STRUKTUR DAN NILAI-NILAI PANTUN MELAYU DI KOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATRA UTARA DAN PERANCANGANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR PUISI LAMA DI SMP.
STRUKTUR DAN NILAI-NILAI PANTUN MELAYU DI KOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATRA UTARA
DAN PERANCANGANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR PUISI LAMA DI SMP
TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
NURDAMAYANTI NIM 1204632
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
(2)
STRUKTUR DAN NILAI-NILAI PANTUN MELAYU DI KOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATRA UTARA
DAN PERANCANGANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR PUISI LAMA DI SMP
Oleh Nurdamayanti S.Pd UMSU, 2003
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa Indonesia
© Nurdamayanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing
Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Yus Rusyana
Pembimbing II,
Dr. Sumiyadi, M. Hum.
NIP 19660320 199103 004
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Sumiyadi, M. Hum.
(4)
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Struktur dan Nilai-Nilai Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Puisi Lama di SMP”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) struktur Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara, (2) nilai-nilai yang terkandung dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara, dan (3) perancangan bahan ajar sastra dengan menggunakan hasil analisi stuktur dan nilai-nilai dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode dekriptif analisis. Metode analisis deskripsi sesuai dengan hakikatnya adalah data yang telah terkumpul itu kemudian diseleksi, dikelompokkan, dilakukan pengkajian, dinterpretasi, dan disimpulkan. Selanjutnya hasil simpulan itu dideskripsikan. Pendeskripsian data-data dilakukan dengan mengetengahkan fakta berhubungan dengan struktur dan nilai karakter dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini yang kemudian hasil analisis tersebut dirancang untuk menjadi bahan ajar. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sumber data terdiri dari: (1) rekaman berbagai acara, (2) sumber cetak, berupa buku dan brosur. Data dalam penelitian ini adalah pantun-pantun yang tedapat dalam sumber data, dengan rincian 33 teks pantun dari rekaman dan 39 teks pantun dari sumber cetak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Secara umum Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara merupakan pantun biasa yang terdiri dari 4 larik, dan hanya 1 bait yang merupakan talibun, (2) terdapat 47 teks pantun memiliki larik yang terdiri dari suku kata yang jumlahnya melebihi syarat pantun yang baik, yaitu antara 11 sampai 20 suku kata, (3) rima yang paling banyak terdapat di dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi adalah rima tak sempurna dan tertutup. Sedangkan berdasarkan letaknya, rima yang paling banyak adalah rima tegak serta rima akhir dan bersilang, (4) secara umum Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara berpola a-b-a-b, hanya 3 bait yang berpola a-a-a-a, (5) permasalahan yang paling banyak yang dibahas dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara adalah masalah agama dan sosial hal ini melambangkan kehidupan masyarakat Melayu yang sangat menjunjung tinggi agama dan kehidupan bermasyarakat, (6) secara umum Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara merupakan pantun orang tua, hanya 8 teks yang merupakan pantun orang muda, (7) nilai yang paling banyak terkandung dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara adalah nilai religius dan tanggung jawab, (8) dari aspek struktur tidak semua Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi dapat dijadikan sebagai bahan ajar pantun. Hal ini disebabkan karena beberapa teks pantun memiliki larik yang terdiri dari suku kata yang jumlahnya melebihi syarat pantun yang baik, yang diutarakan oleh Badudu, yaitu antara 8 sampai 10 suku kata. Oleh karena itu, dalam merancang bahan ajar dengan menggunakan Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara perlu dilakukan pemilihan, hanya pantun-pantun yang memenuhi struktur pantun yang baik dijadikan sebagai bahan ajar.
(5)
DAFTAR ISI
Hlm.
ABSTRAK ………. i
KATA PENGANTAR ……….. ii
UCAPAN TERIMA KASIH ……… iii
DAFTAR ISI ………. v
DAFTAR TABEL ……… . vii
DAFTAR LAMPIRAN ……… ix
BAB 1 PENDAHULUAN………... 1
1.1 Latar Belakang ………. 1
1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ………. 4
1.3 Batasan Masalah Penelitian ……… 5
1.4 Rumusan Masalah Penelitian ………. 5
1.5 Tujuan Penelitian ……… 5
1.6 Manfaat Penelitian………. 6
1.7 Struktur Organisasi Tesis………. 7
BAB II LANDASAN TEORETIS……… 9
2.1 Hakikat Pantun……… 9
2.1.1 Pendekatan dalam Mengkaji Pantun……… 11
2.1.1.1 Bentuk Pantun……… 14
2.1.1.2 Rima Pantun……….. 17
2.1.1.3 Sampiran dan Isi Pantun.……… 20
2.2 Hakikat Nilai………. 24
2.2.1 Nilai Karakter ……… 25
2.3 Perancangan Bahan Ajar……….. 29
2.3.1 Hakikat Bahan Ajar……… 29
2.3.2 Jenis-Jenis Bahan Ajar………... 30
(6)
2.3.4 Perancanagan Bahan Ajar Pantun………. 31
2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan……… 33
BAB III METODE PENELITIAN……….. 35
3.1 Metode Penelitian………. 35
3.2 Defenisi Operasional ……….. 36
3.3 Sumber Data dan Data ………. 36
3.4 Instrumen Penelitian ……… 37
3.5 Teknik Pengumpulan Data ..……… 38
3.6 Teknik Analisis Data……….. 38
3.7 Paradigma Penelitian ……… 42
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA……… 43
4.1 Analisis Struktur Pantun dan Nilai Karakter……… 43
4.1.1 Analisis Pantun dari Rekaman Berbagai Acara di Kota Tebing Tinggi……….. 43
4.1.2 Analisis Pantun dari Sumber Tertulis ………. 111
4.2 Hasil Analisis ………. 181
4.3 Pembahasan Hasil Analisis……….. 264
BAB V PERANCANAGAN BAHAN AJAR……….. 267
5.1 Rancangan Bahan Ajar Pantun………. 267
5.2 Hasil Uji Kelayakan LKS Sebagai Bahan Ajar di SMP………... 294
5.3 Perbaikan Bahan Ajar………... 294
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ……… 301
6.1 Simpulan ……….. 301
6.2 Saran ……… 303
DAFTAR PUSTAKA………
LAMPIRAN-LAMPIRAN………
305 310
(7)
DAFTAR TABEL
Tabel Hlm.
2.1 Struktur Pantun……… 23
2.2 Nilai-Nilai Karakter Puskur………. 27
3.1 Pedoman Analisis Struktur Pantun……….. 39
3.2 Pedoman Analisis Nilai-Nilai Karakter Puskur………... 40
4.1 Jumlah Larik ………..……… 182
4.2 Jumlah Suku Kata dalam Larik yang Sesuai Syarat Pantun ... 185
4.3 Jumlah Suku Kata dalam Larik yang Tidak Sesuai Syarat Pantun………. 192
4.4 Rima Sempurna………... 196
4.5 Rima Tak Sempurna……… 199
4.6 Rima Mutlak………... 205
4.7 Rima Terbuka……… 207
4.8 Rima Tertutup………. 209
4.9 Rima Alterasi………. 213
4.10 Rima Asonansi……… 214
4.11 Rima Disonansi………... 219
4.12 Rima Awal………. 220
4.13 Rima Tengah……….. 222
4.14 Rima Akhir……….... 224
4.15 Rima Tegak……… 229
4.16 Rima Datar……… 237
4.17 Rima Bersilang………. 240
4.18 Rima Berpola a-b-a-b……… 246
4.19 Rima Berpola a-a-a-a……… 252
4.20 Pantun Tentang Agama……… 252
4.21 Pantun Tentang Percintaan……… 254
4.22 Pantun Tentang Sosial……… 254
4.23 Pantun Tentang Keluarga/adat/perkawinan……… 256
(8)
4.25 Pantun Tentang Budi Pekerti……… 258
4.26 Nilai Religius………. 259
4.27 Nilai Jujur……… 260
4.28 Nilai Disiplin……….. 261
4.29 Nilai Kerja Keras……… 261
4.30 Nilai Kreatif……… 261
4.31 Nilai Mandiri……….. 262
4.32 Nilai Rasa Ingin Tahu……… 262
4.33 Nilai Menghargai Prestasi……….. 262
4.34 Nilai Cinta Damai……… 263
4.35 Nilai Peduli Sosial……….. 263
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Teks Pantun
Lampiran 2. Instrumen Penelaahan Lembar Kerja Siswa Lampiran 3. Pedoman Wawancara Bagi Penutur Pantun
(10)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
Saat ini di kalangan para pelajar marak terjadinya peristiwa tawuran, kekerasan antar pelajar, penggunaan narkoba, dan seks bebas. Hal ini sangatlah memprihatinkan dan perlu penanganan yang serius. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah penanaman nilai moral dan karakter mulai sejak dini. Di sinilah peran penting pendidikan bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan seharusnya tidak hanya memperhatikan bidang akademik, aspek pembentukan moral dan karakter juga perlu mendapat perhatian agar dapat menciptakan generasi bangsa yang cerdas dan berakhlak mulia.
Sebagai bangsa yang beragama, bangsa Indonesia sebenarnya memiliki akar yang sangat kuat dalam hal moralitas dan akhlak. Bahkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indoesia 1945 secara khusus menekankan pentingnya pendidikan bagi peningkatan keimanan dan akhlak. Pasal 31 ayat (3)
menyebutkan “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.”
Selanjutnya, Presiden Republik Indonesia Dr. Soesilo Bambang Yudhoyono pada peringatan Hari Pendidikan Nasional di Istana Negara pada tanggal 11 Mei 2010 menekankan bahwa ada lima agenda penting yang harus dikerjakan bangsa Indonesia yang menyangkut dengan dunia pendidikan, salah satu agendanya adalah tentang pendidikan karakter. Untuk membina karakter para generasi muda, setiap komponen bangsa ini memiliki peran dan tanggung jawab yang sama dalam membina akhlak, moral, dan karakter bangsa, khususnya para guru yang merupakan motor dalam dunia pendidikan. Melalui Pendidikan pembinaan akhlak, moral, dan karakter bangsa dapat ditanamkan sejak dini pada para pelajar sehingga dapat terpatri dalam jiwanya.
(11)
Salah satu media yang dapat digunakan dalam menanamkan dan membina moral, akhlak, dan karakter bangsa adalah melalui karya sastra. Karya sastra sebagai karya seni yang mengandung nilai keindahan juga sarat dengan makna. Hal ini senada dengan pendapat Horace (Wellek dan Warren, 1995: 25) bahwa
karya sastra “dulce et utile”, yaitu indah dan bermakna. Selanjutnya Endraswara
(2008: 160) menyatakan bahwa karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptaannya tentang hakikat kehidupan dengan menggunakan bahasa yang imajinatif dan emosional. Sebagai hasil imajinasi, sastra selain berfungsi sebagai hiburan yang menyenangkan juga berguna untuk menambah pengalaman batin bagi para pembacanya. Sebuah karya sastra yang baik tidak hanya dipandang sebagai rangkaian kata tetapi juga ditentukan oleh makna yang terkandung di dalamnya dan mampu mencerminkan pesan positif bagi pembacanya.
Salah satu genre sastra adalah puisi dan pantun merupakan salah satu jenis puisi, yang masuk dalam jenis puisi lama. Dibandingkan puisi-puisi yang lain, pantun lebih mudah dimengerti dan dipahami maknanya. Pantun merupakan karya sastra asli bangsa kita sebelum masuknya pengaruh budaya barat, hal ini senada dengan pendapat Rizal (2010) “pantun termasuk sastra Melayu (Indonesia) yang pertama muncul bersama mantera dan syair. Pada zaman sastra Melayu inilah cikal bakal lahirnya sastra Indonsia. Karena bahasa Melayu adalah cikal bakal
lahirnya bahasa Indonesia”.
Pantun sangat dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara, karena pantun terdapat hampir di semua daerah Indonesia. Namum di daerah Sunda, pantun memiliki bentuk yang berbeda dari pantun Melayu. Dalam kesusastraan Sunda, pantun merupakan dongeng atau prosa liris. Hal ini senada dengan pendapat Mustafa (1995: 73) yang menjelaskan bahwa pantun merupakan sejenis cerita lisan dalam sastra Sunda yang dituturkan oleh juru pantun diiringi petikan kecapi atau dengan alat musik lainnya selama satu malam suntuk, diawali dan ditutup dengan rajah.
(12)
Sampai saat ini pantun masih digunakan, namun kebanyakan hanya sebagai pelengkap acara yang berfungsi untuk menghibur bukan sebagai proses pewarisan nilai-nilai. Hal ini sejalan dengan pendapat Effendi (2004: 77) yang mengatakan bahwa dalam kehidupan masa kini pantun masih hidup dan berkembang tetapi isinya tidak lagi berpuncak kepada nilai-nilai luhur budaya asalnya. Berubahnya fungsi pantun menyebabkan banyak pantun yang tercipta saat ini tidak memenuhi struktur pantun yang baik dan tidak mengandung nilai-nilai. Pantun-pantun yang seperti ini tidak dapat digunakan sebagai media untuk penanaman nilai-nilai karakter.
Pantun-pantun yang sarat dengan ajaran budi pekerti dan nilai-nilai luhur budaya bangsa perlu digali kembali. Pantun-pantun inilah yang sesuai untuk dijadikan media penanaman nilai-nilai luhur bagi generasi bangsa. Oleh karena itu, pantun perlu mendapat perhatian dalam pengajaran sastra. Dalam kurikulum SMP, materi pengajaran sastra tidak hanya disebutkan sastra modern, tetapi juga termasuk di dalamnya sastra lama. Peningkatan mutu apresiasi sastra tidak hanya berlaku pada sastra modern, tetapi juga pada sastra lama. Namun pada kenyataanya para peserta didik kurang mengapresiasi pembelajaran pantun, hal ini disebabkan kurang menariknya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Pada umumnya pembelajaran yang dilaksanakan terkesan monoton, di mana guru hanya memberikan siswa tugas untuk membuat pantun, setelah selesai dikumpulkan kepada guru.
Salah satu faktor yang berperan serta mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah penggunaan bahan ajar. Hal senada disampaikan Dardiri (2011: 34) yang menyatakan bahwa seorang guru atau calon guru harus memiliki kemampuan menulis karya ilmiah, lebih-lebih menulis bahan ajar. Penggunaan bahan ajar yang kontekstual sangat mendukung kesuksesan pembelajaran. Siswa akan lebih mudah memahami dan memaknai pembelajaran karena mereka mengenal, mengetahui, atau bahkan mengalami permasalahan yang disajikan dalam pembelajaran. Agar pembelajaran pantun di lebih menarik dan bermakna maka penulis akan mencoba merancang bahan ajar pantun yang disusun berdasarkan
(13)
analisis nilai-nilai pada pantun-pantun yang hidup dan berkembang di daerah tempat tinggal penulis, yaitu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara. Diharapkan dengan hal ini apresiasi para siswa yang ada di SMP Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara terhadap sastra khususnya pada pantun dapat lebih meningkat. Mereka harus tahu dan mampu berpantun karena berpantun merupakan bagian dari tradisi masyarakatnya. Hampir di setiap kegiatan ataupun acara-acara yang ada di masyarakat Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara menyajikan acara berpantun.
1.2 Identifikasi Masalah Penelitian
Sastra sebagai bagian dalam materi pembelajaran bahasa Indonesia diharapakan mampu membangun karakter anak bangsa yang sekarang ini sedang mengalami krisis. Bahan ajar yang disusun dapat diupayakan berkolaborasi dengan nilai-nilai karakter. Berdasarkan hal tersebut disertai uraian latar belakang penelitian yang telah penulis paparkan maka ada beberpa permasalahan yang penulis identifikasi, di antaranya sebagai berikut.
1. kurangnya minat siswa dalam mengapresiasi pantun sebagai karya sastra lama karena proses pembelajaran yang tidak menarik;
2. kreativitas guru dalam membuat bahan ajar yang kontekstual perlu diasah sehingga pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, khususnya pantun menjadi menarik dan tidak monoton;
3. mengidentifikasi Pantun Melayu yang ada di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara yang memenuhi struktur pantun yang baik;
4. mengidentifikasi Pantun Melayu yang ada di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara yang mengandung nilai-nilai luhur;
5. merancang bahan ajar dengan menggunakan pantun yang memenuhi struktur pantun dan mengandung nilai yang baik sebagai bahan pembelajaran puisi lama di SMP.
(14)
1.3 Batasan Masalah Penelitian
Batasan masalah penelitian ini pada hal-hal sebagai berikut.
1. analisis struktur Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara;
2. analisis nilai-nilai Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara;
3. perancangan bahan ajar dengan menggunakan hasil analisi stuktur dan nilai-nilai Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara sebagai bahan ajar pantun di SMP.
1.4 Rumusan Masalah Penelitian
Dari uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah maka muncul masalah yang akan diteliti. Pada penelitian ini perumusan masalah akan dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian. Pertanyaan tersebut sebagai berikut.
1. Bagaimanakah struktur Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara?
2. Nilai-nilai apakah yang terdapat dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara?
3. Bagaimanakah perancangan bahan ajar berdasarkan hasil analisi stuktur dan nilai dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara sebagai bahan ajar pantun di SMP?
1.5 Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang struktur dan nilai-nilai dalam pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi. Berdasarkan hal di atas, secara operasional penelitian ini bertujuan untuk:
1. mendeskripsikan struktur Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara;
(15)
2. mendeskripsikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara;
3. mendeskripsikan perancangan bahan ajar sastra dengan menggunakan hasil analisi stuktur dan nilai-nilai dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitaan ini diharapkan dapat dapat bermanfaat. Pada tataran teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat;
1. memberikan seperangkat pengetahuan yang mendalam tentang stuktur Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara;
2. memberikan seperangkat pengetahuan yang mendalam tentang nilai-nilai yang terkandung dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara;
3. memberikan pengetahuan tentang perancangan bahan ajar sastra dengan menggunakan hasil analisi stuktur dan nilai-nilai dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara.
Manfaat Praktis hasil penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap sejumlah pihak, khususnya siswa, guru, pembaca, sekolah, dan peneliti selanjutnya.
1. bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memacu dan memicu minat siswa terhadap sastra khususnya pantun;
2. bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan kreativitas guru-guru Bahasa Indonesia dalam pembelajaran sastra khususnya dalam analisis struktur dan nilai-nilai pada pantun. Guru dapat memanfaatkan hasil penelitian ini dalam kegiatan pembelajaran di kelas;
3. bagi pembaca pada umumnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi untuk semakin meningkatkan apresiasi terhadap Pantun Melayu;
4. bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan memberikan inspirasi kepada sekolah untuk semakin meningkatkan penyediaan buku-buku sastra,
(16)
khususnya buku pantun. Sekolah tidak lagi memandang sebelah mata pelajaran Sastra Indonesia. Sebagaimana yang diamanatkan Standar Isi (2006), bahwa selama 3 tahun pelajaran diharapkan para siswa membaca buku sastra sebanyak 15 judul;
5. bagi peneliti, selanjutnya hasil penelitian dan temuan penelitian dapat dijadikan sebagai referensi untuk melakukan penelitian lanjutan pada Pantun Melayu atau pantun dari daerah lainnya. Dengan adanya penelitian lanjutan atau penelitian lain tersebut, akan didapatkan gambaran tentang keberagamanan pantun.
1.7 Struktur Organisasi Tesis
Struktur organisasi tesis ini terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Masing-masing bagian dijelaskan sebagai berikut. 1. Bagian Awal. Informasi yang dicantumkan pada bagian awal adalah halaman
judul, halaman pengesahan, pernyataan tentang keaslian tesis, kata pengantar, ucapan terima kasih, abstrak,daftar isi, dan daftar lainnya.
2. Bagian Isi. Bagian isi terdiri atas enam bab. Masing-masing bab dijelaskan sebagai berikut.
(a) Bab I Pendahuluan. Pada bab I dipaparkan latar belakang penelitian, identifikas masalah penelitian, batasan masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.
(b) Bab II Kajian Pustaka. Pada bab II dipaparkan (1) Konsep-konsep atau teori-teori tentang pantun, (2) konsep-konsep atau teori-teori tentang nilai-nilai, dan konsep-konsep bahan ajar, (3) Penelitian terdahulu yang relevan.
(c) Bab III Metode Penelitian. Pada bab III dipaparkan tentang (1) Metode penelitian (2) Defenisi operasional, (3) Sumber data dan data penelitian (4) Instrument penelitian, (5) Teknik pengumpulan data, (6) Teknik analisis data penelitian, (7) Paradigma penelitian.
