Analisis Pendapatan Pada Petani Padi Sawah Terhadap Kesejahteraan (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

(1)

ANALISIS PENDAPATAN PADA PETANI PADI

SAWAH TERHADAP KESEJAHTERAAN

(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH:

INDAH CAHYANI ZEBUA 050309012

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

ANALISIS PENDAPATAN PADA PETANI PADI

SAWAH TERHADAP KESEJAHTERAAN

(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

Diajukan kepada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

OLEH:

INDAH CAHYANI ZEBUA 050309012

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

RINGKASAN

INDAH CAHYANI ZEBUA : Analisis Pendapatan Pada Petani Padi Sawah Terhadap Kesejahteraan Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Serdang Bedagai. Dibimbing oleh Ir. H. Hasman Hasyim, Msi dan Emalisa Sp, MSi.

Daerah penelitian ditentukan secara purposive dan pengambilan sampel dilaksanakan secara Stratified Random Sampling. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui besarnya kontribusi pendapatan usahatani padi sawah, usahatani non padi sawah , dan non usahatani terhadap pendapatan keluarga petani padi sawah, mengetahui hubungan karakter sosial ekonomi, yaitu umur, pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan padi sawah dan produksi padi sawah dengan pendapatan padi sawah, mengetahui besarnya pengaruh total pendapatan terhadap kesejahteraan petani padi sawah.

Hasil penelitian menunjukkan kontribusi pendapatan usahatani padi sawah sebesar 58,36 % terhadap total pendapatan keluarga, kontribusi pendapatan dari usahatani non padi sawah sebesar 27,30 %, dan kontribusi dari non usahatani terhadap total pendapatan keluarga adalah 14,32 %. Menjelaskan bahwa kontribusi pendapatan dari non usahatani padi sawah terhadap pendapatan keluarga lebih besar dibandingkan dari kontribusi pendapatan dari usahatani non padi sawah dan kontribusi dari non usahatani.

Tidak ada hubungan umur, pendidikan, lamanya berusahatani dan jumlah tanggungan dengan pendapatan petani padi sawah. sedangkan luas lahan padi sawah dan produksi memiliki hubungan dengan pendapatan padi sawah.

Kesejahteraan petani padi sawah yang dihitung dengan menggunakan konsep Nilai Tukar Pendapatan Rumahtangga Petani (NTPRP) adalah 1,637 artinya bahwa besarnya pendapatan yang diperoleh masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran mereka.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Indah cahyani zebua, lahir pada tanggal 05 Mei 1987 di Gunungsitoli,

Kabupaten Nias, Sumatera Utara. Penulis merupakan anak kelima dari lima

bersaudara, anak dari ayahanda S. Zebua (Alm) dan ibunda R. Zebua.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis yaitu pada tahun 1999

lulus dari SD Negeri Sihareo, tahun 2002 lulus dari SMP Negeri 7 Gunungsitoli,

tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Gunungsitoli dan pada tahun yang

sama diterima di Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB) pada program studi Penyuluhan dan Komunikasi

Pertanian, Departemen Agribisnis.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP).

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di desa Pangguruan,


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul ” Analisis Pendapatan Pada Petani Padi Sawah

Terhadap Kesejahteraan Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Serdang Bedagai.” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada orangtua penulis ayahanda S. Zebua dan ibunda R. Zebua yang

telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Hasman Hasyim, M.Si selaku ketua komisi pembimbing.

2. Ibu Emalisa SP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing.

3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen Agribisnis

serta seluruh Dosen, Pegawai Tata Usaha di Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan.

4. Bapak Kepala Desa Lubuk Bayas dan petani di Desa Lubuk Bayas,

Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada keluargaku : Kak

Imelti beserta keluarga, Kak Wetty beserta keluarga, Abang Ofan dan Abang Kiky

yang memberi dukungan besar buat penulis serta saudaraku yang selalu ada dan


(6)

Kak Lina, Kak Ester, Kak Rita, Irna, Nur, Leli, wija) terkhusus buat adekku Lilin

Zebua yang sudah banyak membantu penulis hingga skripsi ini dapat penulis

selesaikan dengan baik. Trimakasih juga buat pembinaku Mami Enda dan

keluarga atas doa-doanya selama ini, buat Sonitema, Bang tano, Eta, Tinny,

Asteti, Papa sakhi dan keluarga, Tante kola dan keluarga, Tante Sulung, bang

Erwin, bang Winner, bang Doan, bang Parlin, Kak Jenti, Kak Benty, Kak Velma

caem, Kak neny, kak Wita, Adil, Tiny utshukushi, Surya dewi, Vera Simbolon,

Planet Youth, SEP 2005 dan semua teman-teman yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari para

pembaca. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan

perkembangan dunia pertanian.

Medan, April 2010


(7)

DAFTAR ISI

RINGKASAN... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR. ... iv

DAFTAR ISI. ... vi

DAFTAR TABEL. ... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Petani Padi Sawah ... 6

Pendapatan Usahatani Padi sawah... 7

Pendapatan Usahatani Non Padi Sawah... 8

Pendapatan Non Usahatani... 8

Kesejahteraan Petani... 10

Landasan Teori ... 13

Kerangka Pemikiran ... 19

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian... 22

Metode Pengambilan Sampel ... 22

Metode Pengumpulan Data ... 23

Metode Analisis Data ... 24

Definisi dan Batasan Operasional Definisi ... 27

Batasan Operasional ... 29

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Letak dan Luas Geografis ... 30

Tata Guna Lahan ... 30

Keadaan Penduduk ... 31


(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kontribusi Pendapatan Usahatani Padi Sawah... 36

Kontribusi Pendapatan Usahatani Non Padi sawah... 37

Kontribusi Pendapatan Non Usahatani ... 38

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah... 38

Hubungan Umur dengan Pendapatan Padi Sawah... 38

Hubungan Pendidikan dengan Pendapatan Padi Sawah... 39

Hubungan Lamanya bertani dengan Pendapatan Padi Sawah... 39

Hubungan Jumlah tanggungan dengan Pendapatan Padi Sawah... .... 40

Hubungan Luas Lahan dengan Pendapatan Padi Sawah... 40

Hubungan Produksi dengan Pendapatan Padi Sawah... 41

Pengaruh Pendapatan terhadap Kesejahteraan Petani Padi Sawah... 42

Pola Pengeluaran Pangan ... 42

Pengeluaran Non Pangan ... 43

Total Pengeluaran Rumahtangga ... 44

Tingkat Kesejahteran Petani... 45

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 47

Saran... ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49


(9)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul

1 Tabel 1 Penentuan Sampel Penelitian di Desa Lubuk bayas, Kecamatan Perbaungan

2 Tabel 2 Spesifikasi Pengumpulan Data

3 Tabel 3 Nilai Hubungan Korelasi menurut Guilford 4 Tabel 4 Distribusi Penggunaan Lahan, tahun 2009

5 Tabel 5 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Lubuk Bayas, tahun2009

6 Tabel 6 Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur

7 Tabel 7 Distribusi Penduduk menurut Matapencaharian

8 Tabel 8 Sarana dan Prasarana Desa pada Tahun 2009

9 Tabel 9 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel

di Desa Lubuk Bayas Tahun 2009

10 Tabel 10 Rata-rata Pendapatan Petani Padi Sawah di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009

11 Tabel 11 Rata-rata Kontribusi Pendapatan Usahatani dan Non Usahatani Terhadap Pendapatan

Keluarga di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009

12 Tabel 12 Rata-rata Proporsi Pengeluaran Pangan pada Petani Padi di Desa Lubuk Bayas selama 1 tahun

13 Tabel 13 Rata-rata Proporsi Pengeluaran Non Pangan

Rumahtangga Petani selama 1 tahun

14 Tabel 14 Total Pengeluaran Rumahtangga Petani di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009

15 Tabel 15 Nilai Tukar Rumahtangga pada Petani


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul

1 Lampiran 1 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel

2 Lampiran 2 Pembagian Wilayah Tugas PPL

di Kabupaten Humbang Hasundutan

3. Lampiran 3 Total Biaya Penyusutan Usahatani Padi Sawah

di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009 (MT I)

4 Lampiran 4 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah

di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009 (MT I)

5 Lampiran 5 Total Biaya Obat-obatan Usahatani Padi Sawah,

tahun 2009 (MT I)

6 Lampiran 6 Total Biaya Penyusutan Usahatani Padi sawah

di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009 (MT II)

7 Lampiran 7 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah

di Desa Lubuk Bayas , tahun 2009 (MT II)

8 Lampiran 8 Total Biaya Obat-obatan Usahatani Padi Sawah,

tahun 2009 (MT II)

9 Lampiran 9 Total Biaya Pupuk Usahatani Padi Sawah,

tahun 2009 (MT II)

10 Lampiran 10 Biaya Pajak dan Saprodi Benih

11 Lampiran 11 Total Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah,

tahun 2009 (MT I)

12 Lampiran 12 Total Biaya Produksi Usahatani Padi

Sawah, tahun 2009 (MT II)

13 Lampiran 13 Total Penerimaan Usahatani Padi Sawah

(MT I) Mei-September tahun 2009

14 Lampiran 14 Total Penerimaan Usahatani Padi Sawah

(MT II) Oktober-Januari


(11)

16 Lampiran 16 Total Pendapatan Usahatani Padi Sawah

tahun 2010 (MT II )

17 Lampiran 17 Total Pendapatan Usahatani Padi Sawah

di Desa Lubuk Bayas, tahun 2010

18 Lampiran 18 Total Biaya Produksi Padi Sawah

di Desa Lubuk Bayas, tahun 2010

19 Lampiran 19 Total Biaya Produksi Padi Sawah dan

Biaya Produksi Non Padi Sawah

20 Lampiran 20 Total Biaya Penyusutan Kacang Kedelai

di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009

21 Lampiran 21 Total Biaya Obat-obatan Kacang Kedelai

di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009

22 Lampiran 22 Total Biaya Benih dan Biaya Pupuk Kacang

Kedelai di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009

23 Lampiran 23 Total Biaya Tenaga Kerja Kacang Kedelai

di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009

24 Lampiran 24 Total Biaya Produksi Kacang Kedelai

di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009

25 Lampiran 25 Pendapatan dari Usahatani Kacang Kedelai tahun 2009

26 Lampiran 26 Curahan Tenaga Kerja Pada Setiap Tahapan

Kegiatan Usaha Ternak Kambing

Per Peternak, tahun2009

27 Lampiran 27 Biaya Penyusutan Usaha Ternak Kambing

Per Peternak, tahun2009

28 Lampiran 28 Biaya Kandang Pada Usaha Ternak Kambing, tahun2009

29 Lampiran 29 Total Biaya Produksi Usahatani Kacang

Kedelai, tahun 2009

30 Lampiran 30 Penerimaan dari Usaha Ternak Kambing, tahun 2009

31. Lampiran 31 Pendapatan dari Usaha Ternak Kambing, tahun 2009


(12)

33 Lampiran 33 Jumlah Benih Cabe

34 Lampiran 34 Penerimaan Usahatani Cabe, tahun 2009

35 Lampiran 35 Pendapatan dari Usahatani Cabe, tahun 2009

36 Lampiran 36 Pendapatan Petani dari Non Usahatani

dan Pendapatan dari Usahatani Non Padi Sawah

37 Lampiran 37 Pendapatan Petani Berdarkan Sumber

Pendapatan Keluarga serta Kontribusinya

Terhadap Total Pendapatan Petani

38 Lampiran 38 Pengeluaran Konsumsi Pangan Perbulan

39 Lampiran 39 Pengeluaran Konsumsi Pangan Pertahun

40 Lampiran 40 Pengeluaran untuk Non Pangan Perbulan

41 Lampiran 41 Pengeluaran untuk Non Pangan Pertahun

42 Lampiran 42 Total Pengeluaran Konsumsi Pangan dan

Non Pangan Pertahun di Daerah Perubahan

43 Lampiran 43 Nilai Tukar Pendapatan Rumahtangga Petani

(NTPRP), Tahun 2010

44 Lampiran 44 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel

dan Pendapatan Padi Sawah

45 Lampiran 45 Korelasi Sederhana dan Umur dengan

Pendapatan Padi Sawah

46 Lampiran 46 Korelasi Sederhana dan Pendidikan dengan

Pendapatan Padi Sawah

47 Lampiran 47 Korelasi Sederhana dan Pengalaman Berusahatani

dengan Pendapatan Padi Sawah

48 Lampiran 48 Korelasi Sederhana dan Jumlah Tanggungan dengan

Pendapatan Padi Sawah

49 Lampiran 49 Korelasi Sederhana dan Luas Lahan dengan

Pendapatan Padi Sawah

50 Lampiran 50 Korelasi Sederhana dan Produksi dengan Pendapatan Padi Sawah


(13)

RINGKASAN

INDAH CAHYANI ZEBUA : Analisis Pendapatan Pada Petani Padi Sawah Terhadap Kesejahteraan Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Serdang Bedagai. Dibimbing oleh Ir. H. Hasman Hasyim, Msi dan Emalisa Sp, MSi.

Daerah penelitian ditentukan secara purposive dan pengambilan sampel dilaksanakan secara Stratified Random Sampling. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui besarnya kontribusi pendapatan usahatani padi sawah, usahatani non padi sawah , dan non usahatani terhadap pendapatan keluarga petani padi sawah, mengetahui hubungan karakter sosial ekonomi, yaitu umur, pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan padi sawah dan produksi padi sawah dengan pendapatan padi sawah, mengetahui besarnya pengaruh total pendapatan terhadap kesejahteraan petani padi sawah.

Hasil penelitian menunjukkan kontribusi pendapatan usahatani padi sawah sebesar 58,36 % terhadap total pendapatan keluarga, kontribusi pendapatan dari usahatani non padi sawah sebesar 27,30 %, dan kontribusi dari non usahatani terhadap total pendapatan keluarga adalah 14,32 %. Menjelaskan bahwa kontribusi pendapatan dari non usahatani padi sawah terhadap pendapatan keluarga lebih besar dibandingkan dari kontribusi pendapatan dari usahatani non padi sawah dan kontribusi dari non usahatani.

Tidak ada hubungan umur, pendidikan, lamanya berusahatani dan jumlah tanggungan dengan pendapatan petani padi sawah. sedangkan luas lahan padi sawah dan produksi memiliki hubungan dengan pendapatan padi sawah.

Kesejahteraan petani padi sawah yang dihitung dengan menggunakan konsep Nilai Tukar Pendapatan Rumahtangga Petani (NTPRP) adalah 1,637 artinya bahwa besarnya pendapatan yang diperoleh masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran mereka.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi merupakan tanaman pertanian dan sampai sekarang merupakan

tanaman utama dunia. Sejak dahulu, diantara tanaman bahan makanan, padi

merupakan tanaman utama para petani Indonesia. Padi dapat ditanam dilahan

kering maupun lahan basah atau biasa disebut sawah.

Para petani di Indonesia mayoritas merupakan petani kecil atau petani

gurem dengan luas lahan usahatani yang sempit. Diantara lahan yang sempit

tersebut tidak semuanya berbentuk sawah. Sebagian besar sebagai lahan kering

yang ditanami berbagai palawija, buah-buahan dan sayuran (Pitojo, 2006).

Dulu, petani mengusahakan sendiri lahannya tanpa bantuan pemerintah.

Secara bergotong-royong para petani membangun jaringan pengairan desa.

Berdasarkan sistem pengairan, sawah di Indonesia dapat dibagi menjadi 6 macam,

yaitu sawah beririgasi teknis, sawah beririgasi setengah teknis, sawah irigasi

pedesaan, sawah pasang surut, sawah tadah hujan dan sawah gogo rancah.

Untuk padi sawah, pengairan sangat penting karena sangat mempengaruhi

produktivitasnya. Sekitar 80% produksi padi Indonesia dihasilkan dari daerah

sawah beririgasi baik di Sumatera maupun di luar Sumatera. Sawah dengan irigasi

teknis menghasilkan padi yang paling tinggi per hektarnya dibanding hasil padi

sawah lainnya namun, peningkatan produksi padi tersebut tidak bertahan lama.

Hal ini disebabkan karena luas keseluruhan areal pertanian, terutama sawah


(15)

penduduk yang terus bertambah sehingga banyak lahan yang digunakan untuk

pemukiman atau industri/prasarana sedangkan air untuk irigasi dimanfaatkan

untuk kebutuhan rumah tangga. Sekarang ini, tingkat pertambahan jumlah

penduduk tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan pertambahan luas lahan

untuk tanaman pangan sedangkan, petani padi sawah menjadikan tumpuan

usahanya pada usaha pertanian (Adiratma, 2004).

Ditinjau dari perspektif pembangunan pertanian secara lebih luas, bahwa

pembangunan pertanian perlu mendapat perhatian yang lebih baik, sekalipun

pilihan prioritas pada kebijaksanaan industrialisasi sudah dijatuhkan namun,

sektor pertanian dapat memiliki kemampuan untuk menghasilkan surplus. Hal ini

terjadi bila produktivitas di perbesar sehingga menghasilkan pendapatan petani

yang lebih tinggi dan memungkinkan mereka menabung dan mengakumulasikan

modal (Rahardjo, 1995).

Pembangunan pertanian merupakan proses yang dinamis membawa

dampak perubahan struktural sosial dan ekonomi, pembangunan pertanian

dihadapkan pada kondisi lingkungan strategis, terus berkembang yang diarahkan

pada komoditas unggulan yang mampu bersaing hingga ke pasar internasional, hal

ini dihubungkan dengan kemajuan iptek di sektor pertanian untuk menghasilkan

barang dan jasa yang dibutuhkan pasar (Salim, 1984).

Tujuan kebijakan ekonomi adalah menciptakan kemakmuran, salah satu

ukuran kemakmuran terpenting adalah pendapatan. Pendapatan regional adalah

tingkat besarnya pendapatan pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat

diukur dari total pendapatan wilayah maupun pendapatan rata-rata masyarakat


(16)

Pembangunan ekonomi untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat

sangat diperlukan saat ini, sementara pembangunan itu sendiri pada mulanya

diartikan sebagai peningkatan kapasitas ekonomi untuk meningkatkan pendapatan

nasional per jiwa/kapita/penduduk (Salim, 1984).

Petani sebagai makhluk sosial juga ingin mempunyai taraf hidup yang

sesuai dalam hidupnya. Peningkatan taraf hidup tersebut diperoleh petani

dengan cara meningkatkan pendapatannya. Untuk memperoleh pendapatan

yang tinggi mereka melaksanakan berbagai kegiatan dengan

mengembangkan berbagai kemungkinan komoditi pertanian lain (diversifikasi

usahatani) yang secara ekonomis menguntungkan jika lahan

pertaniannya memungkinkan. Pengembangan pendapatan di luar usahatani (off

farm income) juga akan sangat membantu peningkatan kesejahteraan petani karena terbatasnya potensi pengembangan usahatani. Berbagai penelitian

menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan sektor pertanian akan mampu

menurunkan angka kemiskinan petani (Rosyidi, 1998).

Masalahnya adalah bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi

yaitu umur, pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan dan

produktivitas padi sawah dengan pendapatan padi sawah yang dihitung dalam

jangka waktu satu tahun. Seberapa besar kontribusi pendapatan petani pada

usahatani padi sawah, usahatani non padi sawah dan non usahatani terhadap

pandapatan keluarga petani. Dan seberapa besar pengaruh pendapatan petani padi


(17)

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa

permasalahan adalah : Berapa besar kontribusi pendapatan usahatani padi sawah,

usahatani non padi sawah , dan non usahatani terhadap pendapatan keluarga

petani? Apakah ada hubungan karakter sosial ekonomi, yaitu umur, pendidikan,

lamanya berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan padi sawah dan produksi

padi sawah dengan pendapatan padi sawah? Berapa besar pengaruh total

pendapatan terhadap kesejahteraan petani padi sawah?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah maka tujuan penelitian adalah untuk

mengetahui besarnya kontribusi pendapatan usahatani padi sawah, usahatani non

padi sawah , dan non usahatani terhadap pendapatan keluarga petani padi sawah,

mengetahui hubungan karakter sosial ekonomi, yaitu umur, pendidikan, lamanya

berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan padi sawah dan produksi padi sawah

dengan pendapatan padi sawah, mengetahui besarnya pengaruh total pendapatan

terhadap kesejahteraan petani padi sawah.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan bagi

policy maker dalam mengambil kebijakan untuk menyusun program pertanian di masa mendatang, sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait


(18)

maupun ekonomis, sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi pihak yang

membutuhkan.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka yang menjadi hipotesis dalam

penelitian ini adalah terdapat kontribusi yang besar pendapatan usahatani padi

sawah, usahatani non padi sawah , dan non usahatani terhadap pendapatan

keluarga petani. Karakter sosial ekonomi, yaitu umur, pendidikan, lamanya

berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan padi sawah dan produksi padi sawah

memiliki hubungan nyata dengan pendapatan padi sawah. Terdapat pengaruh total


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Petani Padi Sawah

Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang

peranan penting dari keseluruhan perkonomian nasional. Padi adalah tanaman

pangan yang utama. Sejak lahir peradaban manusia, pertanian memainkan peran

sebagai suatu kegiatan yang sangat esensial dalam menopang hidup dan

kehidupan manusia. Sektor ini merupakan satu-satunya sektor yang sangat

bergantung pada sumber daya lahan, air, iklim dan ekosistem disekitarnya.

Mengingat keadaan iklim, struktur tanah dan air di setiap daerah berbeda maka

jenis tanaman padi di setiap daerah umumnya berbeda. Perbedaan tersebut

umumnya terletak pada usia tanaman, jumlah hasil mutu beras, dan ketahanan

terhadap hama dan penyakit (Suryana, 2003).

Petani tradisional umumya menanam padi hanya berdasarkan pengalaman,

karena pengetahuan yang terbatas maka satu jenis padi ditanam terus menerus

dalam suatu lahan. Pola tanam yang demikian bukan cara yang baik, terutama

terhadap kemungkinan besar serangan hama dan penyakit.

Ditinjau dari kegunaannya tanaman padi dapat dibedakan dalam 2 jenis

yaitu :

1. Padi beras yaitu jenis tanaman padi yang hasilnya untuk dijadikan

makanan pokok sehari hari, sebagai hasil akhir tanaman dijadikan


(20)

2. Padi ketan yaitu jenis tanaman padi yang hasilnya untuk dijadikan

makanan pokok sehari hari. Beras ketan umumnya dijadikan tepung

sebagai bahan pembuat panganan atau makanan ringan.

Adapun jenis padi yang diusahakan oleh petani yaitu :

1. Padi sawah, yaitu padi yang ditanam di sawah, yaitu lahan yang cukup

memperoleh air. Padi sawah pada waktu tertentu memerlukan genangan

air, termasuk sejak musim tanam sampai mulai berbuah.

2. Padi kering yaitu jenis padi yang tidak membutuhkan banyak air

sebagaimana padi sawah. Bahkan padi kering ini dapat tumbuh hanya

mengandalkan curah hujan. Ditinjau dari segi hasilnya, padi sawah jelas

dapat menghasilkan lebih banyak dari pada padi kering (Rosyidi, 1998).

Pendapatan Usahatani Padi Sawah

Dari tahun ketahun, luas lahan sawah makin berkurang, namun kebutuhan

akan beras semakin meningkat. Untuk itu, upaya yang harus dilakukan adalah

peningkatan produktivitas dan teknologi tepat guna sesuai potensi melalui

pengolahan lahan, menyemai bibit, memupuk, memberantas hama penyakit,

merumput, menyiang, menghalau burung, memanen dan pasca panen, yaitu

merontokkan gabah, menjemur gabah, dan memasukkan gabah ke goni/

menggilingkan ke tempat penggilingan. Selain kebutuhan keluarga petani akan

tercukupi, maka akan meningkatkan pendapatan keluarga petani. Tinggi

rendahnya pendapatan yang diperoleh petani, ditentukan oleh tinggi rendahnya

produksi dan produktivitas yang dicapai. Antara produksi dan pendapatan

memiliki hubungan yang linier. Semakin tinggi produksi dan produktivitas yang


(21)

pendapatan yang diperolah petani akan mempengaruhi motivasi petani untuk mau

meningkatkan produksi. Sementara besarnya pendapatan yang diperolah petani

padi sawah akan ditentukan oleh faktor – faktor diantaranya harga produk itu

sendiri, harga biaya produksi, harga faktor produksi dan kebijakan pemerintah

(Rahardjo, 1995).

Pendapatan Usahatani Non Padi Sawah

Pendapatan usahatani non padi sawah merupakan penerimaan yang berasal

dari nilai penjualan hasil non padi sawah, dikurangi dengan pengeluaran nilai

biaya.

Sumber pendapatan usahatani non padi sawah meliputi:

 palawija ( jagung, ubi kayu, kelapa, kelapa sawit, coklat dan karet)

 hortikultura ( kacang tanah, kacang kedele, sawi, tomat, cabe, Terong)

 nelayan

 beternak

Tanaman, hewan ternak dan ikan yang dapat diusahakan oleh manusia.

Tanaman yang diusahakan seringkali dikelompokkan berdasarkan unsure-unsur

kesamaan biologinya. Sesuai dengan perbedaan biologi tanaman, hewan ternak

dan ikan cara membudidayakannyadiperlukan lahan yang berbeda persyaratannya.

Tetapi secara umum dapat dikatakan, bahwa persyaratan lahan untuk tanaman

yang berumur pendek lebih tinggi disbanding untuk tanaman tahunan atau hewan

tahunan atau hewan ternak. Oleh karena itu, untuk menghasilkan pendapatan yang

tinggi. Petani perlu melakukan perencanaan program penggunaan lahan


(22)

Pendapatan non Usahatani

Sumber pendapatan yang berasal di luar pertanian terdiri dari sektor formal

seperti pegawai negeri, ABRI atau pamong desa, dan sektor informal seperti

dagang, usaha industri, pekerja bangunan dan jasa. Namun tidak tertutup

kemungkinan sumber pendapatan rumah tangga berasal dari kegiatan mencari

benda di alam bebas (gali pasir) atau di peroleh dari usaha menyewakan barang,

baik itu aset tanah atau aset lainnya dan mendapat sumbangan berupa kiriman dari

pihak luar keluarga atau pihak lainnya.

Pendapatan non usahatani merupakan penerimaan yang berasal dari nilai

berbagai usaha dikurangi dengan pengeluaran nilai biaya.

Sumber pendapatan non usahatani di desa ini meliputi buruh tani, pengrajin,

penjahit, montir, supir, tukang batu dan pedagang.

Adapun konsep pendapatan yang lain, pendapatan petani akan berbeda

apabila lingkungan pertaniannya berbeda. Dataran rendah yang dicirikan oleh

keadaan irigasi menghasilkan pendapatan per jam kerja yang lebih tinggi

dibandingkan dengan daerah di dataran tinggi. Selain itu perbedaan status petani

memberikan pengaruh terhadap pendapatan. Kelompok petani miskin cenderung

memperoleh pendapatan per jam kerja yang lebih rendah (Soekartawi, 1994).

Hukum ekonomi menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan

penduduk semakin tinggi pula persentase atau porsi pengeluaran yang

dibelanjakan untuk barang bukan makanan (semakin rendahnya persentase

pengeluaran untuk makanan). Dengan banyak makan sayuran, daging, ikan, telur,

serta buah-buahan, sebenarnya secara otomatis masyarakat semakin berkurang


(23)

kecenderungan mengkonsumsi beras semakin kecil, dikarenakan mereka makan

sayuran, daging, ikan, telur dan buah-buahan dalam jumlah yang cukup banyak

bahkan kadang masih diselilingi kue serta makanan kecil.

Hukum Engel mengatakan bahwa proporsi anggaran rumah tangga yang

dialokasikan untuk membeli pangan akan semakin kecil pada saat tingkat

pendapatan meningkat. Seperti contohnya, rumah tangga golongan berpendapatan

tinggi di perkotaan Indonesia bagian Timur mengeluarkan 46 persen dari total

pengeluarannya untuk makanan, sedangkan rumah tangga golongan

berpendapatan rendah di tempat yang sama menghabiskan 64%. Pada tahun 1996

rumah tangga di perdesaan dan perkotaan Indonesia mengeluarkan 45% dan 53%

dari total pengeluaran untuk makanan. Sedangkan hukum Bennett mengatakan

bahwa akan menurun pada saat pendapatan rumah tangga semakin naik.

Persentase kalori diperoleh dari bahan pangan pokok turun bersama naiknya

pendapatan, karena konsumen mendiversifikasi bundel pangan yang

dikonsumsinya dengan memasukkan kalori yang memiliki harga tinggi

(Suryana, 2003)

Kesejahteraan Petani

Jika kelompok yang satu mengalami peningkatan pendapatan, maka posisi

yang lain secara relatif akan merosot, itu berarti pilihan mendasar yang dihadapi

oleh pihak pemerintah bukan soal antara pertumbuhan atau pemerataan

pendapatan, melainkan soal kelompok manakah yang kesejahteraan atau


(24)

indeks kesetaraan bobot agaknya merupakan indeks yang paling cocok untuk

digunakan mengukur pertumbuhan ekonomi disuatu daerah penelitian.

Setiap orang memiliki keinginan untuk sejahtera, suatu keadaan yang

serba baik, atau suatu kondisi di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur,

dalam keadaan sehat dan damai. Sejahtera juga mengandung pengertian aman

sentosa, makmur, serta selamat , terlepas dari berbagai gangguan. Keadaan

sejahtera itu juga digambarkan dalam UU No 6 tahun 1974 dengan sangat abstrak,

yaitu suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual yang

diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin. Lebih

lengkap, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat memberi pengertian

kesejahteraan yaitu suatu kondisi masyarakat yang telah terpenuhi kebutuhan

dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu pangan, sandang,

papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya

seperti lingkungan yang bersih, aman dan nyaman. Juga terpenuhinya hak asasi

dan partisipasi serta terwujudnya masyarakat beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Walaupun sulit diberi pengertian, namun kesejahteraan memiliki

beberapa kata kunci yaitu terpenuhi kebutuhan dasar, makmur, sehat, damai dan

selamat, beriman dan bertaqwa (Wiryono, 1997)

Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari berbagai komponen

yang dapat menggambarkan apakah masyarakat tersebut sudah berada pada

kehidupan yang sejahtera atau belum. Komponen yang dapat dilihat antara lain

keadaan perumahan di mana mereka tinggal, tingkat pendidikan, dan kesehatan.

Biro Pusat Statistik (2000) menyatakan bahwa komponen kesejahteraan yang


(25)

tingkat kesehatan dan gizi masyarakat, tingkat pendidikan, ketenagakerjaan, taraf

dan pola konsumsi masyarakat, keadaan perumahan dan lingkungan, dan keadaan

sosial budaya. Di samping komponen yang dikemukakan di atas, ada komponen

lain yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat misalnya luas

kepemilikan lahan (Rustanta, 1998)

Untuk mencapai kesejahteraan itu manusia melakukan berbagai macam

usaha, misalnya di bidang pertanian, perdagangan, pendidikan, kesehatan serta

keagamaan, pertahanan-keamanan dan sebagainya. Manusia juga melakukan

upaya-upaya secara individu serta berkelompok. Upaya mencapai kesejahteraan

lewat kelompok misalnya membentuk koperasi, asosiasi, organisasi serta

membentuk Negara. Kesejahteraan juga bisa dibedakan menjadi lahiriah/fisik dan

batiniah. Namun, mengukur kesejahteraan, terutama kesejahteraan batin/spiritual,

bukanlah yang mudah. Kesejahteraan yang bersifat lahir yang biasa dikenal

dengan kesejahteraan ekonomi lebih mudah diukur daripada kesejahteraan batin

(Wiryono, 1997)

Ukuran kesejahteraan lebih kompleks dari kemiskinan. Kesejahteraan

dapat diraih jika seseorang dapat mengakses pekerjaan, pendapatan, pangan,

pendidikan, tempat tinggal, kesehatan, dan lainnya. Karena itu kita sering

mengukur kesejahteraan dari sisi fisik atau ekonomi. Terdapat berbagai

perkembangan pengukuran tingkat kesejahteraan dari sisi fisik, seperti Human

Development Index (Indeks Pembangunan Manusia), Physical Quality Life Index

(Indeks Mutu Hidup); Basic Needs (Kebutuhan Dasar); GNP/Kapita (Pendapatan

Perkapita), dan Nilai Tukar Petani (NTP), ukuran kesejahteraan ekonomi inipun


(26)

Dalam pengertian ilmu ekonomi, konsumsi dapat diartikan sebagai

kebutuhan manusia dalam bentuk benda dan juga baik untuk diri sendiri maupun

untuk kepentingan keluarga/lingkungannya, berdasarkan tata hubungan dan

tanggungjawabnya didasarkan atas pola produksi, pola distribusi dan sistem

kebutuhan yang dimilikinya yang sifatnya tercermin sebagai kebutuhan primer

dan kebutuhan sekunder (Lukman 2002).

Landasan Teori

Biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang

diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam suatu periode produksi.

Nilai biaya dinyatakan dengan uang, yang termasuk dengan biaya adalah :

• Sarana produksi yang habis terpakai, seperti bibit, pupuk, pestisida, bahan bakar, bunga modal, dalam penanaman lain.

• Lahan seperti sewa lahan baik berupa uang atau pajak, iuran pengairan, taksiran penggunaan biaya jika yang digunakan ialah tanah milik sendiri.

• Biaya dari alat-alat produksi tahan lama, yaitu seperti bangunan, alat dan perkakas, yang berupa penyusutan.

• Tenaga kerja dari petani itu sendiri dan anggota keluarganya, tenaga kerja tetap atau tenaga bergaji tetap

• Biaya- biaya lain (Prawirakusumo, 1990)

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual. Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan


(27)

dan penerimaan dalam usahatani. Pendapatan sangat dipengaruhi oleh banyaknya

produksi yang dijual oleh petani sendiri sehingga semakin banyak jumlah

produksi maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh (Soekartawi, 1995).

Pendapatan dari usahatani adalah total penerimaan dari nilai penjualan

hasil ditambah dari nilai hasil yang dipergunakan sendiri, dikurangi dengan total

nilai pengeluaran yang terdiri dari pengeluaran untuk input (benih, pupuk,

pestisida dan alat-alat) pengeluaran untuk upah tenaga kerja dari luar keluarga,

pajak dan lain-lain. Dapat dirumuskan sebagai berikut :

Pd = TR – TC

Pd = Pendapatan usahatani

TR = Total revenue (total penerimaan)

TC = Total cost ( total biaya)

(Hernanto, 1993)

Salah satu balas jasa yang banyak dibicarakan adalah balas jasa yang

berwujud upah, upah banyak ditemui di sektor formal, walaupun persentase

pekerja di sektor formal belum besar, namun seiring diharapkan bahwa persentase

yang bekerja disektor formal akan membesar dengan majunya perekonomian.

Dengan kata lain majunya perekonomian persentase pekerja penerima gaji

akan membesar, oleh sebab itu ekonomi sumberdaya manusia juga memberi

perhatian pada struktur upah (termasuk upah minimum) dan serikat bekerja gaji,

hanya sebagian dari pendapatan yang diterima pekerja, oleh sebab itu perlu pula

dilihat pendapatan menyeluruh yang diterima pekerja. Struktur pendapatan akan

mempengaruhi permintaan terhadap barang dan jasa yang pada gilirannya


(28)

melihat struktur pendapatan, sebagai akibat balas jasa yang diterima oleh pekerja.

(Ananta, 1990)

Adapun ukuran pendapatan tenaga kerja antara lain :

1. Pendapatan kerja petani adalah pendapatan yang diperhitungkan dari

penerimaan dan penjualan hasil. Penerimaan yang diperhitungkan dari

yang digunakan untuk keluarga ditambah dengan kenaikan nilai inventaris

dikurangi pengeluaran yang diperhitungkan.

2. Pendapatan tenaga kerja petani dari pengahasilan yang diperoleh kerja

petani ditambah penerimaan yang diperhitungkan untuk keluarga.

3. Pendapatan tenaga kerja keluarga diperoleh dari penghasilan kerja petani

ditambah dengan nilai tenaga kerja keluarga.

4. Pendapatan keluarga diperoleh dari pendapatan keluaga berbagai sumber.

Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta dana kegiatan diluar usahatani.

Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka petani seharusnya

mempertimbangkan harga jual dari produksinya. Melakukan perhitungan terhadap

semua unsur biaya dan selanjutnya menentukan harga pokok dari usahataninya,

keadaan ini tidak dapat dilakukan oleh petani, akibat efektifitas usahatani menjadi

rendah (Hernanto, 1993).

Total pendapatan keluarga adalah seluruh pendapatan keluarga yang

berasal dari usahatani padi sawah dan non usahatani lainnya. Kontribusi

pendapatan usahatani adalah pendapatan yang diterima dari usahatani dibagi

dengan pendapatan keluarga dan dikalikan 100%, sehingga dapat diketahui


(29)

Dapat dilihat pada rumus dibawah ini :

Total pendapatan usahatani x 100%

Total pendapatan keluarga petani

Meningkatnya pendapatan maka meningkat pula pengeluaran untuk

keperluan rumah tangga dan pembentukan modal. Menurunnya pendapatan akan

menurunkan pula pengeluaran untuk konsumsi dan modal. (Tohir, 1991)

Adapun faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pendapatan petani

tersebut yaitu :

a) Umur, rata-rata petani Indonesia yang cenderung tua sangat berpengaruh

pada produktifitas sektor pertanian Indonesia. Petani berusia tua biasanya

cenderung sangat konservatif dalam menyikapi perubahan atau inovasi

teknologi. Berbeda halnya dengan petani yang berusia muda.

b) Pendidikan, Masri singarimbun dan D. H. Penny mengemukakan

banyaknya atau lamanya sekolah/pendidikan yang diterima seseorang akan

berpengaruh terhadap kecakapannya dalam pekerjaan tertentu. Sudah tentu

kecakapan tersebut akan mengakibatkan kemampuan yang lebih besar

dalam menghasilkan pendapatan bagi rumah tangga. Artinya bahwa

kecakapan seseorang dalam suatu lembaga atau organisasi. Faktor terakhir

inilah kemudian akan mempengaruhi secara langsung kemampuannya

dalam memperoleh pendapatan yang lebih besar

c) Lamanya berusahatani, pengalaman seseorang dalam berusahatani

berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Dalam mengadakan suatu


(30)

secara mandiri mengusahakan usahataninya tersebut sampai diadakan

penelitian.

d) Jumlah tanggungan, akan semakin banyak (anggota keluarga) akan

semakin berat beban hidup yang harus dipenuhi jumlah anggota keluarga

akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Keluarga yang

memiliki sebidang tanah tetap saja jumlahnya semakin sempit dengan

bertambahnya anggota keluarga sementara kebutuhan akan produksi

terutama pangan akan semakin bertambah.

e) Luas Lahan, akan mempengaruhi skala usaha. Dan skala usaha ini pada

akhirnya akan mempengaruhi efesien atau tidaknya suatu usaha pertanian.

Seringkali dijumpai, makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha

pertanian maka lahan tersebut semakin tidak efesien. Hal ini didasarkan

pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan

tidakan yang mengarah pada segi efesien akan berkurang. Sebaliknya pada

lahan yang sempit upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor

produksi semakin baik, sehingga usaha pertanian seperti ini lebih efesien.

Meskipun demikian lahan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan

usaha yang tidak efesien pula.

f) Produksi padi sawah, merupakan proses kombinasi dan kondisi

material-material dan kekuatan-kekuatan input, faktor sumberdaya atau jasa

produksi dalam pembuatan satu barang atau jasa (output dan produk).

Produksi merupakan sejumlah hasil dalam satuan lokasi dan waktu


(31)

input produksi dan sarana produksi dalam suatu usahatani

(Soekartawi, 1998).

Pengukuran kesejahteraan petani umumnya dilakukan dengan Nilai Tukar

Petani. Nilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio antara indeks harga yang diterima

petani (IT) dengan indeks harga yang dibayar petani (IB) yang dinyatakan dalam

persentase. Penanda kesejahteraan petani dengan NTP dapat didekati dengan

berbagai cara sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Olehkarena itu, sesuai dengan

tujuan penelitian maka penanda tingkat kesejahteraan dengan konsep Nilai Tukar

Pendapatan Rumah tangga Petani. Penanda tersebut adalah merupakan ukuran

kemampuan rumah tangga petani dalam memenuhi kebutuhan subsistennya.

Konsep kebutuhan subsistem disebut juga dengan nilai tukar subsisten.

( Hutabarat, 1995)

Menurut konsep Biro Pusat Statistik yang diformulasikan sebagai Nilai

tukar subsistem mendefenisikan bahwa nilai tukar pendapatan baru memasukkan

semua usaha pertanian, namun belum memasukkan kegiatan berburuh tani dan

sektor non pertanian yang cukup besar memberikan kontribusi terhadap

pendapatan petani. Olehkarena itu, menurut Hutabarat, 1995., bahwa konsep Nilai

Tukar Pendapatan petani didefenisikan merupakan nisbah antara pendapatan total

rumah tangga petani dengan pengeluaran total rumah tangga petani. Pendapatan

total rumah tangga petani merupakan penjumlahan dari seluruh nilai hasil

produksi komoditas pertanian yang dihasilkan petani, nilai berburuh tani, dan

lainnya (kiriman, dll) sedangkan pengeluaran petani merupakan penjumlahan dari


(32)

Secara sistematis Konsep Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Petani

adalah :

NTRP = Y/E

Y = Yp + Ynp

E = Ep + Ek

Dimana :

Yp = Total pendapatan dari usaha pertanian

Ynp = Total pendapatan dari usaha non-pertanian

Ep = Total pengeluaran untuk usaha pertanian

Ek = Total pengeluaran untuk usaha non-pertanian.

Nilai tukar pendapatan rumah tangga petani (NTPRP) yang digunakan sebagai

tolak ukur kesejahteraan rumahtangga petani padi adalah < 1, artinya bahwa

tingkat kesejahteraan rumahtangga petani padi masih belum masuk kategori

sejahtera. Dan > 1, artinya bahwa tingkat kesejahteraan rumahtangga petani padi

masuk kategori sejahtera ( Hutabarat, 1995)

Kerangka Pemikiran

Petani padi sawah adalah orang yang mengusahakan produksi padi sawah

dalam usaha tani dengan memiliki ciri yang terdiri dari faktor sosial ekonomi

(umur, pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan dan

produksi padi sawah). Faktor sosial ekonomi ini yang akan memberikan pengaruh

terhadap pendapatan.

Pada umumnya masyarakat desa yang mayoritas petani memiliki


(33)

walaupun suatu keluarga telah memiliki usahatani utama namun tetap berupaya

untuk mengusahakan berbagai jenis cabang usahatani yang lain maupun kegiatan

produktif diluar usahatani seperti Buruh Tani dan Pedagang. Walaupun mayoritas

petani di desa tersebut sudah mengusahakan usahatani padi sebagai usaha tani

utama, ternyata banyak diantara mereka yang mengusahakan kegiatan lain sebagai

matapencaharian tambahan disamping usahatani non padi sawah, seperti usahatani

kacang kedele, cabe dan beternak.

Biaya produksi merupakan biaya yang relatif dikeluarkan untuk

memproduksikan suatu barang, jika menginginkan produksi yang tinggi maka

tenaga kerja perlu ditambah dan sebagainya. Dengan semakin banyaknya kegiatan

produktif yang dapat dilakukan petani dan keluarganya diharapkan akan mampu

meningkatkan total pendapatan keluarga.

Adapun pendapatan total rumahtangga pertanian merupakan penjumlahan

dari seluruh nilai hasil usahatani padi sawah, non usahatani, dan usahatani non

padi sawah yang akan memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan petani padi

sawah dimana kesejahteraan dapat dilihat dari jumlah pengeluaran konsumsi

pangan sembilan bahan pokok adalah beras, lauk pauk, telur, sayur mayur, garam,

gula, minyak goreng, terigu dan minyak tanah apakah terpenuhi dan konsumsi

nonpangan seperti konsumsi sandang, papan, kesehatan, pendidikan, transportasi,

hiburan sosial, adat dan agama, dan pengeluaran non usahatani apakah terpenuhi.

Dengan kata lain pendapatan petani merupakan pengeluaran untuk konsumsi

rumah tangga dan pengeluaran untuk biaya produksi dengan menggunakan

metode penanda tingkat kesejahteraan petani dengan konsep Nilai Tukar


(34)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah sampel ditentukan secara purposive, yaitu di desa

Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, dengan

jumlah penduduknya adalah 3246 jiwa. Adapun alasan pemilihan daerah ini

dengan pertimbangan bahwa dari data yang ada ( Badan Pusat Statistik), kawasan

persawahan yang berada di Kabupaten Serdang Bedagai seluas 39.091 hektar

dengan klasifikasi, 32.666 hektar merupakan sawah irigasi dan selebihnya seluas

6.425 hektar persawahan non irigasi. Desa Lubuk Bayas dipilih karena diantara

desa yang ada di kecamatan Perbaungan, desa ini mempunyai kelompok tani yang

telah mendapatkan penghargaan dalam pengembangan agribisnis tanaman yaitu

Kelompok Tani Mawar.

Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi sawah yang terbagi dalam 4

dusun dengan jumlah petani 485 jiwa. Pengambilan sampel secara Stratified

Random Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang, karena menurut pendapat Bailey, ukuran sampel paling minimum adalah 30 sampel dari suatu

populasi. Sampel penelitian dihitung dengan menggunakan persamaan

(Soepomo, 1997)

Spl = n .Js N Dimana :


(35)

Spl = sampel n = populasi N = total populasi

Js = besar sampel (30 orang)

Spl1 = n .Js Spl3 = n .Js

N N

Spl1 = 125 . 30 Spl3 = 93 . 30

485 485

Spl1 = 8 Spl3 = 6

Spl1 = n .Js Spl3 = n .Js

N N

Spl = 151 . 30 Spl = 116 . 30 485 485 Spl = 9 Spl = 7

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Penentuan sampel penelitian di Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan.

Dusun Populasi Sampel

Orang Persentase (%)

Dusun 1 125 8 26,6

Dusun 2 151 9 30

Dusun 3 93 6 20

Dusun 4 116 7 23,3

Total 485 30 100

sumber : kantor kepala desa Lubuk Bayas, 2009

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani padi


(36)

data sekunder diperoleh dari Kantor Kabupaten Serdang Bedagai, Kantor Kepala

Desa dan instansi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

Jenis sumber data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 2 :

Tabel 2. Spesifikasi Pengumpulan Data

Tujuan Penelitian

Jenis Data Sumber

Data

Metode

Kontribusi pendapatan

 Pendapatan usahatani padi sawah

 Pendapatan usahatani non padi

sawah

 Pendapatan non usahatani

Petani Wawancara

dan Kuisioner

Faktor sosial ekonomi

umur,

pendidikan,

lamanya berusahatani,

jumlah tanggungan,

luas lahan

produksi padi sawah

Petani Wawancara

dan Kuisioner

Faktor penanda kesejahteraan

 total pendapatan usahatani padi

sawah

 total pendapatan usahatani non padi sawah

 total pendapatan non usahatani

 total pengeluaran usahatani padi

sawah

 total pengeluaran usahatani non padi sawah

 total pengeluaran untuk konsumsi

pangan dan non pangan

Petani wawancara

Metode dan Analisis Data

Untuk menguji hipotesis 1 digunakan analisis deskriptif yaitu dengan

melihat seberapa besar kontribusi pendapatan usahatani padi sawah terhadap total

pendapatan keluarga, dimana kontribusi pendapatan petani padi sawah terhadap

total pendapatan keluarga diperoleh dengan rumus :

Total pendapatan usahatani x 100% Total pendapatan keluarga petani


(37)

Untuk menguji hipotesis 2, dianalisis dengan menggunakan model penduga

Analisis Korelasi Linear Sederhana dengan bantuan program SPSS 13 yaitu

dengan Analisis Korelasi Pearson.

Uji kriteria adalah :

Apabila nilai signifikan <

α

maka Ho ditolak

Apabila nilai signifikan >

α

maka Ho diterima (Sugiyono, 2006).

Semakin tinggi nilai koefisien korelasi, semakin tinggi keeratan hubungan

kedua variabel. Untuk membaca nilai dari derajat keeratan dapat digunakan

klasifikasi hubungan statistika dua peubah menurut Guilford berikut ini:

Tabel 3. Nilai Hubungan Korelasi Menurut Guilford

Nilai Hubungan Statistika Dua Peubah Keterangan

< 0,2 Tidak terdapat hubungan antara kedua

peubah

Antara 0,2 s/d 0,4 Hubungan kedua peubah lemah

Antara 0,4 s/d 0,7 Hubungan kedua peubah sedang

Antara 0,7 s/d 0,9 Hubungan kedua peubah kuat

Antara 0,9 s/d 1 Hubungan kedua peubah sangat kuat

Karena total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya

tidak tetap (VC), maka untuk menghitung seluruh biaya (TC) dengan rumus :

TC = FC + VC

Pendapatan yang diterima dalam usahatani antara lain pendapatan bersih

dan pendapatan keluarga. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan

dan semua biaya yang dikeluarkan. Jadi pendapatan usahatani dihitung dengan

rumus :

Pd = TR – TC

Keterangan : Pd = Pendapatan usahatani (Rp) TR = Total penerimaan (Rp)

TC = Total Biaya (Rp) Pd = TR – TC TC = FC + VC


(38)

Untuk menguji hipotesis 3, dilakukan analisis dengan tingkat

kesejahteraan petani yang menggunakan metode konsep Nilai Tukar Pendapatan

Rumahtangga Petani (NTPRP).

Konsep yang digunakan untuk tingkat kesejahteraan petani yaitu konsep

Nilai Tukar Pendapatan Rumahtangga Petani (NTPRP) adalah :

NTPRP = Y/E

Y = YP + YNP

E = EP + EK

Dimana :

YP = total pendapatan dari usaha pertanian

YNP = total pendapatan dari non usaha pertanian

EP = total pengeluaran untuk usaha pertanian

EK = total pengeluaran untuk usaha non pertanian

Pengeluaran antara lain :

1. Pengeluaran dari biaya produksi adalah bibit, pupuk, obat-obatan, biaya

tenaga kerja, biaya peralatan, dan biaya penyusutan.

2. Pengeluaran dari konsumsi pangan yang terdiri dari sembilan (9) bahan pokok.

3. Pengeluaran dari konsumsi non pangan yang terdiri dari konsumsi sandang,

papan, kesehatan, pendidikan, transportasi, hiburan, sosial, adat dan agama.

Nilai tukar pendapatan rumah tangga petani (NTPRP) yang digunakan sebagai

tolak ukur kesejahteraan rumahtangga petani padi adalah < 1, artinya bahwa

tingkat kesejahteraan rumahtangga petani padi masih belum masuk kategori

sejahtera. Dan > 1, artinya bahwa tingkat kesejahteraan rumahtangga petani padi


(39)

Definisi dan Batasan Operasional

Definisi

1. Petani padi sawah adalah orang yang mengusahakan produksi padi sawah

dalam usahataninya setiap musim tanam dan padi sawah yang merupakan

usaha utamanya.

2. Pendapatan usahatani padi sawah (Y1) adalah penerimaan yang berasal

dari nilai penjualan hasil, dikurangi dengan pengeluaran biaya produksi,

hingga saat penelitian dilaksanakan dengan satuan rupiah.

3. Pendapatan usahatani non padi sawah (Y2) merupakan penerimaan yang

berasal dari nilai penjualan hasil non padi sawah, dikurangi dengan

pengeluaran nilai biaya produksi, hingga saat penelitian dilaksanakan

dengan satuan rupiah.

4. Pendapatan non usahatani (Y3) merupakan penerimaan yang berasal dari

usaha berdagang dan buruh tani hingga saat penelitian dilaksanakan.

5. Total pendapatan keluarga (Y) merupakan hasil penjumlahan dari

pendapatan usahatani padi sawah (Y1), pendapatan usahatani non padi

sawah (Y2) dan pendapatan non usahatani Y3).

6. Kontribusi pendapatan padi sawah adalah jumlah pendapatan yang

diterima dari usahatani padi sawah dibagi dengan pendapatan keluarga dan


(40)

7. Kontribusi pendapatan non usahatani adalah jumlah pendapatan yang

diterima dari luar usahatani dibagi dengan pendapatan keluarga dan

dikalikan 100%.

8. Kontribusi pendapatan usahatani non padi sawah adalah jumlah

pendapatan yang diterima dari usahatani non padi sawah dan dikalikan

dengan 100.

9. Karakteristik adalah sifat-sifat khas yang dimiliki oleh manusia sesuai

dengan perwatakan tertentu.

10. Karakter sosial ekonomi yang diteliti adalah umur, pendidikan, lamanya

berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan dan produktivitas padi sawah.

11. Umur (X1) adalah usia petani sampel yang dihitung sejak ia dilahirkan

hingga penelitian dilakukan.

12. Pendidikan (X2) adalah jenjang pendidikan yang telah ditempuh petani

sampel untuk memperoleh pengajaran di bangku sekolah.

13. Lamanya berusahatani (X3) yang dihitung sejak petani memulai

melakukan usahatani padi sawah hingga penelitiann dilakukan.

14. Jumlah tanggungan petani (X4) adalah petani sampel yang mempunyai

jumlah jiwa yang dibiayai seperti isteri dan anak atau orang yang tinggal

dengan petani dan menjadi tanggungan keluarga yang dihitung dalam

satuan jiwa.

15. Luas lahan padi sawah (X5) adalah ukuran dari lahan padi sawah yang

dimiliki oleh petani dengan ukuran ha.

16. Produksi (X6) adalah hasil panen yang diperoleh petani yang dihitung


(41)

17. Variabel penanda kesejahteraan Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga

Petani (NTPRP) merupakan ukuran kemampuan rumahtangga petani di

dalam memenuhi kebutuhan subsistemnya.

Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini,

maka dibuat batasan operasional sebagai berikut :

1. Daerah penelitian adalah Desa Lubuk Bayas, Kecamatan perbaungan,

Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Sumber pendapatan pada petani padi sawah di daerah penelitian dibagi

dalam 3 kelompok yaitu : pendapatan dari usahatani padi sawah, pendapatan

usahatani non padi sawah berupa cabe, kacang kedelai dan beternak serta

pendapatan dari non usahatani yang berupa kegiatan sebagai buruh tani dan

berdagang

3. Sampel dalam penelitian ini adalah petani padi sawah di Desa Lubuk Bayas

4. Penelitian dilakukan tanggal 5 januari tahun 2010 sampai tanggal 17 Januari


(42)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Letak Geografi Dan Luas Wilayah

Desa Lubuk Bayas terletak di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang

Bedagai dengan luas wilayah 820 Ha. Desa Lubuk Bayas terletak 13 km dari

Ibukota Kecamatan Perbaungan, 30 km dari Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai

dan 58 km dari Ibukota Propinsi Sumatera Utara. Tanah di desa ini termasuk

tanah jenis aluvial dengan tekstur umumnya lembung berpasir. Secara

administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Nagakisar dan Desa Nagalawan

• Sebelah Selatan berbatasan dengan PT Socfindo Matapao

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sei Buluh dan Kecamatan Sei Mengkudu

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanah Merah dan Lubuk Rotan Tata Guna Lahan

Desa Lubuk Bayas mempunyai luas lahan 820 Ha. Persawahan lahan yang

paling luas digunakan untuk persawahan teknis dan non teknis, dan yang

selebihnya digunakan untuk pemukiman.

Tabel 4. Distribusi Penggunaan Lahan, tahun 2009

No Jenis Penggunaan Lahan Luas Areal (Ha) Persentase (%)

1 2 3 4

Sawah irigasi teknis Sawah tadah hujan Pemukiman Dan lain-lain

373 7 66 0,25

83,5 1,5 14,7 0,05

Total 446,25 100%


(43)

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan lebih banyak

digunakan untuk pertanian yaitu sawah teknis 337 Hektar (83,5%).

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk desa lubuk bayas tahun 2009 terdiri dari 3246. Berikut

penjelasannya melalui Tabel 5, dimana desa ini dibagi atas 4 dusun.

Tabel 5. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin Di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009

No Dusun Jumlah Jiwa Laki - laki Perempuan

1 2 3 4 I II III IV 611 1198 915 522 323 625 577 158 288 573 338 364

Total 3246 648 1563

Sumber : Kantor kepala desa lubuk bayas, 2009

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak adalah di

dusun II. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin penduduk yang mendominasi

adalah perempuan yaitu 1563 jiwa.

Tabel 6. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur Di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009

Kelompok umur (Thn)

Total (pria+wanita) Persentase (%)

<1 1-4 5-14 15-44 45-64 >65 62 220 775 1029 990 170 1,9 6,7 23,8 31,7 30,4 5,2

Total 3246 100

Sumber : Kantor kepala desa lubuk bayas, 2009

Dari Tabel 6, dapat diketahui jumlah penduduk yang berumur 15-44

adalah jumlah yang terbanyak yaitu 1029 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa


(44)

Tabel 7. Distribusi Penduduk menurut Mata Pencaharian, tahun 2009

No Mata Pencaharian Jumlah KK Persentase (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Petani Buruh Tani Buruh swasta Pegawai negeri Pengrajin Pedagang Beternak Nelayan Montir

376 103 93

4 15 20 7 10

2

59,6 16,3 14,7 0,63 2,38 3,17 1,11 1,58 0,31

Total 630 100

Sumber : Kantor kepala desa lubuk bayas, 2009

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa penduduknya mayoritas

bermatapencaharian sebagai petani adalah 376 kk. Dan bermata pencaharian ke II

adalah buruh tani sebanyak 103 kk.

Sarana Dan Prasarana

Kebutuhan masyarakat di Desa Lubuk Bayas cukup terpenuhi. Untuk

mencapai desa ini dapat dengan mudah ditempuh dengan menggunakan kendaraan

roda empat atau roda dua yang biasanya dapat ditemui di simpang Pantai kelang

desa Sei buluh. Adanya sarana dan prasarana ekonomi, pendidikan, keamanan,

kesehatan, peribadatan, prasarana irigasi, dan sosial dapat semakin mampu

menunjang peningkatan sumberdaya yang ada di Desa Lubuk Bayas, sehingga

desa ini dapat berkembang menjadi desa yang lebih baik dengan potensi yang

dimilikinya. Berikut dijelaskan dalam Tabel 8 sarana dan prasarana yang


(45)

Tabel 8. Sarana Dan Prasarana Desa Pada tahun 2009

No Sarana Dan Prasarana Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 Kelembagaan ekonomi • Pasar

• Kios pupuk dan pestisida

• Kilang padi

• KUD • Koperasi Lembaga pendidikan • TK • SD • SLTP Lembaga keamanan

• Pos kamling

Lembaga kesehatan

• Puskesmas pembantu

• Posyandu Peribadatan • Mesjid • Surau Prasarana irigasi Lembaga Sosial

• Balai Desa

• PAM • PLN 1 2 4 1 1 1 2 1 1 1 2 3 6 6 1 Ada Ada

Sumber : Kantor kepala desa lubuk bayas, 2009

.

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel yang dimaksud disini adalah karakteristik

sosial ekonomi petani sampel, dimana karakteristik sosial yang dimaksud adalah

umur, pendidikan dan lamanya berusahatani, sedangkan karakteristik ekonomi

yang dimaksud adalah luas lahan padi sawah, jumlah tanggungan, dan produksi


(46)

Tabel 9. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009

Karakteristik Sosial Ekonomi

Satuan Range Rerata

Umur Pendidikan

Lamanya berusahatani Jumlah Tanggungan Luas Lahan Padi sawah Produksi

Tahun Tahun Tahun Orang

Ha kg/Thn

31-69 6-12 8-31 1-7 0,2-4,00 800-45.000

45,03 8,83 21,37

3 0,68 9.380

Sumber : data diolah dari lampiran 1

Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa umur petani sampel berkisar 31-69

tahun dengan rerata 45,03 tahun. Dari rerata tersebut dapat disimpulkan bahwa

petani sampel masih berada usia produktif sehingga masih besar potensi yang

dimilik oleh petani tersebut untuk mengelola dan mengembangkan usahataninya

dimasa yang akan datang dengan mencoba menerapkan teknologi-teknologi baru

yang dapat menunjang usahatani mereka.

Lama pendidikan petani formal berkisar dengan rerata 8,83 tahun. Dari

rerata tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki sampel

petani rata-rata tamat Sekolah Dasar. Hal ini menyebabkan wawsan dan cara

berpikir mereka masih sangat sederhana. Dan jika mereka menerima penerapan

teknologi yang baru harus melewati proses pendekatan dan kesabaran untuk

mengajak mereka melakukan perubahan tersebut.

Lamanya berusahatani berkisar antara 8-31 tahun dengan rerata 21,37

tahun. Dari rerata tersebut dapat disimpulkan bahwa pengalaman bertani petani

sampel sudah cukup lama, hal ini mendukung ketrampilan mereka untuk

mengatasi masalah bertani padi sawah. Pengalaman yang dimiliki tersebut akan


(47)

Jumlah tanggungan yang dimiliki petani berkisar 1-7 orang dengan rerata

3 orang. Hal ini tidak begitu menjadi kendala bagi petani untuk mengembangkan

usahataninya.

Luas lahan padi sawah yang dimiliki oleh petani sampel antara 0,2-4,00

Ha dengan rerata sebesar 0,68 Ha. Dari rerata tersebut dapat disimpulkan bahwa

luas lahan yang dimiliki petani sampel adalah mayoritas sedang. Hal ini akan

menyebabkan produksi padi sedang sehingga akan mempengaruhi penghasilan

petani. Produksi padi sawah selama 1 tahun antara 800-45.000 kg dengan rerata


(48)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kontribusi Pendapatan Usahatani Padi Sawah

Pendapatan petani padi sawah di Desa Lubuk Bayas memiliki 3 sumber

pendapatan yaitu pendapatan dari usahatani padi sawah, pendapatan dari non

usahatani dan pendapatan dari usahatani non padi sawah. Besarnya pendapatan

dari usahatani padi sawah diperoleh dengan menghitung besarnya penerimaan dari

produksi padi sawah dikurangi biaya produksi. Tanaman padi di panen dalam 2

kali selama setahun dengan musim tanam I, dari bulan Mei sampai

September.sedangkan musim tanam II dari bulan Oktober sampai bulan Januari.

Besarnya pendapatan dari berbagai sumber pendapatan petani di daerah

penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata Pendapatan Petani Padi Sawah di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009

No Sumber Pendapatan Per Petani (Rp)

1 2 3

Padi Sawah

Cabe, Kacang kedelai, beternak Buruh tani, berdagang

21,810,422 10,203,274 5,353,464

Total 37,367,160

sumber: data diolah dari lampiran 36

Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan dari

usahatani padi sawah dalam satu tahun yaitu Rp 21,810,422. Dengan demikian

menjelaskan bahwa sumber pendapatan padi lebih besar dibanding dari sumber


(49)

Untuk mengetahui besarnya kontribusi usahatani padi sawah, usahatani

non padi sawah dan non usahatani terhadap pendapatan keluarga dapat dilihat

pada Tabel 11.

Tabel 11. Rata-rata Kontribusi Pendapatan Usahatani dan Non Usahatani Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Lubuk Bayas, tahun 2009

No Uraian Pendapatan

(Rp/Thn)

Kontribusi (%) 1

2 3

Usahatani Padi Sawah Usahatani Non Padi sawah Non Usahatani

21,810,422

10,203,274 5,353,464

58,36 27,30 14,32

Total 37,367,160 100

sumber: data diolah dari lampiran 37

Dari Tabel 11 menunjukkan rata-rata kontribusi yang diberikan oleh

pendapatan dari Usahatani Padi Sawah terhadap pendapatan keluarga sebesar

58,36 %. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa usahatani padi sawah

memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan keluarga dibandingkan

dengan pendapatan dari usahatani non padi sawah dan non usahatani.

Kontribusi Pendapatan Usahatani Non Padi Sawah

Berdasarkaan Tabel 10 pendapatan dari usahatani non padi sawah berasal dari usahatani cabe, kacang kedelai dan beternak sebesar Rp 10,203,274.

Usahatani non padi sawah berupa cabe dan kacang kedelai di tanam dari bulan

Februari sampai bulan April tahun 2009.

Berdasarkan Tabel 11 kontribusi yang diberikan oleh pendapatan dari

usahatani non padi sawah sebesar 27,30 % . Hal ini menjelaskan bahwa usahatani

non padi sawah memberikan kontribusi lebih kecil daripada usahatani padi sawah


(50)

Kontribusi Pendapatan Non Usahatani

Pendapatan dari non usahatani bersumber dari usaha berdagang dan buruh

tani dan dilakukan oleh petani di sela-sela waktu luang mereka. Berdasarkan

Tabel 10 pendapatan dari non usahatani berupa buruh tani dan berdagang

mempunyai rata-rata pendapatan sebesar Rp 5,353,464.

Berdasarkan Tabel 11 sumbangan dari Non Usahatani terhadap

pendapatan keluarga adalah 14,32 %. Hal ini menjelaskan bahwa pendapatan

petani yang bersumber dari non usahatani memberikan kontribusi yang lebih kecil

bila dibandingkan dengan usahatani padi sawah dan usahatani non padi sawah.

Hal ini disebabkan karena petani lebih mengutamakan mengusahakan usahatani

padi sawah dibanding usaha yang lain. Mereka menganggap bahwa usahatani

yang lain dan kegiatan di bidang non usahatani merupakan kegiatan sampingan

sehingga mereka tidak terlalu serius mengusahakannya.

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah

1. Hubungan Umur Dengan Pendapatan Padi Sawah

Berdasarkan analisis korelasi pada Lampiran 44, bahwa korelasi antara umur

dan pendapatan petani padi sawah menghasilkan tingkat signifikan sebesar 0,571.

Nilai koefisien korelasi (r) antara umur dan pendapatan petani sebesar 0,108.

Berdasarkan nilai klasifikasi hubungan statistika antara 2 peubah menurut

Guildford, maka pada r < 0,2 artinya tidak terdapat hubungan antara umur dengan

pendapatan petani padi sawah. Dengan tingkat signifikan 0,571 > 0,05 maka Ho

diterima, yang artinya tidak terdapat hubungan yang nyata antara umur petani


(51)

umur petani di Desa Lubuk Bayas tergolong dalam usia produktif tetapi

menempuh pendidikan formal hanya 8,83 tahun. Keadaan ini mempengaruhi

keterampilan petani dalam mengadopsi teknologi yang baru.

2. Hubungan Pendidikan Dengan Pendapatan Padi Sawah

Menurut Ahmadi (2003), mengatakan bahwa tingkat pendidikan yang rendah

menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang akan

diperlukan dalam kehidupannya. Kekurangan tersebut akan mempengaruhi tingkat

kualitas pekerjaannya.

Berdasarkan Lampiran 45, bahwa analisis korelasi antara pendidikan dengan

pendapatan petani memiliki tingkat signifikan sebesar 0,262. Sedangkan koefisien

r sebesar 0,211. Berdasarkan nilai klasifikasi hubungan statistika antara 2 peubah

menurut Guildford, maka pada 0,2 s/d 0,4 menyatakan bahwa hubungan

pendidikan dengan pendapatan petani menyatakan hubungan yang lemah. Tingkat

signifikan 0,262 > 0,05 maka Ho diterima berarti tidak ada hubungan yang nyata

antara pendidikan dengan pendapatan padi sawah. Hal ini terjadi karena tingkat

pengetahuan petani masih tergolong rendah sehingga pengetahuan dan

keterampilan untuk memanfaatkan potensi di dalam maupun diluar dirinya untuk

menjalankan usahataninya masih rendah.

3. Hubungan Lamanya Berusahatani Dengan Pendapatan Padi Sawah

Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Lampiran 46, menjelaskan bahwa

korelasi antara lamanya berusahatani dengan pendapatan petani menghasilkan

tingkat signifikan sebesar 0,529 dengan nilai koefisien (r) sebesar – 0,120. Nilai

koefisiennya bernilai negatif berarti apabila nilai lamanya berusahatani naik maka


(52)

sebaliknya. Berdasarkan nilai klasifikasi hubungan statistika antara 2 peubah

menurut Guildford, maka pada r < 0,2 berarti tidak terdapat hubungan antara

lamanya berani dengan pendapatan padi sawah. Tingkat signifikan pada 0,529 >

0,05 maka Ho diterima dan tidak ada hubungan yang nyata antara lamanya bertani

dengan pendapatan pada padi sawah tersebut. Hal ini disebabkan karna metode

yang digunakan oleh petani dalam mengusahakan usahataninya masih tradisional.

4. Hubungan Jumlah Tanggungan Dengan Pendapatan Padi Sawah

Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Lampiran 47, menjelaskan bahwa

korelasi antara jumlah tanggungan dengan pendapatan petani menghasilkan

tingkat signifikan sebesar 0,798 dengan nilai koefisien (r) sebesar 0,049.

Berdasarkan nilai klasifikasi hubungan statistika antara 2 peubah menurut

Guildford, maka pada r < 0,2 berarti tidak terdapat hubungan antara jumlah

tanggungan dengan pendapatan padi sawah. Tingkat signifikan pada 0,798 >

0,05 maka Ho diterima dan tidak ada hubungan yang nyata antara jumlah

tanggungan dengan pendapatan pada padi sawah tersebut. Hal ini disebabkan

karena jumlah tanggungan petani rata-rata 3 orang/keluarga yang merupakan

tanggungan ekonomi petani, dimana kebutuhan harus tetap dipenuhi tanpa

bergantung terhadap besar kecilnya pendapatan.

5. Hubungan Luas Lahan Padi Sawah Dengan Pendapatan Padi Sawah

Luas yang dimiliki oleh petani sampel antara 0,2-4,00 dengan rerata

sebesar 0,68. Dari rerata tersebut dapat disimpulkan bahwa luas lahan yang

dimiliki petani sampel adalah sedang. Menurut soekartawi (1989), luas lahan

pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan akhirnya mempengaruhi efesiensi


(53)

mengusahakan pertanian lebih mengupayakan pengawasan terhadap berbagai

pemakaian faktor produksi.

Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Lampiran 48, menjelaskan bahwa

korelasi antara luas lahan dengan pendapatan petani menghasilkan tingkat

signifikan sebesar 0,00 dengan nilai koefisien (r) sebesar 0.981. Berdasarkan nilai

klasifikasi hubungan statistika antara 2 peubah menurut Guildford, maka pada r

yang berada antara 0,9-1 berarti terdapat hubungan sangat kuat antara luas lahan

dengan pendapatan padi sawah. Tingkat signifikan pada 0,00 < 0,05 maka Ho

ditolak maka ada hubungan yang nyata antara luas lahan dengan pendapatan pada

padi sawah tersebut.

6. Hubungan Produksi Padi sawah Dengan Pendapatan Padi Sawah

Berdasarkan analisis pada Lampiran 49, bahwa korelasi antara produksi

dengan pendapatan petani padi sawah menghasilkan tingkat signifikan sebesar

0,00 dengan nilai koefisien sebesar 0,994. Berdasarkan nilai klasifikasi hubungan

statistika antara 2 peubah menurut Guildford, maka r yang berada 0,9-1 memiliki

hubungan yang sangat kuat antara produksi dengan pendapatan petani padi sawah.

Tingkat signifikan sebesar 0,00 < 0,05 maka Ho ditolak yang artinya ada

hubungan yang nyata antara produksi dengan pendapatan pada padi sawah

tersebut. Semakin besar produksi petani padi sawah, akan menyebabkan


(54)

Pengaruh Pendapatan Terhadap Kesejahteraan Petani Padi Sawah a.Pola Pengeluaran Pangan .

Secara umum besaran konsumsi rumahtangga petani dibagi menjadi 2

kelompok yaitu pengeluaran untuk pangan dan pengeluaran untuk non pangan.

Pada umumnya besarnya nilai pengeluaran rumahtangga di pedesaan bervariasi

sesuai dengan besarnya pendapatan yang mereka peroleh. Fenomena ini akan

terjadi apabila pendapatan rendah akan lebih mengutamakan untuk memenuhi

kebutuhan subsistennya terutama kebutuhan pengeluaran bahan makanan

dibanding lainnya. Berbeda halnya bila pendapatan yang diperoleh semakin tinggi

akan terjadi pergeseran antara kebutuhan bahan makanan dengan kebutuhan

bukan makanan. Rata-rata pengeluaran petani selama 1 tahun dapat dilihat pada

Tabel 12.

Tabel 12. Rata-rata Proporsi Pengeluaran Pangan pada Petani Padi di Desa Lubuk Bayas, selama 1 tahun.

No Jenis Pangan Pengeluaran Pangan

Nilai (Rp) Persentase (Rp)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Beras Lauk-pauk Telur Sayur Garam Gula Minyak goring Terigu Minyak tanah/gas 1,974,000 808,000 143,076 832,800 13,600 285,200 480,800 78,400 2,917,846 26,2 10,7 1,8 11,0 0,18 3,7 6,3 1,04 38,7

Total 7,533,723 100

sumber: data diolah dari lampiran 39

Pada Tabel 12 menjelaskan pengeluaran rumahtangga petani selama 1

tahun. Pengeluaran pangan tersebut meliputi 9 bahan pokok. Proporsi pengeluaran

yang paling dominan adalah pengeluaran pada kebutuhan akan minyak tanah/gas


(55)

mayoritas petani menggunakan minyak tanah selain digunakan untuk memasak

juga digunakan untuk penerangan sedangkan penggunaan gas merupakan program

pemerintah. Sementara itu, kebutuhan akan beras rata- rata Rp 1,974,000

(26,2 %) merupakan kebutuhan pokok. Pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan

lainya adalah lauk-pauk, sayuran, minyak goreng, telur, gula, terigu, dan garam.

Bila dilihat luas lahan yang dimiliki oleh petani, pola pengeluaran berbeda antara

petani yang memiliki luas lahan yang sempit dengan petani yang memiliki luas

lahan besar. Besarnya pengeluaran akan karbohidrat lebih utama bagi petani yang

memiliki luas lahan sempit. Namun sebaliknya, petani yang tergolong lahannya

luas memiliki pengeluaran yang besar akan lauk pauk, sayuran, minyak goreng

dan minyak tanah. Hal ini menggambarkan bahwa semakin besar pendapatan

yang diperoleh akan terjadi pola diversifikasi pada pemenuhan kebutuhan bahan


(56)

b.Pengeluaran Non Pangan

Pada Tabel 13, memperlihatkan jenis pengeluaran non pangan yang

dihitung selama 1 tahun.

Tabel 13. Rata-rata Proporsi Pengeluaran Non Pangan Rumahtangga Petani, selama 1 tahun.

sumber: data diolah dari lampiran 41

Diantara ke 9 jenis non pangan tersebut, memperlihatkan bahwa pengeluaran

untuk pendidikan lebih tinggi sebesar 30,4 %, dibandingkan pengeluaran non

pangan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran rumahtangga petani akan

pentingnya pendidikan mulai berkembang meskipun biaya untuk pendidikan lebih

besar dibanding untuk pengeluaran non pangan lainnya. Disamping itu

pengeluaran untuk non pangan lainnya seperti pakaian sebesar (16,5 %) , biaya

pengobatan sebesar (2,6 %) dan transportasi sebesar (10,7 %) berperan sebagai

pelengkap kebutuhan non pangan yang penting. Pengeluaran untuk biaya

pengobatan hanya 2,6 % karena sifat pengeluarannya secara insidentil. Namun

untuk beberapa pengeluaran tertentu seperti untuk agama sebesar 8,6 % lebih dominan bila dibandingkan dengan pengeluaran seperti perbaikan rumah, kegiatan

sosial, dan rekreasi.

No Jenis Non Pangan Pengeluaran Non Pangan

Nilai (Rp) Persentase (Rp)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pakaian Pendidikan Biaya pengobatan Transportasi Adat Perbaikan Rumah Rekreasi Sosial Agama 1,605,400 2,950,000 258,857 1,040,571 1,338,000 147,600 804,705 638,222 840,000 16,5 30,4 2,6 10,7 13,8 1,5 8,3 6,5 8,6


(1)

Lampiran 43. Nilai Tukar Pendapatan Rumahtangga Petani (NTPRP), Tahun 2010 No Sampel Total Pendapatan dari Total Pendapatan dari Usahatani Total Pendapatan (Rp) Total Pengeluaran untuk

Total Pengeluaran untuk Total Pengeluaran NTPRP Usahatani Padi

Sawah (Rp)

Non Padi Sawah dan Non Usahatani (Rp)

Usaha Pertanian (Rp)

Usaha Non Pertanian (Rp) (Rp)

1 5.882.839 2.700.000 8.582.839 4.665.161 5.763.000 10.428.161 0,823

2 2.602.500 5.067.000 7.669.500 3.057.500 18.245.000 21.302.500 0,360

3 36.615.002 8.985.999 45.601.001 6.198.999 4.784.000 10.982.999 4,152

4 119.642.790 0 119.642.790 15.357.210 35.913.500 51.270.710 2,334

5 6.749.834 4.825.000 11.574.834 1.462.666 5.821.000 7.283.666 1,589

6 3.606.500 15.025.000 18.631.500 1.519.500 7.562.000 9.081.500 2,052

7 1.801.668 4.112.500 5.914.168 735.832 1.410.500 2.146.332 2,755

8 24.069.400 20.326.000 44.395.400 5.304.600 9.430.500 14.735.100 3,013

9 7.260.000 2.630.999 9.890.999 3.909.001 4.101.500 8.010.501 1,235

10 49.997.500 5.122.999 55.120.499 8.479.501 7.275.500 15.755.001 3,499

11 21.804.834 7.301.000 29.105.834 4.194.166 7.776.500 11.970.666 2,431

12 61.752.334 2.499.998 64.252.332 9.947.668 18.041.500 27.989.168 2,296

13 35.683.834 2.514.999 38.198.833 7.401.167 26.917.000 34.318.167 1,113

14 6.258.668 2.700.000 8.958.668 2.741.332 5.025.000 7.766.332 1,154

15 27.492.000 8.121.000 35.613.000 12.819.000 7.266.000 20.085.000 1,773

16 11.373.168 6.847.751 18.220.919 5.603.081 9.745.000 15.348.081 1,187

17 10.160.836 500.000 10.660.836 2.719.164 5.654.000 8.373.164 1,273

18 5.194.402 3.200.000 8.394.402 2.305.598 8.054.000 10.359.598 0,810

19 16.810.841 6.051.459 22.862.300 5.286.700 12.839.000 18.125.700 1,261

20 5.499.668 3.600.000 9.099.668 1.500.332 3.271.000 4.771.332 1,907

21 26.525.834 5.067.750 31.593.584 5.946.416 3.788.500 9.734.916 3,245

22 12.908.584 5.157.333 18.065.917 6.042.083 3.600.500 9.642.583 1,874

23 10.976.500 3.000.000 13.976.500 3.023.500 4.854.500 7.878.000 1,774

24 9.322.568 2.500.000 11.822.568 2.927.432 4.820.000 7.747.432 1,526

25 11.120.168 3.656.668 14.776.836 4.819.164 6.053.000 10.872.164 1,359

26 8.114.902 4.200.000 12.314.902 3.385.098 6.197.000 9.582.098 1,285

27 11.586.668 3.600.000 15.186.668 3.713.332 7.498.000 11.211.332 1,355

28 23.480.668 9.500.000 32.980.668 5.019.332 6.523.000 11.542.332 2,857

29 41.704.334 15.700.000 57.404.334 9.795.666 10.409.000 20.204.666 2,841

30 38.313.834 3.325.833 41.639.667 8.860.333 14.346.000 23.206.333 1,794

Jumlah 654.312.678 167.839.289 822.151.967 158.740.533 272.985.000 431.725.533 56,928 Overal 21.810.422,60 15.556.738 37.367.160,736 5.673.837 17.157.079,75 22.830.916,527 1,637


(2)

Lampiran 44. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel dan Pendapatan Padi Sawah No Sampel Umur (Tahun) Pendidikan (Tahun) Pengalaman bertani (Tahun) Jumlah Tanggungan (Jiwa) Luas Lahan (Ha)

Produksi Padi Sawah (Kg)

Total Pendapatan Usahatani Padi sawah

(Rp)

1 34 12 8 4 0,24 3.960 3.960

2 55 9 20 5 0,2 2.024 2.024

3 36 9 15 4 1,2 14.000 14.001

4 53 6 15 7 4 45.000 45.004

5 57 9 30 5 0,2 2.750 2.750

6 69 0 31 4 0,16 1.470 1.470

7 32 9 9 2 0,06 800 800

8 44 12 20 4 1 12.500 12.501

9 55 9 30 3 0,32 3.200 3.200

10 50 12 20 3 1,2 19.000 19.001

11 27 12 13 0 0,6 9.500 9.501

12 42 16 25 3 1,6 25.000 25.002

13 50 12 30 4 1,2 14.700 14.701

14 24 12 9 2 0,24 3.600 3.600

15 44 12 20 4 1 15.500 15.501

16 35 9 10 4 0,5 5.500 5.501

17 56 12 30 1 0,3 4.600 4.600

18 35 6 11 3 0,2 3.000 3.000

19 31 6 30 2 0,4 7.300 7.300

20 32 6 30 4 0,2 2.800 2.800

21 46 6 17 3 0,8 10.800 10.801

22 53 0 30 2 0,4 7.000 7.000

23 57 6 30 2 0,28 5.000 5.000

24 57 6 30 1 0,3 4.900 4.900

25 31 6 10 3 0,4 5.800 5.800

26 51 6 30 2 0,3 4.600 4.600

27 53 6 30 2 0,4 5.100 5.100

28 39 12 18 3 0,64 9.500 9.501

29 61 9 20 3 1 17.000 17.001

30 42 9 20 3 1 15.500 15.501

Jumlah 1351 256 641 92 20,34 281.404 281.424


(3)

Lampiran 45. Korelasi Sederhana Umur Dengan Pendapatan Padi Sawah

Descriptive Statistics

Mean

Std. Deviation

N

Pendapatan

21810422.6000

24003375.26415

30

Umur

45.0333

11.47256

30

Correlations

Pendapatan

Umur

Pendapatan Pearson Correlation

1

.108

Sig. (2-tailed)

.571

N

30

30

Umur

Pearson Correlation

.108

1

Sig. (2-tailed)

.571

N

30

30

Lampiran 46. Korelasi Sederhana Pendidikan Dengan Pendapatan Padi Sawah

Descriptive Statistics

Mean

Std. Deviation

N

Pendapatan

21810422.6000

24003375.26415

30


(4)

Correlations

Pendapatan

Pendidikan

Pendapatan Pearson Correlation

1

.211

Sig. (2-tailed)

.262

N

30

30

Pendidikan

Pearson Correlation

.211

1

Sig. (2-tailed)

.262

N

30

30

Lampiran 47. Korelasi Sederhana Pengalaman Bertani Dengan Pendapatan Padi awah

Descriptive Statistics

Mean

Std. Deviation

N

Pendapatan

21810422.6000

24003375.26415

30

Pengalaman Bertani

21.3667

8.23987

30

Correlations

Pendapatan

Pengalaman

Bertani

Pendapatan

Pearson Correlation

1

-.120

Sig. (2-tailed)

.529

N

30

30

Pengalaman

Pearson Correlation


(5)

Lampiran 48 . Korelasi Sederhana

Jumlah Tanggungan Dengan Pendapatan Padi

Sawah

Descriptive Statistics

Mean

Std. Deviation

N

Pendapatan

21810422.6000

24003375.26415

30

Jumlah Tanggungan

2.9333

1.17248

30

Correlations

Pendapatan

Jumlah

Tanggungan

Pendapatan

Pearson Correlation

1

.049

Sig. (2-tailed)

.798

N

30

30

Jumlah Tanggungan Pearson Correlation

.049

1

Sig. (2-tailed)

.798

N

30

30

Lampiran 49 . Korelasi Sederhana Luas Lahan Dengan Pendapatan Padi Sawah

Descriptive Statistics

Mean

Std. Deviation

N

Pendapatan

21810422.6000

24003375.26415

30


(6)

Correlations

Pendapatan

Luas Lahan

Pendapatan Pearson Correlation

1

.981(**)

Sig. (2-tailed)

.000

N

30

30

Luas Lahan

Pearson Correlation

.981(**)

1

Sig. (2-tailed)

.000

N

30

30

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 50. Korelasi Sederhana Peroduksi Dengan Pendapatan Padi Sawah

Descriptive Statistics

Mean

Std. Deviation

N

Pendapatan

21810422.6000

24003375.26415

30

Produksi

14471.7333

3050.65174

30

Correlations

pendapatan

Produksi

pendapatan Pearson Correlation

1

.994(**)

Sig. (2-tailed)

.000


Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

3 187 177

Analisis Finansial Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

15 104 93

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 4 104

Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Padi Organik (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

0 3 78

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 16

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 1

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 4

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 11

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 2

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 41