PENGEMBANGAN ALAT PERCOBAAN FISIKA MATERI INTERFERENSI CAHAYA

(1)

PENGEMBANGAN ALAT PECOBAAN FISIKA MATERI INTERFERENSI CAHAYA

(Skripsi)

Oleh:

HERVIN MAULINA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

Hervin Maulina

i ABSTRAK

PENGEMBANGAN ALAT PERCOBAAN FISIKA MATERI INTERFERENSI CAHAYA

Oleh

HERVIN MAULINA

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan

memanfaatkan media sebagai sumber untuk belajar. Penggunaan media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembelajaran dan dapat dipandang sebagai salah satu alternatif strategi efektif dalam membantu pencapaian tujuan pembelajaran. Sebagai upaya untuk memenuhi kekurangan sumber belajar bagi guru dan siswa, terutama kesulitan siswa dalam memahami konsep interferensi cahaya, telah dikembangkan media pembelajaran berupa alat percobaan interferensi cahaya agar proses belajar siswa menjadi lebih mudah, efektif, dan menarik dengan menerapkan metode

demonstrasi maupun metode eksperimen.

Pengembangan alat percobaan interferensi cahaya mengadaptasi model pengembangan media pembelajaran dari prosedur pengembangan menurut Rayanda Asyhar sebagai acuan. Mengacu pada model pengembangan tersebut yang meliputi: analisis kebutuhan dan karakteristik siswa, perumusan tujuan


(3)

Hervin Maulina pembelajaran, perumusan butir-butir materi, penyusunan instrumen evaluasi, penulisan naskah media berupa spesifikasi pengembangan produk, produk awal, validasi ahli yang dilakukan oleh pakar dan guru fisika, uji coba lapangan yang terdiri dari uji coba satu lawan satu dan kelompok kecil, dan produk akhir berupa alat percobaan interferensi cahaya yang dilengkapi dengan LKS dan buku siswa.

Hasil uji ahli menunjukkan alat percobaan yang dikembangkan telah sesuai dengan teori dan layak digunakan sebagai media pembelajaran. Hasil uji lapangan menunjukkan alat percobaan dan LKS efektif digunakan sebagai media

pembelajaran baik secara mandiri maupun berkelompok. Tahap pengujian satu lawan satu dan kelompok kecil, dilakukan terhadap 8 siswa dan 30 siswa kelas XII IPA SMAN 1 Kotagajah Tahun 2011/2012 sebagai pengguna menunjukkan kualitas alat percobaan interferensi cahaya: sangat menarik, sangat mudah digunakan, dan sangat bermanfaat.


(4)

Hervin Maulina

iii ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF PHYSICS EXPERIMENTAL PROPS IN THE INTERFERENCE OFLIGHT’ MATTER

By

Hervin Maulina

Learning is an activity that involves a person in an effort to acquire knowledge, skills, and positive values by utilizing the media as a source for learning. The use of instructional media is one very important component in learning and can be viewed as an alternative effective strategy in helping the achievement of learning objectives. In an effort to meet the shortage of learning resources for teachers and students, especially students' difficulties in understanding the concept of

interference of light, has developed instructional media in the form of light

interference props for student learning becomes easier, effective, and attractive by applying the method of demonstration and experimental methods.

Development of light interference experimental props adapting instructional media development model of development according to the procedure Rayanda Asyhar as a reference. Referring to the model of development which include: analysis of needs and characteristics of students, formulating learning goals, the formulation of grains of material, preparation of evaluation instruments, script


(5)

Hervin Maulina writing specifications in the form of media product development, initial product, expert validation by experts and teachers of physics, the test try field trials consisting of one-on-one and small groups, and the final product in the form of light interference props that come with student worksheets and books.

Expert test results show that experimental props that have been developed in accordance with the theory and fit for use as a medium of learning. Field test results demonstrate effective teaching aids and worksheets used as a medium of learning either independently or in groups. Testing phase one on one and small group, carried out against 8 students and 30 students in grade XII IPA SMAN 1 Kotagajah Year 2011/2012 as the user indicates the quality of light interference props: very attractive, very easy to use, and very useful.


(6)

PENGEMBANGAN ALAT PERCOBAAN FISIKA MATERI INTERFERENSI CAHAYA

Oleh

HERVIN MAULINA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2012


(7)

Judul Skripsi :PENGEMBANGAN ALAT PERCOBAAN FISIKA MATERI INTERFERENSI CAHAYA Nama Mahasiswa :Hervin Maulina

Nomor Pokok Mahasiswa : 0813022033 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Dr. Abdurrahman, M.Si.

NIP 19600301198503 1 003 NIP 19681210 199303 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Drs. Arwin Achmad, M.Si. NIP 19570803 198603 1 004


(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Undang Rosidin, M.Pd. ____________

Sekretaris : Dr. Abdurrahman, M.Si. ____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Agus Suyatna, M.Si. ____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(9)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah: Nama : Hervin Maulina

NPM : 0813022033

Fakultas / Jurusan : KIP / Pendidikan MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Jl. Irian no.1002, Kotagajah, Lampung Tengah, 34153. Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, Februari 2012

Hervin Maulina NPM 0813022033


(10)

ix RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pakuan Ratu, Kabupaten Way Kanan, pada tanggal 23 September 1990, anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Suhairy dan Ibu Tri Asih.

Penulis mengawali pendidikan formal di TK Pertiwi Pakuan Ratu yang

diselesaikan pada tahun 1996. Penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah yang diselesaikan pada Tahun 2002, melanjutkan di SMP Negeri 2 Kotagajah Lampung Tengah yang diselesaikan pada Tahun 2005, dan masuk SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah yang diselesaikan pada Tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menempuh pendidikan di Pendidikan Fisika, penulis pernah menjadi asisten dosen untuk Fisika Dasar dan praktikum Fisika Dasar. Selama menjadi mahasiswa, penulis memiliki pengalaman organisasi, yaitu sebagai Anggota Bidang Penelitian dan Pengembangan Eksakta Muda Himasakta dan Anggota Unit Kegiataan MahasiswaEnglish Society. Selain itu, penulis pernah menjadi salah satu wakil dari Universitas Lampung pada bidang fisika dalam mengikuti


(11)

Olimpiade Sains Nasional Jogjakarta (OSN Jogja) tahun 2010 dan Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (ONMIPA) se-Sumatera Bagian Selatan tahun 2011.


(12)

MOTTO

Pandanglah orang yang lebih rendah dari padamu, jangan memandang orang yang lebih tinggi dari padamu, karena yang demikian itu lebih baik agar kamu jangan memperkecil

nikmat karunia Allah yang telah dianugerahkan kepadamu (H.R. Bukhari dan Muslim)

Stay in your line, focus on your choice, and believe with your self (Hervin Maulina)


(13)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati, kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana karya kecilku ini kepada:

1. Papah dan Mamahku tersayang yang senantiasa dengan sepenuh hati

memberikan segala yang terbaik untukku yang takkan mungkin ananda balas walau sampai akhir hayat. Mudah-mudahan kelak dapat lebih banyak

memberikan kebahagiaan dan membuat kalian bangga.

2. Almarhum dan almarhumah kakek dan nenek (Muhammad Ali dan Siti Rafiah) yang senantiasa berdoa di setiap sujudnya agar ananda bisa menjadi orang yang berguna.

3. Bunda, Ayah, Mami, Papi, Mamah Ana, Ibu Jun (Alm.), Bapak, Buyah, dan Umi yang selalu memberikan perhatian, kasih sayang dan iringan doa untuk keselamatan, kesehatan dan kesuksesanku.

4. Keluarga besar Mbah Ngatimin (Alm.) dan Siti Aminah (Alm.).

5. Kakak dan adik-adikku tersayang (Abang Tirta, Riza, Iyan, dan Lana) yang turut memberi semangat dan doa dalam setiap langkahku.

6. Sepupu-sepupuku tersayang Kak Dini, Arif, Kiki, Adi, Idha, Bela, Bayu, Surya, Nazwa, Ali akbar, dan Farah.


(14)

xiii SANWACANA

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Alat Percobaan Fisika Materi Interferensi Cahaya di SMAN 1 Kotagajah”.Penulis menyadari bahwa terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika sekaligus selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen

Pembimbing I yang telah memotivasi, membimbing, dan mengarahkan penulis selama penulisan skripsi.

4. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Pembimbing II, atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Dosen Pembahas yang banyak memberikan masukan dan kritik yang bersifat positif dan membangun.


(15)

6. Drs. Kartini Herlina, M.Si.; I Wayan Distrik, M.Si.; Drs. I Dewa Putu Nyeneng M.Sc.; Drs. Nengah Maharta M.Si.; serta bapak dan ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membimbing penulis dalam pembelajaran di Universitas Lampung.

7. Bapak Posman Manurung M.Si., Ph.D., Ibu Rita Apriliyawati S.Pd., dan Bapak Drs. Abdul Malik selaku evaluator uji ahli, terimakasih atas waktu dan masukannya.

8. Bapak Drs. Syatbi Tahmid M.M., selaku Kepala SMAN 1 Kotagajah yang telah memberi izin dan arahan selama penelitian.

9. Bapak Sadina S.Pd. yang banyak memberikan motivasi dan masukan selama penelitian.

10. Bapak dan ibu dewan guru SMAN 1 Kotagajah beserta staf tata usaha yang membantu penulis dalam melakukan penelitian.

11. Siswa kelas XII IPA1, XII IPA2, XII IPA3, dan XII IPA4SMAN 1 Kotagajah atas bantuan dan kerjasamanya.

12. Ismu Sukamto yang dengan sabar senantiasa memberikan dorongan material maupun spiritual.

13. Sepupuku Dini Kurnia Nursepti atas kebersamaan yang telah terjalin sejak kecil.

14. Sahabat-sahabatku Hadijah, Siska, Echy, Anna, Marisa, dan Fitriana.

15. Naufal, Salva, Niluh, Diana A, Sarah, Laras, Fatimah, Dewi, Septa, Diana S, Happy, Dimi, Fathin, Lis, Dio, Heni, Husni, Johan, Fahru, Nurrohman, Bayu, Ahmadi, Mardian, Mario, Pipi, Imeh, Rani, Ninik, Sinka, Theo, Tina, Widi,


(16)

xv Wira, Iyoh, Resa, Fitri, Dewi R, Fadil, Khusnul, dan seluruh keluarga besar pendidikan fisika 2008 Reguler dan Mandiri.

16. Kakak tingkat angkatan 2007, 2006, 2005, atas bimbingannya. 17. Adik-adik tingkat dan keluarga besar fisika 2009, 2010, dan 2011.

18. Farida, Dedew, Lilis, Enik, Restu, Wulan, Yin Yin, Fredi, dan Anjar, sahabat seperjuangan selama melaksanakan KKN dan PPL di Desa Kebagusan. 19. Keluarga Kodokz dan keluarga baruku icha, yoka, dan sherly atas senyum

yang kalian berikan setiap pagi.

20. Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis berdoa semoga semua amal dan bantuan mendapat pahala serta balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, Februari 2012 Penulis,


(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... xvi

DAFTAR TABEL... xix

DAFTAR GAMBAR ... xx

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media ... 6

B. Media Pembelajaran... 10

C. Alat Peraga... 16

D. Evaluasi Media Pembelajaran... 19

E. Interferensi Cahaya ... 22

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 28

B. Subjek Penelitian Pengembangan ... 29

C. Prosedur Pengembangan ... 30

1. Analisis Kenutuhan dan Karakteristik Siswa... 31

2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran ... 32


(18)

xvii

4. Menyusun Instrumen Evaluasi... 32

5. Menyusun Naskah Draft Media ... 33

6. Produk Awal ... 33

7. Melakukan Validasi Ahli ... 33

8. Melakukan Uji Coba/Tes dan Revisi ... 34

9. Produk Akhir... 34

D. Teknik Pengumpulan Data... 35

E. Teknik Analisis Data... 36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

B. Pembahasan... 52

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Observasi Sarana dan Prasarana ... 63

2. Angket Analisis Kebutuhan ... 65

3. Rekapitulasi Angket Analisis Kebutuhan ... 68

4. Silabus... 71

5. Skenario Pengembangan ... 74

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran SMA... 80

7. Buku Siswa Pelengkap Pembelajaran ... 85

8. Lembar Kerja Siswa... 90

9. Data Kesesuaian Alat dengan Teori... 101

10. Angket Uji Ahli... 103

11. Angket Uji Lembar Kerja Siswa... 106

12. Angket Uji Lapangan ... 112

13. Hasil Uji Ahli... 115

14. Hasil Uji Lembar Kerja Siswa ... 119


(19)

16. Rangkuman Hasil Uji LKS ... 126

17. Hasil Uji Satu Lawan Satu... 127

18. Hasil Uji Kelompok Kecil ... 129


(20)

xix DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kisi-Kisi Instrumen... 35

3.2 Skor Penilaian Uji Coba Lapangan terhadap Pilihan Jawaban ... 37

3.3 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas dalam Suyanto (2009: 227)... 38

4.1. Respon dan Penilaian Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Tahap Uji Kelompok Kecil ... 50

4.2. Hasil Belajar Siswa menggunakan Alat Peraga dan LKS Tahap Uji Kelompok Kecil ... 51

LP1. Observasi Sarana dan Prasarana di SMAN 1 Kotagajah... 63

LP2.a. Angket Kebutuhan Guru... 65

LP2.b. Angket Kebutuhan Siswa ... 66

LP3.a. Hasil Angket Kebutuhan Guru ... 68

LP3.b. Hasil Angket Kebutuhan Siswa... 68

LP4. Silabus Materi Interferensi Cahaya ... 70

LP8.a. Pengamatan... 94

LP8.b. Hasil Pengamatan ... 97

LP8.c. Tabel Spesifikasi Lembar Penilaian ... 100

LP9. Data Spesifikasi Alat Berdasarkan Teori ... 101

LP10.a. Lembar Evaluasi dalam Desain dengan Spesifikasi yang LP11.a.Direncanakan ... 103

LP10.b. Lembar Evaluasi dalam Perencanaan Pembelajaran ... 105

LP11.a. Instrumen Uji Kelayakan ... 106

LP11.b. Instrumen Uji Kesesuian Isi untuk Proses Pembelajaran Sesuai LP12.b.Spesifikasi yang Direncanakan... 108

LP11.c. Instrumen Uji Kelayakan Penyajian ... 109


(21)

LP12. Angket Uji Lapangan Alat Peraga... 112

LP13.a. Lembar Hasil Evaluasi dalam Desain dengan Spesifikasi yang LP14.a.Direncanakan ... 114

LP13.b. Lembar Hasil Evaluasi dalam Desain dengan Spesifikasi yang LP14.b.Direncanakan ... 116

LP13.c. Lembar Hasil Evaluasi dalam Perencanaan Pembelajaran ... 118

LP14.a. Instrumen Uji Kelayakan ... 119

LP14.b. Instrumen Uji Kesesuian Isi untuk Proses Pembelajaran Sesuai LP12.b.Spesifikasi yang Direncanakan... 121

LP14.c. Instrumen Uji Kelayakan Penyajian ... 122

LP14.d. Instrumen Uji Kelayakan Bahasa ... 123

LP15. Perbaikan Hasil Uji Internal Alat ... 125

LP16. Perbaikan Hasil Uji LKS ... 126

LP17.a. Hasil Angket Respon Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga dan LP18.a.LKS Uji Satu Lawan Satu... 127

LP17.b. Hasil Penilaian Kognitif Pengguna Uji Satu Lawan Satu ... 127

LP17.c. Komentar, Masukan dan Saran Perbaikan Produk dari Pengguna 127 LP18.a. Hasil Angket Respon Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga dan LP18.c.LKS Uji Kelompok Kecil ... 129

LP18.b. Hasil Penilaian Kognitif Pengguna Uji Kelompok Kecil... 130

LP18.c. Komentar, Masukan Dan Saran Perbaikan Produk Dari Pengguna LP19.c.Hasil Uji Kelompok Kecil ... 131


(22)

xxi DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Komponen dalam Proses Komunikasi ... 7 2.2 Kerucut pengalaman Edgar Dale dalam Susilana dan Riyana

(2007: 7)... 8 2.3 Sistem pembelajaran Gerlach dan Elly dalam Susilana dan Riyana

(2007: 62)... 11 2.4 Interferensi gelombang destruktif ... 24 2.5 Interferensi gelombang konstruktif... 24 2.6 Hasil interferensi cahaya... 25 2.7 Kurva-kurva titik simpul (Nodal Curves) ... 25 2.8 Interferensi Optik dapat Terjadi jika Dua Gelombang (Cahaya) secara

Simultan Hadir dalam Daerah yang Sama ... 26 3.1 Desain PenelitianOne-Shot Case Study... 29 3.2 Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran ... 31 3.3 Laser... 33 3.4 Celah Sempit ... 33 4.1. Persentase Respon Siswa terhadap Kemenarikan Alat PeragaInterferensi

Cahaya pada Uji Kelompok Kecil ... 48 4.2. Persentase Respon Siswa terhadap Kemanfaatan Alat PeragaInterferensi

Cahaya pada Uji Kelompok Kecil ... 48 4.3. Persentase Respon Siswa terhadap Kemudahan Alat PeragaInterferensi

Cahaya pada Uji Kelompok Kecil ... 49 4.4. Grafik Perbandingan Skor Kognitif Siswa Kelas XII pada Uji

Kelompok Kecil ... 50 4.5. Produk Akhir Siap Pakai... 52 LP5.a. Rancangan Alat Peraga Interferensi ... 76 LP5.b. Kotak Utama sebagai Kerangka Alat ... 76


(23)

LP5.c. Rancangan Dudukan Laser ... 76 LP5.d. Ukuran Dudukan Laser... 76 LP5.e. Pemasangan Laser dan Dudukannya ... 76 LP5f. Ukuran Bingkai LCD ... 76 LP5.g. Pemasangan Bingkai LCD Pada Kotak Utama. ... 77 LP5.h. Ukuran Lengan Utama Pengatur Jarak Layar. ... 77 LP5.i. Ukuran Lengan Tambahan Pengatur Jarak Layar ... 77 LP5.j. Ukuran Layar Dan Pemasangannya Pada Lengan Tambahan... 77 LP5.k. Penggabungan Lengan Utama dan Lengan Tambahan ... 77 LP5.l. Pemasangan Lengan Layar... 77 LP5.m.Ukuran Kotak Laser Cadangan ... 78 LP5.n. Ukuran Rak Laser... 78 LP5.o. Ukuran Rak LCD... 78 LP5.p. Pemasangan Kotak Laser Cadangan, Rak LCD dan Rak Laser ... 78 LP5.q. Ukuran Tutup Kotak Utama ... 78 LP5.r. Pemasangan Tutup pada Kotak Utama ... 78 LP5.s. Pengemasan Alat Interferensi ... 78 LP5.t. Desain Alat Interferensi Cahaya... 79 LP8.a. Interferensi Gelombang Destruktif ... 86 LP8.b. Interferensi Gelombang Konstruktif... 86 LP8.c. Hasil Interferensi Cahaya ... 87 LP8.d. Kurva-Kurva Titik Simpul (Nodal Curves)... 87 LP8.e. Interferensi Optik dapat Terjadi jika Dua Gelombang (Cahaya)

LP8.e.secara Simultan Hadir dalam Daerah yang Sama... 88 LP19.a. Uji Coba Satu Lawan Satu... 132 LP19.b. Hasil Interferensi Cahaya ... 132 LP19.c. Pengukuran Jarak Terang Pusat ke Terang Pertama... 132 LP19.d. Pengarahan pada Uji Coba Kelompok Kecil... 132 LP19.e. Pengukuran Jarak Celah ke Layar ... 133 LP19.f. Pengukuran Jarak Terang Pusat ke Terang Pertama ... 133 LP19.g. Penghitungan Data Hasil Percobaan ... 133 LP19.h. Tes Tertulis... 133


(24)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan media sebagai sumber untuk belajar. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan peraturan pemerintah tentang standar nasional pendidikan, salah satunya diwajibkan kepada setiap satuan pendidikan memiliki sarana yang meliputi media pendidikan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut, maka seharusnya pemanfaatan media merupakan salah satu bagian yang harus mendapat perhatian guru sebagai fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran.

Pada kenyataannya media pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan, diantaranya: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar bagi guru sebagai pendidik, kesulitan untuk mencari model dan jenis media yang tepat, ketiadaan biaya yang sebagian dikeluhkan, dan lain-lain. Guru di Indonesia pada umumnya masih menggunakan pembelajaran


(25)

2 konvensional yang bersifat verbalistik dan proses pembelajaran yang masih terpusat dengan pengajar (teacher-centered). Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap pendidik telah mempunyai pengetahuan dan keterampilan mengenai media pembelajaran.

Mengingat media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembelajaran dan dapat dipandang sebagai salah satu alternatif strategi efektif dalam membantu pencapaian tujuan pembelajaran, pemilihan media pembelajaran hendaknya harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, karakteristik peserta didik dan materi yang akan diajarkan, serta metode atau pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa. Sebagai contoh, untuk membelajarkan konsep interferensi cahaya diperlukan alat percobaan untuk mempermudah pemahaman konsep interferensi cahaya. Materi yang bersifat abstrak ini biasanya sukar dipahami oleh siswa tanpa bantuan alat percobaan. Dengan melihat, meraba, dan menggunakan alat percobaan tingkat

keabstrakan suatu materi bisa dikurangi sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa.

Berdasarkan hasil observasi di SMAN 1 Kotagajah, penggunaan alat

percobaan sebagai media pembelajaran khususnya untuk materi interferensi cahaya tidak pernah digunakan oleh guru. Guru lebih suka membelajarkan materi interferensi cahaya menggunakan metode konvensional, yaitu hanya melalui penjelasan tanpa menggunakan media pembelajaran yang mendukung. Salah satu penyebabnya adalah ketidaktersediaannya alat percobaan


(26)

3 interferensi cahaya di sekolah, meskipun sekolah telah memiliki laboratorium fisika yang telah tersedia secara khusus.

Dari hasil angket untuk mengungkap kebutuhan guru yang ditujukan kepada enam guru bidang studi fisika, diperoleh skor angket sebesar 60 dari skor maksimal 84 (kategori sangat diperlukan). Hasil skor konversi tersebut menyatakan bahwa alat peraga untuk materi interferensi cahaya sangat dibutuhkan di SMA Negeri 1 Kotagajah. Selanjutnya, dari hasil angket untuk mengungkap kebutuhan siswa yang ditujukan kepada siswa kelas XII IPA1, XII IPA2, XII IPA3, dan XII IPA4yang berjumlah 107siswa diperoleh skor 1016 dari skor maksimal1498 (kategori sangat diperlukan), yang artinya sangat perlu dikembangkan alat percobaan untuk membelajarkan konsep interferensi cahaya, sehingga mereka dapat lebih mudah memahami konsep interferensi cahaya.

Untuk memenuhi kekurangan sumber belajar bagi guru dan siswa, terutama kesulitan siswa dalam memahami konsep interferensi cahaya, telah

dikembangkan media pembelajaran berupa alat percobaan interferensi cahaya agar proses belajar siswa menjadi lebih mudah, efektif, dan menarik.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, teridentifikasi belum adanya alat percobaan yang diperlukan oleh guru dan siswa untuk mempelajari konsep interferensi cahayadi SMAN 1 Kotagajah. Oleh karena itu, telah dilakukan pengembangan alat percobaan fisika materi interferensi cahaya di SMAN 1 Kotagajah.


(27)

4 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah:

1) Diperlukan alat percobaan interferensi cahaya sebagai media pembelajaran konsep interferensi cahaya untuk memenuhi ketidaktersediaan alat

percobaan interferensi cahaya.

2) Alat percobaan interferensi cahaya yang dikembangkan berupa alat percobaan yang dapat digunakan siswa agar pembelajaran menjadi efektif dengan melakukan eksperimen pemahaman konsep interferensi cahaya.

C. Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian pengembangan ini adalah:

1) Untuk menghasilkan alat percobaan interferensi cahaya sebagai media pembelajaran konsep interferensi cahaya.

2) Siswa dapat memahami konsep interferensi cahaya dengan melakukan eksperimen, sehingga diharapkan pembelajaran menjadi efektif.

D. Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian pengembangan ini adalah: 1) Memberikan alternatif pemecahan masalah kekurangan media belajar di


(28)

5 2) Menyediakan sumber belajar yang menarik bagi siswa sehingga

meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk fokus mengikuti materi interferensi cahaya.

3) Memberikan motivasi kepada guru untuk lebih terampil dan kreatif dalam menggunakan dan mengembangkan media pembelajaran.

E. Ruang Lingkup

Penelitian pengembangan ini dibatasi dalam ruang lingkup berikut:

1) Pengembangan merupakan proses menerjemahkan spesifikasi desain ke dalam suatu wujud fisik tertentu.

2) Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan media pembelajaran berupa alat percobaan konsep interferensi cahaya.

3) Metode pengembangan yang digunakan diadaptasi dari Sadiman, dkk. dalam Asyhar (2011: 94-100) sampai tahap dihasilkan produk akhir. 4) Uji coba produk penelitian pengembangan dilakukan pada siswa kelas XII

IPA1, XII IPA2, XII IPA3, dan XII IPA4SMAN 1 Kotagajah tahun pelajaran 2011/2012.


(29)

6

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Media

Secara etimologis, media berasal dari Bahasa Latin, merupakan bentuk jamak dari kata "medium" yang berarti "tengah, perantara, atau pengantar". Istilah perantara atau pengantar ini, menurut Bovee dalam Asyhar (2011: 4),

digunakan karena fungsi media sebagai perantara atau pengantar suatu pesan dari si pengirim (sender) kepada si penerima (receiver) pesan. Dari sini, berkembang berbagai definisi terminologis mengenai media menurut pendapat para ahli media dan pendidikan. Berikut ini adalah beberapa definisi mengenai media dalam Asyhar (2011: 4):

1) The Associotion for Educotionol Communication on Technology(AECT) menyatakan bahwa media adalah apa saja yang digunakan untuk

menyalurkan informasi.

2) Menurut Suparman media merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan dan informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan.


(30)

7 Pada awal sejarah pembelajaran, media hanyalah merupakan alat bantu yang dipergunakan oleh seorang guru untuk menerangkan pelajaran. Alat bantu yang mula-mula digunakan adalah alat bantu visual, yaitu berupa sarana yang dapat memberikan pegalaman visual kepada siswa, antara lain untuk

mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak, dan mempertinggi daya serap atauretensibelajar.

Sumber: Susilana dan Riyana (2007:7) Gambar 2.1. Komponen dalam Proses Komunikasi

Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu, Edgar Dale dalam Susilana dan Riyana (2007: 7) mengadakan klasifikasi menurut tingkat dari yang paling konkret ke yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama ”kerucut pengalaman”dari Edgar Dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu yang paling sesuai untuk pengalaman belajar.


(31)

8

Sumber: Susilana dan Riyana (2007:7) Gambar 2.2. Kerucut Pengalaman Edgar Dale dalam Susilana dan Riyana

(2007: 7)

Media merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu proses komunikasi. Menurut Barlo dalam Asyhar (2011: 5),

Proses komunikasi melibatkan paling kurang tiga komponen utama, yakni pengirim atau sumber pesan (source), perantara (media), dan penerima (receiver).

Menurut Widodo dan Jasmadi dalam Asyhar (2011: 5) ada 4 komponen yang harus ada dalam proses komunikasi, yakni pemberi informasi, informasi itu sendiri, penerima informasi dan media. Keempat komponen dalam proses penyaluran pesan tersebut, oleh Miarso dalam Asyhar (2011: 5) digambarkan dengan Model S-M-C-R (source, media, channel, reserver). Pesan yang disalurkan melalui suatu media oleh sumber/pengirim pesan akan dapat dikomunikasikan kepada sasaran penerima pesan atau receiver apabila terdapat daerah lingkup pengalaman (area of experience) yang sama antara sumber pesan (source) dan penerima pesan (receiver).


(32)

9 Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa media memiliki peran yang sangat penting, yaitu suatu sarana atau perangkat yang berfungsi sebagai perantara atau saluran dalam suatu proses komunikasi antara komunikator dan komunikan. Menurut Kempt dalam Asyhar (2011: 5),

Pesan yang masih berada pada pikiran (mind) pembicara tidak akan sampai ke penerima pesan apabila tidak dibantu dengan sebuah media sebagai perantara.

Selanjutnya, Kemp menyatakan bahwa selain media, pesan akan sampai kepada si penerima pesan apabila terjadi proses pengkodean (encoding) pesan tersebut. Jadi, sebelum sampai kepada penerima, pesan tersebut harus

dikodekan terlebih dahulu melalui simbol verbal maupun nonverbal. Setelah pesan itu diartikan oleh penerima pesan, barulah penerima pesan memberikan respon (umpan balik) kepada pengirim pesan. Di sinilah terjadinya

komunikasi efektif. Secara terminologis, ada berbagai definisi yang diberikan tentang media pembelajaran, yaitu: Gagne dalam Asyhar (2011: 7)

mendefinisikan bahwa media adalah berbagai komponen lingkungan belajar yang membantu pembelajar untuk belajar dan Briggs dalam Asyhar (2011:7) mendefinisikan media sebagai sarana fisik yang digunakan untuk mengirim pesan kepada peserta didik sehingga merangsang mereka untuk belajar.

Jerold Kemp dalam Laria (2011: 5) mengemukakan beberapa faktor yang merupakan karakteristik dari media, antara lain:

1) Kemampuan dalam menyajikan gambar(presentation) 2) Faktor ukuran(size): besar atau kecil

3) Faktor warna(color): hitam putih atau berwarna 4) Faktor gerak: diam atau bergerak

5) Faktor bahasa: tertulis atau lisan

6) Faktor keterkaitan antara gambar dan suara: gambar saja, suara saja, atau gabungan antaragambar dan suara.


(33)

10 Selain itu, Jerold Kemp dan Diane K. Dayton dalam Laria (2011: 5)

mengemukakan klasifikasi jenis media sebagai berikut: 1) media cetak

2) media yang dipamerkan(displayed media) 3) overhead transparancy

4) rekaman suara

5) slidesuara danfilm strip 6) presentasi multi gambar 7) video dan film

8) pembelajaran berbasis komputer (computer based learning)

B. Media Pembelajaran

Berikut ini beberapa pendapat para ahli dalam mendefinisikan media pembelajaran dalam Asyhar (2011: 7), yaitu: Schramm yang menyatakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran, dan media pembelajaran menurut Gerlach & Ely memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu termasuk manusia, materi atau kajian yang membangun suatu kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dasar pertimbangan dalam pemilihan media adalah sebagai berikut: 1) Alasan Teoritis Pemilihan Media

Alasan pokok pemilihan media dalam pembelajaran, karena didasari atas konsep pembelajaran sebagai sebuah sistem yang didalamnya terdapat suatu totalitas yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Jika kita lihat prosedur pengembangan desain instruksional, maka diawali dengan perumusan tujuan instruksional khusus sebagai pengembangan dari tujuan instruksional umum, kemudian


(34)

11 dilanjutkan dengan menentukan materi pembelajaran yang menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran serta menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Upaya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran ditunjang oleh media yang sesuai dengan materi, strategi yang digunakan, dan

karakteristik siswa. Untuk mengetahui hasil belajar, maka selanjutnya guru menentukan evaluasi yang tepat, sesuai tujuan dan materi. Apabila

ternyata hasil belajar tidak sesuai dengan harapan dalam kata lain hasil belajar siswa rendah, maka perlu ditelusuri penyebabnya dengan menganalisis setiap komponen, sehingga kita dapat mengetahui faktor penyebabnya dengan lebih objektif. Pentingnya pemilihan media dengan melihat kedudukan media dalam pembelajaran dapat dilihat dengan model sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Gerlach dan Elly dalam Susilana dan Riyana (2007: 62), sebagai berikut:

Sumber: Susilana dan Riyana (2007:62) Gambar 2.3. Sistem Pembelajaran Gerlach dan Elly dalam Susilana dan

Riyana (2007: 62) Rancangan Isi Menentukan Strategi Pembelajaran PenilaianEntery Behavior Level Umpan Balik Perumusan Tujuan Mengalokasikan Ruang Belajar Menentukan Kelompok Belajar siswa Penilaian Performance Mengalokasikan Waktu Pemilihan Media


(35)

12 Prosedur pengembangan pembelajaran menurut Geralch dan Elly dengan menggunakan pendekatan sistem dapat dijelaskan bahwa perumusan tujuan sebagai rumusan tingkah laku yang harus dimiliki oleh siswa setelah selesai mengikuti pembelajaran. Langkah kedua adalah merinci materi pembelajaran yang diharapkan dapat menunjang pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Perlu juga dilakukan tes ”entering behavior level” yaitu untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sebagai dasar menentukan dari mana guru harus mengawali pembelajaran. Pengkajian sistem pembelajaran yang dikembangkan oleh Gerlach dan Elly tersebut menempatkan komponen media sebagai bagian integral dalam keseluruhan sistem pembelajaran. Dengan demikian, secara teoritis model tersebut menjadi dasar alasan mengapa kita perlu melakukan pemilihan terhadap media, agar memiliki kesesuaian dengan isi (spesification content), strategi pembelajaran (determination of strategy), dan waktu yang tersedia (alocation of time). 2) Alasan Praktis Pemilihan Media

Alasan praktis berkaitan dengan pertimbangan-pertimbangan dan alasan si pengguna seperti guru, dosen, instruktur mengapa menggunakan media dalam pembelajaran. Terdapat beberapa penyebab orang memilih media, antara lain dijelaskan oleh Arif Sadiman dalam Susilana dan Riyana (2007: 63-65) sebagai berikut:

a) Demonstration.Dalam hal ini dapat digunakan sebagai alat untuk mendemonstrasikan sebuah konsep, alat, objek, kegunaan, cara mengoperasikan dan lain-lain. Media berfungsi sebagai alat peraga pembelajaran.

b) Familiarity. Pengguna media pembelajaran memiliki alasan pribadi mengapa ia menggunakan media, yaitu karena sudah terbiasa


(36)

13 menggunakan media tersebut, merasa sudah menguasai media tersebut, jika menggunakan media lain belum tentu bisa dan untuk mempelajarinya membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya, sehingga secara terus-menerus ia menggunakan media yang sama.

c) Clarity. Alasan ketiga ini mengapa guru menggunakan media adalah untuk lebih memperjelas pesan pembelajaran dan memberikan penjelasan yang lebih konkret.

d) Active Learning. Media dapat berbuat lebih dari yang bisa

dilakukanoleh guru. Salah satu aspek yang harus diupayakan oleh guru dalam pembelajaran adalah siswa harus berperan secara aktif baik secara fisik, mental, dan emosional.

Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya.

1) Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam:

a) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara. b) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak

mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya. c) Media audiovisual, yaitu jenis media yag selain mengandung unsur

suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film,slidesuara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua. 2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat dibagi pula ke dalam:

a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau


(37)

14 kejadian-kejadian yang aktual secara serentak tanpa harus

menggunakan ruangan khusus.

b) Media yang memiliki daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu sepertifilm slide, film, video, dan lain sebagainya.

3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam: a) Media yang diproyeksikan seperti film,slide,film strip, transparansi,

dan lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus seperti film projektor untuk meproyeksikan film, slide projectoruntuk memproyeksikanfilm slide,overhead projector (OHP) untuk memproyeksikan transpsransi. Tanpa dukungan alat semacam ini, maka media semacam ini tidak berfungsi apa-apa. b) Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio

dan lain sebagainya.

Kedudukan komponen media pembelajaran dalam sistem pembelajaran mempunyai fungsi yang sangat penting. Sebab tidak semua pengalaman belajar dapat diperoleh secara langsung. Dalam keadaan ini, media pembelajaran dapat digunakan agar lebih memberikan pengetahuan yang konkret dan tepat serta mudah dipahami. Penggunaan media yang tepat dan mudah dipahami bertujuan agar pesan yang akan disampaikan media dapat diterima oleh siswa, sehingga siswa dapat dikatakan belajar.

Bagi Hilgard dalam Sanjaya (2010), belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan


(38)

15 pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan perilaku yang tampak. Menurut Bruner dalam Sanjaya (2010: 58), dalam proses belajar dapat dibedakan tiga fase atau episode, yakni informasi,

transformasi, dan evaluasi. Dalam tiap pelajaran kita mendapat informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya, misalnya bahwa tidak ada energi yang lenyap. Informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini, bantuan guru sangat diperlukan. Kemudian kita nilai sampai manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu

dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

Belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa sepanjang kehidupannya manusia akan selalu dihadapkan pada masalah atau tujuan yang ingin dicapainya. Dalam proses mencapai tujuan itu, manusia akan dihadapkan pada berbagai rintangan. Manakala rintangan sudah dilaluinya, maka manusia akan dihadapkan pada tujuan atau masalah baru;


(39)

16 untuk mencapai tujuan baru itu manusia akan dihadapkan pada rintangan baru pula, yang kadang-kadang rintangan itu semakin berat. Demikianlah siklus kehidupan dari mulai lahir sampai kematiannya, manusia akan senantiasa dihadapkan pada tujuan dan rintangan yang terus-menerus.

Dikatakan manusia yang sukses dan berhasil manakala ia dapat menembus rintangan itu; dan dikatakan manusia gagal manakala ia tidak dapat melewati rintangan yang dihadapinya. Atas dasar itulah sekolah harus berperan sebagai wahana untuk memberikan latihan bagaimana cara belajar. Melalui

kemampuan bagaimana cara belajar, siswa akan dapat belajar memecahkan setiap rintangan yang dihadapi sampai akhir hayatnya. Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Hilgard dalam Sanjaya (2010: 59) mengungkapkan,

“Learning is the process by which an activity originates or changed through training procedurs (wether in the laboratory or in the natural environment as distinguished from changes by factors not atributable totraining”.

C. Alat Peraga

Alat peraga pengajaran adalah alat atau bahan yang digunakan oleh

pembelajar untuk: l) membantu pembelajar dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pembelajar; 2) mengilustrasikan dan memantapkan pesan dan informasi; dan 3) menghilangkan ketegangan dari hambatan dan rasa malas peserta didik. Ruiz dkk. dalam Asyhar (2011: 11) mengatakan alat peraga digunakan oleh guru untuk memberi penekanan pada informasi, memberikan stimulasi perhatian, dan memfasilitasi proses pembelajaran. Alat


(40)

17 peraga memiliki spektrum yang cukup luas mulai dari media sederhana hingga media canggih dalam bentuk aural, visual, ataucomputerized. Salah satu alat peraga sudah lama dikenal adalah "hornbook", yang digunakan pada sekolah-sekolah lnggris sejak pertengahan tahun 1400-an hingga permulaan abad ke-19.

Beberapa definisi tentang alat peraga menurut beberapa ahli dalam Asyhar (2007: 12) yang lainnya adalah sebagai berikut,

1) Menurut Estiningsih, alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. 2) Sementara Sanaky mengartikan alat peraga sebagai suatu alat bantu yang

dipergunakan oleh pembelajar untuk memperagakan materi pelajaran. Alat peraga bisa berbentuk benda atau perbuatan.

Menurut Kurikulum dalam Elsaid (2011: 1) peranan alat peraga disebutkan sebagai berikut:

1) alat peraga dapat membuat pendidikan lebih efektif dengan jalan meningkatkan semangat belajar siswa,

2) alat peraga memungkinkan lebih sesuai dengan perorangan, dimana para siswa belajar dengan banyak kemungkinan sehingga belajar berlangsung sangat menyenangkan bagi masing-masing individu,

3) alat peraga memungkinkan belajar lebih cepat segera bersesuaian antara kelas dan di luar kelas,

4) alat peraga memungkinkan mengajar lebih sistematis dan teratur.

Hamalik dalam Herlina (2010: 1) mengatakan bahwa alat peraga dalam pengajaran dapat bermanfaat sebagai berikut: meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk berpikir sehingga mengurangi verbalisme, dapat memperbesar perhatian siswa, meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan


(41)

18 belajar, sehingga belajar akan lebih mantap. Dengan melihat peranan alat peraga dalam pengajaran, maka pelajaran fisika merupakan pelajaran yang paling membutuhkan alat peraga, karena pada pelajaran ini siswa berangkat dari yang abstrak yang akan diterjemahkan ke sesuatu yang konkret.

Dengan alat peraga, hal-hal yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk model-model yang berupa benda konkret yang dapat dilihat, dipegang,

diputarbalikkan sehingga dapat lebih mudah dipahami. Fungsi utamanya adalah untuk menurunkan keabstrakan konsep agar siswa mampu menangkap arti konsep tersebut. Dari segi pengadaannya, alat peraga dapat

dikelompokkan sebagai alat peraga sederhana dan alat peraga buatan pabrik. Pembuatan alat peraga biasanya memanfaatkan lingkungan sekitar dan dapat dibuat sendiri, sedangkan alat peraga buatan pabrik pada umumnya berupa perangkat keras dan lunak yang pembuatannya memiliki ketelitian ukuran serta memerlukan biaya tinggi. Nilai-nilai penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Dapat mengurangi terjadinya verbalisme. 2) Dapat memperbesar minat dan perhatian siswa. 3) Hasil belajar bertambah mantap.

4) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.

5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.

6) Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya bahasa. 7) Membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar.


(42)

19 Prinsip-prinsip penggunaan alat peraga ialah sebagai berkut:

1) Menentukan alat peraga dengan tepat,

2) Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat, 3) Menyajikan alat peraga dengan tepat,

4) Menempatkan atau memperlihatkan alat peraga tepat waktu, tempat, dan situasi yang tepat.

D. Evaluasi Media Pembelajaran

Kekuatan dan kelemahan dari media pembelajaran yang telah dibuat oleh guru biasanya dapat diketahui dengan jelas setelah program tersebut dilaksanakan di kelas dan dievaluasi dengan seksama. Hasil yang diperoleh dari evaluasi akan memberi petunjuk kepada guru tentang bagian-bagian mana dari media pembelajaran tersebut yang sudah baik dan mana pula yang belum baik sehingga belum dapat mencapai tujuan dari pengembangan media pembelajaran yang diharapkan. Dalam hal ini terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah disusun. Atas dasar evaluasi tersebut dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan, baik pada media tersebut sedang digunakan maupun setelah media tersebut digunakan. Perbaikan yang dilakukan setelah media ini selesai digunakan akan berguna untuk keperluan penyempurnaan media pada kegiatan pembelajaran selanjutnya.

Terkait dengan uraian tersebut, evaluasi media yang dilaksanakan pada dasarnya difokuskan kepada beberapa tujuan, yaitu:


(43)

20 2) Untuk melihat prosedur/mekanisasi penggunaan suatu alat,

3) Untuk memeriksa apakah tujuan penggunaan alat tersebut telah tercapai, 4) Menilai kemampuan guru menggunakan media pendidikan,

5) Memberikan informasi untuk kepentingan administrasi, 6) Untuk memperbaiki alat media itu sendiri.

Media pendidikan yang dapat digunakan dalam pembelajaran sangat beragam bentuknya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sekolah untuk

memenuhinya atau jika guru yang membuatnya maka akan sangat tergantung pula pada kemampuan dan keahlian guru dalam pembuatannnya. Keragaman tersebut akan berimplikasi pada berbagai jenis evaluasi untuk menentukan efisiensi dan efektifitas media pembelajaran dalam mendukung

terselenggaranya pembelajaran yang bermutu. Apabila dikaitkan dengan tujuan evaluasi sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, maka ada berbagai jenis evaluasi terhadap media pembelajaran. Berdasarkan objek yang dievaluasi, maka evaluasi media pembelajaran akan terkait dengan evaluasi fungsi media, evaluasi penggunaan media oleh guru, dan evaluasi

pengelolaan/administrasi media.

Berdasarkan prosesnya, evaluasi media ini terdiri atas evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang efektivitas dan efesiensi bahan-bahan

pembelajaran (termasuk kedalamnya media) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data-data tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan


(44)

21 Tahapan evaluasi media pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Evaluasi Satu Lawan Satu

Evaluasi media tahap satu lawan satu yang disebut dengan istilahone to one evaluation, dilaksanakan dengan memilih dua orang atau lebih siswa yang dapat mewakili populasi target dari media yang dibuat. Sajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Kalau media itu anda desain untuk belajar mandiri, biarkan mereka mempelajarinya kemudian anda mengamatinya. Kedua orang yang anda pilih tersebut hendaknya satu orang dari populasi target yang kemampuan umumnya sedikit di bawah rata-rata dan satu orang lain di atas rata-rata.

Jumlah dua orang untuk kegiatan ini adalah jumlah minimal. Setelah selesai, anda bisa mencobakannya kepada beberapa orang siswa yang lain dengan prosedur yang sama. Anda dapat juga mencobakannya kepada ahli bidang studi (context expert). Mereka seringkali memberikan umpan balik yang bermanfaat. Atas dasar data dan informasi dari kegiatan-kegiatan tersebut di atas akhirnya revisi dilakukan sebelum media dicobakan ke kelompok kecil.

2) Evaluasi Kelompok Kecil

Pada tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-20 orang siswa yang dapat mewakili populasi target. Siswa yang dipilih dalam kegiatan ini hendaknya mencerminkan karakteristik populasi. Langkah evaluasi media ”evaluasi kelompok kecil” sama dengan langkah evaluasi media tahap satu lawan satu.


(45)

22 3) Evaluasi Lapangan

Evaluasi lapangan ataufield evaluationadalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang perlu anda lakukan. Usahakan memperoleh situasi yang semirip mungkin dengan situasi sebenarnya. Setelah melalui dua tahap evaluasi di atas tentulah media yang kita buat sudah mendekati

kesempurnaannya. Namun dengan itu masih harus dibuktikan. Lewat evaluasi lapangan inilah kebolehan media yang kita buat diuji.

Pilih sekitar 30 siswa dengan berbagai karakteristik (tingkat kepandaian, kelas, latar belakang, jenis kelamin, usia, kemajuan belajar dan

sebagainya) sesuai dengan karakteristik populasi sasaran. Demikianlah, dengan ketiga tahap evaluasi tersebut dapatlah dipastikan kebenaran efektifitas dan efesiensi media yang kita kembangkan.

E. Interferensi Cahaya

Interferensi (interference) mengacu pada setiap situasi dimana dua atau lebih gelombang tumpang tindih dalam ruang. Bila ini terjadi, gelombang total di sembarang titik pada sebarang saat ditentukan oleh prinsip superposisi (principle of superposition). Prinsip ini juga berlaku untuk gelombang elektromagnetik dan merupakan prinsip yang paling penting dalam semua optika fisis. Prinsip superposisi dalam Young dan Freedman (2004, 587-588) menyatakan bahwa:

Bila dua atau lebih gelombang tumpang-tindih, maka pergeseran resultan di sebarang titik dan pada sembarang saat dapat dicari dengan menambahkan gelombang-gelombang individu itu saling memperkuat. Ini dinamakan interferensi konstruktif (constructive interference).


(46)

23 Efek interferensi paling mudah dilihat bila kita menggabungkan gelombang-gelombang sinusoidal dengan frekuensi tunggalfdan panjang gelombang λ. Dalam optika, gelombang sinusoidal adalah karakteristik dari cahaya

monokromatik (monochromatic light/cahaya berwarna tunggal). Kendati sangat mudah untuk membuat gelombang air dan gelombang bunyi

berfrekuensi tunggal, namun sumber cahaya yang lazim tidak memancarkan cahaya monokromatik (berfrekuensi tunggal). Contohnya bola lampu pijar dan nyala api memancarkan distribusi kontinyu dari panjang gelombang. Akan tetapi, ada beberapa cara untuk menghasilkan cahaya yang hampir

monokromatik. Contohnya, beberapa saringan memblok semua panjang gelombang, kecuali pada jangkauan yang sangat sempit dari panjang gelombang. Lampu pijar gas, seperti lampu uap merkuri, memancarkan cahaya dengan himpunan warna diskrit, yang masing-masing mempunyai pita sempit dari panjang gelombang. Garis hijau yang terang dalam spektrum sebuah lampu uap merkuri mempunyai panjang gelombang sebesar kira-kira 546,1 nm dengan sebaran sebesar ±0,001 nm. Sejauh ini, sumber yang paling hampir monokromatik yang tersedia sekarang ini adalah laser. Laser helium-neon yang cukup dikenal, yang tidak mahal dan banyak tersedia,

memancarkan cahaya merah yang panjang gelombangnya 632,8 nm dengan jangkauan panjang gelombang berorde ±0,000001 nm, atau kira-kira satu bagian dalam 109.

Interferensi dapat bersifat membangun dan merusak. Bersifat membangun jika bedafasekedua gelombang sama sehingga gelombang baru yang terbentuk adalah penjumlahan dari kedua gelombang tersebut. Bersifat merusak jika


(47)

24 beda fasenya adalah 180derajat, sehingga kedua gelombang saling

menghilangkan.

Sumber: http://tienkartina.wordpress.com Gambar 2.4. Interferensi Gelombang Destruktif

Sumber: http://tienkartina.wordpress.com Gambar 2.5. Interferensi Gelombang Konstruktif

Syarat interferensi cahaya, kedua sumber cahaya harus bersifatkoheren (kedua sumber cahaya mempunyai beda fase,frekuensi dan amplitude sama). Thomas Young, seorang ahli fisika membuat dua sumber cahaya dari satu sumber cahaya, yang dijatuhkan pada dua buah celah sempit. Satu sumber cahaya, dilewatkan pada dua celah sempit, sehingga cahaya yang melewati kedua celah itu merupakan dua sumber cahaya baru. Hasil interferensi dari dua sinar/cahaya koheren menghasilkan pola terang dan gelap.


(48)

25

Sumber: http://tienkartina.wordpress.com Gambar 2.6. Hasil Interferensi Cahaya

Sumber: Sumber: D. Hugh & Roger A. Freedman (2004:590) Gambar 2.7. Kurva-Kurva Titik Simpul (Nodal Curves)

Umumnya, bila gelombang dari dua atau lebih sumber tiba sefase di sebuah titik, maka amplitudo gelombang resultan adalah jumlah dari amplitudo gelombang-gelombang individu; gelombang-gelombang individu itu saling memperkuat. Ini dinamakan interferensi konstruktif(constructive interference). Misalnya jarak dari S1, ke sembarang titik P adalah r1, dan misalnya jarak dari


(49)

26 S2ke P adalah r2. Supaya interferensi konstruktif terjadi di P, selisih lintasan r2-r1untuk kedua sumber itu harus merupakan kelipatan bulat dari panjang gelombang λ.

Sumber: http://tienkartina.wordpress.com Gambar 2.8. Interferensi Optik Dapat Terjadi jika Dua Gelombang (Cahaya)

Secara Simultan Hadir dalam Daerah yang Sama

Interferensi maksimum terjadi jika kedua gelombang memiliki fase yang sama (sefase), yaitu jika selisih lintasannya sama dengan nol atau bilangan bulat kali panjang gelombangλ.

= ; = 0, 1, 2, .

Bilangan m disebut orde terang. Untuk m=0 disebut terang pusat, m=1 disebut terang ke-1, dst. Karena jarak celah ke layar l jauh lebih besar dari jarak kedua celah d (l >> d), maka sudutθsangat kecil, sehingga sinθ= tanθ= p/l, dengan demikian:

=


(50)

27 Interferensi minimum terjadi jika beda fase kedua gelombang 180o, yaitu jika selisih lintasannya sama dengan bilangan ganjil kali setengahλ.

= 1 2 ; = 0, 1, 2, .

Bilangan m disebut orde gelap. Tidak ada gelap ke nol. Untuk m=1 disebut gelap ke-1, dan seterusnya. Mengingat sinθ= tanθ= p/l, maka:

= 1 2

Dengan p adalah jarak terang ke-m ke pusat terang.

Jarak antara dua garis terang yang berurutan sama dengan jarak dua garis gelap berurutan. Jika jarak itu disebutΔ p, maka :


(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaituresearch and developmentatau penelitian pengembangan, berupa pembuatan alat percobaan konsep

interferensi cahaya (SK 1, KD 1.3 Fisika kelas XII) materi interferensi cahaya yang dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa (LKS). Alat percobaan yang dikembangkan dapat digunakan untuk mengamati fenomena interferensi cahaya dengan metode eksperimen atau demonstrasi. Desain pengembangan research and development yang digunakan hampir sama dengan desain model pendekatan oleh Walter Dick dan Lou Carey yang meliputi 10 langkah.

Namun jika mengacu pada model tersebut, pada pengembangan ini hanya dilakukan hingga langkah ke-8, yaitu mendesain dan mengerjakan evaluasi formatif yang ditujukan pada uji satu lawan satu dan uji kelompok kecil.

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitianquasi experimental(eksperimen semu) dengan menggunakan desain penelitianone-shot case study, yaitu memberikan perlakuan tertentu pada subjek, kemudian dilakukan pengukuran terhadap variabel tanpa adanya kelompok pembanding dan tes awal. Perlakuan tersebut dilakukan pada tahap uji coba lapangan yang terdiri dari uji satu


(52)

29 lawan satu dan uji kelompok kecil. Desain penelitian tersebut mempunyai pola sebagai berikut:

Sumber:http://www. scribd. com/doc/60836925/27/ Gambar 3.1. Desain PenelitianOne-Shot Case Study

Dimana X adalah perlakuan terhadap alat yang akan diuji, dan O adalah hasil dari perlakuan tersebut.

Pada tahap pengembangan alat percobaan ini dilakukan validasi ahli terlebih dahulu sebelum alat peraga diujicobakan kepada siswa kelas XII IPA SMAN 1 Kotagajah. Setelah dilakukan validasi ahli, maka selanjutnya dilakukan

evaluasi lapangan yang terdiri dari evaluasi satu lawan satu (one to one evaluation) bertujuan untuk mengetahui kekurangan dari alat percobaan dan evaluasi kelompok kecil untuk mengetahui tingkat kemenarikan, kemudahan penggunaan, dan kemanfaatan alat peraga yang diciptakan, serta

keefektifannya dalam pembelajaran.

B. Subjek Penelitian

Penelitian pengembangan ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012 di SMAN 1 Kotagajah. Peneliti memilih sekolah tersebut

didasarkan pada hasil observasi pada tahap analisis kebutuhan. Berdasarkan analisis kebutuhan diperoleh bahwa guru dan siswa sangat membutuhkan alat


(53)

30 percobaan pembelajaran yang dapat digunakan untuk menanamkan konsep interferensi cahaya. Objek penelitian ini adalah alat percobaan interferensi cahaya. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah para ahli yang menguji kevalidan alat percobaan yang terdiri dari, yaitu pakar fisika (dosen fisika FMIPA Unila), 2 orang guru fisika SMA (guru fisika SMAN 2

Bandarlampung dan guru fisika SMAN 1 Kotagajah) dan siswa kelas XII IPA1, XII IPA2, XII IPA3, dan XII IPA4sebagai pengguna yang menilai tingkat kemenarikan, kemanfaatan dan kemudahan alat percobaana tersebut.

C. Prosedur Pengembangan

Penelitian pengembangan ini menggunakan metode penelitian yang diadaptasi dari prosedur pengembangan media pembelajaran menurut Sadiman, dkk. dalam Asyhar (2011: 94-100). Alat percobaan yang dihasilkan berupa alat percobaan interferensi cahaya yang dapat digunakan bagi guru untuk

membelajarkan siswa memahami materi interferensi cahaya. Perancangan alat percobaan ini meliputi: 1) menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa, 2) merumuskan tujuan pembelajaran, 3) merumuskan butir-butir materi, 4) menyusun instrumen evaluasi, 5) menulis naskah media, 6) produk awal, 7) validasi ahli, 8) uji coba lapangan, 9) produk akhir. Secara umum, prosedur pengembangan alat percobaan dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut:


(54)

31

Sumber: Asyhar (2011: 94) Gambar 3.2. Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran

1) Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang apa yang dibutuhkan siswa dan guru pada khususnya, dan sekolah pada

umumnya. Hal inilah yang digunakan sebagai dasar dalam pengembangan alat percobaan yang akan dibuat. Ketersediaan sumber dan media

pembelajaran yang diobservasi meliputi: ketersediaan buku fisika SMA di perpustakaan dan buku penunjang lain, serta keadaan laboratorium fisika: meliputi ketersedian alat percobaan interferensi cahaya. Sedangkan pemberian angket dilakukan untuk mengetahui apakah guru dan siswa membutuhkan alat percobaan pembelajaran dalam pembelajaran materi interferensi cahaya. Hasil observasi dan angket ini kemudian dijadikan Menganalisis Kebutuhan dan Karakteristik siswa Validasi Ahli Perumusan Tujuan Pembelajaran Penyusunan Instrumen Evaluasi Uji Coba Lapangan Menulis Naskah Media/Prototipe Produk Akhir Perumusan Butir Materi Revi si Produk Awal


(55)

32 sebagai landasan dalam penyusunan latar belakang masalah dari analisis kebutuhan sekolah.

2) Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Jika sudah teridentifikasi bahwa alat percobaan interferensi cahaya dibutuhkan, maka langkah selanjutnya yaitu merumuskan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran ini nantinya akan dijadikan acuan atau panduan dalam melakukan upaya untuk mencapai tujuan tersebut.

3) Merumuskan Butir-Butir Materi

Perumusan butir materi didasarkan pada rumusan tujuan. Perumusan butir-butir materi diperoleh berdasarkan materi pokok yang akan menjadi dasar teori alat percobaan interferensi cahaya, yaitu mengenai interferensi cahaya. Berikut ini adalah butir-butir materi yang harus dikuasai siswa, yaitu menjelaskan pengertian interferensi cahaya, menjelaskan penyebab terjadinya interferensi cahaya, dan menghitung jarak terang pusat ke terang ke-n.

4) Menyusun Instrumen Evaluasi

Langkah berikutnya setelah butir materi dirumuskan adalah menyusun instrumen evaluasi. Instrumen ini dimaksudkan untuk mengukur pencapaian pembelajaran, apakah tujuan sudah tercapai atau tidak.

Instrumen evaluasi yang dibuat berupa angket yang ditujukan kepada ahli dan instrumen angket dan tes yang ditujukan kepada siswa.


(56)

33 5) Menyusun Naskah/Draft Media

Naskah/draft digunakan sebagai pedoman sehingga tujuan pembelajaran dan materi ajar dapat dituangkan dengan kemasan sesuai dengan jenis media. Dengan begitu, media yang dibuat sesuai dengan keperluan. Draft media yang dibuat berupa skenario pengembangan alat percobaan yang akan dikembangkan (terlampir pada lampiran 5).

6) Produk awal

Perwujudan dari skenario pengembangan alat percobaan yang akan dikembangkan, yaitu membuat produk awal yang berupa alat percobaan interferensi cahaya. Bagian utama alat percobaan tersebut terdiri dari LCD handphoneyang berfungsi sebagai celah sempit dan laser yang berfungsi sebagai sumber cahaya.

Gambar 3.3. Laser Gambar 3.4. Celah Sempit 7) Melakukan Validasi Ahli

Validasi ahli dilakukan sebelum melakukan uji coba lapangan yang dilakukan tiga orang ahli. Validasi ini terdiri dari validasi mengenai kesesuaian desain dengan spesifikasi yang direncanakan, evaluasi dalam perencanaan pembelajaran, dan kesesuaian LKS dengan produk yang dikembangkan. Validasi mengenai kesesuaian desain dengan spesifikasi yang direncanakan dilakukan oleh pakar fisika, dosen fakultas MIPA


(57)

34 Universitas Lampung dan guru mata pelajaran fisika SMA Negeri 2

Bandarlampung, sedangkan evaluasi dalam perencanaan pembelajaran, dan kesesuaian LKS dengan produk yang dikembangkan dilakukan oleh guru mata pelajaran fisika SMA Negeri 2 Bandarlampung dan guru SMA Negeri 1 Kotagajah. Kriteria pemilihan guru yang melakukan validasi terhadap alat percobaan didasarkan pada guru yang aktif dalam kegiatan MKKS dan aktif membimbing olimpiade fisika di SMA.

8) Melakukan Uji Coba/Tes dan Revisi

Media atau prototipe media yang sudah selesai dibuat, selanjutnya diujicobakan dalam kegiatan pembelajaran. Uji coba ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian media dalam pembelajaran. Uji coba ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu uji coba satu lawan satu dan uji coba kelompok kecil. Pada uji coba satu lawan satu dilakukan kepada dua orang siswa pada setiap kelas subjek penelitian untuk mengetahui kekurangan dari alat percobaan yang dikembangkan dan selanjutnya dilakukan perbaikan. Setelah dilakukan perbaikan, maka selanjutnya dilakukan uji coba kelompok kecil. Pada uji coba kelompok kecil dilakukan kepada sepuluh orang pada setiap kelas subjek penelitian untuk mengetahui keoperasionalan alat percobaan yang dikembangkan.

9) Produk Akhir

Hasil dari uji coba ini dijadikan bahan perbaikan dan penyempurnaan alat peraga yang akan dibuat, sehingga menghasilkan produk akhir yang siap untuk digunakan di sekolah.


(58)

35 D. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian pengembangan ini diperoleh melalui observasi

menggunakan instrumen berupa lembar observasi, instrumen angket, dan tes. Lembar observasi digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai

kebutuhan sekolah, guru, dan siswa dalam proses pembelajaran, serta sarana dan prasarana sekolah. Sedangkan instrumen angket digunakan untuk

mengumpulkan data tentang kelayakan produk berdasarkan kesesuaian desain dan isi materi interferensi cahaya pada produk yang telah dikembangkan. Instrumen angket juga digunakan untuk mengumpulkan data tingkat

kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan alat percobaan interferensi cahaya. Sedangkan untuk mengumpulkan data tingkat keefektifan alat percobaan dalam pembelajaran digunakan instrumen berupa tes. Kegiatan ini berupa tes tertulis kepada siswa setelah melakukan eksperimen menggunakan alat percobaan interferensi cahaya. Secara lengkap instrumen dapat dilihat pada lampiran 10, 11, dan 12. Adapun kisi-kisi instrumen tersebut adalah:

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen

Instrumen Subjek Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Pakar Fisika dan Guru

Fisika

1. Kesesuaian desain dengan spesifikasi yang

direncanakan 2. Evaluasi dalam

perencanaan pembelajran Uji LKS Guru Fisika 1. Uji kelayakan isi

2. Uji kesesuaian isi 3. Uji kelayakan penyajian 4. Uji kelayakan bahasa Uji Lapangan Siswa SMA kelas XII 1. Angket kemenarikan,

kemudahan, dan kemanfaatan 2. Tes Tertulis


(59)

36 E. Teknik Analisis Data

Data hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari guru dan siswa digunakan untuk menyusun latar belakang dan mengetahui tingkat keterbutuhan program pengembangan. Data kesesuaian desain dan materi pembelajaran pada produk diperoleh dari ahli materi, ahli desain atau praktisi melalui uji ahli/validasi ahli produk. Data kesesuaian tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat

kelayakan produk yang dihasilkan untuk digunakan sebagai media

pembelajaran. Data kemenarikan, kemudahan penggunaan, dan kemanfaatan produk diperoleh melalui uji lapangan kepada pengguna secara langsung. Data tingkat keefektifan produk diperoleh melalui tes pada tahap uji coba lapangan. Pada tahap uji coba lapangan, siswa melakukan eksperimen terhadap alat percobaan yang dikembangkan.

Analisis data berdasarkan instrumen uji ahli dan uji lapangan dilakukan untuk menilai sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran. Instrumen penilaian uji ahli baik uji spesifikasi maupun uji kualitas produk oleh ahli desain dan ahli isi/materi, memiliki pilihan 2 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan. Instrumen penilaian desain dengan spesifikasi yang direncanakan memiliki 2 pilihan jawaban, misalnya: “terpenuhi”dan“tidak terpenuhi”. Instrumen penilaian dalam perencanaan pembelajaran memiliki 2 pilihan jawaban,misalnya: “sesuai”dan “tidak sesuai”. Masing-masing pilihan jawaban tersebut mengartikan tingkat kelayakan produk menurut ahli, sehingga dapat digunakan dalam perevisian


(60)

37 alat percobaan yang akan dikembangkan (angket uji ahli secara lengkap

terlampir pada lampiran 10).

Data kemenarikan produk diperoleh dari siswa sebagai pengguna pada tahap uji coba lapangan. Angket respon terhadap penggunaan produk memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, misalnya “tidak menarik”, “kurang menarik”, “menarik”, dan “sangat menarik’.Sedangkan untuk memperoleh data kemudahan produkmemiliki 4 pilihan jawaban, misalnya “sangat sulit”, “sulit”, “agak sulit”, dan “mudah”, dan untuk memperoleh data kemanfaatan produk memiliki 4 pilihan jawaban, misalnya:“tidak membantu”,“kurang membantu”,“membantu”,dan“ sangat membantu.Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna (terlampir pada lampiran 12). Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor kemudian hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.2. Tabel 3.2. Skor Penilaian Uji Coba Lapangan terhadap Pilihan Jawaban

Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor Sangat menarik Sangat Mudah Sangat membantu 4

Menarik Mudah Membantu 3

Kurang menarik Sulit Kurang membantu 2 Tidak menarik Sangat sulit Tidak membantu 1 Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:


(61)

38 Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah subyek sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Hasil konversi ini diperoleh dengan melakukan analisis secara deskriptif terhadap skor penilaian yang diperoleh. Pengonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas dalamSuyanto (2009: 227)

Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi

4 3,26 - 4,00 Sangat baik

3 2,51 - 3,25 Baik

2 1,76 - 2,50 Kurang Baik

1 1,01 - 1,75 Tidak Baik

Sedangkan untuk data hasil tes, digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Kotagajah, yaitu≥ 78,sebagai pembanding. Apabila 75% nilai siswa yang diberlakukan uji coba telah mencapai KKM, dapat disimpulkan produk pengembangan layak dan efektif digunakan sebagai media pembelajaran.


(62)

60

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011.Interferensi dan Difraksi. interferensi.doc. 17 November 2011, pukul 16.44 WIB.

Asyhar, Rayanda. 2011.Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Jakarta.

Borg, D. Walter, Joyce P. Gall and Meredith D. Gall. 2002.Education Research. USA: Library of Congress Cataloging in Publication Data.

Elsaid, Fairuz. 2011.Pengertian Alat Peraga Pendidikan. http://fairuzelsaid. wordpress.com/2011/05/24/pengertian-dan-tujuan-alat-peraga-pendidikan/. 25 November 2011, pukul 06.37 WIB.

Herlina, Cici. 2010.Alat Peraga. http://pendidikanmatematika.files.wordpress. com. 18 November 2011, pukul 14.24 WIB.

Kartina, Tien. 2010.Interferensi Cahaya. http://tienkartina.wordpress.com/2010 /08/21/ interferensi-cahaya/. 18 November 2011, pukul 14.48 WIB. Laria, Kartika. 2011.Media Pembelajaran. http://www.infoskripsi.com/

Article/Kajian-Pustaka-Media-Pembelajaran.html. 24 November 2011, pukul 16.00 WIB.

Mardalis. 2009.Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Qomarudin, Ma’sum. 2007.Desain Experiment One-Shot Case study. http://www. scribd. com/doc/60836925/27/Gambar-14-Desain-Experiment-One-Shot-Case-Study. 1 Desember 2011, pukul 09.38 WIB.

Sanjaya, Wina. 2010.Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Setiono, Budi. 2011. “Pengembangan Alat Perekam Getaran sebagai Media

Pembelajaran Konsep Getaran”.Skripsi. Bandarlampung: Unila. Siregar, Agustina, dkk. 2011.Interference Black Box.Tugas Optika.


(63)

61 Siswanto dan Sukaryadi. 2009.Kompetensi Fisika untuk SMA/MA. Jakarta: Pusat

Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Susilana, Rudi, & Cepi Riyana. 2007.Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Suyanto, Eko. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses Untuk SMA Negeri 3 Bandarlampung.Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009.Lampung: Unila.

Winarti, Yayuk. 2011. “Pengembangan Peraga Fisika Menggunakan Alat dan Bahan dari Lingkungan Sekitar untuk Pembelajaran Fisika Kelas X Semester Genap SMAN 12 Bandarlampung”.Skripsi. Bandarlampung: Unila.

Young, D.Hugh, & Roger A.Freedman. 2004.Fisika Universitas Jilid 2, diterjemahkan oleh: Pantur Silahan. Jakarta: Erlangga.


(1)

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian pengembangan ini diperoleh melalui observasi

menggunakan instrumen berupa lembar observasi, instrumen angket, dan tes. Lembar observasi digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai

kebutuhan sekolah, guru, dan siswa dalam proses pembelajaran, serta sarana dan prasarana sekolah. Sedangkan instrumen angket digunakan untuk

mengumpulkan data tentang kelayakan produk berdasarkan kesesuaian desain dan isi materi interferensi cahaya pada produk yang telah dikembangkan. Instrumen angket juga digunakan untuk mengumpulkan data tingkat

kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan alat percobaan interferensi cahaya. Sedangkan untuk mengumpulkan data tingkat keefektifan alat percobaan dalam pembelajaran digunakan instrumen berupa tes. Kegiatan ini berupa tes tertulis kepada siswa setelah melakukan eksperimen menggunakan alat percobaan interferensi cahaya. Secara lengkap instrumen dapat dilihat pada lampiran 10, 11, dan 12. Adapun kisi-kisi instrumen tersebut adalah:

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen

Instrumen Subjek Kisi-Kisi Instrumen

Uji Ahli Pakar Fisika dan Guru Fisika

1. Kesesuaian desain dengan spesifikasi yang

direncanakan 2. Evaluasi dalam

perencanaan pembelajran

Uji LKS Guru Fisika 1. Uji kelayakan isi

2. Uji kesesuaian isi 3. Uji kelayakan penyajian 4. Uji kelayakan bahasa Uji Lapangan Siswa SMA kelas XII 1. Angket kemenarikan,

kemudahan, dan kemanfaatan 2. Tes Tertulis


(2)

E. Teknik Analisis Data

Data hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari guru dan siswa digunakan untuk menyusun latar belakang dan mengetahui tingkat keterbutuhan program pengembangan. Data kesesuaian desain dan materi pembelajaran pada produk diperoleh dari ahli materi, ahli desain atau praktisi melalui uji ahli/validasi ahli produk. Data kesesuaian tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat

kelayakan produk yang dihasilkan untuk digunakan sebagai media

pembelajaran. Data kemenarikan, kemudahan penggunaan, dan kemanfaatan produk diperoleh melalui uji lapangan kepada pengguna secara langsung. Data tingkat keefektifan produk diperoleh melalui tes pada tahap uji coba lapangan. Pada tahap uji coba lapangan, siswa melakukan eksperimen terhadap alat percobaan yang dikembangkan.

Analisis data berdasarkan instrumen uji ahli dan uji lapangan dilakukan untuk menilai sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran. Instrumen penilaian uji ahli baik uji spesifikasi maupun uji kualitas produk oleh ahli desain dan ahli isi/materi, memiliki pilihan 2 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan. Instrumen penilaian desain dengan spesifikasi yang direncanakan memiliki 2 pilihan jawaban, misalnya: “terpenuhi”dan“tidak terpenuhi”. Instrumen penilaian dalam perencanaan pembelajaran memiliki 2 pilihan jawaban,misalnya: “sesuai”dan “tidak sesuai”. Masing-masing pilihan jawaban tersebut mengartikan tingkat kelayakan produk menurut ahli, sehingga dapat digunakan dalam perevisian


(3)

alat percobaan yang akan dikembangkan (angket uji ahli secara lengkap terlampir pada lampiran 10).

Data kemenarikan produk diperoleh dari siswa sebagai pengguna pada tahap uji coba lapangan. Angket respon terhadap penggunaan produk memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, misalnya “tidak menarik”, “kurang menarik”, “menarik”, dan “sangat menarik’.Sedangkan untuk memperoleh data kemudahan produkmemiliki 4 pilihan jawaban, misalnya “sangat sulit”, “sulit”, “agak sulit”, dan “mudah”, dan untuk memperoleh data kemanfaatan produk memiliki 4 pilihan jawaban, misalnya:“tidak membantu”,“kurang membantu”,“membantu”,dan“ sangat membantu.Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna (terlampir pada lampiran 12). Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor kemudian hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.2. Tabel 3.2. Skor Penilaian Uji Coba Lapangan terhadap Pilihan Jawaban

Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor Sangat menarik Sangat Mudah Sangat membantu 4

Menarik Mudah Membantu 3

Kurang menarik Sulit Kurang membantu 2

Tidak menarik Sangat sulit Tidak membantu 1 Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:


(4)

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah subyek sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Hasil konversi ini diperoleh dengan melakukan analisis secara deskriptif terhadap skor penilaian yang diperoleh. Pengonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas dalamSuyanto (2009: 227)

Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi

4 3,26 - 4,00 Sangat baik

3 2,51 - 3,25 Baik

2 1,76 - 2,50 Kurang Baik

1 1,01 - 1,75 Tidak Baik

Sedangkan untuk data hasil tes, digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Kotagajah, yaitu≥ 78,sebagai pembanding. Apabila 75% nilai siswa yang diberlakukan uji coba telah mencapai KKM, dapat disimpulkan produk pengembangan layak dan efektif digunakan sebagai media pembelajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011.Interferensi dan Difraksi. interferensi.doc. 17 November 2011, pukul 16.44 WIB.

Asyhar, Rayanda. 2011.Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Jakarta.

Borg, D. Walter, Joyce P. Gall and Meredith D. Gall. 2002.Education Research. USA: Library of Congress Cataloging in Publication Data.

Elsaid, Fairuz. 2011.Pengertian Alat Peraga Pendidikan. http://fairuzelsaid. wordpress.com/2011/05/24/pengertian-dan-tujuan-alat-peraga-pendidikan/. 25 November 2011, pukul 06.37 WIB.

Herlina, Cici. 2010.Alat Peraga. http://pendidikanmatematika.files.wordpress. com. 18 November 2011, pukul 14.24 WIB.

Kartina, Tien. 2010.Interferensi Cahaya. http://tienkartina.wordpress.com/2010 /08/21/ interferensi-cahaya/. 18 November 2011, pukul 14.48 WIB. Laria, Kartika. 2011.Media Pembelajaran. http://www.infoskripsi.com/

Article/Kajian-Pustaka-Media-Pembelajaran.html. 24 November 2011, pukul 16.00 WIB.

Mardalis. 2009.Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Qomarudin, Ma’sum. 2007.Desain Experiment One-Shot Case study. http://www. scribd. com/doc/60836925/27/Gambar-14-Desain-Experiment-One-Shot-Case-Study. 1 Desember 2011, pukul 09.38 WIB.

Sanjaya, Wina. 2010.Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Setiono, Budi. 2011. “Pengembangan Alat Perekam Getaran sebagai Media

Pembelajaran Konsep Getaran”.Skripsi. Bandarlampung: Unila. Siregar, Agustina, dkk. 2011.Interference Black Box.Tugas Optika.


(6)

Siswanto dan Sukaryadi. 2009.Kompetensi Fisika untuk SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Susilana, Rudi, & Cepi Riyana. 2007.Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Suyanto, Eko. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses Untuk SMA Negeri 3 Bandarlampung.Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009.Lampung: Unila.

Winarti, Yayuk. 2011. “Pengembangan Peraga Fisika Menggunakan Alat dan Bahan dari Lingkungan Sekitar untuk Pembelajaran Fisika Kelas X Semester Genap SMAN 12 Bandarlampung”.Skripsi. Bandarlampung: Unila.

Young, D.Hugh, & Roger A.Freedman. 2004.Fisika Universitas Jilid 2, diterjemahkan oleh: Pantur Silahan. Jakarta: Erlangga.