PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN KREATIVITAS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

TERBIMBING DAN KREATIVITAS TERHADAP

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

SELLY IRWARDHANI

NIM. 8136176038

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

SELLY IRWARDHANI (NIM: 8136176038). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dan Kreativitas Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan keterampilan proses sains siswa pada model pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional, perbedaan keterampilan proses sains siswa antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan siswa yang memiliki kreativitas rendah, serta interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas dalam mempengaruhi keterampilan proses sains siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama diajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas kedua dengan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes keterampilan proses sains dan tes kreativitas. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan anava dua jalur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, keterampilan proses sains siswa dengan kreativitas tinggi menunjukkan perbedaan dan hasil yang lebih baik dari pada siswa dengan kreativitas rendah, serta terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kreativitas dalam mempengaruhi keterampilan proses sains siswa.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing, Kreativitas, Keterampilan Proses Sains.


(6)

ABSTRACT

SELLY IRWARDHANI (NIM: 8136176038). The Effect of Problem Guided

Inquiry Learning Model and Creativity Against Students Science Process Skills of Physic In Vocational School . Thesis. Medan: Post Graduate Program, State University of Medan, 2015.

This research is a quasi experimental. Sample selection is done by cluster random sampling two classes, which are taught by first class guided inquiry learning model and the second class with conventional learning. The instrument used consisted of the science process skills test and a test of creativity. The data were analyzed using ANOVA two lanes.

The aims of this research were to analyze the differences of student’s 'science process skills by using problem inquiry learning model and conventional learning, the differences of student’s science process skills of students who have high creativity and students who have low creativity, as well as the interaction between learning model with creativity in influencing the science process skills of students

This research was a quasi-experimental research. The sample in this research was conducted by cluster random sampling of two classes, which the first class, as experiment class, was taught with class guided inquiry learning model and the second class with conventional learning science process skills test and a test of creativity. The data were analyzed using ANOVA two lanes.

The results showed that the science process skills of students who use guided inquiry learning model is better than the conventional learning, science process skills of students with high creativity shows the difference and better results than the students with low creativity, and there is interaction between guided inquiry learning model and creativity in influencing the science process skills of students.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing Dan Kreativitas Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa” dapat

diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Alhamdulillah dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menentukan judul, penyusunan proposal hingga menjadi sebuah tesis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED;

2. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber I dan Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber III, karena ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan saran, masukan,


(8)

serta arahan yang kritis, baik selama kegiatan perkuliahan, maupun dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan tesis ini;

3. Terkhusus pada Bapak Prof. Motlan, M.Sc, Ph.D, dan Ibu Dr. Derlina, M.Si. selaku dosen pembimbing tesis yang telah mendampingi, membimbing, serta memotivasi penulis dalam sejak awal hingga selesainya tesis ini dengan baik sesuai yang diharapkan;

4. Bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si sebagai narasumber II dalam penyusunan tesis ini yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun demi penyempurnaan tesis ini;

5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Fisika PPs Unimed yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan berlangsung;

6. Teristimewa penulis ucapkan pada Ayahanda Jemirin dan Ibunda Ermawati, yang telah secara terus menerus memberikan motivasi, doa, serta kasih sayang yang tak pernah henti, serta Wibitri Wibowo, S.Pd, Rizky Pratama, A.Md, Kris April yang penulis banggakan yang senantiasa memberikan motivasi dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Unimed hingga selesainya tesis ini;

7. Kepala Sekolah dan Staf Guru di SMK Istiqlal Delitua yang telah memberikan ijin dalam memberikan waktu, kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian;

8. Teman-teman seperjuangan angkatan IV Prodi Magister Pendidikan Fisika yang juga telah memberikan semangat, motivasi, ruang, serta waktu kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.


(9)

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih belum sempurna, oleh karena itu masukan dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penelitian selanjutnya serta bermanfaat dalam menambah pengetahuan dunia pendidikan.

Medan, September 2015 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak i

Kata Pengantar iii

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Identifikasi masalah 7

1.3. Batasan masalah 8

1.4. Rumusan Masalah 8

1.5. Tujuan Penelitian 9

1.6. Manfaat penelitian 9

1.7. Definisi Operasional 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 12

2.2. Model Pembelajaran 12

2.3. Unsur-unsur Pembentukan Model Pembelajaran 14

2.3.1. Ciri-ciri Model Pembelajaran 16

2.3.2. Model Pembelajaran Inkuiri 17

2.3.3. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 21

2.3.4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing 25

2.3.5. Teori yang Melandasi Model Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing 26

2.4. Pembelajaran Konvensional 30

2.5. Defenisi Operasional Kreativitas 22

2.5.1. Ciri-ciri Kreativitas 32

2.5.2. Indikator Kreativitas 33

2.6. Keterampilan Proses Sains 45

2.6.1. Defenisi Keterampilan Proses Sains 45

2.6.2. Indikator Keterampilan Proses Sains 46

2.7. Penelitian Relevan 52

2.7.1. Perbedaan keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri terbimbing dengan siswa yang

dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional 53 2.7.2. Perbedaan keterampilan proses sains siswa yang memiliki

tingkat kreativitas tinggi dan pada siswa yang memiliki

tingkat kreativitas rendah 55

2.7.3. Interaksi antara kreativitas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses


(11)

2.7. 4. Hipotesis 56 BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 57

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 57

3.2.1.Populasi Penelitian 57

3.2.2.Sampel Penelitian 57

3.3. Variabel Penelitian 57

3.4. Desain Penelitian 58

3.5. Instrumen kreativitas 60

3.6. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 61

3.6.1. Teknik Pengumpulan Data 64

3.6.2. Instrumen Pengumpulan Data 64

3.7. Pengontrolan Variabel 65

3.7.1. Pengujian Validitas Tes Secara Rasional 65

3.7.2. Pengujian Validitas Tes Secara Empirik 66

3.7.2.1. Validitas 66

3.7.2.2. Reliabilitas 67

3.7.2.3. Taraf Kesukaran 68

3.8. Teknik Analisis Data 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil penelitian 73

4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 73

4.1.2. Analisis Data Tes Awal 73

4.1.3. Analisis Skor Kreativitas Siswa 77

4.2. Analisis Data Tes Akhir 79

4.2.1. Uji Normalitas Data 80

4.2.2. Homogenitas Data 80

4.2.3. Pengujian Hipotesis Penelitian 81

4.3. Pembahasan 92

4.3.1. Perbedaan keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan Dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa

Yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional 92 4.3.2. Perbedaan keterampilan proses sains siswa pada siswa yang

Memiliki tingkat kreativitas tinggi dan pada siswa yang

Memiliki tingkat kreativitas rendah 95 4.3.3. Interaksi antara kreativitas dengan model pembelajaran inkuri

Terbimbing terhadap keterampilan proses sains siswa 98 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 100

5.2 Saran 101


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1.: Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 23

Tabel 2.2.: Indikator Kreativitas 41

Tabel 2.3.: Indikator Keterampilan Proses Sains 49

Tabel 3.1.: Rancangan Penelitian 58

Tabel 3.2.: Desain Penelitian ANAVA 59

Tabel 3.3.: Kisi-kisi Instrument Kreativitas Siswa 60 Tabel 4.1.: Ringkasan Data Pretes Kelompok Sampel 73 Tabel 4.2.: Normalitas Distribusi Tes Awal 74

Tabel 4.3.: Uji Homogenitas Data 75

Tabel 4.4.: Uji-T Tes Awal 76

Tabel 4.5.: Hasil Skor Kreativitas Siswa 77

Tabel 4.6.: Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Tes Akhir

Keterampilan Proses Sains Siswa 79 Tabel 4.7.: Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Data Postes 80

Tabel 4.8.: Hasil Pengujian Homogenitas 81

Tabel 4.9.: Pengujian Hipotesis Penelitian 81

Tabel 4.10.: Hasil Uji Anova 82


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1.: Bagan Prosedur Penelitian 63

Gambar 4.1.: Diagram Batang Persentase Hasil Kreativitas Siswa

Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Tiap Indikator 78 Gambar 4.2.: Diagram Batang Perbandingan Model Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing dengan Pembelajaran Konvensional 84 Gambar 4.3.: Diagram Batang Perbandingan Hasil KPS Siswa Pada

Tingkat Kreativitas Tinggi dengan Tingkat Kreativitas

Rendah Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 86 Gambar 4.4.: Pola Garis Interaksi antara Tingkat Kreativitas dengan

Model Pembelajaran Terhadap Keterampilan Proses


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1.: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 106

Lampiran 2.: Lembar Kerja Siswa (LKS) 164

Lampiran 3.: Bahan Ajar 173

Lampiran 4.: Spesifikasi Tes Keterampilan Proses Sains 199 Lampiran 5.: Instrumen Keterampilan Proses Sains 209 Lampiran 6.: Jawaban Tes Keterampilan Proses Sains 211

Lampiran 7.: Soal Tes Kreativitas 216

Lampiran 8.: Instrumen Kreativitas 225

Lampiran 9. : Jawaban Tes Kreativitas 227

Lampiran 10.: Tabulasi Skor Kreativitas Kontrol 231 Lampiran 11.: Tabulasi Skor Kreativitas Eksperimen 233

Lampiran 12.: Skor Postes Kontrol 235

Lampiran 13.: Skor Postes Kelas Eksperimen 237

Lampiran 14.: Analisis Varians Dua Jalur DenganFaktorial 2x2 239 Lampiran 15.: Tabel Jumlah Data Desain ANAVA 2X2 240 Lampiran 16.: Analisis Varians (ANAVA) Dua Jalur 244 Lampiran 17.: Analisis Statistik Data Pretes 246


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan memberikan kemungkinan pada siswa untuk memperoleh kesempatan, harapan, dan pengetahuan agar dapat hidup secara lebih baik. Besarnya kesempatan dan harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh.

Pendidikan saat ini seharusnya membentuk siswa yang dapat menghadapi era globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi, informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, ekonomi berbasis pengetahuan, kebangkitan industri kreatif dan budaya, pergeseran kekuatan ekonomi dunia, serta pengaruh imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

Kualitas pendidikan saat ini belum menunjukkan relevansi yang tinggi dengan kebutuhan masyarakat. Ilmu fisika yang diterapkan di sekolah seakan-akan tidak berdampak dalam cara hidup dan cara berfikir siswa di lingkungannya. Hal ini dibuktikan oleh hasil observasi awal peneliti dengan guru bidang studi fisika di sekolah SMK Swasta Istiqlal, yang menunjukkan bahwa selama ini pembelajaran fisika, guru jarang melakukan praktikum, berbagai permasalahan yang timbul terkait dengan pengelolaan laboratorium, yaitu : (1) alat praktikum


(16)

kurang lengkap, (2) Jumlah alat yang tersedia tidak seimbang dengan jumlah siswa praktik, (3) belum semua guru memanfaatkan laboratorium fisika dalam proses pembelajaran fisika, (4) proses perbaikan peralatan laboratorium memerlukan waktu yang cukup lama.

Berdasarkan hasil observasi lanjutan yang telah penulis lakukan di SMK Swasta Istiqlal, penulis mendapatkan informasi, bahwa pembelajaran fisika yang berlangsung masih didominasi oleh guru serta metode pembelajaran yang digunakan juga kurang bervariasi. Kurangnya pengetahuan guru mengenai model-model pembelajaran menyebabkan guru hanya menggunakan satu jenis model-model pembelajaran saja, proses pembelajaran lebih sering menggunakan metode ceramah dan pembelajaran yang berlangsung masih konvensional dengan latihan soal, Proses pembelajaran masih bersifat konvensional dan berpusat pada guru, sehingga proses belajar mengajar kurang interaktif, sehingga kurangnya kesempatan siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif,

Pada Kegiatan praktikum jarang dilaksanakan sehingga keterampilan proses sains menjadi pasif dan kurang terlihat, dimana siswa hanya mengikuti apa yang dicontohkan guru dan kreativitas yang ada dalam diri siswa menjadi terhambat. Dapat dilihat dari nilai fisika siswa di semester ganjil dengan nilai rata-rata hasil ujian semester siswa untuk mata pelajaran fisika yaitu 60, masih ada siswa yang nilainya belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal) untuk bidang studi fisika yaitu 70.


(17)

Hasil belajar dalam penelitian ini difokuskan pada karakteristik kompetensi keterampilan siswa, yang berorientasi pada karakteristik kompetensi, yaitu : ranah sikap, ranah keterampilan, dan ranah pengetahuan. Jadi jenis keterampilan dalam penelitian ini adalah keterampilan proses sains, menurut Semiawan (2009 : 17) keterampilan proses sains adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru. Untuk mengetahui realita permasalahan disekolah lebih lanjut mengenai keterampilan proses sains, maka peneliti harus melihat proses pembelajaran yang berlangsung disekolah tersebut.

Menurut Joyce (2008 : 164), model pembelajaran inkuiri dirancang untuk membawa siswa secara langsung kedalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut kedalam periode waktu yang singkat. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahu.

Pembelajaran konvensional merupakan suatu bentuk proses belajar mengajar yang sudah biasa dilaksanakan oleh guru atau dengan kata lain yang paling sering dilakukan oleh guru-guru di suatu sekolah. Secara umum pelaksanaan pembelajaran ini adalah dengan cara guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa secara lisan. Pada umumnya siswa bersifat pasif, yaitu menerima apa saja yang dijelaskan oleh guru. Pada pelaksanaannya pembelajaran ini lebih sering menggunakan metode ceramah, dimana guru lebih mendominasi


(18)

proses pembelajaran konvensional, hal ini juga disebabkan dalam proses belajar mengajar jarang melakukan percobaan, sehingga praktikum jarang dilaksanakan. Pada pembelajaran konvensional hanya menggunakan metode ceramah dan tidak berbasis penyelidikan, hal inilah yang membuat siswa kurang terampil dan proses pembelajaran kurang interaktif. Adapun untuk mengetahui lebih lanjut mengenai keterampilan proses sains siswa, peneliti harus mengacu ke penelitian yang relevan.

Menurut Haryono (2006 : 3) menyatakan bahwa rendahnya kemampuan proses sains siswa setidaknya dapat dijelaskan dari aspek proses pembelajaran yang berlangsung dan dari aspek sistem penilaian yang dikembangkan oleh para guru. Sedangkan menurut Suwartaya (2013 :2) menyatakan bahwa sistem evaluasi yang dikembangkan oleh para guru selama ini kurang mendorong bagi perkembangan keterampilan proses sains siswa, evaluasi kemampuan proses sains dilakukan secara terintegrasi dengan evaluasi hasil belajar pada umumnya dalam bentuk tes tertulis.

Berdasarkan penelitian yang relevan dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains siswa disekolah masih rendah. Mencermati kenyataan tersebut maka perlu dilakukan inovasi dalam pembelajaran, yakni guru dengan kompetensi yang dimilikinya diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang tepat agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dan tercapai secara optimal. Sesuai dengan yang tertera dalam Standar Kompetensi dasar SMA (BNSP,2006) pembelajaran fisika di sekolah memiliki tujuan yaitu siswa dapat mengembangkan kemampuan penalaran induktif dan deduktif,


(19)

menguasai konsep dan prinsip untuk mendeskripsikan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Sesuai dengan pernyataan di atas maka model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing, berdasarkan keadaan siswa yang diamati di sekolah SMA Swasta Istiqlal, karena pada proses pelaksanaannya guru memberikan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa dalam merencanakan pembelajaran dan perumusan kegiatan.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing perlu mengacu ke penelitian yang relevan, Menurut Sabahiyah (2013) menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing yang diterapkan dalam penelitian ini terbukti berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPA. Selanjutnya Menurut Gladys (2013) menyatakan bahwa pendekatan inkuiri terbimbing efektif digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa.

Pemaparan tersebut sejalan dengan definisi dari model pembelajaran inkuiri terbimbing, sebagaimana yang dikemukakan oleh Gulo (2002 : 84) yang menyatakan bahwa inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Model pembelajaran inkuiri terbimbing juga menuntut guru untuk sengaja memilih peristiwa yang menimbulkan keherana dan membuat siswa untuk memikirkannya serta menimbulkan rasa keingintahuan dan berusaha untuk


(20)

menemukan dan menjelaskan sehingga akan menghasilkan suatu pemahaman konsep dan teori baru.

Model pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Peneliti pun tertarik untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran inkuiri untuk membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya

Berdasarkan defenisi inkuiri terbimbing diatas, maka untuk memudahkan dalam mewujudkan suatu proses penyelidikan yang berorientasi inkuiri, siswa mengikuti proses pembelajaran melalui petunjuk guru yang disajikan dalam bentuk lembar kegiatan siwa, hal ini dilakukan supaya siswa lebih terampil sehingga kreativitas yang ada pada diri siswa dapat muncul dan keterampilan proses sains pun dapat terbentuk. Kreativitas yang ada dalam diri siswa dapat mempengaruhi keterampilan proses sains siswa, siswa yang mempunyai tingkat kreativitas tinggi maka akan lebih terampil dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas rendah, hal ini sesuai dengan definisi kreativitas yang dikemukakan oleh Munandar (2009 : 12) bahwa kreativitas merupakan hasil interaksi antara individu dan lingkungannya, kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang sudah ada atau dikenal sebelumnya, yaitu semua pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh


(21)

seseorang selama hidupnya, baik itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat.

Berdasarkan pernyataan yang telah diungkapkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dan Kreativitas Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat di identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Guru jarang melakukan praktikum

2. Pembelajaran fisika masih di dominasi oleh guru

3. kurangnya kesempatan siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif,

4. Kegiatan praktikum jarang dilaksanakan sehingga keterampilan proses sains menjadi pasif dan kurang terlihat

5. Siswa hanya mengikuti apa yang di contohkan guru, sehingga kreativitas yang ada dalam diri siswa terhambat.

6. Proses pembelajaran lebih sering menggunakan metode ceramah dan pembelajaran yang berlangsung masih konvensional dan latihan soal.


(22)

1.3. Batasan Masalah

Untuk memberikan ruang lingkup yang jelas pada pembahasan maka penelitian di kelas X semester II SMA Swasta Istiqlal T.P. 2014/2015 ini dibatasi pada:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Inkuiri terbimbing

2. Materi pokok yang diajarkan adalah suhu dan kalor

3. Kreativitas belajar siswa dilihat pada kreativitas tinggi dan rendah 4. Keterampilan proses sains

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan keterampilan proses sains yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran Konvensional.

2. Apakah terdapat perbedaan keterampilan proses sains pada siswa yang memiliki tingkat kreativitas tinggi dan pada siswa yang memiliki tingkat kreativitas rendah.

3. Apakah terdapat interaksi antara kreativitas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap terhadap keterampilan proses sains siswa


(23)

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis apakah ada perbedaan keterampilan proses siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

2. Menganalisis apakah ada perbedaan keterampilan proses siswa yang memiliki tingkat kreativitas tinggi dan pada siswa yang memiliki kreativitas tingkat rendah.

3. Menganalisis apakah terdapat interaksi antara kreativitas dengan model pembelajaran terhadap keterampilan proses sains siswa.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi bagi penulis, dalam menambah wawasan tentang model pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

2. Sebagai bahan informasi alternatif model pembelajaran dalam peningkatan hasil belajar siswa khususnya nilai pelajaran fisika.

3. Menambah pengalaman dan pengetahuan peneliti tentang model pembelajaran Inkuiri Terbimbing.


(24)

1.7. Definisi Operasional

Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka dibuat suatu defenisi operasional sebagai berikut:

1.Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Inkuiri adalah suatu teknik atau cara yang digunakan dalam pembelajaran yang menekankan kepada proses mencari sumber sendiri serta meneliti sendiri inti dari materi pelajaran. Dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Adapun langkah model pembelajaran inkuiri adalah : (1) Merumuskan masalah, (2) Merumuskan hipotesis, (3) Mengumpulkan data, (4) Analisis data, (5) Membuat kesimpulan.

(Trianto, 2010 : 6)

2. Kreativitas

Kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.

(Munandar, 2012 : 12) 3. Pembelajaran konvensional

Pembelajaran konvensional pada penelitian ini adalah pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah terbiasa dilakukan, sifatnya berpusat pada guru, sehingga pelaksanaanya kurang memperhatikan keseluruhan situasi belajar.


(25)

4. Hasil belajar

Hasil belajar adalah penguasaan produk fisika yang mengacu pada perubahan kemampuan bidang kognitif yang mencakup dimensi pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif) dan dimensi proses kognitif (mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta) yang dicapai siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran fisika yang ditempuh selama kurun waktu tertentu berdasarkan tujuan pembelajaran yang ditetapkan (Anderson dan Krathwohl, 2001 : 15).


(26)

73

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di sekolah SMK Swasta Istiqlal Delitua dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing diperoleh kesimpulan:

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa dari pada pembelajaran konvensional. Hal ini berdasarkan dari hasil keterampilan proses sains yang telah dicapai oleh kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu terdapat perbedaan hasil keterampilan proses sains siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2. Hasil keterampilan proses sains siswa yang memiliki kreativitas tinggi

lebih baik dibandingkan dengan keterampilan proses sains siswa yang memiliki tingkat kreativitas rendah, hal ini juga ditandai dari perolehan indikator yang dominan muncul pada kelas eksperimen adalah indikator rasa ingin tahu sebesar 82,22% di kelas eksperimen dan 71,11% di kelas kontrol. Hal ini dapat disimpulkan bahwa siswa di kedua kelompok sampel dominan memiliki rasa ingin tahu daripada indikator yang lain. 3. Terdapat interaksi yang signifikan antara antara model pembelajaran

inkuiri terbimbing dan konvensional dengan tingkat kreativitas terhadap keterampilan proses sains siswa, dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa terjadi interaksi, siswa yang memiliki tingkat kreativitas tinggi jika dibelajarkan dengan model inkuiri terbimbing maka hasil keterampilan proses sainsnya tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas


(27)

rendah, pada kelas konvensional dimana pada tingkat kreativitas tinggi dan kreativitas rendah, hasil keterampilan proses sainsnya relatif sama. Yang artinya, model inkuiri terbimbing lebih dominan dibandingkan dengan kelas konvensional.

5.2 Saran

1. Peneliti selanjutnya untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing maka siswa harus memiliki tingkat kreativitas tinggi, hal ini dikarenakan tingkat kreativitas mempengaruhi penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

2. Peneliti selanjutnya dalam menerapkan model pembelajaran sebaiknya di perhitungkan dengan baik pembagian jumlah kelompok, jangan sampai terlalu banyak dalam satu kelompok karena akan mengakibatkan siswa dalam kelompok tidak bekerja sepenuhnya.

3. Melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing, sebaiknya perhitungan dengan baik pembagian jumlah kelompok, jangan sampai terlalu banyak dalam satu kelompok, karena akan mengakibatkan siswa dalam kelompok tidak bekerja sepenuhnya.

4. Peneliti selanjutnya lebih kreatif dalam mengkonsep materi pelajaran yang akan dibagikan kepada siswa. Konsep yang diberikan kepada siswa harus mampu menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih termotivasi untuk mudah memahami materi pelajaran nantinya.


(28)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2012). Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan: Unimed Press. Anderson, L.W. Dan Krathwohl. (2010). Kerangka Landasan Untuk

Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arends, R.I. (2008). Leaning to Teach. New York: McGraw-Hill.

BNSP. (2006). Standar isi untuk satuan pendidikan Dasar dan menengah, Jakarta. Deta. (2012). Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Dan Proyek, Kreativitas Serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal

Pendidikan Fisika Indonesia Vol 9(1). hal : 28-34

Dimyati, dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Grasindo Halliday, D, Resnick, R. (1992). Fisika jilid 1. Jakarta: Erlangga. Haryanto. (2007). Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Erlangga.

Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor : Ghalia Indonesia.

Ibrahim, Rusli. (2001). Landasan Psikologi Pendidikan di Sekolah. Departemen Pendidikan Nasional.

Jack, Gladys .U. (2013). Consept Mapping and Guided Inquiry as Effective Techniques for Teaching Difficult Concepts in Chemistry : Affect on Students Academic Archievement. Journal of education and practice. Vol 6 (2). hal: 11-12

Joyce, B. Weil,M Dan Calhoun,E. (2009). Models of Teaching (8 th ed). Model-model Pengajaran (terjemahan Fawai dan Ateila Mirza). Pustaka Pelajar : Yogyakarta.


(29)

Kiki. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Melalui Metode Eksperimen Dan Inkuiri Terbimbing Ditinjau Dari Kreativitas Siswa Pada Materi Larutan Penyangga. Jurnal Pendidikan Kimia.Vol 3(1), hal: 89-97

Kanginan, Marthen.(2007). Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Maretasari. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis

Laboratorium Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa. Vol 1(2). hal: 28-31

Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Munandar, Utami. (2012). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

NRC. (2000). Inquiry dan The National Science Education Standar. A Guide For Teaching dan Learning. Washington DC: National Academic Press.

Olatunde. (2009). Students Attitude Towards Mathematics and Academic in Some Selected Secondary Schools in Southwestern Nigeria. Vol 36(3). Hal: 336-341.

Praptiwi. (2012). Efektifitas Dengan Model Pembelajaran Eksperimen Inkuiri Terbimbing Berbantuan My Own Dictionary Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Unjuk Kerja Siswa. Vol 1(2). Hal : 86-95.

Rustaman. (2003). Peranan Pertanyaan Produktif Dalam Pengembangan Keterampilan Proses Sains. FMIPA UPI.

Rusyan, Tabrani. (1989). Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Karya.

Roestiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Sabahiyah, A.A.I.N, Mathaeni, I. W dan Suastra. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas V Gugus 03 Wanasaba Lombok Timur. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol 3(3). Hal:4-5.

Sagala, S. (2009). Konsep Dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana.

Santyasa. (2007). Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Pendidikan Ganesha.


(30)

Sardiman. (2003). Interaksi Dan Motivasi Belajar Siswa. Jakarta: PT. Rajawali Pres Grafindo Persada.

Semiawan, Conny. (2009). Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Gramedia: Jakarta.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudijono. (2008). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sudjana. (2002). Metoda Statistika, Bandung: Tarsito.

Supartono. (2011). Pengembangan Perangkat Perkuliahan Kegiatan Laboratorium Fisika Dasar II Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Kerja Ilmiah Siswa. Vol 7(1). Hal : 62-68

Suprihatiningrum. (2013). Strategi Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Supriadi. (1994). Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek. Bandung:

Alfabeta.

Surya, Yohannes. (1977). Olimpiade Fisika jilid 1A. Jakarta: Primatika Cipta Ilmu.

Torrance. (1969). Creativity What Research Says to the Teacher. Washington DC : National Education Association.

Tritanto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wibowo. (2012). Penerapan Model Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dan Keterampilan Berfikir Kreatif. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Vol 2(1). Hal: 2.

Wahidmurni. (2010). Evaluasi Pembelajaran Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Litera.

Wahyudi, Sutikno, A. Isa. (2010). Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Siswa. Vol 6(1).hal: 58-62

Wahyuningsih, I. (2012). Penerapan Model Kooperatif Group Investigation Berbasis Eksperimen Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkaatkan Aktivitas Belajar. Vol 1(1). hal :1-6


(31)

Wenning, C.J. (2010). Level of Inquiry: using inquiry spectrum learning sequences to teach science. JPTEO. Vol 5(3). Hal: 7-8.


(1)

73

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di sekolah SMK Swasta Istiqlal Delitua dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing diperoleh kesimpulan:

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa dari pada pembelajaran konvensional. Hal ini berdasarkan dari hasil keterampilan proses sains yang telah dicapai oleh kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu terdapat perbedaan hasil keterampilan proses sains siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2. Hasil keterampilan proses sains siswa yang memiliki kreativitas tinggi

lebih baik dibandingkan dengan keterampilan proses sains siswa yang memiliki tingkat kreativitas rendah, hal ini juga ditandai dari perolehan indikator yang dominan muncul pada kelas eksperimen adalah indikator rasa ingin tahu sebesar 82,22% di kelas eksperimen dan 71,11% di kelas kontrol. Hal ini dapat disimpulkan bahwa siswa di kedua kelompok sampel dominan memiliki rasa ingin tahu daripada indikator yang lain. 3. Terdapat interaksi yang signifikan antara antara model pembelajaran

inkuiri terbimbing dan konvensional dengan tingkat kreativitas terhadap keterampilan proses sains siswa, dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa terjadi interaksi, siswa yang memiliki tingkat kreativitas tinggi jika dibelajarkan dengan model inkuiri terbimbing maka hasil keterampilan proses sainsnya tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas


(2)

rendah, pada kelas konvensional dimana pada tingkat kreativitas tinggi dan kreativitas rendah, hasil keterampilan proses sainsnya relatif sama. Yang artinya, model inkuiri terbimbing lebih dominan dibandingkan dengan kelas konvensional.

5.2 Saran

1. Peneliti selanjutnya untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing maka siswa harus memiliki tingkat kreativitas tinggi, hal ini dikarenakan tingkat kreativitas mempengaruhi penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

2. Peneliti selanjutnya dalam menerapkan model pembelajaran sebaiknya di perhitungkan dengan baik pembagian jumlah kelompok, jangan sampai terlalu banyak dalam satu kelompok karena akan mengakibatkan siswa dalam kelompok tidak bekerja sepenuhnya.

3. Melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing, sebaiknya perhitungan dengan baik pembagian jumlah kelompok, jangan sampai terlalu banyak dalam satu kelompok, karena akan mengakibatkan siswa dalam kelompok tidak bekerja sepenuhnya.

4. Peneliti selanjutnya lebih kreatif dalam mengkonsep materi pelajaran yang akan dibagikan kepada siswa. Konsep yang diberikan kepada siswa harus mampu menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih termotivasi untuk mudah memahami materi pelajaran nantinya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2012). Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan: Unimed Press. Anderson, L.W. Dan Krathwohl. (2010). Kerangka Landasan Untuk

Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arends, R.I. (2008). Leaning to Teach. New York: McGraw-Hill.

BNSP. (2006). Standar isi untuk satuan pendidikan Dasar dan menengah, Jakarta. Deta. (2012). Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Dan Proyek, Kreativitas Serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal

Pendidikan Fisika Indonesia Vol 9(1). hal : 28-34

Dimyati, dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Grasindo Halliday, D, Resnick, R. (1992). Fisika jilid 1. Jakarta: Erlangga. Haryanto. (2007). Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Erlangga.

Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor : Ghalia Indonesia.

Ibrahim, Rusli. (2001). Landasan Psikologi Pendidikan di Sekolah. Departemen Pendidikan Nasional.

Jack, Gladys .U. (2013). Consept Mapping and Guided Inquiry as Effective Techniques for Teaching Difficult Concepts in Chemistry : Affect on Students Academic Archievement. Journal of education and practice. Vol 6 (2). hal: 11-12

Joyce, B. Weil,M Dan Calhoun,E. (2009). Models of Teaching (8 th ed). Model-model Pengajaran (terjemahan Fawai dan Ateila Mirza). Pustaka Pelajar : Yogyakarta.


(4)

Kiki. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Melalui Metode Eksperimen Dan Inkuiri Terbimbing Ditinjau Dari Kreativitas Siswa Pada Materi Larutan Penyangga. Jurnal Pendidikan Kimia.Vol 3(1), hal: 89-97 Kanginan, Marthen.(2007). Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Maretasari. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa. Vol 1(2). hal: 28-31

Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Munandar, Utami. (2012). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

NRC. (2000). Inquiry dan The National Science Education Standar. A Guide For Teaching dan Learning. Washington DC: National Academic Press.

Olatunde. (2009). Students Attitude Towards Mathematics and Academic in Some Selected Secondary Schools in Southwestern Nigeria. Vol 36(3). Hal: 336-341.

Praptiwi. (2012). Efektifitas Dengan Model Pembelajaran Eksperimen Inkuiri Terbimbing Berbantuan My Own Dictionary Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Unjuk Kerja Siswa. Vol 1(2). Hal : 86-95.

Rustaman. (2003). Peranan Pertanyaan Produktif Dalam Pengembangan Keterampilan Proses Sains. FMIPA UPI.

Rusyan, Tabrani. (1989). Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Karya.

Roestiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Sabahiyah, A.A.I.N, Mathaeni, I. W dan Suastra. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas V Gugus 03 Wanasaba Lombok Timur. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol 3(3). Hal:4-5.

Sagala, S. (2009). Konsep Dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana.

Santyasa. (2007). Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Pendidikan Ganesha.


(5)

Sardiman. (2003). Interaksi Dan Motivasi Belajar Siswa. Jakarta: PT. Rajawali Pres Grafindo Persada.

Semiawan, Conny. (2009). Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Gramedia: Jakarta.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudijono. (2008). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sudjana. (2002). Metoda Statistika, Bandung: Tarsito.

Supartono. (2011). Pengembangan Perangkat Perkuliahan Kegiatan Laboratorium Fisika Dasar II Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Kerja Ilmiah Siswa. Vol 7(1). Hal : 62-68

Suprihatiningrum. (2013). Strategi Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Supriadi. (1994). Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek. Bandung:

Alfabeta.

Surya, Yohannes. (1977). Olimpiade Fisika jilid 1A. Jakarta: Primatika Cipta Ilmu.

Torrance. (1969). Creativity What Research Says to the Teacher. Washington DC : National Education Association.

Tritanto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wibowo. (2012). Penerapan Model Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dan Keterampilan Berfikir Kreatif. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Vol 2(1). Hal: 2.

Wahidmurni. (2010). Evaluasi Pembelajaran Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Litera.

Wahyudi, Sutikno, A. Isa. (2010). Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Siswa. Vol 6(1).hal: 58-62

Wahyuningsih, I. (2012). Penerapan Model Kooperatif Group Investigation Berbasis Eksperimen Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkaatkan Aktivitas Belajar. Vol 1(1). hal :1-6


(6)

Wenning, C.J. (2010). Level of Inquiry: using inquiry spectrum learning sequences to teach science. JPTEO. Vol 5(3). Hal: 7-8.