(17)
(d) Bab IV Analisis Data dan Pembahasan. Pada bab IV dipaparkan tentang (1) Analisis data, (2) Hasil analisis, dan (3) Pembahasan hasil analisis. (e) Bab VI Perancangan Bahan Ajar. Pada bab V ini dipaparkan tentang (1)
Rancangan bahan ajar pantun, (2) Hasil uji kelayakan LKS, dan (3) Perbaikan bahan ajar.
(f) Bab VI Kesimpulan dan Saran. Pada bab V dipaparkan tentang (1) Simpulan penelitian dan (2) Saran
3. Bagian Akhir. Bagian akhir terdiri atas dua hal penting, yaitu daftar pustaka dan lampiran. Data yang dilampirkan pada tesis ini adalah pantun dari buku, brosur, dan pantun yang telah ditransformasikan dalam bentuk teks dari rekaman berbagai acara di Kota Tebing Tinggi dan biografi peneliti.
(18)
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang metode penelitian, defenisi operasional, sumber data dan data, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan paradigm penelitian.
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode dekriptif analisis. Menurut Ratna (2007: 39) “Metode analisis deskriptif adalah metode yang digunakan dengan cara menganalisisdan menguraikan untuk menggambarkan keadaan objek yang diteliti yang dijadikan pusat perhatian dalam penelitian”.
Metode analisis dekriptif digunakan untuk membantu mengidentifikasi dan pemaparan unsur-unsur yang menjadi fokus penelitian. Sudjana dan Ibrahim
(2007: 64) mengemukakan “Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan
suatu gejala, peristiwa, kejadian pada saat penelitian berlangsung”. Dengan kata lain, metode analisis deskriptif digunakan untuk menguraikan kemudian mendeskripsikan keadaan objek yang diteliti dengan hal-hal yang menjadi pusat perhatian.
Metode analisis deskripsi sesuai dengan hakikatnya adalah data yang telah terkumpul itu kemudian diseleksi, dikelompokkan, dilakukan pengkajian, interpretasi, dan disimpulkan. Selanjutnya hasil simpulan itu dideskripsikan. Pendeskripsian data-data dilakukan dengan mengetengahkan fakta berhubungan dengan struktur dan nilai karakter dalam Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatera Utara yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini yang kemudian hasil analisis tersebut dirancang untuk menjadi bahan ajar.
(19)
3.2 Defenisi Operasional
Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Nilai Karakter
Nilai karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai baik yang terkandung dalam pantun yang mendorong, menggerakkan, dan membentuk jiwa pada pemikiran, serta sikap siswa.
2. Pantun Melayu di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara.
Pantun Melayu yang ada dan dipakai dalam berbagai kegiatan masyarakat di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara.
3. Perancangan Bahan Ajar
Perancangan bahan ajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kegiatan menyusun hasil analisis nilai karakter dalam Pantun Melayu yang ada di Kota Tebing Tinggi menjadi bahan pembelajaran yang menarik sehingga dapat meningkakan apresiasi siswa terhadap pantun.
3.3 Sumber Data dan Data
Sumber data yang dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yakni (1) hasil rekaman kegiatan berpantun dari berbagai acara yang dilaksanakan di kota Tebing Tinggi, dan (2) sumber tercetak, berupa buku dan brosur penerimaan siswa baru SMK Negeri 4 Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2013-2014. Buku yang dijadikan sumber data dalam penelitian adalah buku Pantun Melayu Kota Tebing Tinggi yang disusun oleh Farizal Nasution dan Shafwan Hadi Umry, M. Hum yang diterbitkan oleh Penerbit Mitra.
Data yang diambil dari sumber data sebanyak 15 pantun, yang terdiri dari 10 pantun dari sumber rekaman, yakni pantun pada acara penutupan pesantren kilat terdiri dari 2 bait, pantun pada acara halal bilhalal guru-guru terdiri dari 4 bait, pantun pada acara pengajian ibu-ibu terdiri dari 3 bait, pantun pada acara pelantikan HMI terdiri dari 2 bait, pantun pada acara upah-upah berangkat haji terdiri dari 2 bait, pantun pada acara pelatihan guru-guru Muhammadiyah Tebing Tinggi terdiri dari 2 bait, pantun pada acara hiburan organ tunggal dalam pesta
(20)
perkawinan terdiri dari 5 bait, pantun pada acara menyambut pengantin terdiri dari 8 bait, pantun pada acara nasi-adab-adaban pengantin terdiri dari 2 bait, dan pantun pada acara ibadah kurban terdiri dari 3 bait. Jumlah keseluruhan data dari rekaman berbagai kegiatan acara di Tebing Tinggi sebanyak 33 bait pantun. Untuk data yang diambil dari rekaman berbagai acara di Kota Tebing Tinggi, pengambilan data dimulai dari tanggal 8 Agustus 2013 sampai dengan 18 Oktober 2013.
Dalam buku Pantun Melayu Tebing Tinggi yang dijadikan sumber data, terdapat 44 subjudul dan hanya 18 sub judul yang merupakan pantun sedangkan yang lainnya merupakan syair. Tidak semua pantun yang ada dalam buku ini dijadikan data, hanya 4 sub judul, yaitu Pantun Kegiatan Koperasi terdiri dari 12 bait, Pantun Haji yang Mabrur terdiri dari 10 bait, Pantun Nasihat terdiri dari 7 bait, dan Pantun Perpisahan terdiri dari 9 bait. Jumlah keseluruhan data dari buku sebanyak 38 bait. Pantun yang telah ditetapkan menjadi data merupakan pantun yang berbeda dari segi isi dengan pantun-pantun dari sumber yang lain. Data yang terakhir dari brosur penerimaan siswa baru SMK Negeri 4 Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2013-2014 sebanyak 1 pantun dan terdiri dari 1 bait. Total keseluruhan data yang akan dianalisis dari semua sumber data adalah sebanyak 72 bait (Teks) pantun
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah peneliti dan para penutur pantun. Untuk melaksanakan teknik penelitian digunakan alat pendukung sebagai berikut:
1. Kartu analisis teks: kartu ini digunakan untuk menganalisis setiap pantun 2. Pedoman analisis struktur pantun: pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam
penganalisisan struktur setiap pantunn
(21)
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam sebuah penelitian, teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka penelitian tidak akan mendapat data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Adapun alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah alat perekam (tape recorder), pengambil gambar (handycam), dan kartu pencatat data. Berikut ini teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan:
1. Studi Pustaka
Teknik ini dilakukan penulis untuk menggali teori yang relevan dengan hal-hal yang dikaji dalam penelitian ini. Teori tersebut di antaranya adalah teori tentang struktur pantun, Nilai-Nilai, dan Bahan Ajar.
2. Merekam Kegiatan Berpantun di Kota Tebing Tinggi
Teknik ini digunakan dalam upaya menggali data tentang kegiatan berpantun yang ada di Kota Tebing Tinggi. Hasil rekaman kemudian diubah dalam bentuk transkip.
3. wawancara
Teknik ini digunakan untuk mengetahui informasi tentang para penutur pantun yang merupakan narasumber dalam penelitian ini.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data bertujuan untuk mengungkapkan proses pengorganisasian dan pengurutan data tentang struktur dan nilai karakter dalam Pantun Melayu yang ada di Kota Tebing Tinggi. Selanjutnya hasilnya dimasukkan ke dalam pola kategori satuan uraian sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan tentang struktur dan nilai karakter dalam pantun yang dilengkapi dengan data-data pendukung. Berdasarkan data penelitian yang telah terkumpul, data dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut.
(22)
1. membaca pantun;
2. mengidentifikasi struktur dan nilai karakter dalam Pantun Melayu di Tebing Tinggi;
3. membuat interpretasi terhadap struktur dan nilai karakter dalam pantun;
4. mendeskripsikan struktur dan nilai karakter dalam pantun berdasarkan interpretasi yang telah dilakukan;
5. Menyusun hasil analisis atau hasil pengkajian.
Tabel 3.1
Pedoman Analisis Struktur Pantun
Unsur-Unsur Jenis
(1) (2)
1. Jumlah suku kata setiapbaris/ larik Terdiri dari 8-10 suku kata 2. Jumlah larik/baris setiap bait Pantun biasa (terdiri dari 4 larik)
Pantun yang bersambung-sambung (pantun berkait)
Talibun (terdiri dari 6, 8, 1o, 12, dst) Pantun kilat/Karmina (terdiri dari 2 larik);., 3. Rima: pengulangan bunyi dalam puisi.
Dengan pengulangan bunyi tersebut puisi menjadi merdu bila dibaca.
a.Pola rima pantun a,b,a,b atau a,a,a,a, b. Jenis rima
Berdasarkan bunyi: Rima sempurna Rima tak sempurna Rima mutlak Rima terbuka Rima tertutup Rima alitersi Asonansi Disonansi
Berdasarkan letak kata-kata dalam baris-baris: Rima awal
Rima tengah Rima akhir Rima tegak
(23)
(1) (2)
Rima datar Rima sejajar Rima berpeluk Rima bersilang Rima rangkai Rima kembar Rima patah 4. Isi: merupakan curahan kalbu dan
perasaan penciptanya yang berhubungan dengan permasalahan kehidupan
a. Pokok Permasalahan dalam isi pantun Agama
percintaan Sosial
Keluarga/adat/pekawinan Pendidikan,
Budi pekerti
b. Hubungan antara sampiran dengan isi c. Jenis Pantun berdasarkan isi
Pantun orang tua Pantun orang muda Pantun anak-anak Tabel 3.2
Pedoman Analisis Nilai-Nilai Karakter
No Nilai Deskripsi
(1) (2) (3)
1 Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakana ajaran agama yang dianutnya, toleren terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2 Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
(24)
(1) (2) (1)
3 Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5 Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sugguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas, dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7 Mandiri Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8 Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiba dirinya dan orang lain.
9 Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
10 Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri sendiri
11 Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bersikap, dan perbuatan yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12 Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain 13 Bersahabat/Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14 Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
(25)
(1) (2) (1)
15 Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16 Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17 Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18 Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya),Tuhan Yang Maha Esa.
3.7 Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian ini adalah sebagaimana tergambar pada skema berikut.
