Pengaruh Perbedaan Intensitas Latihan Terhadap Nilai Vo2max, Status Gizi, Dan Komposisi Tubuh Pada Remaja Laki Laki Obes

PENGARUH PERBEDAAN INTENSITAS LATIHAN
TERHADAP NILAI VO2MAX, STATUS GIZI, DAN
KOMPOSISI TUBUH PADA REMAJA LAKI-LAKI OBES

RAMADHANA KOMALA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Perbedaan
Intensitas Latihan terhadap Nilai VO2max, Status Gizi, dan Komposisi Tubuh pada
Remaja Laki-Laki Obes adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2017
Ramadhana Komala
NIM I151140161

RINGKASAN
RAMADHANA KOMALA. Pengaruh Perbedaan Intensitas Latihan terhadap Nilai
VO2max, Status Gizi, dan Komposisi Tubuh pada Remaja Laki-Laki Obes.
Dibimbing oleh HADI RIYADI dan BUDI SETIAWAN.
Masa remaja merupakan periode kritis terhadap perkembangan obesitas. Efek
obesitas pada remaja yang perlu menjadi perhatian adalah munculnya penyakit
kardiovaskular di masa depan (Reilly 2006). Menurut data Riskesdas tahun 2013,
prevalensi remaja gemuk dan obes usia 16-18 tahun di Indonesia sebesar 7.3%.
Prevalensi ini meningkat 5.9% dibandingkan tahun 2010 (Kemenkes 2013).
Aktivitas fisik memiliki peranan penting dalam mencegah peningkatan obesitas
pada remaja (Stankov et al. 2012). Aktivitas fisik dalam hal ini latihan intensitas
sedang dan berat diketahui dapat memperbaiki VO2max, status gizi, dan komposisi
tubuh (Tjonna et al. 2008; Araujo et al. 2012; Fisher et al. 2015).
Tujuan umum dari penelitian ini untuk menilai pengaruh perbedaan intensitas
latihan terhadap perubahan nilai VO2max, status gizi, dan komposisi tubuh pada

remaja laki-laki obes. Tujuan khusus meliputi: 1) menganalisis pengaruh perbedaan
intensitas latihan terhadap perubahan nilai VO2max, 2) menganalisis pengaruh
perbedaan intensitas latihan terhadap status gizi (indeks massa tubuh) dan
komposisi tubuh (persen lemak tubuh), dan 3) Menganalisis pengaruh perbedaan
intensitas latihan terhadap kenyamanan aktivitas fisik.
Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental. Sebanyak 30 remaja
obes dipilih secara acak dan dimasukkan ke dalam 3 kelompok yaitu kontrol,
moderate intensity training (MIT), dan high intensity interval training (HIIT).
Kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan selama intervensi. Latihan pada
subjek kelompok MIT dan HIIT dimulai dengan 5 menit pemanasan terlebih dahulu
dengan cara berlari di treadmill pada 50-55% HRmax. Setelah pemanasan,
kelompok MIT berlari selama 30 menit pada 65-70% HRmax. Sedangkan, subjek
kelompok HIIT diharuskan berlari selama 2 menit pada 90-95% HRmax dengan 1
menit pemulihan aktif pada 55% HRmax antara setiap interval untuk total 30 menit.
Latihan berakhir dengan 5 menit pendinginan pada 50-55% HRmax. Total lama
latihan yaitu 40 menit. Latihan dilakukan 3x seminggu selama 6 minggu.
Penilaian status kebugaran menggunakan 20 metres shuttle run test. Data
status gizi dan komposisi tubuh didapatkan melalui pengukuran langsung. Data
asupan gizi menggunakan metode food recall 2x24 jam dan data kenyamanan
aktivitas fisik menggunakan kuesioner physical activity enjoyment scale (PACES).

Pengerahan tenaga yang dirasakan diukur menggunakan skala Borg. Pengolahan
dan analisis data menggunakan Microsoft Excel 2013 dan SPSS versi 16.0. Data
VO2max, status gizi, dan komposisi tubuh dianalisis menggunakan Analysis of
Covariate (Ancova) dengan confounding factor berupa asupan gizi. Penelitian ini
telah disetujui oleh Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia No.803/UN2.F1/ETIK/2016.
Subjek yang mengikuti penelitian berusia 18-19 tahun dan tergolong dalam
kategori remaja (WHO 1999). Rata-rata indeks massa tubuh (IMT) pada kelompok
kontrol, MIT, dan HIIT yaitu 29.43±2.97 kg.m-2, 29.77±2.52 kg.m-2, dan
27.21±1.25 kg.m-2 yang tergolong obesitas tingkat 1 (WHO 2000). Nilai lingkar
pinggul (LP) kelompok kontrol sebesar 96.65±7.23 cm, kelompok MIT sebesar

97.60±5.80 cm, dan kelompok HIIT sebesar 91.85±6.06 cm yang termasuk berisiko
komplikasi metabolik dan penyakit terkait obesitas karena memiliki LP>90 cm
(Grundy et al. 2005). Rataan persen lemak tubuh (PLT) ketiga kelompok perlakuan
yaitu kontrol (27.35±3.40%), MIT (26.45±4.19%), dan HIIT (23.60±2.78%) yang
termasuk dalam kategori tinggi (Gallagher et al. 2000). Rataan nilai VO2max pada
kelompok kontrol, MIT, dan HIIT secara berturut-turut 33.13±3.66 ml.kg-1.mnt-1,
32.05±2.73 ml.kg-1.mnt-1, dan 35.15±1.71 ml.kg-1.mnt-1 yang termasuk dalam
kategori buruk (David dan Samuel 2015).

Rata-rata asupan energi pada kelompok kontrol, MIT, dan HIIT sebelum
intervensi yaitu 2 385±302 kkal, 2 270±184 kkal, dan 2 348±228 kkal. Sedangkan
asupan energi ketiga kelompok sesudah intervensi yaitu 2 428±244 kkal, 2 304±93
kkal, dan 2 309±235 kkal. Asupan lemak pada kelompok kontrol, MIT, dan HIIT
masih tergolong tinggi karena >120% tingkat kecukupan gizi / TKG (Gibson 2005).
Intensitas latihan paling berat dirasakan oleh kelompok HIIT pada minggu
awal intervensi dan dirasakan menurun hingga sedang pada 2 minggu terakhir
latihan. Hal yang berbeda terjadi pada kelompok MIT, intensitas latihan yang
dirasakan pada minggu awal latihan agak berat dan semakin ringan pada 2 minggu
terakhir latihan.
Intervensi intensitas latihan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
nilai VO2max. Selama masa intervensi terjadi peningkatan nilai VO2max yang
signifikan pada kelompok MIT dan HIIT sedangkan kelompok kontrol cenderung
mengalami penurunan. Kelompok HIIT memiliki rata-rata peningkatan nilai
VO2max terbesar (3.55±1.37 ml.kg-1.mnt-1). Hal ini berarti baik MIT dan HIIT
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan nilai VO2max.
Intervensi intensitas latihan berpengaruh signifikan (p