud hajat datang kemari


(18)

6

Dalam adat Melayu, pihak si gadis biasanya tidak langsung menjawab apa yang menjadi kehendak pihak lelaki. Sesudah berpantun wakil lelaki tersebut akan memberikan sebentuk cincin berupa cincin belah rotan dan jika pihak gadis bersetuju mereka akan menetapkan tarikh untuk peminangan. Walau bagaimanapun adat merisik jarang dilakukan lagi kerana pasangan tersebut telah berkenalan terlebih dahulu, justru itu mereka akan terus menjalankan adat meminang untuk menhemat waktu dan biaya.

Adat Merisik dalam masyarakat Melayu Deli merupakan upaya pelestarian tradisi yang sudah berlangsung secara turun temurun. Adat merisik tidak hanya berupa prosedural rangkaian upacara pesta, tetapi juga mengandung pesan-pesan tunjuk ajar yang berkaitan dengan tunjuk ajar bagi masyarakat yang terlibat sebelum upacara perkawinan tersebut. Untuk mengetahui tunjuk ajar yang disampaikan dalam adat merisik masyarakat Melayu Deli perlu adanya penelitian yang konstruktif.

Dalam acara Adat Melayu Deli tahapan-tahapan seperti: merisik, meminang, berandam, berinai, khatam Alquran, akad nikah, dan tepung tawar. Masing-masing tahapan menggunakan pantun sebagai media komunikasi. Pantun-pantun tersebut mempunyai nilai-nilai pendidikan karakter dan syarat akan nilai-nilai moral. Hal ini dapat diperoleh jika kita mencermati pantun-pantun tersebut baris demi baris, baik yang berkaitan dengan struktur, nilai-nilai karakter ,dan nilai-nilai tunjuk ajar. Untuk mengamati itu semua perhatian


(19)

7

terhadap teks, konteks, dan fungsi pantun menjadi bahan pertimbangan yang sangat penting. Aspek lain yang harus diperhatikan adalah struktur sintaksis baris-baris pada pantun.

Acara adat merisik Melayu Deli mempunyai dua bentuk komunikasi untuk menyampaikan pesan. Pertama melalui simbol-simbol yang melekat pada upacara tersebut. Kedua melalui bahasa dalam hal ini berbentuk pantun. Kedua-duanya menarik untuk diteliti. Penelitian ini mengarah kepada kajian teks bahasa pada pantun serta tahapan-tahapan adat praperkawinan masyarakat Melayu Deli. Penelitian akan mengamati persoalan teks dan konteks struktur serta nilai moral yang terkandung di dalamnya.

Data penelitiann diambil dari upacara adat merisik Melayu Deli, khususnya berkaitan dengan pantun-pantun yang digunakan sebagai objek penelitian. Adapun aspek yang penulis teliti adalah struktur teks, konteks,proses penciptaan dan pewarisan,nilai-nilai moral serta nilai- nilai tunjuk ajar dan fungsi pantun tersebut.

Penelitian sastra daerah pernah ada yang melakukan, seperti yang sudah dilakukan oleh Sudarmono (2009) dengan judul “Melestarikan Seni Tradisi Gaok Melalui Pembelajaran Bahasa dan Satra Indonesia”.Penelitian ini bertumpu pada teks dan pertunjukan sehingga memperhatikan juga pada aspek pertunjukan. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulisa akan bertumpuh pada teks dan konteks penuturan, sehingga tidak ada kaitandengan aspek pertunjukan.

Penelitian sejenis tentang tradisi lisan pernah dilakukan oleh Badrun (2003), yaitu tentang patumbojo dari daerah Bima. Penelitian tersebut pun


(20)

8

berorientasi pada pertunjukan dan konteksnya karena dianggap memungkinkan melihat objek penelitian sebagai produk tradisi lisan secara komprehensif dan melihat objek penelitian sebagai bagian integral dari budaya Bima. Penelitian ini sangat berbeda dengan yang akan diteliti oleh penulis. Perbedaan tersebut berdasarkan struktur teks, konteks penuturan, proses penciptaan dan pewarisan dalam budaya Melayu.

Penelitian lainnya yang pernah dilakukan oleh Maryanti (2011) dengan judul “Cerita Maung Panjalu: Struktur, Konteks Penuturan, Proses Penciptaan dan Fungsi”. Penelitian tersebut hanya mengkaji dari segi sastra lisannya, tidak ada kajian yang mengaitkan dengan nilai pendidikan, bahan ajar, dan proses pembelajaran. Dengan demikian, penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian tersebut. Seperti diungkapkan Hidayat (2012:2), pentingnya mengembangkan bahan ajar yang berkaitan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan bertemakan pendidikan karakter. Hal itu dapat dilakukan juga salah satunya dengan mengambil pelajaran nilai-nilai moral yang luhur dari salah satu budaya bangsa yang terkandung dari dalam sastra lisan.

Selanjutnya, penelitian yang relevan dengan penelitian yang diteliti penulis adalah penelitian mengenai tunjuk ajar melayu yang digunakan dalam menganalisis puisi lama pernah dilakukan oleh Susi Susilawati dalam skripsinya yang berjudul Analisis Nilai-nilai Tunjuk ajar Melayu dalam Syair Khadamuddin Karya Aisyah Sulaiman pada KTSP di Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjung pinang. Kajian mengenai tunjuk ajar melayu juga diteliti oleh Titin Antin dalam skripsinya yang berjudul Membangun Strategi Kehumasan


(21)

9

Berbasiskan Kearifan Lokal “Tunjuk ajar Melayu” dalam Upaya Meminimalisir Konflik di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau

Berdasarkan uraian penelitian terdahulu, penelitian ini tidak hanya mengkaji secara keilmuan murni tentang sastra lisan, tetapi disertai dengan pemanfaatannya dalam proses pembelajaran sastra di sekolah. Dengan demikian, nilai-nilai moral dalam sastra lisan pantun dapat dijadikan muatan positif dalam bahan ajar apresiasi satra.

1.2 Identifikasi Masalah

Perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai pendidikan yang terjadi pada saat ini dimulai dari kurangnya menanamkan nilai-nilai moral di lingkungan peserta didik dan pengaruh akan situasi dan kondisi peserta didik serta pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik mudah terpengaruhi oleh dunia luar. Pihak sekolah kurang mengoptimalkan atau kurang menanamkan nilai-nilai pendidikan moral tersebut.

Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab dari perilaku yang meyimpang dari nilai-nilai moral bangsa. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang berperan dalam rangka membangun karakter peserta didik dalam berperilaku, bahan ajar yang disusun dapat dilengkapi dengan nilai-nilai moral. Berdasarkan hal tersebut, dapat dipaparkan permasalahan yang teridentifikasi, diantaranya sebagai berikut:

1. Pendidik memiliki keterbatasan dalam mengembangkan bahan pembelajaran


(22)

10

2. Proses kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia lebih menitikberatkan pada

pembelajaran bahasa dibandingkan dengan pembelajaran kesusasteraan.

3. Pendidik lebih memokuskan pada nilai-nilai kecerdasan dibandingkan

dengan nilai-nilai moral dan pendidikan.

4. Perilaku peserta didik pada saat ini, sudah menyimpang dari nilai-nilai

moral dan pendidikan. 1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, maka yang menjadi batasan masalah penelitian adalah tentang pemahaman struktur dan nilai-nilai moral dalam pantun pada acara merisik adat Melayu Deli dan pemanfaatannya sebagai bahan ajar puisi lama di SMA.

1.4 Rumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang tersebut, penelitian ini difokuskan pada pantun yang digunakan dalam adat perkawinan Melayu yaitu pada tahapan merisik. Penelitian difokuskan pada teks dan konteks bahasa. Penelitian juga ditujukan pada amanat yang berkaitan dengan nilai–nilai pendidikan karakter dan tunjuk ajar melayu. Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana struktur pantun pada acara merisik adat Melayu Deli ?

2. Bagaimanakah nilai-nilai moral yang terkandung dalam pantun pada acara

merisik adat Melayu Deli?

3. Mengapa struktur dan nilai moral Pantun pada acara merisik adat Melayu


(23)

11

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mendeskripsikan hal- hal sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan struktur teks pantun pada acara merisik adat Melayu Deli.

2. Mendekripsikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam pantun acara

merisik adat Melayu Deli.

3. Menemukan pemanfaatan pantun acara merisik adat Melayu Deli sebagai

bahan ajar di SMA. 1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan penulis setelah diadakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Signifikasi dari segi teori. Penelitian ini dapat mengembangkan ilmu sastra

terutama dalam kajian puisi lama. Teori yang berhubungan dengan Pantun sudah cukup banyak diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengembangan teori tentang pantun dan menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya sastra lisan.

2. Signifikasi dari segi kebijakan. Penelitian ini diharapkan menjadi

pertimbangan dalam menentukan kebijakan untuk melestarikan budaya berpantun di sekolah. Kebijakan tersebut dapat diterapkan dalam muatan lokal, sehingga budaya berpantun bisa menjadi budaya yang kekinian khususnya pada masyarakat Melayu.

3. Signifikasi dari segi praktik. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan


(24)

12

juga bermanfaat untuk menambah pengetahuan peserta didik dalam bidang sastra dan membangkitkan minat peserta didik untuk lebih menyenangi karya sastra lisan.

4. Signifikasi dari segi isu serta aksi sosial. Penelitian ini diharapkan

memotivasi kesadaran masyarakat Indonesia untuk lebih melestarikan budaya berpantun dalam berinteraksi sosial. Selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat mendorong generasi muda untuk membentuk sanggar budaya Melayu yang memokuskan kepada kesenian berpantun. Jadi, nilai-nilai pendidikan dalam pantun dapat diterapkan sebagai jati diri masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi nilai moral dan nilai etika dalam bersosialisasi di masyarakat.


(25)

195 

 

   

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai struktur dan nilai moral pantun pada Acara Merisik Adat Melayu Deli serta pemanfaatannya sebagai Bahan ajar Puisi Lama Siswa Kelas XI SMA dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Struktur dalam pantun merisik adat Melayu Deli mengandung keberagaman,

meliputi berima a-b-a-b, a-a-b-b, a-b, dan a-a-a-a.

2. Nilai moral yang terkandung dalam pantun merisik memiliki 18 nilai-nilai

karakter yang meliputi religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung-jawab

3. Dalam proses wawancara terhadap guru Bahasa Indonesia di SMA Sinar

Husni Helvetia yang menyatakan bahwa perlunya pantun merisik dijadikan bahan ajar pantun di sekolah karena sarat dengan struktur dan nilai-nilai moral serta religius yang diharapkan mampu memberikan khasanah baru dalam pembelajaran pantun di SMA. Penggunaan pantun merisik dalam kegiatan pembelajaran puisi lama di SMA akan melestarikan adat istiadat (kearifan lokal) dan bahan pembelajaran secara mudah diperoleh oleh para siswa dan guru karena terdapat dalam kehidupan sehari-hari.


(26)

195 

 

   

5.2 Saran

1. Bagi siswa, penelitian ini berguna untuk dapat bahan bacaan tentang pantun

merisik yang selama ini hanya dapat didengar atau dilihat dalam acara-acara adat Melayu Deli.

2. Bagi guru, penelitian ini berguna untuk alternatif dalam pencarian bahan

pembelajaran pantun di tingkat SMA. Penelitian ini juga memberikan inspirasi bagi guru Bahasa Indonesia untuk menggunakan kearifan lokal berupa budaya Melayu Deli dengan penggunaan pantun merisik yang masih menjunjung nilai-nilai moral dan religius serta dalam pelestarian budaya.

3. Bagi peneliti lain, penelitian ini berguna sebagai bahan masukan terutama

dalam bahan materi puisi lama berupa pantun dan sebagai referensi peneliti lain dalam meneliti pantun merisik.


(27)

196

196

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2011. Pengantar apresiasi karya sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Amir, A. 2013. Sastra lisan Indonesia. Yogyakarta: Andi.

Aqib, Z. & Sujak. 2011. Panduan dan aplikasi pendidikan karakter. Bandung: Yrama Widya.

Badrun, A. 2003. Patu Mbojo: struktur, konteks pertunjukan, proses penciptaan, dan fungsi. (Disertasi). Jakarta.

Balawa. 1991. Teori sastra. Kendari: Unhalu Press.

Bartens, K. 2007. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Damayanti, D. 2014. Panduan implementasi pendidikan karakter di sekolah.Yogyakarta: Araska.

Danandjaja, J. 2007. Folklor Indonesia. Jakarta: Grafiti.

Effendy, M. R. 1983. Selayang pandang kesusastraan Indonesia. Surabaya: Bina Ilmu.

Effendy, T. 2004. Tunjuk ajar Melayu (butir-butir budaya melayu Deli). Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu. Endraswara, S. 2006. Metode penelitian kebudayaan. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Gunawan, H. 2012. Pendidikan karakter: konsep dan implementasinya. Bandung: Alfabeta.

Hidayat, K. 2012. Pengembangan bahan ajar bahasa Indonesia bertemakan pendidikan karakter. Makalah pada seminar internasional Riksa Bahasa V: Kebijakan nasional dan penguatan kearifan lokal dalam pendidikan bahasa Indonesia. Bandung, 2 Februari 2012.

Hutomo, S. S. 1991. Mutiara yang terlupakan: pengantar studi sastra lisan.Surabaya: HISKI Komisariat Jawa Timur.


(28)

197

Hoed, B. H. 2008. “Komunikasi lisan sebagai dasar tradsi lisan” dalam Pudentia MPPS (Editor). Metodologi kajian tradisi lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.

Iskandarwassid & Dadang, S. 2009. Strategi pembelajaran bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Karim, Maizar. 2015. Menyelisik Sastra Melayu. Jambi:Histokultura. Keraf, G. 2010. Diksi dan gaya bahasa. Jakarta: Gramedia

Utama. Koentjaraningrat. 1990. Metode-metode penelitian masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Koesoema, D. 2010. Pendidikan karakter strategi mendidik anak di zaman global.Jakarta: Grasindo.

Kridalaksana, H. 2008. Kamus linguitik edisi keempat. Jakarta: Gramedia.

Kusnaedi. 2013. Strategi dan implementasi pendidikan karakter: Panduan Untuk Guru & Orang Tua. Bekasi Utara: Duta Media Tama. Lord, A. B. 2000. The singer of tales. New York Atheneum. Lubis, M. 2009. Evaluasi perkembangan nilai. Bengkulu:

Pustaka Pelajar. Luxemburg. 1989. Tentang sastra. Jakarta: Intermesa.

Noor, R. 2004. Pengantar pengkajian sastra. Semarang: Fakultas Sastra Universitas Diponegoro.

Maryanti, S. 2011. Carita Maung Panjalu: struktur, konteks penuturan, proses penciptaan, dan fungsi. (Skripsi). FPBS UPI: tidak diterbitkan.

Megawangi, R. 2004. Pendidikan karakter. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation. Moleong, L. J. 2001. Metode penelitian kualitatif. Bandung: Rosda.

