penyakit rematik yang sewaktu-waktu kambuh dan membuat kakinya bengkak sehingga tidak dapat beraktivitas. Dikarenakan Bapak Wayan Gangsar tidak memiliki
lahan sendiri untuk digarap sebagai ladang maka ia mengontrak tanah seluas 10 are per 3 bulannya untuk dijadikan kebun bunga pacar air. Kebun tersebutlah yang
dijadikan mata pencaharian utama mereka sebagai keluarga petani bunga. Bapak Wayan Gangsar pun hanya memiliki seorang anak perempuan yang berumur 5 tahun
bernama Kadek Vina. Tabel 1. Data Keluarga Dampingan
No Nama
Status Umur Pendidikan Pekerjaan
Ket
1. Made Alit
Kawin 56 th
SMP Petani
Bapak 2.
Wayan Dapet Kawin
50 th SD
Petani Ibu
3. Wayan
Gangsar Kawin
24 th SMP
Petani Kepala
Keluarga 4.
Ni Luh Suardani
Kawin 23 th
SMA Petani
Istri
5. Kadek Vina
Belum Kawin 5 th
- -
Anak
Perjalanan awal untuk menuju rumah Bapak Wayan Gangsar dapat melalui jalan aspal yakni jalan utama desa Bhuana Giri setelah itu, untuk mengkases rumah
beliau harus melewati jalan tanah yang hanya dapat dilalui oleh kendaran sepeda motor. Pemandangan sekeliling hanyalah kebun-kebun milik warga yang ditanami
pohon kelapa, nanas dan tumbuhan lainnya. Bapak Wayan Gangsar berserta keluarga tinggal dirumah yang sangat sederhana. Rumah sederhananya hanya terbuat dari
batako dan berlantaikan semen. Mereka berlima tidur dalam satu atap rumah sederhana yang luasnya 2x5 meter yang didalamnya disekat-sekat untuk dijadikan
kamar.
1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan
Penghasilan dari keluarga Bapak Wayan Gangsar didapatkan dari mata pencaharian uatamanya sebagai petani bunga pacar air. Dari kebunnya ia dapat
memperoleh hasil sebesar Rp. 20.000 setiap harinya dengan menjual satu kantong plastik merah bunga pacar air. Dengan mengandalkan modal itu sajalah keluarga
Bapak Wayan Gangsar menghidupi keluarganya. Dibantu dengan istri dan orang
tuanya mereka mengelola perkebunan 10 are yang mereka kontrak perbulannya. Penghasilan yang didapatkan oleh keluarga ini dapat dikatakan hanya memenuhi
untuk makan sehari-hari. 1.2.1 Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga Bapak Wayan Gangsar dapat tergolong stabil jika dimusim penghujan seperti sekarang. Namun jika memasuki musim kemarau
maka Pak Wayan harus berpikir lagi untuk mendapatkan penghasilan. Dengan mengandalkan ladang bunganya beliau dapat memperoleh penghasilan
sebanyak Rp. 40.000 perharinya karena menjual 2 plastik merah bunga pacah 5kg jika musim panen tiba. Selain itu sang istri juga bekerja serabutan
sebagai buruh serabutan demi mencukupi kebutuhan keluarga. Penghasilan keluarga Pak Wayan bisa terbilang tidak menentu, karena penghasilannya
berdasarkan musim dan ada atau tidaknya panggilan bekerja sebagai buruh. 1.2.2 Pengeluaran Keluarga
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Bapak Wayan Gangsar mengandalkan tumbuhan yang ada disekitar lingkungannya yang dapat diolah
sebagai lauk pauk sehingga pengeluaran untuk makan sehari-hari dapat di tekan. Namun untuk pembayaran listrik dan air beliau dapat menghabiskan Rp
50.000 perbulannya. Untuk pengeluaran lain-lain seperti kesehatan telah ditanggung pemerintah dengan kartu jaminan kesehatan yang dikeluarkan oleh
kepemerintahan Jokowi. Bapak Wayan Gangsar dan keluarga memeluk agama Hindu sehingga
dikenaka iuran adat dan iuaran pura dadia pura keluarga setiap adanya karya seperti usaba dangsil yang dilaksanakan bulan depan sebanyak Rp. 100.000
per KK. Untuk kebutuhan kerohanian sehari-hari keluarga beliau tidak terlalu banyak, namun pengeluaran ini meningkat bila ada perayaan besar dan khusus
keagamaan. Sebagai masyarakat yang terikat dengan banjar, maka pastinya dikenakan iuran adat yang wajib perbulannya seperti iuran kematian, ngaben,
dsb. .
BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH