UPAYA MENINGAKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 BADIRI.
Oleh :
Anting Pra Elda NIM. 4103311007
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN 2015
(2)
(3)
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING KELAS VIII SMP NEGERI 1 BADIRI
ANTING PRA ELDA (NIM. 4103311007)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 1 Badiri.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Badiri yang berjumlah 42 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning di kelas VIII SMP Negeri 1 Badiri. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, dimana diakhir setiap siklus diberikan tes kemampuan pemecahan masalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika.
Berdasarkan hasil tes diagnostik diketahui tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sangat rendah dengan nilai rata-rata kelas 10,24. Setelah memberikan tindakan pada siklus I, hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa pada siklus I terdapat 76% atau 32 orang siswa dari keseluruhan siswa yang mengikuti tes telah memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika kategori sedang dengan rata-rata 30,19. Selanjutnya, pada siklus II terdapat 88% atau 37 orang siswa yang mengikuti tes telah memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika kategori tinggi dengan rata-rata 30,45. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelas tersebut telah mencapai 85% dari jumlah siswa yang memperoleh kemampuan pemecahan masalah minimal kategori sedang.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Badiri pada materi kubus dan balok dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning sehingga dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran.
(4)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 13
Tabel 2.2. Sintaks Pembelajaran Penemuan 22
Tabel 2.3. Hubungan Kemampuan Pemecahan Masalah dengan
Model Pembelajaran Discovery Learning 25 Tabel 3.1. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa 45 Tabel 4.1. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Berdasaran Hasil Tes Diagnostik Awal 47 Tabel 4.2. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Setiap
Siswa pada Siklus I 49
Tabel 4.3. Persentase Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 50 Tabel 4.4. Persentase Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan
Pemecahan Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah I 51
Tabel 4.5. Persentase Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Penyelesaian Pemecahan Masalah pada Tes Kemampuan
PemecahanMasalah I 52
Tabel 4.6. Persentase Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali Hasil Pemecahan Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah I 53
Tabel 4.7. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Siklus I 55
Tabel 4.8. Data Kesalahan Siswa pada Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah I 56
Tabel 4.9. Tabel Refleksi pada Siklus I 57
Tabel 4.10. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Setiap
(5)
Tabel 4.11. Persentase Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 63 Tabel 4.12. Persentase Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan
Pemecahan Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah II 64
Tabel 4.13. Persentase Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Penyelesaian Pemecahan Masalah pada Tes Kemampuan
PemecahanMasalah II 65
Tabel 4.14. Persentase Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali Hasil Pemecahan Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah II 66
Tabel 4.15. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Siklus II 68
Tabel 4.16. Perbandingan Rata-rata Skor TKPM I dan TKPM II 69 Tabel 4.17. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Setiap Siklus 71 Tabel 4.18. Rekap Tindakan Guru pada Permasalahan dalam
(6)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1. Contoh Hasil Lembar Kerja Siswa pada Tes Diagnostik 3
Gambar 2.1. Alur Proses Pembelajaran 9
Gambar 2.2. Proses Pemecahan Masalah 12
Gambar 2.3. Kubus 26
Gambar 2.4. Balok ABCD.EFGH 28
Gambar 2.5. Jaring-jaring Kubus 30
Gambar 2.6. Jaring-jaring Balok 30
Gambar 2.7. Kubus 30
Gambar 2.8. Balok 31
Gambar 3.1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 37 Gambar 4.1. Diagram Persentase Tingkat Kemampuan Siswa Memahami
Masalah pada TKPM I 51
Gambar 4.2. Diagram Persentase Tingkat Kemampuan Siswa
Merencanakan Pemecahan Masalah pada TKPM I 52 Gambar 4.3. Diagram Persentase Tingkat Kemampuan Siswa
Melaksanakan Penyelesaian Pemecahan Masalah pada
TKPM I 53
Gambar 4.4. Diagram Persentase Tingkat Kemampuan Siswa
