Sejarah Gereja Kristen Jawa Ungaran

16 Tengaran rasionya tertinggi yaitu 1,3, dan terendah di Kecamatan Susukan sebesar 0,9. Komposisi penduduk menurut kelompok usia dapat dibedakan menjadi 2 dua, yaitu usia produktif dan usia non produktif, sedangkan untuk usia non produktif sendiri dibedakan menjadi 2 dua lagi, yaitu usia belum produktif usia sekolah dan usia tidak produktif. Wilayah yang mempunyai kepadatan atau sebaran permukiman yang padat yaitu daerah pusat kota Kecamatan Ungaran, wilayah di sepanjang koridor Semarang-Bawen maupun wilayah yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang dan Kota Salatiga. Hal ini, karena wilayah tersebut merupakan daerah tujuan atau limpahan penduduk dari Kota Semarang dan Kota Salatiga. Sedangkan wilayah yang memiliki sebaran permukiman yang relatif tidak padat yaitu wilayah Kecamatan Bancak maupun daerah yang berada jauh dari pusat kota.

3.2.2 Agama

Jumlah pemeluk agama Islam di Kabupaten Semarang sebesar 876.139 orang 92 sedangkan jumlah pemeluk agama Kristen sebanyak 35.218 orang 4, agama Katolik sebanyak 24.275 orang 3, Buddha sebanyak 6.605 orang 1, agama Hindu dan Konghucu hanya minoritas dan tercatat sebanyak 354 orang dan 400 orang. Fasilitas keagamaan lainya yang ada di Kabupaten Semarang adalah pondok pesantren yaitu sejumlah 127 buah dengan jumlah santri 13.809 orang dan jumlah kiaiustad sebannyak 2.527 orang.

3.2 Sejarah Gereja Kristen Jawa Ungaran

Secara resmi Sidang Majelis GKJ Ungaran menetapkan berdirinya GKJ Ungaran pada tanggal 24 Desember 1923. Penetapan ini didasarkan pada tersedianya dokumen gereja yang masih dapat dimiliki secara faktual, yaitu pada catatan yang masih dimiliki tentang peristiwa pembaptisan yang terjadi pada tanggal tersebut atas diri Bapak Mirmo. Setelah memiliki sebidang tanah yang cukup luas di daerah Ungaran tanah yang sekarang dikenal dengan nama Bukit Doa Getsemani sejumlah pendeta pun diutus oleh Zending untuk melayani ke sana yaitu: Ds. Siemer Bettel, Ds. Schliepoter, Ds. Vischer, Ds. Kabelits, Ds. Van Der Veen dan Ds. Vasten Raad. Di samping itu terdapat pula beberapa warga pribumi yang diangkat menjadi Guru Injil yaitu Mariban dan Yusuf Khepas. Setelah kehilangan guru injil Yusuf Khefas pada tahun 1948 karena meninggal dunia, tahun 1949 Jemaat GKJ Ungaran mendapat bantuan Guru Injil baru atas diri Cornelius 17 Setyoprayitno dari Semarang. Namun pada tahun berikutnya 1950 Guru Injil tersebut meletakkan jabatan dan menjadi guru SD Negeri Pati. Peristiwa ini mendorong jemaat untuk menetapkan beberapa warga tertentu yaitu S. Hadisudaryanto, Soekarno, Mirma Adisucipto dan Wakidjan Poncoasmara untuk menjadi Majelis agar pemeliharaan iman jemaat dapat berjalan. Tanggal 18 Mei 1951 Jotham Suharso dipanggil menjadi guru Injil melalui Sidang Klasis Semarang dan setelah melayani tujuh tahun sebagai guru Injil, tepatnya tanggal 18 Juli 1959 Jotham Suharso ditahbiskan menjadi pendeta pertama GKJ Ungaran. 23 tahun kemudian tepatnya tanggal 18 Desember 1981 Ds. Jotham Suharso meninggal dunia karena sakit. Jumlah warga saat itu telah mencapai kurang lebih 250 KK atau sekitar 750 jiwa yang meliputi induk dan pepantan. Sejak itu konsulensi diberikan oleh beberapa pendeta, diantaranya Ds. Sri Handoyo hingga akhirnya ditahbiskanlah pendeta kedua atas diri Elias Suratno Hadisasmito, B.Th pada tanggal 8 Mei 1986 seiring peresmian gedung gereja baru yang terletak di jalan Letjen. Suprapto sekarang ini. Seiring waktu, 12 tahun pelayanan dilewati tanpa terasa dan Pdt. Elias Suratno Hadisasmito, B.Th diutus GKJ Ungaran menjadi Pendeta Pelayan Khusus PPK untuk melayani di GKJ Klasis Semarang Timur hingga memasuki masa emiritus pada 7 Januari 2000. Sejak pengutusan itu konsulensi diberikan oleh beberapa Pendeta kepada GKJ Ungaran, yaitu Pdt. Sri Handoko, S,Th, Pdt. Bambang Pujo Riyadi, S.Th dan Pdt. Drs. Napsun Setyono. Dan pada tanggal 30 Nopember 2001 pendeta ketiga ditahbiskan atas diri Andrias Oktavianto, S.Si. Jumlah warga pada tahun itu telah mencapai 1641 atau sekitar 540 KK. 28

3.3 Pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa