Identifikasi Parasit Trichodina sp.

9 Epistylis sp., Chilodonella sp., Henneguya sp., Dactylogyrus sp., dan Gyrodactylus sp.. Berdasarkan Tabel 4 dan 5, terlihat bahwa nilai prevalensi parasit yang menyerang benih ikan gurame pada kolam tanah masih lebih tinggi dibandingkan ikan gurame yang dipelihara di kolam terpal. Hal tersebut dikarenakan pada kolam terpal memiliki beberapa keunggulan di antaranya : kolam mudah dibersihkan dan dikeringkan sehingga mata rantai penyakit bisa diputus; lebih mudah dalam mengelola kualitas air karena air pada bagian bawah kolam bisa disifon dibersihkan; memiliki suhu yang stabil dan optimal untuk ikan karena menggunakan sekam di bagian bawah kolam; dan pada media kolam terpal, kontak dengan lingkungan luar sangat minim, sehingga parasit-parasit yang biasanya dibawa oleh ikan-ikan atau organisme air lainnya sangat kecil kemungkinannya untuk masuk ke dalam kolam terpal.

3.2.2 Identifikasi Parasit Trichodina sp.

Jenis Trichodina yang ditemukan pada ikan yang diteliti diduga adalah Trichodina sp. Parasit ini termasuk kedalam famili Trichodinidae yang terdiri dari beberapa genus dan dapat menyebabkan penyakit tricodiniosis. Famili Trichodinidae biasa ditemukan sebagai ektoparasit pada ikan air tawar dan air laut karena menginfeksi kulit dan insangnya. Dalam beberapa kasus, parasit ini dapat menyebabkan kerusakan berat pada inang sehingga menyebabkan kematian Lom dalam Woo, 1995. Pengaruh Trichodinidae yang membahayakan adalah akibat dari pergerakannya, sehingga setiap individu dapat menyebar ke wilayah yang luas. Mereka bisa hidup lebih dari 2 hari tanpa inang. Ikan yang terinfeksi menunjukkan kebiasaan dan warna yang abnormal, kulit menjadi iritasi, hiperplasia, degenerasi dan nekrosis dari sel epitel yang muncul bersamaan dengan proliferasi dari sel lendir, semakin lama ikan menjadi lemah, kehilangan berat badan, dan sekarat Kabata, 1985. Trichodina sp. adalah jenis parasit yang digolongkan ke dalam filum Protozoa, sub filum Ciliophora, ordo Mobilina, famili Urceolariidae dan genus 10 Trichodina Hoffman, 1967. Trichodina memiliki bentuk yang bemacam-macam, dari datar sampai berbentuk bel, tetapi permukaan oralnya lebih cekung Kabata, 1985. Trichodina terdapat di dalam atau pada ikan. Ujung posterior berupa piringan datar yang dilengkapi dengan lingkaran-lingkaran elemen seklet seperti gigi kutikuler. Hampir semua spesies Trichodina berupa ektoparasit Noble dan Noble, 1989. Gambar 2. Trichodina sp. pada ikan Gurame contoh yang dipelihara pada kolam terpal di Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta Perbesaran mikroskop : 40 x 10 Chilodonella sp. Chilodonella sp. termasuk filum Protozoa, ordo Peritrichida, subordo Sessilina, famili Chlamydodontidae, dan genus Chilodonella. Chilodonella sp. telah dilaporkan di Filiphina, Malaysia, Indonesia dan Thailand. Beberapa catatan tidak menunjukkan nama dari ikan yang dijadikan sebagai inangnya. Namun keberadaannya telah diidentifikasi pada ikan Clarias batrachus dan C. macrocephalus di Thailand dan Osphronemus goramy di Indonesia. Di Malaysia Chilodonella sp. telah dilaporkan tersebar pada 50 jenis spesies ikan. Chilodonella sp. hidup menempel di sisik, sirip dan insang ikan dan kadang- kadang jumlahnya sangat banyak. Chilodonella sp. hidup pada zona sub tropis 11 sehingga yang menjadi inangnya adalah ikan-ikan yang juga hidup pada zona sub tropis, seperti ikan-ikan Cyprinids. Pada zona sub tropis Chilodonella sp. menginfeksi inang dan menempel ketika kondisi ikan lemah selama bulan-bulan di musim dingin. Hal ini karena parasit memperoleh kondisi yang baik untuk tumbuh. Chilodonella sp. bergerak lambat di atas permukaan tubuh ikan dan pergerakan dibantu oleh cilia pada bagian ventral. Chilodonella sp. memakan sel epitel ikan dengan menekankan kantong mulutnya yang diperkuat dengan sepasang kait pendukung untuk mendorongnya masuk ke dalam sel. Reproduksi terjadi secara aseksual dan seksual, yaitu melakukan pembelahan biner kemudian konjugasi. Sumber data dari Rusia melaporkan bahwa Chilodonella sp. bereproduksi pada kisaran suhu sekitar 0,5 - 20 C. Selama kondisi yang tidak memungkinkan bereproduksi, Chilodonella sp. membentuk siste. Ikan yang terinfeksi Chilodonella menjadi sangat terganggu, melompat dari air, akhirnya menjadi lemah dan tidak responsif. Lendir hijau kebiru-biruan menutupi kulit yang terinfeksi. Chilodonella biasanya terdapat pada infeksi gabungan, bersama jamur, protozoa