Mulyasa. 2011. Manajemen pendidikan karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Muslich, M. 2011. Pendidikan karakter menjawab tantangan krisis


(29)

198

Nugiyantoro, B. 1998. Penilaian dalam pengajaran bahasa dan sastra.Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Nugiyantoro, B. 2007. Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress.

Pradopo, R. D. 2010. Pengkajian puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pusbangprodik. 2012. Pedoman Penyususnan Modul. Kementrian Pendidikan danKebudayaan Badan Pengembangan SDMPK dan PMP.

Rahmanto, B. Ramlan, M. 2001. Metode pengajaran sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Ratna, N. K. 2008. Teori, metode, dan teknik penelitian sastra. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Rohman, M. 2012. Kurikulum berkarakter: refleksi dan proposal solusi terhadap KBK dan KTSP. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Rosidi, I. 2005. Ayo senang menulis karya tulis ilmiah. Jakarta: Media Pustaka.

Salahudin, A. & Irwanto, A. 2013. Pendidikan karakter: pendidikan berbasis agama & budaya bangsa. Bandung: Pustaka Setia.

Samani, M. 2011. Konsep dan model pendidikan karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Samani, M. & Haryanto. 2012. Konsep dan model pendidikan karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sarumpaet, R. K. T. 2003. Sastra masuk sekolah. Magelang: Indonesia Tera.

Sedyawati, E. dkk. 2004 Sastra Melayu Lintas Daerah. Jakarta: Pusat Bahasa.

Sibarani, R. 2012. Kearifan lokal: hakikat, peran, dan metode tradisi lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan (ATL).

Siswantoro. 2005. Metode penelitian sastra: analisis psikologi sastra. Surakarta: Muhammadyah University Press.

Siswantoro. 2010. Metode penelitian sastra: analisis struktur puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(30)

199

Sjarkawi. 2011. Pembentukan kepribadian anak. Jakarta: Bumi Aksara. Sudarmono, N. 2009. Melestarikan seni tradisi Gaok melalui

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. (Tesis). SPs UPI: tidak diterbitkan.

Sudikan, S. Y. 2007. Antropologi sastra. Surabaya: Unesa University Press. Sugiyono. 2010. Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif,

kualitatif,dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. 2010. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya dan UPI.

Sumardjo, J. 1988. Apresiasi kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Suseno,Franz Magnis. 1993. Etka Dasar :Masalah-masalah Pokok Filsafat. Moral. Jakarta: Pustaka Filsafat

Syamsuddin & Vismaia, S. D. 2007. Metode penelitian pendidikan bahasa. Bandung: UPI – Remaja Rosdakarya.

Taum, Y. Y. 2011. Studi sastra lisan: sejarah, teori, metode dan pendekatannya disertai contoh penerapannya. Yogyakarta: Lamalera.

Teeuw, A. 2003. Sastra dan ilmu sastra. Bandung:

Pustaka Jaya. Waluyo, H. J. 1995. Teori dan apresias puisi. Jakarta: Erlangga.

Wellek & Warren. 1989. Teori kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Zaimar, O. K. S. 2008. Metode penelitian sastra lisan dalam metodologi kajian tradisi lisan (Ed. Pudentia MPSS). Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.


(1)

   

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai struktur dan nilai moral pantun pada Acara Merisik Adat Melayu Deli serta pemanfaatannya sebagai Bahan ajar Puisi Lama Siswa Kelas XI SMA dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Struktur dalam pantun merisik adat Melayu Deli mengandung keberagaman, meliputi berima a-b-a-b, a-a-b-b, a-b, dan a-a-a-a.

2. Nilai moral yang terkandung dalam pantun merisik memiliki 18 nilai-nilai karakter yang meliputi religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung-jawab

3. Dalam proses wawancara terhadap guru Bahasa Indonesia di SMA Sinar Husni Helvetia yang menyatakan bahwa perlunya pantun merisik dijadikan bahan ajar pantun di sekolah karena sarat dengan struktur dan nilai-nilai moral serta religius yang diharapkan mampu memberikan khasanah baru dalam pembelajaran pantun di SMA. Penggunaan pantun merisik dalam kegiatan pembelajaran puisi lama di SMA akan melestarikan adat istiadat (kearifan lokal) dan bahan pembelajaran secara mudah diperoleh oleh para siswa dan guru karena terdapat dalam kehidupan sehari-hari.


(2)

5.2 Saran

1. Bagi siswa, penelitian ini berguna untuk dapat bahan bacaan tentang pantun merisik yang selama ini hanya dapat didengar atau dilihat dalam acara-acara adat Melayu Deli.

2. Bagi guru, penelitian ini berguna untuk alternatif dalam pencarian bahan pembelajaran pantun di tingkat SMA. Penelitian ini juga memberikan inspirasi bagi guru Bahasa Indonesia untuk menggunakan kearifan lokal berupa budaya Melayu Deli dengan penggunaan pantun merisik yang masih menjunjung nilai-nilai moral dan religius serta dalam pelestarian budaya. 3. Bagi peneliti lain, penelitian ini berguna sebagai bahan masukan terutama

dalam bahan materi puisi lama berupa pantun dan sebagai referensi peneliti lain dalam meneliti pantun merisik.


(3)

196

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2011. Pengantar apresiasi karya sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Amir, A. 2013. Sastra lisan Indonesia. Yogyakarta: Andi.

Aqib, Z. & Sujak. 2011. Panduan dan aplikasi pendidikan karakter. Bandung: Yrama Widya.

Badrun, A. 2003. Patu Mbojo: struktur, konteks pertunjukan, proses penciptaan, dan fungsi. (Disertasi). Jakarta.

Balawa. 1991. Teori sastra. Kendari: Unhalu Press.

Bartens, K. 2007. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Damayanti, D. 2014. Panduan implementasi pendidikan karakter di sekolah.Yogyakarta: Araska.

Danandjaja, J. 2007. Folklor Indonesia. Jakarta: Grafiti.

Effendy, M. R. 1983. Selayang pandang kesusastraan Indonesia. Surabaya: Bina Ilmu.

Effendy, T. 2004. Tunjuk ajar Melayu (butir-butir budaya melayu Deli). Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu. Endraswara, S. 2006. Metode penelitian kebudayaan. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Gunawan, H. 2012. Pendidikan karakter: konsep dan implementasinya. Bandung: Alfabeta.

Hidayat, K. 2012. Pengembangan bahan ajar bahasa Indonesia bertemakan pendidikan karakter. Makalah pada seminar internasional Riksa Bahasa V: Kebijakan nasional dan penguatan kearifan lokal dalam pendidikan bahasa Indonesia. Bandung, 2 Februari 2012.

Hutomo, S. S. 1991. Mutiara yang terlupakan: pengantar studi sastra lisan.Surabaya: HISKI Komisariat Jawa Timur.


(4)

Hoed, B. H. 2008. “Komunikasi lisan sebagai dasar tradsi lisan” dalam Pudentia MPPS (Editor). Metodologi kajian tradisi lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.

Iskandarwassid & Dadang, S. 2009. Strategi pembelajaran bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Karim, Maizar. 2015. Menyelisik Sastra Melayu. Jambi:Histokultura. Keraf, G. 2010. Diksi dan gaya bahasa. Jakarta: Gramedia

Utama. Koentjaraningrat. 1990. Metode-metode penelitian masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Koesoema, D. 2010. Pendidikan karakter strategi mendidik anak di zaman global.Jakarta: Grasindo.

Kridalaksana, H. 2008. Kamus linguitik edisi keempat. Jakarta: Gramedia.

Kusnaedi. 2013. Strategi dan implementasi pendidikan karakter: Panduan Untuk Guru & Orang Tua. Bekasi Utara: Duta Media Tama. Lord, A. B. 2000. The singer of tales. New York Atheneum. Lubis, M. 2009. Evaluasi perkembangan nilai. Bengkulu:

Pustaka Pelajar. Luxemburg. 1989. Tentang sastra. Jakarta: Intermesa.

Noor, R. 2004. Pengantar pengkajian sastra. Semarang: Fakultas Sastra Universitas Diponegoro.

Maryanti, S. 2011. Carita Maung Panjalu: struktur, konteks penuturan, proses penciptaan, dan fungsi. (Skripsi). FPBS UPI: tidak diterbitkan.

Megawangi, R. 2004. Pendidikan karakter. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation. Moleong, L. J. 2001. Metode penelitian kualitatif. Bandung: Rosda.

Mulyasa. 2011. Manajemen pendidikan karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Muslich, M. 2011. Pendidikan karakter menjawab tantangan krisis


(5)

Nugiyantoro, B. 1998. Penilaian dalam pengajaran bahasa dan sastra.Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Nugiyantoro, B. 2007. Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress.

Pradopo, R. D. 2010. Pengkajian puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pusbangprodik. 2012. Pedoman Penyususnan Modul. Kementrian Pendidikan danKebudayaan Badan Pengembangan SDMPK dan PMP.

Rahmanto, B. Ramlan, M. 2001. Metode pengajaran sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Ratna, N. K. 2008. Teori, metode, dan teknik penelitian sastra. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Rohman, M. 2012. Kurikulum berkarakter: refleksi dan proposal solusi terhadap KBK dan KTSP. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Rosidi, I. 2005. Ayo senang menulis karya tulis ilmiah. Jakarta: Media Pustaka.

Salahudin, A. & Irwanto, A. 2013. Pendidikan karakter: pendidikan berbasis agama & budaya bangsa. Bandung: Pustaka Setia.

Samani, M. 2011. Konsep dan model pendidikan karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Samani, M. & Haryanto. 2012. Konsep dan model pendidikan karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sarumpaet, R. K. T. 2003. Sastra masuk sekolah. Magelang: Indonesia Tera.

Sedyawati, E. dkk. 2004 Sastra Melayu Lintas Daerah. Jakarta: Pusat Bahasa.

Sibarani, R. 2012. Kearifan lokal: hakikat, peran, dan metode tradisi lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan (ATL).

Siswantoro. 2005. Metode penelitian sastra: analisis psikologi sastra. Surakarta: Muhammadyah University Press.

Siswantoro. 2010. Metode penelitian sastra: analisis struktur puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(6)

Sjarkawi. 2011. Pembentukan kepribadian anak. Jakarta: Bumi Aksara. Sudarmono, N. 2009. Melestarikan seni tradisi Gaok melalui

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. (Tesis). SPs UPI: tidak diterbitkan.

Sudikan, S. Y. 2007. Antropologi sastra. Surabaya: Unesa University Press. Sugiyono. 2010. Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif,

kualitatif,dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. 2010. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya dan UPI.

Sumardjo, J. 1988. Apresiasi kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Suseno,Franz Magnis. 1993. Etka Dasar :Masalah-masalah Pokok Filsafat. Moral. Jakarta: Pustaka Filsafat

Syamsuddin & Vismaia, S. D. 2007. Metode penelitian pendidikan bahasa. Bandung: UPI – Remaja Rosdakarya.

Taum, Y. Y. 2011. Studi sastra lisan: sejarah, teori, metode dan pendekatannya disertai contoh penerapannya. Yogyakarta: Lamalera.

Teeuw, A. 2003. Sastra dan ilmu sastra. Bandung:

Pustaka Jaya. Waluyo, H. J. 1995. Teori dan apresias puisi. Jakarta: Erlangga.

Wellek & Warren. 1989. Teori kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Zaimar, O. K. S. 2008. Metode penelitian sastra lisan dalam metodologi kajian tradisi lisan (Ed. Pudentia MPSS). Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.