Memeriksa Kembali Hasil Pemecahan Masalah pada TKPM I 54 Gambar 4.5. Diagram Tingkat Kemampuan Siswa pada TKPM I 55 Gambar 4.6. Diagram Persentase Tingkat Kemampuan Siswa
Memahami Masalah pada TKPM II 64
Gambar 4.7. Diagram Persentase Tingkat Kemampuan Siswa
Merencanakan Pemecahan Masalah pada TKPM II 65 Gambar 4.8. Diagram Persentase Tingkat Kemampuan Siswa
Melaksanakan Penyelesaian Pemecahan Masalah pada
(7)
Gambar 4.9. Diagram Persentase Tingkat Kemampuan Siswa
Memeriksa Kembali Hasil Pemecahan Masalah pada TKPM II 67 Gambar 4.10. Diagram Tingkat Kemampuan Siswa pada TKPM II 68 Gambar 4.1. Diagram Nilai Rata-rata Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 71
(8)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. RPP I Siklus I 80
Lampiran 2. RPP II Siklus I 85
Lampiran 3. RPP I Siklus II 92
Lampiran 4. RPP II Siklus II 98
Lampiran 5. LAS I 104
Lampiran 6. LAS II 110
Lampiran 7. LAS III 114
Lampiran 8. LAS IV 119
Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian LAS I 126
Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian LAS II 131
Lampiran 11. Alternatif Penyelesaian LAS III 135
Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian LAS IV 140
Lampiran 13. Tes Diagnostik 145
Lampiran 14. Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik 146 Lampiran 15. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I 148 Lampiran 16. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus II 149 Lampiran 17. Alternatif Penyelesaian TKPM Siklus I 150 Lampiran 18. Alternatif Penyelesaian TKPM Siklus II 155 Lampiran 19. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 160
Lampiran 20. Daftar Nilai Tes Diagnostik 161
Lampiran 21. Daftar Nilai TKPM Siklus I 164
Lampiran 22. Daftar Nilai TKPM Siklus II 165
Lampiran 23. Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I 167 Lampiran 24. Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II 179 Lampiran 25. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 191 Lampiran 26. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 192
(9)
Lampiran 28. Lembar Validasi Soal TKPM II 196
(10)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global. Upaya yang tepat untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat dipandang dan seyogiyanya berfungsi sebagai alat untuk membangun SDM yang bermutu tinggi adalah pendidikan (dalam Trianto, 2009:4).
Pendidikan yang mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan yang dihadapinya. Konsep pendidikan tersebut semakin penting ketika siswa memasuki kehidupan di masyarakat dan di dunia kerja. Karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang. Menurut Buchori (dalam Trianto 2009:5), mengemukakan bahwa:
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang terintegritas dengan berbagai ilmu. Penerapan ilmu matematika diperlukan untuk memahami dan mendalami gejala-gejala yang ditemukan ketika mempelajari ilmu alam, teknik, kedokteran/medis dan ilmu sosial seperti ekonomi dan psikologi. Oleh sebab itu, matematika telah diajarkan disemua jenjang kelas di tingkat pendidikan SD, SMP dan SMA di semua program studi.
Hal ini dipertegas oleh Cockroft (dalam Abdurahman, 2003:253) yang mengemukakan ada 6 alasan perlunya belajar matematika, antara lain:
Matematika perlu diajarkan pada siswa karena: 1) selalu digunakan dalam segala kehidupan; 2) semua bidang studi memerlukan keterampilan
(11)
matematika yang sesuai; 3) memerlukan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; 4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; 5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran ruangan; dan 6) memberi kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah
Begitu juga menurut Cornelius (dalam Abdurahman, 2009:253) yang mengemukakan bahwa :
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk megembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika ada 4 (empat) kemampuan dasar dalam matematika, antara lain: 1) kemampuan pemecahan konsep, 2) kemampuan penalaran, 3) kemampuan komunikasi matematis, dan 4) kemampuan pemecahan masalah.
Hasil belajar siswa pada bidang studi matematika masih rendah. Rendahnya prestasi belajar pada matematika dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kesulitan dalam belajar matematika mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah siswa rendah. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa akan berdampak pada rendahnya prestasi siswa di sekolah sehingga mengakibatkan mutu pendidikan rendah. Abbas (2008) menyatakan bahwa:
Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar matematika peserta didik, salah satunya adalah ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran konvensional dan banyak didominasikan oleh guru.