lain, dan bakteri Kabata, 1985. Gambar 3. Chilodonella sp. pada ikan gurame contoh yang dipelihara pada kolam terpal di Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta Perbesaran mikroskop : 40 x 10 12 Dactylogyrus sp. Parasit Dactylogyrus yang ditemukan pada ikan gurame termasuk ke dalam kelas Monogenea, subkelas Polynchoinea, ordo Dactylogyridea dan famili Dactylogyridae. Parasit ini mempunyai bentuk tubuh pipih dorso-ventral dan bilateral asimetris, mempunyai ospisthaptor yang dilengkapi dengan sepasang kait pusat dan 14 kait marginal. Selain itu kepala Dactylogyrus mengandung empat tonjolan cuping dan dua pasang mata, mempunyai usus yang terbagi dalam dua cabang dan mempunyai testis dan ovary yang membundar Kabata, 1985. Kabata 1985 menyatakan bahwa infeksi ringan Dactylogyrus cenderung dianggap tidak membahayakan, tapi infeksi ringan yang terus-menerus dapat menjadi infeksi yang parah karena memberikan potensi reproduksi untuk cacing. Perubahan karena hiperplasia pada epitel insang kadang menyebar ke area yang bukan koloni dari cacing. Telangiectasis menjadi sering dan menyebar luas. Erosi jaringan lokal pada daerah penempelan diikuti oleh produksi lendir yang berlebihan dan mengakibatkan ikan susah bernafas. Ketika ikan sulit bernafas, ikan akan berenang di sekitar pinggiran dan permukaan air tempat budidaya dengan gejala yang terlihat jelas. Gambar 4. Dactylogyrus sp. pada insang ikan gurame contoh yang dipelihara pada kolam terpal di Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta Perbesaran mikroskop : 40 x 10 13 Gyrodactylus sp. Gyrodactylus yang ditemukan pada ikan gurame tergolong Monogenea, subkelas Polynchoinea, ordo Gyrodactylidea dan famili Gyrodactylidae Kabata, 1985. Cacing ini berbentuk pipih dan pada ujung badannya dilengkapi dengan alat yang berfungsi sebagai pengait dan alat penghisap darah Ghufran dan Kordi, 2004, serta tidak memiliki bintik mata Kabata, 1985. Gyrodactylus tergolong vivipar. Parasit ini biasanya menyerang kulit dan sirip ikan. Ikan yang terinfeksi gejalanya dapat dikenali dari insangnya pucat dan bengkak sehingga operkulum terbuka, ikan terlihat berkumpul pada pintu air masuk, telangiectasis pada insang, produksi lendir berlebihan, pertumbuhan ikan melambat, nafsu makan berkurang, kandungan sel darah putih berlebih, tingkah laku dan berenang secara tidak normal Ghufran dan Kordi, 2004. Gambar 5. Gyrodactylus sp. pada ikan gurame contoh yang dipelihara pada kolam terpal di Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta Perbesaran Mikroskop : 40 x 10 Ichthyophtirius multifiliis Ichthyophtirius multifiliis berbentuk oval, berputar-putar dan sangat lentur, diameter 50 μm, sillianya seragam dan memiliki makronukleus berbentuk tapal kuda yang transparan dan mikronukleus yang menempel pada makronukleus Hoffman, 1967. Dikenal dengan nama “ich” dan merupakan parasit yang paling virulen dari parasit Protozoa yang lain. Parasit yang menyebabkan penyakit “ich” atau white spot ini diperkirakan dapat menjadi kendala terbesar dalam akukultur Hoffman dalam Woo, 1995. Ichthyophthirius multifiliis dewasa berkembang 14 biak dengan cara melepaskan diri dari inangnya dan berenang mencari daerah yang tenang. Parasit ini melekatkan diri pada substrat dan ditutupi oleh kiste yang kemudian terjadi pembelahan selama ± 24 jam bergantung pada suhu perairan. Hasil pembelahan tersebut tumbuh menjadi tomit yang jumlahnya 200 – 800 tomit. Ukuran parasit ini relatif kecil, sehingga tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Pada tubuh ikan yang terinfeksi protozoa ini, akan terbentuk bintik- bintik putih berdiameter antara 0,5 – 1 mm, sehingga penyakit ini disebut white spot. Bintik putih ini sebenarnya koloni dari puluhan hingga ratusan Ichthyophthirius multifiliis. Serangan Ichthyophthirius multifiliis umumnya terjadi pada musim hujan ketika suhu turun menjadi 20 – 24 ºC. Pada musim kemarau serangannya bersifat sporadis. Bagian tubuh ikan yang paling sering diserang adalah bagian eksternal, terutama lapisan lendir kulit, sirip dan insang. Jika sudah menyerang insang, protozoa ini akan merusak fungsi insang sehingga proses pertukaran gas oksigen, karbondioksida, dan amonia menjadi terhambat Ghufran dan Kordi, 2004. Gambar 6. Ichthyophthirius sp. pada ikan gurame contoh yang dipelihara pada kolam terpal di Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta Perbesaran mikroskop : 40 x 10 15

3.2.3 Parameter Kualitas Air