Nilai karakter pada Pantun Melayu Tebing Tinggi
37.Religius 38.Jujur 39.Toleransi 40.Disiplin 41.Kerja keras 42.Kreatif 43.Mandiri 44.Demokratis 45.Rasa ingin tahu 46.Semangat kebangsaan 47.Cinta tanah air 48.Menghargai prestasi 49.Bersahabat
50.Cinta damai 51.Gemar membaca 52.Peduli lingkungan 53.Peduli sosial 54.Tanggung jawab
Pantun Melayu
Kota Tebing Tinggi Struktur pantun 9. Jumlah larik 10. Jumlah suku
kata 11. Rima 12. Isi/Sampiran Nilai karakter pada
Pantun Melayu Tebing Tinggi
19.Religius 20.Jujur 21.Toleransi 22.Disiplin 23.Kerja keras 24.Kreatif 25.Mandiri 26.Demokratis 27.Rasa ingin tahu 28.Semangat kebangsaan 29.Cinta tanah air 30.Menghargai prestasi 31.Bersahabat
32.Cinta damai 33.Gemar membaca 34.Peduli lingkungan 35.Peduli sosial 36.Tanggung jawab
Pantun Melayu
Kota Tebing Tinggi Struktur pantun 5. Jumlah larik
6. Jumlah suku
kata 7. Rima 8. Isi/Sampiran Analisis struktur pantun dan
nilai karakter pada Pantun Melayu Tebing Tinggi
Langkah-langkah: 5. Membaca Pantun Melayu
Tebing Tinggi
6. Mengidentifikasi struktur dan nilai karakter
7. Membuat catatan-catatan untuk interpretasi
8. Mendeskripsikan struktur dan nilai karakter pantun
Hasil analisis
Perancangan bahan ajar pantun Nilai karakter pada
Pantun Melayu Tebing Tinggi
1. Religius 2. Jujur 3. Toleransi 4. Disiplin 5. Kerja keras 6. Kreatif 7. Mandiri 8. Demokratis 9. Rasa ingin tahu 10.Semangat kebangsaan 11.Cinta tanah air 12.Menghargai prestasi 13.Bersahabat
14.Cinta damai 15.Gemar membaca 16.Peduli lingkungan 17.Peduli sosial 18.Tanggung jawab
Pantun Melayu
Kota Tebing Tinggi Struktur pantun 1. Jumlah larik
2. Jumlah suku
kata 3. Rima 4. Isi/Sampiran Analisis struktur pantun dan
nilai karakter pada Pantun Melayu Tebing Tinggi
Langkah-langkah: 1. Membaca Pantun Melayu
Tebing Tinggi
2. Mengidentifikasi struktur dan nilai karakter
3. Membuat catatan-catatan untuk interpretasi
4. Mendeskripsikan struktur dan nilai karakter pantun
Hasil analisis
(26)
BAB V
PERANCANGAN BAHAN AJAR 5.1 Rancangan Bahan Ajar Pantun
Dalam memilih bahan ajar, guru sastra hendaknya mengutamakan karya-karya sastra yang mudah dipahami siswa dan berkaitan dengan kehidupannya. Dengan memperkenalkan budaya di sekitar lingkungannya diharapkan siswa menghargai budaya sendiri dan tidak mengagungkan budaya luar, dan menganggapnya lebih baik.
Pantun Melayu Kota Tebing Tinggi memaparkan hal-hal yang menjadi realita kehidupan yang berkaitan dengan budaya masyarakat Melayu, yang merupakan masyarakat mayoritas di Kota Tebing Tinggi, serta mengandung nilai-nilai dan ajaran hidup yang bermanfaat bagi kehidupan siswa. Hal ini dapat mendekatkan siswa dengan karya sastra sekaligus melatih siswa memiliki kepekaan terhadap persoalan yang tengah terjadi di lingkungan, budaya, dan masyarakatnya.
Hasil analisis struktur dan nilai karakter dalam pantun perlu dilakukan sebuah tindak lanjut dengan memanfatkannya sebagai bahan ajar. Pemanfaatan bahan ajar ditujukan sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas VII pada semester 1.
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran terlebih dahulu dirancang bahan ajar yang akan digunakan dalam pembelajaran pantun dengan menggunakan hasil analisi. Bahan ajar yang akan dirancang adalah berupa lembar kerja siswa (LKS). Pemilihan LKS sebagai bahan ajar pantun berdasarkan teori para ahli yang telah diuraikan pada bab II, salah satunya menyatakan bahwa dengan penggunaan LKS guru dapat mengetahui kemampuan yang telah dicapai oleh siswa. Bagi siswa LKS menjadi alat untuk menguatkan respon (reinforcement), jika pekerjaan yang dibuat benar. Dengan disediakan LKS, pemberian umpan balik dapat dilakukan terus-menerus sehingga dorongan untuk
(27)
belajar yang bersifat intrinsik dapat dapat terpelihara pada diri siswa (Sumiati dan Asra, 2007: 172).
Setelah LKS selesai dirancang langkah berikutnya adalah merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dan dapat menarik minat siswa untuk belajar, serta dapat merangsang kreatifitas siswa dalam menulis pantun. Dalam kegiatan pembelajaran pantun ini peneliti merancang RPP dengan menerapkan model Sinektetik. Penggunaan model sinektetik dipilih karena model ini dianggap mampu merangsang siswa lebih kreatif, hal ini sejalan dengan pendapat Gordon, (1961) “Sinektik adalah sebuah pendekatan untuk berpikir kreatif yang didasarkan pada pemahaman bersama, bahwa apa yang tampaknya berbeda dapat dikaitkan bersama”.
Sinektik adalah metode pemecahan masalah yang merangsang proses berpikir yang mungkin tidak disadari oleh subjek. Sebenarnya ada dua strategi atau model pengajaran yang didasarkan pada prosedur-prosedur sinektik. Salah satu dari dua strategi tersebut, yakni membuat sesuatu yang baru (creating
something new), dirancang untuk membuat hal-hal yang familiar menjadi asing,
untuk membantu siswa melihat masalah-masalah, gagasan-gagasan dan hasil-hasil yang lama dengan cara yang baru, pandangan lebih kreatif. Sedangkan strategi yang lain, yakni membuat yang asing menjadi familiar (making the strange
familiar), dirancang untuk membuat gagasangagasan yang baru dan tidak familiar
menjadi lebih bermakna. Meskipun dua strategi ini menggunakan tiga jenis analogi tadi, sasaran, struktur, dan prinsi-pprinsip tanggapan keduanya berbeda.
Strategi pertama membantu siswa melihat sesuatu yang biasa dengan cara-cara yang tidak biasa dengan menggunakan analogi-analogi untuk membuat jarak konseptual. Kecuali pada langkah terakhir dimana siswa kembali pada masalah yang semula, mereka tidak membuat perbandingan-perbanding sederhana. Sasaran strategi ini adalah untuk mengembangkan pemahaman baru: berempati dengan / pada sikap yang sedikit berlagak dan mengertak: merancang jalan masuk yang barn: memecahkan masalah-masalah sosial atau interpersonal, seperti sampah atau dua siswa yang saling berkelahi: atau memecahkan masalah-masalah pribadi
(28)
seperti bagaiamana berkonsentrasi dengan lebih baik saat membaca buku. Peran guru adalah berhati-hati terhadap analisis atau kesimpulan yang terlalu dini.
Struktur Strategi Pertama: Membuat Sesuatu yang Baru Tahap pertama: mendeskripsikan situasi saat ini
Guru meminta siswa mendeskripsikan situasi atau topik seperti yang mereka lihat saat ini
Tahap kedua: analogi langsung
Siswa mengusulkan analogi-analogi langsung, memilihnya, dan mengeksplorasi (mendeskripsikan) lebih jauh.
Tahap ketiga: analogi personal
Siswa menjadi analogi yang telah mereka pilih dalam tahap kedua tadi.
Tahap keempat: konflik padat
Siswa mengambil deskripsi-deskripsi dari tahap kedua dan ketiga, mengusulkan beberapa analogi konflik padat dan memilih salah satunya.
Tahap kelima: analogi langsung
Siswa membuat dan memilih analogi langsung yang lain, yang didasarkan pada analogi konflik padat.
Tahap keenam: memeriksa kembali tugas awal
Guru meminta siswa kembali pada tugas atau masalah awal dan menggunakan analogi terakhir dan atau seluruh pengalaman sinektiknya.
Transkrip sesi sinektik menunjukkan seorang guru membantu siswa--siswanya melihat konsep yang biasa dengan cara-cara segar. Pada awalnya siswa memilih konsep biasa, untuk kemudian dideskripsikan dalam komposisi penulisan. Hal ini menggambarkan enam tahap model tersebut (Gordon, 1961:
(29)
7-11. Model sinektik menstimulasi siswa untuk melihat dan merasakan gagasan orisinil dengan cara-cara yang baru, yang lebih segar. Jika siswa ingin menyelesaikan masalah, kita berharap mereka akan melihat masalah itu dengan lebihbijaksana dan mengembangkan solusi-solusi yang dapat mereka eksplorasi.
Sebaliknya, strategi kedua, membuat sesuatu yang asing menjadi familiar, mencari untuk meningkatkan pemahaman siswa dan internalisasi materi yang barn dan sulit secara substantif Dalam strategi ini metafora digunakan untuk menganalisis, tidak untuk membuat jarak konseptual sebagaimana dalam strategi pertama. Contoh, guru mungkin menyajikan konsep kebudayaan pada siswa-siswanya. Dengan menggunakan analogi-analogi yang familiar (seperti dapur atau rumah) siswa mulai menjabarkan/membatasi/mejelaskan karakteristikkarakteristik yang hadir dan tidak ada dalam konsep. Strategi ini bersifat analitis dan kovergen: siswa secara terus menerus bergantian antara mendefinisikan karakteristik subjek yang lebih familiar dengan membandingkan subjek-subjek tersebut dengan karakteristik-karakteristik topik yang tidak familiar.
Pada tahap pertama dalam strategi kedua ini, yakni menjelaskan topik baru, siswa disediakan informasi. Pada tahap kedua, guru atau siswa mengusulkan analogi langsung. Tahap ketiga meminta siswa untuk "menjadi hal-hal yang familiar" (mempersonalisasi analogi langsung). Pada tahap keempat, siswa mengidentifikasi dan menjelaskan poin-poin kesamaan antara analogi dengan materi substantif. Pada tahap kelima siswa menjelaskan perbedaan-perbedaan di antara analogi-analogi. Untuk mengukur perolehan-perolehan informasi barn, siswa dapat mengusulkan dan menganalisis analogi-analogi familiarnya pada tahap keenam dan tahap ketujuh.
(30)
Struktrur Strategi Kedua: Membuat Sesuatu yang Asing Menjadi Familiar Tahap pertama: input substantif
Guru menyediakan informasi tentang topik baru
Tahap kedua: analogi langsung
Guru mengusulkan analogi langsung dan meminta siswa mendeskripsikannya.
Tahap ketiga: analogi personal
Guru meminta siswa menjadi analogi langsung
Tahap keempat: membandingkan analogi-analogi
Siswa mengidentifikasi dan menjelaskan poin-poin kesamaan antara materi baru dengan analogi langsung.
Tahap kelima: menjelaskan perbedaan-perbedaan
Siswa menjelaskan dimana saja analogi-analogi yang tidak sesuai
Tahap keenam: eksplorasi
Siswa mengeksplorasi kembali topik asli
Tahap ketujuh: membuat analogi
Siswa menyiapkan analogi langsung dan mengeksplorasi persamaanpersamaan dan perbedaan-perbedaan.
Sinektik dirancang untuk meningkatkan kreatifitas individu dan kelompok. Mendiskusikan pengalaman sinektik dapat membangun perasaan kebersamaan antarsiswa. Siswa belajar tentang kawan sekelasnya saat mereka merespon gagasan atau masalah. Pemikiran-pemikiran dinilai sebagai kontribusi potensial dalam proses kelompok. Prosedur-prosedur sinektik membantu menciptakan komunitas kesetaraan dimana berfikir merupakan basis tunggal di dalamnya.
(31)
Standar yang sangat cukup menyenangkan seperti ini tentu akan memberikan dukungan pada peserta didik yang sangat pemalu.
Prosedur-prosedur sinektik bisa diterpkan pada siswa dalam semua bidang kurikulum, baik sains maupun seni. Prosedur-prosedur ini dapat dihubungkan dengan diskusi guru-siswa dalam kelas dan pada materi-materi yang dibuat guru siswa. Hasil atau kendaraan aktivitas sinektik tidak selalu hams ditulis; hasil ini dapat dilisankan, atau hasil-hasil tersebut dapat berbentuk aktifitas-aktifitas bermain paran (role plays), seperti melukis dan menggambar, atau perubahan-perubahan dalam perilaku. Ketika menggunakan sinektik untuk melihat massalah-masalah sosial atau perilaku anda mungkin ingin memberitahukan perilaku situasional sebelum dan sesudah aktivitas sinektik, serta mengamati perubahan-perubahan. Hal ini juga menarik dilakukan untuk memilih gaya-gaya akspresif yang berbeda dengan topik awal, seperti meminta siswa melukis gambar tentang kerugian atau diskriminasi. Konsep abstrak, tetapi gaya ekspresinya hams konkret. Sinektik dapat diterapkan pada siswa di semua tingkatan umur, meskipun dengan siswa yang sangat muda, sinektik adalah cara terbaik untuk memberikan latihan-latihan peregangan (stretching exercises). Lebih dari itu pengaturannya juga sama seperti pendekatan laian dalam pengajaran –cermat bekerja dalam pengalaman, memperkaya penggunaan materi yang konkret, menerapkan secara hati-hati, dan merangkum prosedur-prosedur dengan jelas.
Model ini sering kali berfungsi secara efektif, khususnya pada siswa-siswa yang mundur dari aktifitas-aktifitas pembelajaran akademik karena tidak rela untuk mengambil risiko yang salah. Sebaliknya siswa-siswa yang unggul yang hanya merasa nyaman saat memberikan respon yang mereka yakini benar sering kali merasa segan untuk berpartisipasi. Untuk alasan ini kami percaya bahwa sinektik bernilai bagi semua orang.
Sinektik berkombinasi dengan model-model lain dengan mudah. Ia dapat memperpanjang konsep-konsep untuk dieksplorasi dengan kelompok model pengajaran memproses informasi; membuka dimensi-dimensi problem sosial yang
(32)
dieksplorasi melalui bermain peran, investigasi kelompok, atau berfikir yurisprudensi; dan mengembangkan kekayaan masalah dan perasaan-perasaan yang dikuak oleh model-model lain dalam kelompok model pengajaran personal.
Penerapan model sinektik yang paling efektif selalu berkembang setiap waktu is memiliki hasil jangka pendek dalam memperluas pandangan tentang konsep dan masalah, tetapi ketika siswa diekspos untuk menerapkan model ini secara berulang-ulang maka mereka dapat belajar bagaimana menggunakannya dengan cara meningkatkan ketrampilan, dan mereka belajar rnemasuki gaya metaforis dengan cara meningkatkan ketenangan dan kesempurnaan.
Strategi ini secara umum cukup atraktif, dan kombinasi keberuntungannya dalam meningkatkan pemikiran produktif, empati yang mendidik, dan kedekatan impersonal menjadikannya dapat diterapkan pada siswa diseluruh tingkatan umur dan semua bidang kurikulum.
Manfaat lain dari metode sinektik adalah dapat membentuk kreatifitas individu dan kelompok. Pengalaman sinektik dapat menumbuhkan jiwa sosial para siswa. Mereka belajar bersama dengan melihat bagaimana rekan-rekarmya bereaksi kepada suatu ide atau masalah. Hal ini akan menyebabkan setaiap individu berpartsipasi dalam suasana belajar yang menyenangkan.
Penerapan Model Sinektik dalam Pembelajaran Anilisis Pantun dan Nilai Karakter
Struktur Strategi Pertama: Membuat Sesuatu yang Baru
Tahap pertama: mendeskripsikan pantun berdasarkan jenisnya
Guru meminta siswa memperhatikan kegiatan berpantun yang ada pada rekaman yang ditampilkan
Tahap kedua: analogi langsung
(33)
rima, sampiran , dan isi.
Siswa mengkaitkan antara larik, suku kata, rima, sampiran , dan isi dengan salah satu pantun yang ada dalam rekaman
Siswa membuat puisi sendiri berdasarkan aspek struktur pantun ( larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi) dan mendeskripsikannya lebih jauh.
Tahap ketiga: analogi personal
Siswa menjadi analogi dari pantun yang telah mereka buat dalam tahap kedua tadi.
Tahap keempat: konflik padat (perbandingan yang kuat)
Siswa mengambil deskripsi-deskripsi dari tahap kedua dan ketiga, mengusulkan beberapa analogi konflik padat (perbandingan yang kuat) dan memilih salah satunya.
Tahap kelima: analogi langsung
Siswa membuat dan memilih analogi langsung yang lain yaitu pantun karya dia sendiri yang didasarkan pada analogi konflik padat.
Tahap keenam: memeriksa kembali tugas awal
Guru meminta siswa kembali pada pembahasan aspek struktur (larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi) atau masalah awal dan menggunakan analogi terakhir ( pilihan analisis menurut siswa) dan atau seluruh pengalaman sinektiknya.
Struktrur Strategi Kedua: Membuat Sesuatu yang Asing Menjadi Familiar Tahap pertama: input substantif
Guru menyampaikan dua buah pantun, yaitu pantun orang tua dan pantun orang muda
(34)
Tahap kedua: analogi langsung
Guru mengusulkan analogi langsung kedua puisi tersebut dan meminta siswa mendeskripsikannya berdasarkan analisis struktur (larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi)
Tahap ketiga: analogi personal
Guru meminta siswa untuk membuat sebuah analogi/ perumpamaan tersendiri berdasarkan penagalaman siswa sendiri sebuah pantun berdasarkan aspek struktur (larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi).
Tahap keempat: mebandingkan analogi-analogi
Siswa mengidentifikasi dan menjelaskan poin-poin kesamaan aspek analisis struktur antara pantun orang tua dan pantun orang muda yang ada pada contoh dengan pantun karya siswa sendiri.
Tahap kelima: menjelaskan perbedaan-perbedaan
Siswa menjelaskan aspek apa saja yang tidak bersesuaian berdasarkan analisis struktur antara pantun orang tua dan pantun orang muda yang ada pada contoh dengan pantun karya siswa sendiri.
Tahap keenam: eksplorasi
Siswa mengeksplorasi kembali pantun orang tua dan pantun orang muda yang ada pada contoh
Tahap ketujuh: membuat analogi
Siswa menyiapkan pantun karya sendiri dan mengeksplorasi persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan dengan pantun orang tua dan pantun orang muda yang ada pada contoh
(35)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran A. Identitas Sekolah dan Standar Kompetensi
B. Tujuan pembelajaran
1. Siswa mampu menemukan unsur/struktur pantun (larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi) dan nilai-nilai karakter dalam pantun,
2. Siswa mampu menulis pantun yang memenuhi syarat.
C. Materi pokok pembelajaran :
Pantun: Unsur/Struktur (larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi) dan nilai karakter
Sekolah : SMP
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas/semester : VII/ 1
Aspek pembelajaran : Menulis karya sastra
Standar Kompetensi : Mengekspresikan,pikiran, perasaan, dan, pengalaman melalui, pantun dan dongeng
Kompetensi dasar :Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun
Indikator :
1. Menemukan unsur /struktur pantun (larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi)
2. Menemukan nilai-nilai karakter dalam pantun 3. Menulis pantun
(36)
D. Model pembelajaran
Model pembelajaran sinektik yang terdiri atas dua struktur pengajaran yaitu:
E. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-1
Langkah – langkah Pembelajaran
Karakter yang dibangun
Alokasi Waktu
Aktivitas guru Aktivitas peserta didik
Kegiatan Pendahuluan
1.Prasyarat
pengetahuan: Guru me lakukan/menanyakan pengalaman siswa terkait kegiatan berpantun
2.Memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat pembelajaran bagi kehidupan meraka
3.Menyampaikan tujuan pembelajaran
1. Menjawab pertanyaan guru
2. Memperhatikan dan menjawab pertanya- an guru
3. Mendengarkan guru
10”
Kegiatan Inti Eksplorasi
1.Menyajikan rekaman kegiatan berpantun
2.Guru membagi LKS 1 kemudian meminta peserta didik untuk membacanya, serta
menanyakan bila
kurang mengerti.
Eksplorasi
1. Menyimak rekaman kegiatan berpantun
2. Membaca LKS 1 serta
menanyakan bila
kurang mengerti.
