181 Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan
“Sekarang giliranku mewarnaimu,” kata merak. Mulailah merak mengecat bulu- bulu gagak. Akan tetapi, baru sebentar saja gagak sudah merasa lapar. Ketika melihat
bangkai seekor tikus terapung di sungai, ia tidak mau berlama-lama lagi. “ Gunakan warna satu saja” suruhnya. “Aku tak mau kehilangan makananku.”
“Sabar, teman,” timpal merak. “Bukankah kau menginginkan warna bulumu indah?”
“Aku tak peduli,” sahut gagak. “Aku tak mau kelaparan, warnai saja buluku dengan warna hitam”
Merak pun melakukannya. Setelah itu, gagak segera melesat terbang untuk menyantap bangkai tikus. Sejak saat itu, bulu burung merak berwarna indah dan bulu
burung gagak berwarna hitam.
Sumber: Kumpulan Cerita Binatang. Diceritakan oleh Endang Firdaus, Penerbit PT. ELex Media Komputindo, Jakarta 2013
Setelah membaca dan memahami teks cerita fabel di atas, siswa diminta menjawab pertanyaan berikut.
1. Tentukanlah struktur teks cerita fabel “Burung Gagak dan Burung Merak” 2. Tentukan paragraf yang termasuk bagian-bagian dari struktur teks tersebut
3. Cermati penggunaan unsur kebahasaan yang ada di dalam teks tersebut, kemudian
betulkan jika kamu menemukan penggunaan unsur kebahasaan yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
4. Ringkaslah teks cerita fabel di atas menjadi teks yang lebih singkat dan lebih mudah dipahami Hilangkan atau ubahlah kalimat-kalimat yang ada di dalam teks
menjadi kalimat-kalimat sederhana yang mudah dipahami
182 Buku Guru Kelas VIII SMP MTs
B. Pengulangan Materi Bab II Menepis Lupa Jasa Para Inspirator Bangsa
Di dalam pembelajaran Bab II siswa diharapkan mampu memahami struktur teks biograi. Di samping itu, siswa diharapkan mampu membuat teks biograi kira-
kira 16—25 kalimat. Teks biograi terdiri atas orientasi, peristiwa dan masalah, dan reorientasi. Untuk melatih pemahaman siswa tentang teks biograi, berikut
ini ditampilkan teks biograi tentang seorang pelajar yang berjudul “Kicau Kenari Kecil dari Kalabahi”. Teks tersebut dijadikan sebagai bahan remidi bagi siswa. Guru
meminta siswa membaca dan mencermati teks berikut dengan teliti.
Kicau Kenari Kecil dari Kalabahi
Karya Meiseany Hortensia dan Bartolomeus Marsudiharjo “Baiklah… itu tadi beberapa lagu yang sudah saya persembahkan untuk para
pendengar dan sahabat-sahabatku. Sekadar info, anak Alor sekarang punya Forum Anak. Di sini kita bisa melakukan hal positif seperti kursus komputer dan bahasa
Inggris. Kita diajarkan untuk melakukan hal-hal positif seperti melakukan kegiatan terkait dengan peringatan Hari Anak Nasional HAN.”
Di ruangan sederhana kedap suara berukuran 4x4 meter, yang dilengkapi AC, komputer, dan peralatan siaran, Yohana Sepriana Puling 16, atau biasa dipanggil
Rina, tampil bak penyiar radio profesional. Meskipun baru kelas 3 SMP, Rina begitu percaya diri menyapa para pendengar radio komunitas ‘Suara Kenari ‘ FM 100,7 MHz
yang bisa didengar penggemar dalam radius tujuh kilometer.
Selama siaran di salah satu ruangan kantor organisasi kemanusiaan Wahana Visi Indonesia di Kota Kalabahi di Pulau Alor, NTT, Rina terus sibuk memantau pesan
pendek di layar HP berisi kiriman salam untuk pendengar lain yang harus ia bacakan. Remaja berkulit cokelat tua itu juga sibuk menggerak-gerakkan mouse, mencari lagu
pilihan para pendengar setia di bank komputer.
Rina menyampaikan pengumuman-pengumuman penting, pesan-pesan yang terkait dengan hak anak, kesehatan reproduksi, proil igur-igur terkenal, presiden,
dan lain-lain. Rina mencari sendiri informasi dari internet tentang tokoh-tokoh yang akan diperkenalkan kepada pendengarnya.
Supaya siaran tidak membosankan, gadis manis berambut panjang ini memberikan selingan dengan tebakan.
“Mana yang lebih jago, ayam atau sapi?” tanya Rina kepada para pendengarnya. Beragam jawaban pun segera bermunculan ke telepon seluler dengan nomor
khusus yang sudah disediakan. Rina pun mulai membacakan jawaban-jawaban yang masuk ke redaksi. Pengirim yang jawabannya dianggap benar berhak request lagu
kesukaannya.
183 Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan
Sebelum menjadi penyiar di radio komunitas ‘Suara Kenari’ di Kalabahi, ibu kota Kabupaten Alor-NTT, Rina dan beberapa teman lainnya mendapatkan pelatihan dari
penyiar radio profesional yang khusus didatangkan Wahana Visi dari Yogyakarta. Sejak itu, Rina dan kawan-kawannya menjadi motor siaran radio ‘Suara Kenari’ yang
cukup banyak penggemarnya.
Itulah salah satu aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan Rina sepulang dari sekolah. Di luar itu, dia juga aktif mengikuti kursus bahasa Inggris dan komputer
di kantor Wahana Visi, menjadi pendidik sebaya tentang bahaya HIV-AIDS dan masalah kesehatan lainnya, dan aktif berkegiatan di Forum Anak. Dia juga menjadi
bendahara OSIS di sekolahnya.
Di rumah, Rina juga sering membantu orang tua menjaga dan mempersiapkan makanan keempat adiknya. Rina biasa bangun pukul empat pagi supaya bisa
membantu mamanya mempersiapkan makanan untuk keluarga. Saat dia berangkat ke sekolah, mamanya juga berangkat ke kebun.
Rina bersama teman-temannya juga memberikan penyuluhan kepada remaja lain untuk menghindari aktivitas yang berisiko tertular HIV dan AIDS. Ia mengingatkan
teman-temannya untuk tidak merokok karena ketergantungan pada rokok itu bisa menjerumuskan anak-anak pada narkoba.
“Kita masih kecil; belum punya penghasilan untuk membeli rokok. Rokok kan juga bisa membunuh pelan-pelan. Kalau punya uang lebih baik ditabung saja. Nanti kalau
butuh fotokopi tidak perlu minta orang tua,” kata Rina menasihati teman-temannya. Memang, kadang dia malah ditertawakan dan dikomentari sebagai “sok tahu”.
Tetapi, Rina tidak pernah lelah berbagi pengetahuan dan kepedulian dengan anak- anak lain.
Untuk mengikuti berbagai kegiatan, kadang Rina harus rela jalan kaki beberapa kilometer pulang pergi dari desanya ke Kota Kalabahi, apalagi kalau dia sedang tidak
punya uang transpor. Semua dijalaninya dengan ceria. Karena selalu sibuk beraktivitas, tetangga-tetangganya mengibaratkan Rina sudah
seperti mahasiswi saja. “Pergi pagi, pulang sebentar dan pergi lagi, sudah seperti seorang mahasiswi,” komentar seorang tetangga.
Walau banyak beraktivitas, Rina tidak mengabaikan pelajaran di sekolah. Sebaliknya, dia sangat memprioritaskan pendidikannya. Dalam keremangan cahaya
pelita, Rina terus belajar dengan tekun. Itu sebabnya, walaupun pada malam hari harus belajar di bawah cahaya pelita, dia selalu juara kelas sepanjang SD dan SMP.
Dia baru saja lulus sebagai juara umum di sekolahnya.
Lalu bagaimana caranya Rina bisa terus juara kelas, padahal ia punya banyak kegiatan?
“Memperhatikan baik-baik saat diterangkan dan kalau ada yang penting saya catat. Sebelum tidur baca-baca lagi.” Dia menjelaskan strateginya dalam menyerap
pelajaran. Dengan cara itu, dia cukup belajar 1—2 jam, tetapi teratur.