Model pembelajaran konvensional yang didominasi kegiatan guru akan membuat siswa menjadi pasif sehingga siswa merasa jenuh dalam menerima pelajaran matematika dan enggan mengungkapkan ide-ide atau penyelesaian yang
(12)
diberikan guru. Apalagi dalam menyelesaikan soal-soal cerita. Akibatnya, siswa menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dipelajari. Hal ini didukung oleh hasil wawancara dengan salah seorang guru matematika SMP Negeri 1 Badiri, Ibu Linda Maulina Nasution menyatakan bahwa: “Siswa di sekolah ini memiliki banyak masalah terutama dalam kemampuan pemecahan masalah. Mereka merasa sulit mengerjakan suatu soal apalagi dalam bentuk soal cerita. Pengetahuan dasar matematika siswa masih tergolong rendah, sehingga berdampak pada materi pelajaran yang akan dipelajari selanjutnya”.
Hasil tes diagnostik yang dilakukan kepada 42 siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Badiri menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah dimana dari 3 (tiga) soal diperoleh rata-rata kelas 10,24 (34%). Dalam mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dilihat dari 4 (empat) indikator, yaitu: memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, melaksanakan penyelesaian masalah dan memeriksa kembali. Dari hasil tes diagnostik siswa diperoleh bahwa siswa yang mampu memahami masalah dengan tuntas ada 7 siswa dengan persentase 17%; tidak ada siswa yang mampu merencanakan penyelesaian masalah dengan persentase 0%; tidak ada siswa yang mampu melaksanakan penyelesaian masalah dengan tuntas dengan persentase 0%; dan siswa yang mampu memeriksa kembali penyelesaian yang dikerjakan dengan tuntas ada 2 siswa dengan persentase 5%. Dari hasil tes diagnostik ini terlihat bahwa siswa belum mampu menyelesaikan soal-soal cerita tentang pemecahan masalah matematika siswa masih sangat rendah.
Berikut adalah beberapa contoh hasil lembar kerja siswa pada tes diagnostik yang telah diberikan, yaitu:
(13)
Dari gambar di atas terlihat bahwa siswa belum mampu dalam memecahkan masalah matematika, dimana siswa hanya menguasai satu indikator dari pemecahan masalah matematika dan termasuk dalam kategori sangat rendah.
Dengan demikian, diperlukan model pembelajaran efektif yang membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dan yang dapat mendorong siswa belajar melakukan pemecahan masalah matematika adalah model pembelajaran Discovery Learning. Model Discovery Learning adalah model pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri untuk memecahkan masalah. Dengan model pembelajaran Discovery Learning, maka diharapkan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari matematika dan siswa dapat menemukan sendiri penyelesaian masalah dari soal-soal pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar matematika dan mampu mengembangkan ide dan gagasan mereka dalam menyelesaikan permasalahan matematika.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Di Kelas VIII SMP Negeri 1 Badiri”. 1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa. 2. Siswa tidak tertarik belajar matematika.
3. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang.
4. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru yaitu pembelajaran yang masih berpusat pada guru (konvensional) sehingga kurang mendorong siswa untuk mengikuti pelajaran.
(14)
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMP Negeri 1 Badiri kelas VIII pada materi kubus dan balok T.A 2014/2015.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Apakah penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 1 Badiri?”
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 1 Badiri.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model
pengajaran dalam membantu siswa guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
2. Bagi siswa, melalui model Discovery Learning ini dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi kubus dan balok.
3. Bagi Kepala Sekolah dan pengambil kebijakan, menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika di sekolah.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di masa yang akan datang.
(15)
5. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.
1.7 Definisi Operasional
Untuk dapat melakukan variabel penelitian secara kuantitatif maka variabel-variabel didefinisikan sebagai berikut:
a. Masalah matematika adalah suatu soal atau pernyataan yang tidak ada aturan atau logaritma tertentu yang langsung digunakan untuk menyelesaikannya, menuntut siswa untuk menyelesaikannya dan berada pada jangkauan kognitif siswa.
b. Pemecahan masalah matematika adalah proses menerapkan dan menyelesaikan informasi yang diperoleh sebelumnya ke dalam hal yang baru yang belum pernah ditemui.
c. Kemampuan pemecahan masalah adalah kesanggupan untuk menerapkan dan menyelesaikan informasi yang diperoleh sebelumnya kedalam hal baru yang belum pernah ditemui.
d. Model Discovery Learning adalah model pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri untuk memecahkan masalah.
(16)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi bahwa pada siklus I siswa belum berminat dan termotivasi pada awal pembelajaran, siswa masih bingung dalam merencanakan pemecahan masalah yaitu menggunakan rumus dan mengaitkannya dengan penyelesaian masalah, siswa masih malu dan takut untuk mempersentasikan hasil penyelesaian masalah yang dilakukannya, dan siswa kesulitan terhadap penyelesaian masalah yang dikerjakan. Sehingga pada pembelajaran siklus II, guru mengupayakan/memperbaiki proses pembelajaran agar lebih baik untuk mempertahankan dan meningkatkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan penerapan model discovery learning.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Badiri pada materi kubus dan balok dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning sehingga dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, adalah:
1. Kepada guru matematika khususnya guru matematika SMP Negeri 1 Badiri, disarankan agar memperhatikan kemampuan siswa dalam memecahan masalah dan melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar, dan menggunakan model pembelajaran discovery learning sebagai salah satu alternatif model pembelajaran.
2. Kepada siswa SMP Negeri 1 Badiri disarankan lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide, dapat mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki dalam pelajaran matematika dan tidak malu bertanya kepada guru bila ada materi yang belum dimengerti oleh siswa.
(17)
3. Kepada kepala sekolah SMP Negeri 1 Badiri, agar dapat mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan model pembelajaran yang relevan dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
4. Kepada peneliti selanjutnya agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning pada materi Kubus dan Balok ataupun materi lain untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.
(18)
DAFTAR PUSTAKA
Abbas. 2008. Rendahnya Hasil Belajar Matematika. http://www.depdiknas.go.id (diaskes 14 September 2014).
Abdurahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Anisa, Jeges. 2010. Peneraan Metode Penemuan untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Di kelas VIII SMP Islami Al-Ulum
Terpadu T.P 2009/2010. Tesis FMIPA. UPI: Bandung.
http://repository.upi.edu/ (diakses 27 Januari 2015).
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Budiningsih. 2013. Kurikulum 2013 Discovery Learning. http://ruangkreasikita.blogspot.com/2014/03/kurikulum-2013-discovery-learning.html (diakses 25 September 2014).
Cita, Tiarani. 2013. Penerapan Metode Discovery Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Pokok
Bangun Ruang. Tesis FMIPA. UPI: Bandung. http://repository.upi.edu/
(diakses 27 Januari 2015).
Depdiknas. 2006. Penilaian Perkembangan Anak Didik. Jakarta: Depdiknas. Djamarah, S. B & Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rev.ed. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam_Universitas Negeri Medan. 2010. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program
Studi Pendidikan FMIPA UNIMED. Medan: FMIPA Unimed.
Firdaus. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. http://madfirdaus.wordpres.com/2009/11/23/kemampuan-pemecahan-masalah-matematika/ (diakses 16 September 2014)
Junaidi, Syamsul dan Eko Siswono. 2004. Matematika SMP untuk Kelas VII. Jakarta: Erlangga.
(19)
Lumbantobing, Fretty. 2013. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi Kubus dan Balok Di Kelas VIII SMP Swasta YPAK PTN 3 Sei
Karang. Medan: FMIPA Unimed.
Markaban. 2008. Model Penemuan Terbimbing Pada Pembelajaran Matematika SMK. Yogyakarta: PTK Matematika.
Naibaho, Jastin. 2014. Penerapan Model Penemuan Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi
Kesebangunan Di kelas IX. Medan: FMIPA Unimed.
Nuharini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya
Untuk SMP. Jakarta: CV. Usaha Makmur.
Purwanto, M. Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosdakarya. Siahaan, S, dkk. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Yang
Berorientasi Pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah Matematika
Diskrit II. Medan: Unimed.
Slameto, Abdurahman. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Suherman, E. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontraporer. Bandung: UPI.
Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Syah, M. 2004. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta : Karisma Putra Utama.
Wardhani, S. Et.al. 2010. Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah
(1)
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMP Negeri 1 Badiri kelas VIII pada materi kubus dan balok T.A 2014/2015.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Apakah penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 1 Badiri?”
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 1 Badiri.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model
pengajaran dalam membantu siswa guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
2. Bagi siswa, melalui model Discovery Learning ini dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi kubus dan balok.
3. Bagi Kepala Sekolah dan pengambil kebijakan, menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika di sekolah.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di masa yang akan datang.
(2)
5. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.
1.7 Definisi Operasional
Untuk dapat melakukan variabel penelitian secara kuantitatif maka variabel-variabel didefinisikan sebagai berikut:
a. Masalah matematika adalah suatu soal atau pernyataan yang tidak ada aturan atau logaritma tertentu yang langsung digunakan untuk menyelesaikannya, menuntut siswa untuk menyelesaikannya dan berada pada jangkauan kognitif siswa.
b. Pemecahan masalah matematika adalah proses menerapkan dan menyelesaikan informasi yang diperoleh sebelumnya ke dalam hal yang baru yang belum pernah ditemui.
c. Kemampuan pemecahan masalah adalah kesanggupan untuk menerapkan dan menyelesaikan informasi yang diperoleh sebelumnya kedalam hal baru yang belum pernah ditemui.
d. Model Discovery Learning adalah model pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri untuk memecahkan masalah.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi bahwa pada siklus I siswa belum berminat dan termotivasi pada awal pembelajaran, siswa masih bingung dalam merencanakan pemecahan masalah yaitu menggunakan rumus dan mengaitkannya dengan penyelesaian masalah, siswa masih malu dan takut untuk mempersentasikan hasil penyelesaian masalah yang dilakukannya, dan siswa kesulitan terhadap penyelesaian masalah yang
dikerjakan. Sehingga pada pembelajaran siklus II, guru
mengupayakan/memperbaiki proses pembelajaran agar lebih baik untuk mempertahankan dan meningkatkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan penerapan model discovery learning.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Badiri pada materi kubus dan balok dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning sehingga dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, adalah:
1. Kepada guru matematika khususnya guru matematika SMP Negeri 1
Badiri, disarankan agar memperhatikan kemampuan siswa dalam memecahan masalah dan melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar, dan menggunakan model pembelajaran discovery learning sebagai salah satu alternatif model pembelajaran.
2. Kepada siswa SMP Negeri 1 Badiri disarankan lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide, dapat mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki dalam pelajaran matematika dan tidak malu bertanya kepada guru bila ada materi yang belum dimengerti oleh siswa.
(4)
3. Kepada kepala sekolah SMP Negeri 1 Badiri, agar dapat mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan model pembelajaran yang relevan dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
4. Kepada peneliti selanjutnya agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning pada materi Kubus dan Balok ataupun materi lain untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Abbas. 2008. Rendahnya Hasil Belajar Matematika. http://www.depdiknas.go.id (diaskes 14 September 2014).
Abdurahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Anisa, Jeges. 2010. Peneraan Metode Penemuan untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Di kelas VIII SMP Islami Al-Ulum
Terpadu T.P 2009/2010. Tesis FMIPA. UPI: Bandung.
http://repository.upi.edu/ (diakses 27 Januari 2015).
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Budiningsih. 2013. Kurikulum 2013 Discovery Learning.
http://ruangkreasikita.blogspot.com/2014/03/kurikulum-2013-discovery-learning.html (diakses 25 September 2014).
Cita, Tiarani. 2013. Penerapan Metode Discovery Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Pokok Bangun Ruang. Tesis FMIPA. UPI: Bandung. http://repository.upi.edu/ (diakses 27 Januari 2015).
Depdiknas. 2006. Penilaian Perkembangan Anak Didik. Jakarta: Depdiknas. Djamarah, S. B & Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rev.ed. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam_Universitas Negeri Medan.
2010. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program
Studi Pendidikan FMIPA UNIMED. Medan: FMIPA Unimed.
Firdaus. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika.
http://madfirdaus.wordpres.com/2009/11/23/kemampuan-pemecahan-masalah-matematika/ (diakses 16 September 2014)
Junaidi, Syamsul dan Eko Siswono. 2004. Matematika SMP untuk Kelas VII. Jakarta: Erlangga.
(6)
Lumbantobing, Fretty. 2013. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi Kubus dan Balok Di Kelas VIII SMP Swasta YPAK PTN 3 Sei
Karang. Medan: FMIPA Unimed.
Markaban. 2008. Model Penemuan Terbimbing Pada Pembelajaran Matematika
SMK. Yogyakarta: PTK Matematika.
Naibaho, Jastin. 2014. Penerapan Model Penemuan Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi
Kesebangunan Di kelas IX. Medan: FMIPA Unimed.
Nuharini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya
Untuk SMP. Jakarta: CV. Usaha Makmur.
Purwanto, M. Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Siahaan, S, dkk. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Yang
Berorientasi Pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah Matematika Diskrit II. Medan: Unimed.
Slameto, Abdurahman. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Suherman, E. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontraporer. Bandung: UPI.
Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Syah, M. 2004. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Karisma Putra Utama.
Wardhani, S. Et.al. 2010. Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah