UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI STATISTIKA DI KELAS XI SMA NEGERI 2 SIDIKALANG T.A 2016/2017.

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

PADA MATERI STATISTIKA DI KELAS XI SMA NEGERI 2 SIDIKALANG T. A 2016 / 2017

Oleh : Margaret Setrya S

NIM 4123111045

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2016


(2)

i

LEMBAR PERSEMBAHAN

Sesungguhnya, ALLAH telah mendengar, la telah memperhatikan doa yang kuucapkan. Terpujilah ALLAH yang tidak menolak doaku dan

tidak menjauhkan kasih setia-Nya dari padaku. (Mazmur 66:19-20)

Syukur bagi-Mu Allah di tempat yang mahatinggi, kasih setia dan karunia-Mu tidak pernah berkesudahan. Terima kasih atas segala berkat yang telah Engkau limpahkan padaku hingga akhirnya aku dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini.

Terima kasih untuk kedua orang tuaku tercinta, papa S. Siringoringo (†) yang selalu ada di hatiku dan memberikan semangat dalam hidupku dan mama R. br. Manullang yang selalu berjuang untukku dan kami semua. Jerih payah dan semangatmu yang tak kenal lelah, tak dapat kubalas dengan apapun juga mama. Terima kasih atas segala kasih sayang dan semua pengorbananmu mamaku, yang tak dapat aku ungkapkan dengan kata-kata.

Abangku Febry Wanson Siringoringo, kakakku Dewi Yunitasari Siringoringo serta adik-adikku Musaweby Fourputra Siringoringo dan Lukas Anggyputra Siringoringo, sebagai abang, kakak, dan adik-adik yang paling berharga dalam hidupku dan mendorong aku untuk menajdi adik sekaligus kakak yang baik. Terima kasih atas kasih sayang, doa, dan dukungan kalian semua sehingga aku dapat sampai pada saat ini.

Juandi Silalahi, terima kasih atas segala bantuan, pengertian dan kasih sayang untukku. Kesabaran dan perhatianmu mendampingiku selama ini membuatku semakin semangat memperjuangkan gelar ini. Semoga Tuhan selalu memberikan rencana yang baik bagi kita untuk ke depannya.

Yessika Pramita Tambunan, Agnes Agustina Purba, Maria Claudia Silalahi, dan Banilameywati Marbun selaku anggota Fiveser. Roy Adi Putra Manalu, Firman Andreas Sijabat serta semua teman-teman Pendidikan Matematika Reguler B angkatan 2012 yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu. Terima kasih untuk semua kebersamaan yang tak mungkin terlupakan ini. Semoga sukses untuk kita semua. Tetap semangat ya!

Teman-teman se-PS dan seperjuanganku Winda Riati, Iko Mustafa Boangmanalu, Khairul Sipahutar, dan M. Rahmatsyah Putra, begitu banyak suka dan duka yang kita alami saat menyusun skripsi. Semoga segala cita-cita kita dapat tercapai. Sukses ya. See you ^_^

Heripeniopa Nahampun, Yolanda Sinaga, Novita Sihombing dan sahabat-sahabat IMDA lainnya yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepadaku. Terima kasih sahabat-sahabatku. Semakin kompak ya IMDA..

Tuhan adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku dan dengan nyanyian aku bersyukur kepada-Nya.


(3)

iv

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

PADA MATERI STATISTIKA DI KELAS XI SMA NEGERI 2 SIDIKALANG T.A 2016/2017

Margaret Setrya S. (4123111045) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa dan melihat penerapan pembelajaran kontekstual pada materi statistika di kelas XI-IPA 1 SMA Negeri 2 Sidikalang tahun ajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI-IPA 1 SMA Negeri 2 Sidikalang tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 35 orang sedangkan objek dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa pada materi statistika melalui penerapan pembelajaran kontekstual. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan penalaran matematis dan lembar observasi. Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan penalaran matematis siswa pada materi statistika dilihat dari kemampuan penalaran sebelum dan setelah diterapkan pembelajaran kontekstual sedangkan lembar observasi digunakan untuk melihat proses pembelajaran kontekstual.

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing-masing terdiri dari 2 pertemuan. Dari tes kemampuan penalaran matematis pada siklus I diperoleh 23 siswa ( %) dari 35 siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimum (nilainya  77) sedangkan 12 siswa lainnya ( %) belum tuntas dengan nilai rata-rata siswa 78,93. Setelah pemberian tes kemampuan penalaran matematis II diperoleh 31 siswa (88,57%) telah mencapai kriteria ketuntasan minimum sedangkan 4 siswa (11,43%) belum tuntas dengan nilai rata-rata kelas 87,68. Ini berarti terjadi peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa dari siklus I ke siklus II dengan peningkatan persentase ketuntasan klasikal sebesar 22,86% dan peningkatan nilai rata-rata siswa sebesar 8,75. Berdasarkan hasil observasi, proses pembelajaran berlangsung dengan baik yaitu dari hasil observasi siklus I memperoleh skor 2,75 dengan kategori baik dan mengalami peningkatan di siklus II menjadi 3,25 dengan kategori baik.