Tanggung
(37)
3.meminta siswa mengerjakan LKS 1, yaitu menganalisis struktur pantun pada pantun yang telah mereka dengar 4.Melakukan tanya
jawab tentang struktur pantun pada pantun yang telah mereka dengarkan (larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi) serta nilai yang terkandung di dalamnya
Elaboraasi
5.Guru meminta siswa mendata peristiwa-peristiwa menarik yang pernah mereka alami.
6.Meminta siswa untuk memilih satu peristiwa
untuk dijadikan
bahasan dalam pantun yang akan mereka buat 7.Membagikan LKS 2 kemudian meminta siswa mengerjakannya yaitu menulis sebuah pentun yang sesuai dengan syarat atau struktur pantun, berkaitan dengan peristiwa yang mereka alami.
8.Meminta salah satu
siswa untuk
menuliskan pantun
3. Mengerjakan LKS, yaitu menganalisis struktur pantun pada pantun yang telah didengar
4. Melakukan tanya jawab tentangstruktur pantun pada pantun yang telah didengarkan (larik, suku kata, rima,
sampiran, dan isi) serta nilai yang terkandung di dalamnya
Elaboraasi
5. Mendata peristiwa-peristiwa menarik yang pernah dialami
6. Memilih satu peristiwa
untuk dijadikan
bahasan dalam pantun yang akan dibuat.
7. Mengerjakan LKS 2, yaitu menulis sebuah pentun yang sesuai dengan syarat atau
struktur pantun,
berkaitan dengan
peristiwa yang mereka alami.
8. Salah satu siswa untuk menuliskan pantun yang dibuatnya di papan tulis
Jawab Rasa ingin tahu Kreaatif Mandiri Karja keras
(38)
yang dibuatnya di papan tulis
Konfirmasi
9.Bersama-sama dengan siswa menganalisis pantun tersebut dari aspek struktur maupun nilai yang terkandung di dalamnya.
Konfirmasi
9. Bersama-sama dengan guru menganalisis pantun tersebut dari aspek struktur maupun nilai yang terkandung di dalamnya.
jujur
Kegiatan Penutup
1. Guru bersama dengan siswa melakaukan refleksi
2. Guru meminta siswa untuk mengulang lagi pembeljaran di rumah
1. Guru bersama dengan siswa melakaukan refleksi
2. Guru meminta siswa untuk mengulang lagi pembeljaran di rumah
10 “
Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-2 Langkah – langkah Pembelajaran
Karakter yang dibangun
Alokasi Waktu
Aktivitas guru Aktivitas peserta didik
Kegiatan Pendahuluan
1. Guru melakukan apersepsi dengan
melakukan tanya
jawab tentang
kegiatan siswa dalam menganalisis struktur pantun pada pelajaran sebelumnya
1. Menjawab dan bertanya tentang menganalisis struktur pantun pada
(39)
Kegiatan Inti Eksplorasi
1. Guru menyampaikan dua pantun, yaitu pantun orang tua dan pantun orang muda, kemudian melakukan tanya jawab tentang
peristiwa yang
berkaitan dengan pantun tersebut berdasarkan isi pantun
2. Guru membagi LKS 1 dan meminta peserta
didik untuk
membacanya, serta menanyakan bila kurang mengerti.
Elaborasi
3. meminta siswa mengerjakan LKS 1, yaitu menganalisis struktur pantun pada pantun yang telah mereka dengar.
4. Meminta siswa
mengidentifikasi dan menjelaskan poin-poin yang sama dan yang berbeda dari
aspek analisis
struktur, antara pantun orang tua dan pantun orang muda yang menjadi contoh dengan pantun karya
sendiri pada
pembelajaran sebelumnya
Eksplorasi
1. mendengarkan pantun yang disampaikan oleh
guru, kemudian
melakukan tanya jawab tentang peristiwa yang
berkaitan dengan
pantun tersebut
berdasarkan isi pantun.
2. Membaca LKS 1 serta
menanyakan bila
kurang mengerti.
Elaborasi
3. mengerjakan LKS 1, yaitu menganalisis struktur pantun pada pantun yang telah mereka dengar.
4. Mengidentifikasi dan menjelaskan poin-poin yang sama dan yang berbeda dari aspek analisis struktur, antara pantun orang tua dan pantun orang muda yang menjadi contoh dengan pantun karya
sendiri pada
pembelajaran sebelumnya Rasa ingin tahu Kreaatif Mandiri Karja keras jujur 60 “
(40)
Konfirmasi
5. Melakukan tanya jawab dengan siswa untuk mengeksplorasi kembali struktur pantun orang tua dan pantun orang muda yang menjadi contoh 6. Membagikan LKS 2,
dan meminta siswa menganalisis persamaan dan perbedaan antara pantun karyanya sendiri dengan pantun orang tua dan pantun orang muda yang menjadi contoh 7. Meminta siswa
mengeksplorasi persamaan-persamaan serta perbedaan-perbedaan antara pantun karyanya sendiri dengan pantun orang tua dan pantun orang muda yang menjadi contoh
Konfirmasi
5. Melakukan tanya jawab dengan guru untuk mengeksplorasi kembali struktur pantun orang tua dan pantun orang muda yang menjadi contoh
6. Mengerjakan LKS 2, dengan menganalisis persamaan dan
perbedaan antara pantun karyanya sendiri dengan pantun orang tua dan pantun orang muda yang menjadi contoh
7. Mengeksplorasi persamaan-persamaan serta
perbedaan-perbedaan antara pantun karyanya sendiri dengan pantun orang tua dan pantun orang muda yang menjadi contoh
Kegiatan Penutup
3. Guru bersama dengan siswa melakaukan refleksi
4. Guru meminta siswa untuk mengulang lagi pembeljaran di rumah
3. Guru bersama dengan siswa melakaukan refleksi
4. Guru meminta siswa untuk mengulang lagi pembeljaran di rumah
(41)
F. SUMBER BELAJAR DAN MEDIA
1)Buku Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VII Erlangga 2) LKS
3) Rekaman Pantun
G. PENILAIAN
1) Teknik : Tes Unjuk kerja
2) Bentuk Instrumen : Unjuk kerja dan proses 3) Kisi – Kisi soal penilaian
Standart Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Instrumen Mengekspresikan,pikiran,
perasaan, dan,
pengalaman melalui, pantun dan dongeng
Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun
Tulislah sebuah pantun sesuai dengan syarat-syarat pantun Pedoman Penskoran Aspek yang dinilai Skor Jlh
Skor Nilai
4 3 2 1 0
unsur /Syarat Pantun Pantun memenuhi semua unsur/ syarat pantun Terdapat 1 unsur yang tidak terpenuh dalam pantun Terdapat 2 unsur yang tidak terpenuh dalam pantun Terdapat 3 unsur yang tidak terpenuhi dalam pantun Semua unsur tidak terpenuh dalam pantun Skor = jumlah skor diperoleh X 100
(42)
LEMBAR KERJA SISWA
Oleh
Nurdamayanti
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
(43)
LEMBAR KERJA SISWA 1
(Pertemuan I)
Standar Kompetensi : Mengekspresikan,pikiran, perasaan, dan, pengalaman melalui, pantun dan dongeng
Kompetensi dasar :Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun
Indikator :
1. Menemukan unsur /struktur pantun (larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi)
2. Menemukan nilai-nilai karakter dalam pantun 3. Menulis pantun
Bacalah pantun berikut ini dengan seksama!
Setelah membaca pantun di atas jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Terdiri dari berapa larik/baris pantun di atas?
2. Berapakah jumlah suku kata dari setiap larik/baris pantun di atas?
Sekolah : SMP
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas/semester : VII/ 1
Kain basah bawa mandi, sudah mandi dibawa pulang. Amal ibadah dibawa mati, harta pusaka ditinggal orang
(44)
3. Jelaskan hal apa yang dibahas dalam sampiran pantun di atas, yaitu pada baris ke-1 dan ke-2!
4. Jelaskan hal apa yang dibahas dalam isi pantun di atas, yaitu pada baris ke-3 dan ke-4!
5. Jelaskan nilai apa yang terkandung dalam isi pantun di atas!
Pedoman Penilaian
No Aspek
Penilaian Deskriptor Skor
1 Larik 1. Menuliskan jumlah larik dengan benar 2. Jumlah larik yang yang ditulis tidak benar
1 0 2 Jumlah suku
kata
1. Menuliskan jumlah suku kata pada semua larik dengan benar
2. terdapat kesalahan penulisan jumlah suku kata pada satu larik
3. terdapat kesalahan penulisan jumlah suku kata pada dua larik
4. terdapat kesalahan penulisan jumlah suku kata pada tiga larik
5. semua penuliskan jumlah suku kata pada semua larik tidak benar 4 3 2 1 0
3 Sampiran Pantun
1. Penjelasan tentang bahasan sampiran pantun tepat 2. Penjelasan tentang bahasan sampiran pantun kurang
tepat
3. Penjelasan tentang bahasan sampiran pantun tidak tepat
4. Tidak menjelaskan tentang bahasan sampiran pantun 3 2 1 0
4 Isi Pantun 1. Penjelasan tentang bahasan isi pantun tepat 2. Penjelasan tentang bahasan isi pantun kurang tepat 3. Penjelasan tentang bahasan isi pantun tidak tepat 4. Tidak menjelaskan tentang bahasan isi pantun
3 2 1 0 5 Nilai yang
Terkandung
1. Penjelasan tentang nilai yang terkandung dalam isi pantun tepat
2. Penjelasan tentang nilai yang terkandung dalam isi 3
(45)
pantun kurang tepat
3. Penjelasan tentang nilai yang terkandung dalam isi pantun tidak tepat
4. Tidak menjelaskan tentang nilai yang terkandung dalam isi pantun
1
0
Skor Maksimal 14
Skor = jumlah skor diperoleh X 100 Skor maksimal (14)
(46)
LEMBAR KERJA SISWA 2
(Pertemuan I)
Standar Kompetensi : Mengekspresikan,pikiran, perasaan, dan, pengalaman melalui, pantun dan dongeng
Kompetensi dasar :Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun
Indikator :
1. Menemukan unsur /struktur pantun (larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi)
2. Menemukan nilai-nilai karakter dalam pantun 3. Menulis pantun
Dalam menulis pantun ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu; 1. satu bait terdiri dari 4 larik/baris;
2. satu larik/baris terdiri dari 8 sampai 10 suku kata;
3. larik/baris ke-1 dan ke-2 merupakan sampiran sedangkan larik/baris ke-3 dan ke-4 merupakan isi;
4. Berima akhir dengan pola a-b-a-b atau a-a-a-a.
Kerjakanlah tugas berikut ini!
Buatlah sebuah pantun yang sesuai dengan syarat pantun di atas berdasarkan peristiwa yang pernah kamu alami!
Sekolah : SMP
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas/semester : VII/ 1
(47)
Pedoman Penilaian Aspek
yang dinilai
Skor
Jumlah Skor
4 3 2 1 0
unsur /Syarat Pantun
Memenuhi semua unsur/ syarat pantun
Terdapat 1 unsur yang tidak terpenuh dalam pantun
Terdapat 2 unsur yang tidak terpenuh dalam pantun
Terdapat 3 unsur yang tidak terpenuhi dalam pantun
Semua unsur tidak terpenuh dalam pantun
Skor = jumlah skor diperoleh X 100 Skor maksimal( 4)
(48)
LEMBAR KERJA SISWA 1
(Pertemuan II)
Standar Kompetensi : Mengekspresikan,pikiran, perasaan, dan, pengalaman melalui, pantun dan dongeng
Kompetensi dasar :Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun
Indikator :
1. Menemukan unsur /struktur pantun (larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi)
2. Menemukan nilai-nilai karakter dalam pantun 3. Menulis pantun
Bacalah dua bait pantun berikut ini dengan seksama!
Sekolah : SMP
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas/semester : VII/ 1
Sirih Aceh warnanya perang, kuntum melati sukar digubah. Berpisah jauh kita sekarang, di dalam hati jangan berubah. Jika tuan pergi ke Kelantan, tembak rusa pelanduk jangan. Amal ibadah dibaw mati, iman dan taqwa jadi pedoman.
(49)
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
a. Terdiri dari berapa larik (baris) setiap bait pada pantun di atas?
b. Berapakah jumlah suku kata dalam setiap larik dari ke dua pantun pantun di atas?
c. Jelaskan hal apa yang dibahas dalam sampiran kedua pantun di atas, yaitu pada larik ke-1 dan larik ke-2!
d. Jelaskan hal apa yang dibahas dalam isi kedua pantun di dai atas, yaitu pada larik ke-3 dan larik ke-3!
e. Jelaskan nilai apa yang terkandung dalam isi kedua pantun di atas!
Pedoman Penilaian
No Aspek
Penilaian Deskriptor Skor
1 Larik 1. Menuliskan jumlah larik dari kedua bait pantun dengan benar
2. terdapat kesalahan penulisan jumlah larik pada satu bait pantun
2. Jumlah larik yang yang ditulis dari ke dua bait pantun tidak benar
2 1 0
2 Jumlah suku kata
1. Menuliskan jumlah suku kata semua larik dari kedua bait pantun dengan benar
2. terdapat kesalahan penulisan jumlah suku kata pada 1 - 2 larik dari kedua bait pantun
3. terdapat kesalahan penulisan jumlah suku kata pada 3- 4 larik dari kedua bait pantun
4. terdapat kesalahan penulisan jumlah suku kata pada 5-6 larik dari kedua bait pantun
5. semua penuliskan jumlah suku kata pada semua larik dari kedua bait pantun tidak benar
4
3
2
1
(50)
3 Sampiran Pantun
1. Penjelasan tentang bahasan sampiran dari kedua bait pantun tepat
2. Penjelasan tentang bahasan sampiran hanya satu bait pantun yang tepat.
4. Penjelasan tentang bahasan sampiran dari kedua bait pantun kurang tepat
3. Penjelasan tentang bahasan sampiran dari kedua bait pantun tidak tepat
4. Tidak menjelaskan tentang bahasan sampiran dari kedua bait pantun
4 3
2
1
0
4 Isi Pantun 1. Penjelasan tentang isi dari kedua bait pantun tepat 2. Penjelasan tentang isi hanya satu bait pantun yang
tepat.
4. Penjelasan tentang isi dari kedua bait pantun kurang tepat
3. Penjelasan tentang isi dari kedua bait pantun tidak tepat 4. Tidak menjelaskan tentang isi dari kedua bait pantun
3 2 1 0
5 Nilai yang Terkandung
1. Penjelasan tentang nilai yang terkandung dalam isi pantun dari kedua bait pantun tepat
2. Penjelasan tentang nilai yang terkandung dalam isi pantun hanya satu bait yang tepat.
4. Penjelasan tentang nilai yang terkandung dalam isi pantun dari kedua bait kurang tepat
3. Penjelasan tentang nilai yang terkandung dalam isi pantun dari kedua bait tidak tepat
4. Tidak menjelaskan tentang nilai yang terkandung dalam isi pantun dari kedua bait pantun
3
2
1
0
Skor Maksimal 14
Skor = jumlah skor diperoleh X 100 Skor maksimal (14)
(51)
LEMBAR KERJA SISWA 2
(Pertemuan II)
Standar Kompetensi : Mengekspresikan,pikiran, perasaan, dan, pengalaman melalui, pantun dan dongeng
Kompetensi dasar :Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun
Indikator :
1. Menemukan unsur /struktur pantun (larik, suku kata, rima, sampiran, dan isi)
2. Menemukan nilai-nilai karakter dalam pantun 3. Menulis pantun
Setelah kamu mengerjakan LKS 1, selanjutnya kerjakanlah tugas-tugas berikut ini!
1 . Jelaskan hal apa yang sama antara pantun pada bait 1 dan bait 2 dalam pantun yang ada dalam LKS 1!
2. Jelaskan hal apa yang berbeda antara pantun pada bait 1 dan bait 2 dalam pantun yang ada dalam LKS 1!
3. Apakah ada perbedaan dan persamaan antara kedua pantun yang ada dalam LKS 1 dengan pantun yang kamu buat? Jelaskan!
Sekolah : SMP
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas/semester : VII/ 1
(52)
Pedoman Penilaian
No Aspek
Penilaian Deskriptor Skor
1 Persamaan pada bait 1 dengan bait 2
1. Penjelasan tentang persamaan bait 1 dengan bait 2 tepat 2. Penjelasan tentang persamaan bait 1 dengan bait 2
kurang tepat
3. Penjelasan tentang persamaan bait 1 dengan bait 2 tidak tepat
4. Tidak menjelaskan tentang persamaan bait 1 dengan bait 2
3 2 1 0
2 Perbedaan pada bait 1 dengan bait 2
1. Penjelasan tentang perbedaan bait 1 dengan bait 2 tepat 2. Penjelasan tentang perbedaan bait 1 dengan bait 2
kurang tepat
3. Penjelasan tentang perbedaan bait 1 dengan bait 2 tidak tepat
4. Tidak menjelaskan tentang perbedaan bait 1 dan bait 2 3 2 1 0
3 Persamaan dan perbedaan antara bait pantun pada contoh dengan karya sendiri
1.Menjelaskan persamaan dan perbedaan antara bait pantun pada contoh dengan karya sendiri disertai bukti dan alasan
2.Menjelaskan persamaan dan perbedaan antara bait pantun pada contoh dengan karya sendiri tanpa bukti dan alasan
3.Hanya menjelaskan persamaan atau perbedaan antara bait pantun pada contoh dengan karya sendiri disertai bukti dan alasan
4. Hanya menjelaskan persamaan atau perbedaan antara bait pantun pada contoh dengan karya sendiri tanpa disertai bukti dan alasan
5. Tidak menjelaskan persamaan ataupn perbedaan antara bait pantun pada contoh dengan karya sendiri
4
3
2
1
0
(53)
5.2 Hasil Uji Kelayakan LKS Sebagai Bahan Ajar di SMP
Tahap uji kelayakakan LKS ini dilakukan dengan cara meminta pertimbanagan kepada tiga orang guru Bahasa Indonesia yang mengajar di SMP Negeri 3 dan SMP Negeri 14 Bandung, Yaitu: (1) Ibu Mulyati, (2) Ibu Heni Herlina P. dan (3) Bapak Jalaludin.
Ibu Mulyati menyatakan LKS yang telah dirancang sudah baik, karena telah memenuhi komponen LKS yang baik. Beliau menyarankan sebaiknya setiap satu pertemuan dalam pembelajaran hanya satu LKS yang diberikan kepada anak untuk efisiensi waktu. Pendapat Ibu Heni Herlina juga sama dengan pendapat Ibu Mulyati, yang menyatakan LKS yang telah dirancang telah baik, telah memenuhi semua komponen LKS, dan sebaiknya setiap satu pertemuan dalam pembelajaran hanya satu LKS yang diberikan kepada anak untuk efisiensi waktu.
Hal yang serupa juga disampaikan oleh Bapak Jalaludin bahwa LKS yang digunakan sudah memenuhi komponen LKS yang baik, tapi perlu perbaikan sedikit dari segi penulisan, karena pada contoh LKS yang diberikan untuk ditimbang terdapat kesalahan print. Contoh pantun yang ada di LKS tidak lengkap, terpotong ketika diprint. Beliau juga menyarankan hal yang sama dengan kedua guru di atas, sebaiknya satu LKS untuk setiap pertemuan dan tambahkan penjelasan tentang materi.
5.3 Perbaikan Bahan Ajar
Berdasarkan hasil pertimbangan para guru yang telah melakukan pertimbangan terhadap LKS yang telah dirancang, maka peneliti menyimpulkan bahwa LKS sudah layak untuk digunakan dalam pembelajaran menulis pantun. Namun, agar lebih baik maka perlu perbaikan sedikit sesuai dengan saran dari para guru yang telah menimbang LKS dan LKS yang akan digunakan cukup dua saja, satu LKS untuk satu pertemuan. Adapun hasil LKS yang telah diperbaiki adalah sebagai berikut.
(54)
LEMBAR KERJA SISWA
(Pertemuan I)
Standar Kompetensi : Mengekspresikan,pikiran, perasaan, dan, pengalaman melalui, pantun dan dongeng
Kompetensi dasar :Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun
Indikator : Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun
Perhatikan teks pantun berikut ini!
Dalam menulis pantun ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu; 1. satu bait terdiri dari 4 larik/baris;
2. satu larik/baris terdiri dari 8 sampai 10 suku kata;
3. larik/baris ke-1 dan ke-2 merupakan sampiran sedangkan larik/baris ke-3 dan ke-4 merupakan isi;
4. Berima akhir dengan pola a-b-a-b atau a-a-a-a.
Sekolah : SMP
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas/semester : VII/ 1
Kain basah bawa mandi, sudah mandi dibawa pulang. Amal ibadah dibawa mati, harta pusaka ditinggal orang
(55)
Kerjakanlah tugas berikut ini!
Buatlah sebuah pantun yang sesuai dengan syarat pantun di atas berdasarkan peristiwa yang pernah kamu alami!
Pedoman Penilaian Aspek
yang dinilai
Skor
Jumlah Skor
4 3 2 1 0
unsur /Syarat Pantun
Memenuhi semua unsur/ syarat pantun
Terdapat 1 unsur yang tidak terpenuh dalam pantun
Terdapat 2 unsur yang tidak terpenuh dalam pantun
Terdapat 3 unsur yang tidak terpenuhi dalam pantun
Semua unsur tidak terpenuh dalam pantun
Skor = jumlah skor diperoleh X 100 Skor maksimal( 4)
(56)
LEMBAR KERJA SISWA
(Pertemuan II)
Standar Kompetensi : Mengekspresikan,pikiran, perasaan, dan, pengalaman melalui, pantun dan dongeng
Kompetensi dasar :Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun
Indikator
1. Menjelaskan isi pantun
2. Menemukan nilai-nilai karakter dalam pantun
Bacalah dua bait pantun berikut ini dengan seksama!
Sekolah : SMP
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas/semester : VII/ 1
Sirih Aceh warnanya perang, kuntum melati sukar digubah. Berpisah jauh kita sekarang, di dalam hati jangan berubah. Jika tuan pergi ke Kelantan, tembak rusa pelanduk jangan. Amal ibadah dibawa mati, iman dan taqwa jadi pedoman.
(57)
Kedua pantun di atas merupakan pantun yang telah memenuhi struktur/syarat pantun yang baik, yaitu:
1. satu bait terdiri dari 4 larik/baris;
2. satu larik/baris terdiri dari 8 sampai 10 suku kata;
3. larik/baris ke-1 dan ke-2 merupakan sampiran sedangkan larik/baris ke-3 dan ke-4 merupakan isi;
4. Berima akhir dengan pola a-b-a-b.
Pada bait pertama berdasarkan isinya, pada larik ke-3 yaitu: Berpisah jauh
kita sekarang. dan pada larik ke-4, yaitu: di dalam hati jangan berubah,
menggambarkan tentang harapan sepasang kekasih yang sedang terpisah jauh, walaupun jarak terpisah jauh, janji yang talah diucapkan harus tetap dipegang teguh, merupakan jenis pantun orang muda.
Sedangkan pada bait kedua, berdasarkan isinya, pada larik ke-3 yaitu:
Perintah tuhan jangan lalaikan, dan pada larik ke-4, yaitu: iman dan taqwa jadi pedoman, merupakan suatu penggambaran keadaan bahwa setiap muslim harus
melaksanakan setiap perintah Allah Swt. karena rasa keimanan dan ketaqwaannya, merupakan jenis pantun orang tua atau pantun nasihat.
Kerjakanlah tugas-tugas berikut ini!
1. Jelaskan nilai apa yang terkandung di dalamnya!
2. Jelaskan hal apa yang sama antara pantun pada bait 1 dan bait 2 dalam pantun yang ada dalam LKS 1!
2. Jelaskan hal apa yang berbeda antara pantun pada bait 1 dan bait 2 dalam pantun yang ada dalam LKS 1!
3. Apakah ada perbedaan dan persamaan antara kedua pantun di atas dengan pantun yang kamu buat? Jelaskan!
(58)
Pedoman Penilaian
No Aspek
Penilaian Deskriptor Skor
1 Nilai yang terkandung
1. Penjelasan tentang nilai yang terkandung dalam pantun pada bait 1 dan bait 2 tepat
2. Penjelasan tentang nilai yang terkandung dalam pantun pada bait 1 dan bait 2 kurang tepat
3. Penjelasan tentang nilai yang terkandung dalam pantun pada bait 1 dan bait 2 tidak tepat
4. Tidak menjelaskan tentang nilai yang terkandung dalam pantun
3
2
1
0
2 Persamaan pada bait 1 dengan bait 2
1. Penjelasan tentang persamaan bait 1 dengan bait 2 tepat 2. Penjelasan tentang persamaan bait 1 dengan bait 2
kurang tepat
3. Penjelasan tentang persamaan bait 1 dengan bait 2 tidak tepat
4. Tidak menjelaskan tentang persamaan bait 1 dengan bait 2
3 2
1
0
3 Perbedaan pada bait 1 dengan bait 2
1. Penjelasan tentang perbedaan bait 1 dengan bait 2 tepat 2. Penjelasan tentang perbedaan bait 1 dengan bait 2
kurang tepat
3. Penjelasan tentang perbedaan bait 1 dengan bait 2 tidak tepat
4. Tidak menjelaskan tentang perbedaan bait 1 dan bait 2 3 2
1
0 4 Persamaan
dan perbedaan antara bait pantun pada contoh
dengan karya sendiri
1. Menjelaskan persamaan dan perbedaan antara bait pantun pada contoh dengan karya sendiri disertai bukti dan alasan
2. Menjelaskan persamaan dan perbedaan antara bait pantun pada contoh dengan karya sendiri tanpa bukti dan alasan
3.Hanya menjelaskan persamaan atau perbedaan antara bait pantun pada contoh dengan karya sendiri disertai
4
3
(1)
305
Nurdamayanti, 2014
Struktur Dan Nilai-Nilai Pantun Melayu Di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Puisi Lama Di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Effendi, T. (2004). Tunjuk Ajar dalam Pantun Melayu. Yogyakarta: Adi Cita Endraswara, S. (2008). Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media
Pressindo.
Fang, L. Y. (1993). Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta: Erlangga Ghazali, B.A. (1958). Langgam Sastra Lama. Jakarta: Tintamas
Gordon, W.J.J. (1961). Synectics. New York: Harper.
Hidayah, E. (2010). Struktur dan Nilai Budaya Cerita Pantun Paksi Keling Versi
Ki Sawah dari Provinsi Banten. Tesis pada Fakultas Pendidikan Bahasa
Indonesia UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Hutomo, S. H. (1993). Pantun Kentrung. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Iskandarwassid dan Dadang S. (2010). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Jumani. (2009). Analisis Struktur dan Nilai Moral Pantun Pada Rubrik “Bujang Besaot” Surat Kabar Bangka Pos dan Pemanfaatannya Sebagai Alternatif
Bahan Ajar Sastra di SMA. Tesis pada Fakultas Pendidikan Bahasa
Indonesia UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Junus, U. (1983). Dari Peristiwa ke Imajinasi Wajah Sastra dan Budaya
Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2002). Edisi ketiga, cetakkan kedua. Jakarta:
Balai Pustaka.
Kesuma, D, dkk. (2012). Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Koentjaraningrat. (1983). Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta:
Geamedia.
Lickona, T. (2012). Character Matters Persoalan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mahayana, M. S. (2005). Sembilan Jawaban Sastra Indonesia. Jakarta: Bening. Majid, A. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mustafa, A. (1995). Kamus Sastra. Bandung: Granesia
Nurgiyantoro, B. (2009). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra
(2)
306
Nurdamayanti, 2014
Struktur Dan Nilai-Nilai Pantun Melayu Di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Puisi Lama Di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Puskur Balitbang. (2006). Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Puskur Balitbang. (2003). Pelayanan Profesional Kurikulum 2004: Kegiatan
Mengajar yang Efektif. Jakarta: Depdiknas.
Poespopradjo. 1986. Filsafat Moral (Kesusilaan Dalam Teori dan Praktek). Bandung: Remaja Rosda karya.
Pradopo, Rahmat D. (2007). Pengkajian Puisi, Analisis Sastra Norma dan
Analisis Struktural. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ratna, N.K. (2007). Teori. Metode, dan Teknik Penelitian Sastra: dari
Strukturalisme hingga Postrukturalisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Redaksi Balai Pustaka. (2008). Pantun Melayu. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Rizal, Y. (2010). Kumpulan Pantun Puisi Asli anak Negeri. Jakarta: Garda Media. Rosidi, A. (2008). Pantun Anak Ayam. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
Anshori, D. S. dan Sumiyadi. (2009). Kajian Sastra dalam Perspektif Teori
Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FPBS UPI.
Samani, M. dan Hariyanto. (2011). Pendidikan Karakter. Surabaya: Rosda. Semi, A. (1998). Anatomi sastra. Padang: Angkasa RayaSurabaya: Jaring Pena Standar Isi. (2006). Jakarta: Depdiknas
Situmorang, B.P. (1981). Puisi, Teori Apresiasi Bentuk dan Struktur. Ende-Flores: Nusa Indah.
Soedarsono, S. (2010). Karakter Mengantar Bangsa Dari Gelap Menuju Terang. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Sudjana dan Ibrahim (2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sumiati dan Asra. (2007). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Teeuw, A. (1988). Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. Teeuw, A. (1991). Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.
(3)
307
Nurdamayanti, 2014
Struktur Dan Nilai-Nilai Pantun Melayu Di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatra Utara Dan Perancangannya Sebagai Bahan Ajar Puisi Lama Di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Waluyo, H.J. (1991). Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga: Gramedia. Wellek, R. dan Austin Warren. (1989). Teori Kesusastraan. Jakarta: PT
Gramedia.
Wellek, R. dan Austin Warren. (1995). Teori Kesusastraan. Terjemahan Melanie Budianti. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
(4)
STRUKTUR DAN NILAI-NILAI PANTUN MELAYU DI KOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATRA UTARA
DAN PERANCANGANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR PUISI LAMA DI SMP
TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
NURDAMAYANTI NIM 1204632
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
(5)
STRUKTUR DAN NILAI-NILAI PANTUN MELAYU DI KOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATRA UTARA
DAN PERANCANGANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR PUISI LAMA DI SMP
Oleh Nurdamayanti S.Pd UMSU, 2003
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa Indonesia
© Nurdamayanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(6)
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing
Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Yus Rusyana
Pembimbing II,
Dr. Sumiyadi, M. Hum.
NIP 19660320 199103 004
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Sumiyadi, M. Hum.