commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sistem Verifikasi Legalitas Kayu adalah suatu peraturan yang ditetapkan untuk mencegah pembalakan liar. Peraturan ini menegaskan industri furnitur agar
memiliki sertifikasi kayu yang digunakan untuk produksi. Pasar internasional Eropa dan Amerika Serikat meminta furnitur yang berasal dari Indonesia harus
menggunakan kayu legal dan bersertifikat. Mereka harus memastikan bahwa bahan baku log yang digunakan tersebut legal dan dapat dilacak. Jika Sistem
Verifikasi Legalitas Kayu tidak bisa diselesaikan oleh produsen, mereka tidak dapat mengekspor produksinya menuju pasar global Brown, 2006; Sudarsono,
2009. Attenborough 1997 menjelaskan bahwa kayu merupakan salah satu
bahan yang paling penting bagi manusia. Kayu digunakan untuk membuat rumah, furnitur dan berbagai kebutuhan lain. Kayu sangat diperlukan untuk meningkatkan
akses pasar produsen furniture seiring dengan meningkatnya tuntutan dunia atas kayu legal yang digunakan untuk furniture. Produsen furniture kayu harus
memastikan bahwa bahan baku kayu yang digunakan bukan berasal dari sumber yang tidak jelas asal - usulnya. Terhitung lebih dari 50 persen dari semua kayu di
beberapa negara mengalami kerusakan besar akibat illegal logging. Hal ini menyebabkan kerugian besar baik pendapatan dan sumber daya hutan Glastra,
1999. Pasokan kayu di masa depan terancam oleh penebangan yang tidak lestari. Namun, keadaan ini bisa berubah jika massa kritis perusahaan mulai menerapkan
praktek pengelolaan hutan dengan baik Dykstra, 2002. Dalam konteks rencana dan program pembangunan, partisipasi dapat didefinisikan sebagai proses dimana
stakeholder mempengaruhi dan mengambil bagian dalam pengambilan keputusan yang direncanakan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program maupun
proyek Hidayat, 2011. Oleh karena itu, perusahaan furnitur harus mulai merancang produk furnitur agar meminimalkan limbah kayu di masa depan
Bromhead, 2003.
commit to user
2
Departemen Kehutanan memiliki suatu kebijakan baru untuk melacak asal - usul kayu dari tiap furnitur di seluruh perusahaan Indonesia. Untuk mencegah
terjadinya penggunaan bahan kayu secara ilegal maka perusahaan furnitur perlu membangun suatu alat verifikasi legalitas yang kredibel dan efisien sebagai salah
satu upaya untuk mempersiapkan diri menghadapi peraturan tentang penilaian kinerja pengelolaan hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu Peraturan
Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor : P.02VI-BPPHH2010. Menanggapi hal tersebut maka perlu dikembangkan suatu sistem yang
berupa prototype aplikasi tracking untuk jenis log kayu jati yang dimulai dari bagian pengadaan bahan baku hingga produk siap dijual. Menurut Dennis 2002
penggunaan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu SVLK dapat diterapkan untuk konsesi hutan industri, konsesi hutan produksi dan komunitas perhutanan. Sistem
ini dapat membantu meyakinkan konsumen bahwa mereka tidak membeli kayu curian. Sistem ini akan memberikan keunggulan yang kompetitif bagi produsen
furniture dan dapat dipastikan bahwa pasokan bahan baku dapat ditelusuri asal usulnya sehingga menciptakan industri produk furniture berorientasi ekspor.
Diharapkan aplikasi ini mampu membangun suatu implementasi sistem yang dapat mempermudah pelacakan asal - usul bahan kayu bagi perusahaan
furniture secara efisien.
1.2 Rumusan Masalah