Pada siklus I masih terdapat kendala, yaitu siswa masih kurang aktif diskusi kelompok. Namun pada siklus II, peneliti memotivasi siswa dengan memberikan nilai tambah (penghargaan) kepada siswa yang aktif dalam proses pembelajaran di kelas sehingga siswa menjadi semakin antusias dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, peneliti juga merancang lembar aktifvitas siswa yang berhubungan dengan permasalahan yang dekat dengan keseharian siswa agar siswa merasa tertantang untuk menyelesaikan soal-soal tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa. Sehingga guru dapat menerapkan pembelajaran kontekstual sebagai alternatif dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa. Selain itu, memberi penghargaan kepada siswa juga penting untuk memacu keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di kelas.


(4)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya yang senantiasa dianugerahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kontekstual pada Materi Statistika di Kelas XI SMA Negeri 2 Sidikalang T.A 2016/2017”.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi syarat dalam menyelesaikan jenjang pendidikan strata satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah memperoleh bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, papa S. Siringoringo dan mama R. br. Manullang serta keluarga besar penulis yang telah memberikan segala kasih sayang, perhatian, kesabaran dan pengorbanan, serta dorongan dan motivasi untuk penulis.

2. Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal sampai selesainya skripsi.

3. Bapak Denny Haris, S.Si, M.Pd, Bapak Dr. H. Banjarnahor, M.Pd, dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku tim dosen penguji sidang skripsi.

4. Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED, beserta Wakil Dekan UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika, dan seluruh dosen Jurusan Matematika Universitas Negeri Medan.


(5)

vi

5. Bapak M. Tumanggor selaku Kepala SMA Negeri 2 Sidikalang dan Bapak Suhedi Sirait, S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika yang telah membantu dan membimbing selama penelitian, serta para guru dan staf administrasi yang telah memberikan kesempatan serta bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.

6. Seluruh rekan-rekan Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberi bantuan, motivasi dan doa untuk penulis.

7. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu per satu.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Medan, Agustus 2016 Penulis

Margaret Setrya S. NIM. 4123111045


(6)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persembahan i

Lembar Pengesahan ii

Riwayat Hidup iii

Abstrak iv

Kata Pengantar v

Daftar Isi vii

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 7

1.3 Batasan Masalah 8

1.4 Rumusan Masalah 8

1.5 Tujuan Penelitian 8

1.6 Manfaat Penelitian 9

1.7 Definisi Operasional 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1. Kerangka Teoritis 11

2.1.1 Penalaran Matematis 11

2.1.2 Kemampuan Penalaran Matematis 14

2.1.3 Indikator Penalaran Matematis 19

2.1.4 Model Pembelajaran Kontekstual 22

2.1.5 Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas 25

2.1.6 Teori-Teori Belajar yang Mendukung 33

2.1.7 Materi Statistika 35

2.2. Penelitian Relevan 42

2.3. Kerangka Konseptual 44

2.4. Hipotesis Penelitian 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 46

3.1.1 Lokasi Penelitian 46

3.1.2 Waktu Penelitian 46

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 46

3.2.1 Subjek Penelitian 46


(7)

viii

3.3. Jenis Penelitian 46

3.4. Prosedur Penelitian 47

3.4.1 Siklus I 48

3.4.1.1 Permasalahan I 48

3.4.1.2 Perencanaan Tindakan I 48

3.4.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 49

3.4.1.4 Observasi I 49

3.4.1.5 Analisis Data I 50

3.4.1.6 Refleksi I 50

3.5. Instrumen dan Alat Pengumpul Data 51

3.5.1 Tes Kemampuan Penalaran Matematis 51

3.5.2 Observasi 52

3.6. Teknik Analisis Data 53

3.6.1 Reduksi Data 53

3.6.2 Paparan Data 56

3.6.3 Kesimpulan Data 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 57

4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I 57

4.1.1.1 Permasalahan I 57

4.1.1.2 Tahap Perencanaan Tindakan I 59

4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 60

4.1.1.4 Observasi I 63

4.1.1.5 Analisis Data I 64

4.1.1.6 Refleksi I 70

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II 71

4.1.2.1 Permasalahan II 71

4.1.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan II 72

4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 73

4.1.2.4 Observasi II 76

4.1.2.5 Analisis Data II 76

4.1.2.6 Refleksi II 82

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 87

5.2 Saran 88


(8)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Proses Penalaran Induktif 15

Gambar 2.2 Proses Penalaran Deduktif 18

Gambar 2.3 Diagram Batang 35

Gambar 2.4 Diagram Lingkaran 37

Gambar 2.5 Skema Kerangka Konseptual 45

Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 51 Gambar 4.1 Tingkat Kemampuan Penalaran Berdasarkan Indikator Siklus I 67 Gambar 4.2 Tingkat Kemampuan Penalaran Matematis pada Siklus I 68 Gambar 4.3 Tingkat Kemampuan Penalaran Berdasarkan Indikator Siklus II 79 Gambar 4.4 Tingkat Kemampuan Penalaran Matematis pada Siklus II 80 Gambar 4.5 Hasil Rata-Rata Kemampuan Penalaran Matematis Siswa 83


(9)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Hasil Kerja Siswa pada Tes Awal 3

Tabel 2.1 Aspek dan Indikator Penalaran Matematis 20

Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Penalaran Matematis 21

Tabel 3.1 Kategori Tingkat Kemampuan Penalaran Matematis 55

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Observasi 56

Tabel 4.1 Tingkat Kemampuan Penalaran Matematis Siswa pada Tes Awal 57

Tabel 4.2 Tingkat Ketuntasan Siswa pada Tes Awal 57 Tabel 4.3 Data Kesalahan Siswa pada Tes Awal 58 Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Mengajukan Dugaan pada TKPM I 65 Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Menarik Kesimpulan pada TKPM I 65 Tabel 4.6 Tingkat Kemampuan Memberi Alasan/Bukti pada TKPM I 66 Tabel 4.7 Tingkat Kemampuan Memeriksa Kesahihan pada TKPM I 66 Tabel 4.8 Tingkat Kemampuan Penalaran Matematis Siswa pada TKPM I 67 Tabel 4.9 Tingkat Ketuntasan Siswa pada TKPM I 68 Tabel 4.10 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 69 Tabel 4.11 Tingkat Kemampuan Mengajukan Dugaan pada TKPM II 77 Tabel 4.12 Tingkat Kemampuan Menarik Kesimpulan pada TKPM II 77 Tabel 4.13 Tingkat Kemampuan Memberi Alasan/Bukti pada TKPM II 78 Tabel 4.14 Tingkat Kemampuan Memeriksa Kesahihan pada TKPM II 78 Tabel 4.15 Tingkat Kemampuan Penalaran Matematis Siswa pada TKPM II 79 Tabel 4.16 Tingkat Ketuntasan Siswa pada TKPM II 80 Tabel 4.17 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 81 Tabel 4.18 Tingkat Kemampuan Penalaran Matematis Siswa pada Tes Awal, Tes Kemampuan Penalaran Matematis Siklus I dan Siklus II 82

Tabel 4.19 Hasil Rata-Rata Kemampuan Penalaran Matematis Siswa pada Setiap Tes 83


(10)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) 92 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 100 Lampiran 3 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I (Siklus I) 109 Lampiran 4 Alternatif Penyelesaian LAS I Siklus I 112 Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II (Siklus I) 115 Lampiran 6 Alternatif Penyelesaian LAS II Siklus I 118 Lampiran 7 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Penalaran Matematis I 120 Lampiran 8 Lembar Validasi Tes Kemampuan Penalaran Matematis I 121 Lampiran 9 Tes Kemampuan Penalaran Matematis I 124 Lampiran 10 Alternatif Tes Kemampuan Penalaran Matematis I 127 Lampiran 11 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematis I 130 Lampiran 12 Lembar Observasi Proses Pembelajaran I (Siklus I) 132 Lampiran 13 Lembar Observasi Proses Pembelajaran II (Siklus I) 135 Lampiran 14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus II) 138 Lampiran 15 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus II) 149 Lampiran 16 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I Siklus II 160

Lampiran 17 Alternatif LAS I Siklus II 163

Lampiran 18 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II Siklus II 166

Lampiran 19 Alternatif LAS II Siklus II 169

Lampiran 20 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Penalaran Matematis II 173 Lampiran 21 Lembar Validasi Tes Kemampuan Penalaran Matematis II 174 Lampiran 22 Tes Kemampuan Penalaran Matematis II 177 Lampiran 23 Alternatif Tes Kemampuan Penalaran Matematis II 179 Lampiran 24 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematis II 183 Lampiran 25 Lembar Observasi Proses Pembelajaran I (Siklus II) 185


(11)

xii

Lampiran 26 Lembar Observasi Proses Pembelajaran II (Siklus II) 188

Lampiran 27 Tes Awal 191

Lampiran 28 Alternatif Tes Awal 192

Lampiran 29 Daftar Nama Siswa Kelas XI-IPA 1 194

Lampiran 30 Daftar Nama Kelompok 195

Lampiran 31 Tabulasi Tes Kemampuan Penalaran Matematis I 196 Lampiran 32 Tabulasi Tes Kemampuan Penalaran Matematis II 198


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah memegang peranan penting untuk membentuk siswa menjadi berkualitas karena matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis. Tujuan pembelajaran matematika adalah melatih cara berpikir dan bernalar, mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, dan mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi. Oleh karena itu, matematika sangat diperlukan untuk kehidupan sehari-hari dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehubungan dengan hal tersebut, Sriyanto (2007:45) menyatakan bahwa:

Penguasaan terhadap bidang studi matematika merupakan suatu keharusan, apalagi di era persaingan global seperti saat sekarang. Sebab selain matematika sebagai pintu masuk menguasai sains dan teknologi yang berkembang begitu pesat dewasa ini, dengan belajar matematika orang dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, kritis, dan kreatif yang sungguh dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

Menyadari pentingnya matematika, maka belajar matematika seharusnya menjadi kebutuhan dan kegiatan yang menyenangkan. Namun pada kenyataannya, belajar matematika sering dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan dan membosankan. Salah satu penyebabnya adalah banyak siswa yang menganggap matematika sulit dipelajari dan karakteristik matematika yang bersifat abstrak sehingga matematika dianggap sebagai momok yang menakutkan. Abdurrahman (2003:42) juga mengatakan bahwa: “Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”. Hal tersebut terjadi karena selama ini belajar matematika hanya cenderung menghitung angka yang seolah-olah tidak ada makna dan kaitannya dengan peningkatan kemampuan berpikir untuk memecahkan berbagai persoalan. Padahal dengan belajar matematika kita dilatih untuk berpikir logis dan kritis dalam menyelesaikan permasalahan.


(13)

2

Kemampuan penalaran matematis merupakan salah satu hal yang harus dimiliki siswa dalam belajar matematika. Depdiknas menyatakan bahwa materi matematika dan penalaran matematis merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatih melalui materi matematika (Shadiq, 2004:3). Dengan kata lain, belajar matematika tidak terlepas dari aktivitas bernalar. Peran matematika sangat penting dalam proses peningkatan kualitas siswa, maka guru harus dapat membuat siswa menguasai pelajaran matematika yang bermanfaat untuk kehidupan yang akan datang. Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah dapat memecahkan masalah. Untuk dapat memecahkan masalah tersebut, dibutuhkan penalaran.

Selain karena matematika merupakan ilmu yang dipahami melalui penalaran, tetapi juga karena salah satu tujuan dari pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu menggunakan penalaran pada pola dan sifat, mengajukan dugaan, memberi alasan atau bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, serta manarik kesimpulan. Hal tersebut senada dengan Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 506/C/PP/2004 (dalam Shadiq, 2009:14) menyatakan tentang indikator-indikator penalaran yang harus dicapai oleh siswa. Indikator yang menunjukkan penalaran antara lain:

(1) kemampuan mengajukan dugaan; (2) kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan; (3) kemampuan memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi; dan (4) kemampuan memeriksa kesahihan suatu argumen.

Dari hasil tes awal yang telah dilaksanakan di kelas XI-IPA1 SMA Negeri 2 Sidikalang, terlihat bahwa siswa masih sulit untuk mengajukan dugaan dan masih sulit dalam pengambilan keputusan akhir (kesimpulan). Terutama pada saat siswa menyelesaikan soal tes awal dengan indikator kemampuan mengajukan dugaan dan kemampuan menarik kesimpulan berikut ini:


(14)

3

Perhatikan diagram batang berikut!

Diagram siswa yang terlambat

Diagram di atas menunjukkan jumlah siswa yang terlambat di SMA Negeri 1 Medan dalam satu hari. Apabila jumlah seluruh siswa yang terlambat di hari itu tidak lebih dari 45 siswa, maka berapakah nilai x dan y yang mungkin untuk data tersebut? Apa kesimpulan yang didapat dari diagram tersebut? (Berdasarkan nilai

x dan y yang kamu peroleh)

Berikut adalah hasil pengerjaan beberapa kesalahan menyelesaiakan soal uraian diatas.

Tabel 1.1 Hasil Kerja Siswa pada Tes Awal

No Hasil Kerja Siswa Analisis Kesalahan Siswa

1 Siswa belum mampu

mengajukan dugaan sehingga penarikan kesimpulan masih salah.

2.

Siswa belum mampu mengajukan dugaan dan menarik kesimpulan.

30 25 20 15 10 5 0

X XI XII

x

y

Kelas Banyak


(15)

4

Berdasarkan tes awal, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa dari 35 siswa, sebanyak 16 siswa yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimum, sedangkan 19 siswa lainnya belum mencapai kriteria ketuntasan minimum dengan rata-rata kelas 68,29. Dari tes awal yang telah diberikan, terlihat bahwa kemampuan penalaran matematika siswa masih rendah. Hal ini terlihat ketika siswa mencoba menyelesaikan soal, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan. Letak kesulitan siswa dalam menyelesaiakan soal yaitu belum dapat mengajukan dugaan dan masih banyak siswa kurang teliti dalam perhitungan sehingga keputusan akhir (kesimpulan) menjadi keliru. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan penalaran matematis siswa masih rendah.

Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru mata pelajaran matematika di SMA Negeri 2 Sidikalang (12 Februari 2016) yang mengatakan bahwa: “Pada umumnya kesulitan yang dihadapi siswa dalam mempelajari matematika adalah ketika soal yang diberikan tidak sama dengan contoh. Ini berarti bahwa pemahaman konsep yang dimiliki siswa masih kurang sehingga kemampuan berpikir tidak terlalu maksimal dan dampaknya kemampuan penalaran matematis juga rendah”.

Salah satu faktor yang mempengaruhi siswa sukar dalam menyelesaikan soal-soal matematika adalah kemampuan penalaran. Masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika yang disebabkan oleh belum berkembangnya penalaran matematis siswa. Penalaran adalah suatu cara berpikir yang menghubungkan antara dua hal atau lebih berdasarkan sifat dan aturan tertentu yang telah diakui kebenarannya dengan menggunakan langkah-langkah pembuktian hingga mencapai suatu kesimpulan (Shadiq, 2004). Kemampuan penalaran matematis tersebut merupakan dasar dari matematika itu sendiri.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 2 Sidikalang, pembelajaran matematika yang dilaksanakan selama ini masih berorientasi pada guru. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran di kelas masih belum optimal. Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk mendorong siswa belajar secara aktif sehingga pembelajaran tersebut bermakna


(16)

5

bagi siswa. Senada dengan hal tersebut, Slameto (2010:36) mengemukakan bahwa:

Dalam proses belajar mengajar, guru harus banyak menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, intisari dari pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik.

Dari uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa banyak siswa yang berkemampuan penalaran matematis rendah dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang kurang bermakna. Seperti yang dipaparkan oleh Keraf (Shadiq, 2004:2) bahwa:

Rendahnya kemampuan penalaran matematika, tidak lepas dari proses pembelajaran matematika. Penalaran diartikan sebagai proses berpikir yang berusaha menghubungkan fakta-fakta atau evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan.

Pembelajaran matematika akan bermakna bagi siswa, jika pembelajaran dilakukan sesuai dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Dari pengetahuan awal tersebut, guru memberikan materi/sumber belajar yang sesuai dengan kompetensi dasar yang diinginkan, selanjutnya dikondisikan dengan bimbingan guru agar siswa aktif dalam membangun sendiri pengetahuannya. Pembelajaran akan bermakna jika guru mengkaitkan pengetahuan baru dengan pengalaman yang telah dimiliki merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran matematika.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa diperlukan berbagai terobosan baru dalam pembelajaran matematika untuk melatih dan membiasakan siswa bernalar. Salah satu langkah yang bisa dilakukan oleh guru sebagai pembimbing peserta didik adalah memilih model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang paham terhadap materi yang diajarkan, dan akhirnya dapat menurunkan motivasi peserta dalam belajar.


(17)

6

Kemampuan penalaran matematis diperlukan siswa baik dalam proses memahami matematika itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran matematika, kemampuan penalaran matematis berperan baik dalam pemahaman sebuah konsep pada suatu masalah, sehingga harus dibiasakan menghadapi suatu permasalahan. Terlebih dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan bernalar berguna pada saat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi baik dalam lingkup pribadi, maupun masyarakat.

Salah model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik berlatih dalam penalaran matematis adalah model pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Slameto (2010:94) juga mengatakan bahwa: “Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan yang nyata di masyarakat. Bentuk- bentuk kehidupan di masyarakat dibawa ke sekolah, agar siswa mempelajarinya sesuai dengan kenyataan”. Dengan menghubungkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari akan membuat pembelajaran matematika dapat berjalan dengan lebih produktif dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran kontekstual lebih memberi kesempatan pada peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran. Sanjaya (2008:54) mengatakan ada tiga hal penting berkaitan dengan kontekstual, yaitu:

(1) Kontekstual menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar dalam kontekstual tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. (2) Kontekstual mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. (3) Kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya kontekstual bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajanya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran kontekstual merupakan model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa, dimana siswa dituntut untuk menemukan pengetahuannya sendiri


(18)

7

(Trianto:2010). Dengan menggunakan pembelajaran kontekstual, diharapkan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat menghubungkan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

Penelitian ini juga beracuan pada penelitian yang dilakukan oleh Yuli Syartika terhadap siswa di SMP Negeri 1 Natar untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa dengan menerapkan pembelajaran kontekstual. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa. Selain itu, penelitian yang dilakukan Tua Halomoan Harahap juga mengungkapkan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kontekstual pada Materi Statistika di Kelas XI SMA Negeri 2 Sidikalang T.A 2016/2017”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Kemampuan penalaran matematis siswa di kelas XI SMA Negeri 2 Sidikalang masih rendah.

2. Pemahaman konsep yang dimiliki siswa kelas XI SMA Negeri 2 Sidikalang masih kurang.

3. Pembelajaran matematika masih berorientasi pada guru.

4. Model pembelajaran yang digunakan masih belum dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran matematika di kelas.


(19)

8

1.3. Batasan Masalah

Seperti yang telah diuraikan di atas, terdapat banyak masalah yang teridentifikasi. Permasalahan dalam penelitian ini hanya difokuskan pada

kemampuan penalaran matematis siswa di kelas XI SMA Negeri 2 Sidikalang masih rendah dan pembelajaran matematika masih berorientasi pada guru.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa pada materi statistika di kelas XI SMA Negeri 2 Sidikalang T.A 2016/2017?

2. Bagaimana penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa pada materi statistika di kelas XI SMA Negeri 2 Sidikalang T.A 2016/2017?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa dengan menerapkan pembelajaran kontekstual pada materi statistika di kelas XI SMA Negeri 2 Sidikalang T.A 2016/2017.

2. Untuk melihat penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa pada materi statistika di kelas XI SMA Negeri 2 Sidikalang T.A 2016/2017.


(20)

9

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa, melalui pembelajaran kontekstual diharapkan siswa lebih aktif dan dapat membantu meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa. 2. Bagi guru, dapat memperluas wawasan mengenai teori belajar dan

pendekatan pembelajaran dalam membantu siswa guna meningkatkan kemampuan penalaran matematis.

3. Bagi sekolah, memberi informasi kepada sekolah tentang pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan penalaran matematis siswa dalam rangka memperbaiki sistem pengajaran.

4. Bagi peneliti, menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan keilmuan. 5. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian

sejenis.

1.7 Defenisi Operasional

Penelitian ini berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kontekstual Pada Materi Statistika di Kelas XI SMA Negeri 2 Sidikalang T.A 2016/2017. Untuk menghindari kesalahpahaman, peneliti memberi batasan definisi operasional sebagai berikut:

1. Pembelajaran kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk memperoleh materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Penalaran matematis adalah suatu kegiatan atau proses berpikir matematis mengenai permasalahan-permasalahan matematika secara logis untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru (argumen logis) berdasarkan pernyataan-pernyataan atau fakta-fakta yang telah diketahui sebelumnya, kemampuan untuk memilah apa yang penting dan


(21)

10

tidak penting dalam menyelesaikan sebuah permasalahan dan untuk menjelaskan atau memberikan alasan atas sebuah penyelesaian.

3. Kemampuan penalaran matematis siswa merupakan suatu cara berpikir matematis siswa yang menghubungkan antara dua hal atau lebih berdasarkan sifat dan aturan tertentu yang telah diakui kebenarannya dengan menggunakan langkah-langkah pembuktian hingga mencapai suatu kesimpulan, yaitu: mengajukan dugaan; menarik kesimpulan; memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi; dan memeriksa kesahihan suatu argumen.


(22)

87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi dapat diambil kesimpulan:

1. Dengan menerapkan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa dilihat dari hasil tes kemampuan penalaran matematis siswa pada materi statistika di kelas XI-IPA1 SMA Negeri 2 Sidikalang Tahun Ajaran 2016/2017. Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa sebesar 8,75, peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 22,86%, dan peningkatan rata-rata hasil observasi kegiatan pembelajaran sebesar 0,5. Pada siklus II telah tercapai peningkatan kemampuan penalaran matematis dan ketuntasan belajar siswa sehingga penelitian berhenti sampai siklus II.

2. Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa karena pembelajaran dilakukan dengan aktivitas diskusi dalam kelompok (masyarakat belajar). Dengan berdiskusi, siswa dapat lebih aktif untuk menemukan ide dan bertukar pendapat sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pada tahap masyarakat belajar di siklus I masih terdapat beberapa kendala, yaitu siswa masih kurang aktif dalam proses pembelajaran dan masih belum maksimal dalam diskusi kelompok. Namun pada siklus II, peneliti memotivasi siswa dengan memberikan nilai tambah (penghargaan) kepada siswa yang aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan adanya nilai tambah (penghargaan) tersebut, siswa menjadi semakin antusias dan proses pembelajaran di kelas menjadi lebih bermakna. Selain itu, merancang lembar aktivitas siswa yang berhubungan dengan permasalahan yang dekat dengan keseharian siswa agar siswa merasa tertantang untuk menyelesaikan soal-soal tersebut.


(23)

88

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang perlu disampaikan yaitu:

1. Kepada guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan pokok bahasan statistika atau topik lain yang sesuai sebaiknya menggunakan model pembelajaran kontekstual sebagai salah satu upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa. Guru juga diharapkan selalu mengadakan evaluasi dan refleksi pada akhir pembelajaran yang telah dilakukan dan lebih baik setiap akhir pertemuan dilakukan refleksi. Sehingga kesulitan yang menghalangi keberhasilan pembelajaran baik yang dialami guru maupun siswa pada pembelajaran dapat diatasi. Namun, guru harus memperhatikan cara mengajukan pertanyaan atau tipe soal yang mampu membangun rasa ingin tahu siswa dan bagaimana menciptakan suasana diskusi agar semua siswa aktif (tidak dominan dikuasai oleh siswa yang berkemampuan tinggi).

2. Kepada siswa SMA Negeri 2 Sidikalang khususnya siswa yang berkemampuan penalaran matematis rendah agar lebih banyak berlatih mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan penalaran matematis dan siswa yang belum aktif dalam pembelajaran agar lebih aktif dalam menemukan sendiri konsep matematika dan berani menanyakan hal-hal yang kurang dipahami kepada guru.

3. Kepada peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian yang sejenis agar memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada pada penelitian ini, yaitu memperhatikan soal-soal yang diberikan agar mudah dipahami oleh siswa dan memperhatikan kekondusifan kelas dalam melakukan proses pembelajaran, sehingga penelitian yang dilakukan lebih efektif.


(24)

89

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi dkk., (2010), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2012), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan, FMIPA Unimed.

Harahap, Tua Halomoan, (2015), Penerapan Contextual Teaching and Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematika Kelas VII-2 SMP Nurhasannah Medan. Jurnal EduTech Vol 1 No 1. ISSN

2442-6024. UNIMED.

Hardjosatoto, Suhartoyo, (1979), Pengantar Logika Modern, Karya Kencana, Yogyakarta.

Hartono, (2014), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Penalaran

Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Hinai Kabupaten Langkat. UNIMED.

Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan. John W. Santrock, (2008), Psikologi Pendidikan, Kencana,Jakarta.

Napitupulu, E., (2008), Mengembangkan Kemampuan Menalar dan Memecahkan Masalah Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Jurnal

Pendidikan Matematika PARADIKMA Vol 1, No. 1. Edisi Juni 2008.

____________ (2008), Peran Penalaran dalam Pemecahan Masalah Matematika.

Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika. Hal. 167-181.

Nurdalilah, Syahputra, E. Armanto, D., (2013), Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematika dan Pemecahan Masalah pada Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Konvensional di SMA Negeri 1 Kualuh Selatan. Jurnal

Pendidikan Matematika Vol 6, No. 2. Hal. 109-206.

Priatna, Nanang, (2010), Penalaran Matematika. Tersedia (dapat diakses): http://file.upi.edu/direktori/depmipa/jur.pendidikanmatematika/nanangpria tna/penalaranmatematika.


(25)

90

Rafiqoh, Sri, (2015), Peningkatan Kemampuan Penalaran dan Koneksi

Matematis Siswa SMA Negeri 1 Air Joman Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis tidak diterbitkan. UNIMED.

Rusman, (2010), Model-Model Pembelajaran, Mulia Mandiri Press, Bandung. R. G Soekadijo, (1991), Logika Dasar : Tradisional, Simbolik dan Induktif. PT

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sagala, H. Syaiful, (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Penerbit Alfabeta,

Jakarta.

Sanjaya, (2009), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada, Jakarta.

Sariningsih, R., (2014), Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa

SMA Menggunakan Pembelajaran Kontekstual. Prosiding Seminar

Nasional Pendidikan Matematika PPS STKIP Siliwangi Bandung. Vol 1. ISSN. 2355-04753.

Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Press, Jakarta.

Shadiq, Fadjar., (2004), Pemecahan Masalah, Penalarann dan Komunikasi. Makalah disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar tanggal 6-19 Agustus di PPG Matematika.

Shadiq, Fadjar., (2007), Penalaran atau Reasoning. Mengapa Perlu Dipelajari

Para Siswa di Sekolah

?.http://fadjarp3g.files.wordpress.com/2007/09/ok-penalaran gerbang.pdf

Shadiq, Fadjar., (2009), Kemahiran Matematika. Makalah disampaikan pada Diklat Instruktur Pengembang Matematika SMA Jenjang Lanjut.

Shoimin, Aris., (2014), 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, AR-Ruzz Media, Yogyakarta.

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Sriyanto, (2007), Strategi Sukses Menguasai Matematika, Indonesia Cerdas, Yogyakarta.


(26)

91

Sudjana, Nana., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Suprijono, Agus, (2012), Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Pustaka Belajar,Yogyakarta.

Trianto, (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Thompson, J., (2006), Assessing Mathematical Reasoning; An Action Research

Project.http://www.msu.edu/~thomp603/assess%20reasoning.pdf. diakses

tanggal 10 Februari 2016

Turmudi, (2009), Taktik dan Strategi Pembelajaran, Leuser Cita Pustaka, Jakarta. Zahara, Siti, dkk. Peningkatan Kemampuan Penalaran Logis dan Komunikasi

Matematis Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) di SMP Negeri 24 Medan. Jurnal Pendidikan Matematika


(1)

10

tidak penting dalam menyelesaikan sebuah permasalahan dan untuk menjelaskan atau memberikan alasan atas sebuah penyelesaian.

3. Kemampuan penalaran matematis siswa merupakan suatu cara berpikir matematis siswa yang menghubungkan antara dua hal atau lebih berdasarkan sifat dan aturan tertentu yang telah diakui kebenarannya dengan menggunakan langkah-langkah pembuktian hingga mencapai suatu kesimpulan, yaitu: mengajukan dugaan; menarik kesimpulan; memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi; dan memeriksa kesahihan suatu argumen.


(2)

87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi dapat diambil kesimpulan:

1. Dengan menerapkan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa dilihat dari hasil tes kemampuan penalaran matematis siswa pada materi statistika di kelas XI-IPA1 SMA Negeri 2 Sidikalang Tahun Ajaran 2016/2017. Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa sebesar 8,75, peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 22,86%, dan peningkatan rata-rata hasil observasi kegiatan pembelajaran sebesar 0,5. Pada siklus II telah tercapai peningkatan kemampuan penalaran matematis dan ketuntasan belajar siswa sehingga penelitian berhenti sampai siklus II.

2. Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa karena pembelajaran dilakukan dengan aktivitas diskusi dalam kelompok (masyarakat belajar). Dengan berdiskusi, siswa dapat lebih aktif untuk menemukan ide dan bertukar pendapat sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pada tahap masyarakat belajar di siklus I masih terdapat beberapa kendala, yaitu siswa masih kurang aktif dalam proses pembelajaran dan masih belum maksimal dalam diskusi kelompok. Namun pada siklus II, peneliti memotivasi siswa dengan memberikan nilai tambah (penghargaan) kepada siswa yang aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan adanya nilai tambah (penghargaan) tersebut, siswa menjadi semakin antusias dan proses pembelajaran di kelas menjadi lebih bermakna. Selain itu, merancang lembar aktivitas siswa yang berhubungan dengan permasalahan yang dekat dengan keseharian siswa agar siswa merasa tertantang untuk menyelesaikan soal-soal tersebut.


(3)

88

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang perlu disampaikan yaitu:

1. Kepada guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan pokok bahasan statistika atau topik lain yang sesuai sebaiknya menggunakan model pembelajaran kontekstual sebagai salah satu upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa. Guru juga diharapkan selalu mengadakan evaluasi dan refleksi pada akhir pembelajaran yang telah dilakukan dan lebih baik setiap akhir pertemuan dilakukan refleksi. Sehingga kesulitan yang menghalangi keberhasilan pembelajaran baik yang dialami guru maupun siswa pada pembelajaran dapat diatasi. Namun, guru harus memperhatikan cara mengajukan pertanyaan atau tipe soal yang mampu membangun rasa ingin tahu siswa dan bagaimana menciptakan suasana diskusi agar semua siswa aktif (tidak dominan dikuasai oleh siswa yang berkemampuan tinggi).

2. Kepada siswa SMA Negeri 2 Sidikalang khususnya siswa yang berkemampuan penalaran matematis rendah agar lebih banyak berlatih mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan penalaran matematis dan siswa yang belum aktif dalam pembelajaran agar lebih aktif dalam menemukan sendiri konsep matematika dan berani menanyakan hal-hal yang kurang dipahami kepada guru.

3. Kepada peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian yang sejenis agar memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada pada penelitian ini, yaitu memperhatikan soal-soal yang diberikan agar mudah dipahami oleh siswa dan memperhatikan kekondusifan kelas dalam melakukan proses pembelajaran, sehingga penelitian yang dilakukan lebih efektif.


(4)

89

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi dkk., (2010), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2012), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan, FMIPA Unimed.

Harahap, Tua Halomoan, (2015), Penerapan Contextual Teaching and Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematika Kelas VII-2 SMP Nurhasannah Medan. Jurnal EduTech Vol 1 No 1. ISSN 2442-6024. UNIMED.

Hardjosatoto, Suhartoyo, (1979), Pengantar Logika Modern, Karya Kencana, Yogyakarta.

Hartono, (2014), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Penalaran Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Hinai Kabupaten Langkat. UNIMED.

Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan. John W. Santrock, (2008), Psikologi Pendidikan, Kencana,Jakarta.

Napitupulu, E., (2008), Mengembangkan Kemampuan Menalar dan Memecahkan Masalah Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA Vol 1, No. 1. Edisi Juni 2008. ____________ (2008), Peran Penalaran dalam Pemecahan Masalah Matematika.

Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika. Hal. 167-181.

Nurdalilah, Syahputra, E. Armanto, D., (2013), Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematika dan Pemecahan Masalah pada Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Konvensional di SMA Negeri 1 Kualuh Selatan. Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6, No. 2. Hal. 109-206.

Priatna, Nanang, (2010), Penalaran Matematika. Tersedia (dapat diakses): http://file.upi.edu/direktori/depmipa/jur.pendidikanmatematika/nanangpria tna/penalaranmatematika.


(5)

90

Rafiqoh, Sri, (2015), Peningkatan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematis Siswa SMA Negeri 1 Air Joman Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis tidak diterbitkan. UNIMED.

Rusman, (2010), Model-Model Pembelajaran, Mulia Mandiri Press, Bandung. R. G Soekadijo, (1991), Logika Dasar : Tradisional, Simbolik dan Induktif. PT

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sagala, H. Syaiful, (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Penerbit Alfabeta, Jakarta.

Sanjaya, (2009), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada, Jakarta.

Sariningsih, R., (2014), Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMA Menggunakan Pembelajaran Kontekstual. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika PPS STKIP Siliwangi Bandung. Vol 1. ISSN. 2355-04753.

Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Press, Jakarta.

Shadiq, Fadjar., (2004), Pemecahan Masalah, Penalarann dan Komunikasi. Makalah disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar tanggal 6-19 Agustus di PPG Matematika.

Shadiq, Fadjar., (2007), Penalaran atau Reasoning. Mengapa Perlu Dipelajari Para Siswa di Sekolah ?.http://fadjarp3g.files.wordpress.com/2007/09/ok-penalaran gerbang.pdf

Shadiq, Fadjar., (2009), Kemahiran Matematika. Makalah disampaikan pada Diklat Instruktur Pengembang Matematika SMA Jenjang Lanjut.

Shoimin, Aris., (2014), 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, AR-Ruzz Media, Yogyakarta.

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Sriyanto, (2007), Strategi Sukses Menguasai Matematika, Indonesia Cerdas, Yogyakarta.


(6)

91

Sudjana, Nana., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Suprijono, Agus, (2012), Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Pustaka Belajar,Yogyakarta.

Trianto, (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Thompson, J., (2006), Assessing Mathematical Reasoning; An Action Research Project.http://www.msu.edu/~thomp603/assess%20reasoning.pdf. diakses tanggal 10 Februari 2016

Turmudi, (2009), Taktik dan Strategi Pembelajaran, Leuser Cita Pustaka, Jakarta.

Zahara, Siti, dkk. Peningkatan Kemampuan Penalaran Logis dan Komunikasi Matematis Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) di SMP Negeri 24 Medan. Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 7 No 3, hal 38-47. UNIMED.