Pembahasan EKOLOGI TROFIK KOMUNITAS IKAN DI PERAIRAN SEGARA MENYAN
aturan terkait alat tangkap dan menjaga kondisi perairan. Permasalahan yang dihadapi oleh sumber daya ikan di perairan Segara Menyan memerlukan suatu
strategi dalam pengelolaan dan konservasi sumber daya ikan. Berpijak pada hasil penelitian ini, strategi pengelolaan dan konservasi sumber
daya ikan diajukan untuk diterapkan di ekosistem estuari Segara Menyan yaitu pengembangan perikanan rekreasi, regulasi perikanan tangkap, dan pengelolaan
habitat ikan di perairan Segara Menyan.
Pengembangan perikanan rekreasi Perikanan rekreasi adalah segala aktivitas penangkapan khususnya
pemancingan yang dilakukan untuk kesenangan. Berdasarkan tujuannya, perikanan rekreasi dibedakan menjadi pemancingan amatir, pemancingan untuk olahraga, dan
pemancingan untuk wisata Gaudin de Young 2007; Pawson et al. 2008. Pemancingan amatir diarahkan pada sekadar penyaluran kegemaran, tidak
teroganisasi, dan hasil tangkapan dapat dilepaskan kembali atau dikumpulkan untuk dikonsumsi. Olahraga memancing merupakan kegiatan kompetitif yang terorganisasi
dengan memburu jenis tangkapan dan bobot tertentu; pelaksanaannya di perairan yang dengan sumber daya ikan karnivora yang berukuran besar. Wisata memancing
merupakan kegiatan yang terorganisasi oleh pihak ketiga dalam menyediakan fasilitas ke suatu wilayah penangkapan tertentu.
Berlandaskan batasan yang telah diuraikan di atas, pengembangan perikanan rekreasi yang dapat diterapkan di perairan estuari Segara Menyan diarahkan pada
pemancingan amatir. Kegiatan pemancingan sangat mungkin dilakukan dengan pertimbangan bahwa perairan ini memiliki kekayaan spesies dan diversitas ikan yang
besar dengan variasi spasio-temporal yang menentukan persebarannya. Keberadaan ikan-ikan karnivora krustasivora dan pisivora yang merupakan target pancingan
ditemukan dalam jumlah banyak di perairan ini. Selain itu, kegiatan pemancingan di wilayah segara sudah dilakukan oleh segelintir orang yang memanfaatkan hari libur
untuk menyalurkan kesenangannya. Disamping sebagai perangkat pengelolaan, pengembangan perikanan rekreasi
berperan dalam perlindungan spesies tertentu yang akan melangsungkan kegiatan reproduksinya. Penggunaan pancing sebagai alat tangkap menyebabkan hasil
tangkapan menjadi selektif. Apabila ikan yang tertangkap telah matang gonad maka ikan tersebut dapat dilepaskan kembali. Kondisi ini berbeda ketika penangkapan
menggunakan jaring insang, rampus, atau arad, hasil tangkapan tidak selektif sehingga dapat menangkap ikan juwana dan dewasa berukuran kecil.
Pengembangan perikanan rekreasi perlu memperhatikan kesesuaian dan daya dukung perairan sehingga kegiatan ini tidak menimbulkan gangguan terhadap
sumber daya perairan dan masyarakat lokal. Kondisi ini menjadi perhatian Lewin et al.
2006 yang menyatakan bahwa dampak yang diakibatkan oleh kegiatan wisata pemancingan sama dengan perikanan niaga dalam hal sediaan sumber daya ikan dan
dampak terhadap ekosistem, dan pada wilayah tertentu menyebabkan proporsi total tangkapan melalui kegiatan pemancingan dapat lebih besar dibandingkan perikanan
niaga. Oleh karena itu, sangat diperlukan penetapan jenis ikan target, sebaran jumlah dan ukuran ikan, dan wilayah pemancingan. Sejalan dengan hal tersebut, Cowx
2002 mengutarakan bahwa pengelolaan perikanan rekreasi diwujudkan dalam tiga langkah, yaitu manipulasi sediaan, regulasi penangkapan, dan pengelolaan habitat.
Manipulasi sediaan dimaksudkan untuk peningkatan spesies target dan dapat dilakukan dalam empat cara yaitu pengayaan stok, peningkatan keragaman spesies,
penyingkiran spesies tak diinginkan, pengontrolan predator. Langkah pertama ini biasanya diterapkan pada perairan daratan. Regulasi penangkapan dimaksudkan
untuk mengatur tata laksana perikanan rekreasi; hal ini berkaitan dengan penutupan musim dan area tangkapan, pembatasan jumlah, pengaturan alat tangkap, dan ukuran
ikan yang boleh ditangkap. Pengelolaan habitat dimaksudkan untuk menjamin kualitas lingkungan, merehabilitasi habitat yang rusak, dan meningkatkan produksi
perikanan. Bersandar pada hasil penelitian ini, target pemancingan diarahkan pada ikan
karnivora yang telah mencapai ukuran dewasa Cox et al. 2002. Ikan karnivora yang dimaksudkan adalah krustasivora pemakan udang-udangan dan pisivora juwana
ikan. Jenis-jenis ikan ini sangat melimpah di wilayah Segara Menyan, seperti ikan tiga waja J. belangerii, blama Nibea soldado, dan kakap putih L. calcarifer.
Wilayah pemancingan harus menjadi perhatian karena berkaitan dengan proses biologis lainnya seperti reproduksi. Penentuan wilayah harus memperhatikan jenis
ikan buruan yang berada pada fase juwana dan fase dewasa matang gonad. Rahardjo
2006
a
dan Rahardjo Simanjuntak 2007 menyatakan bahwa ikan blama N. soldado
dan ikan tetet J. belangerii berada di wilayah bermangrove pada saat matang gonad. Pada penelitian ini mereka ditemukan di wilayah segara.
Fase juwana dan dewasa dominan ditemukan di zona segara karena penghuni zona ini tidak hanya ikan-ikan penetap estuari, melainkan datang dari perairan tawar
dan laut. Ikan-ikan karnivora yang mendiami area ini umumnya telah berada pada fase dewasa dan mereka masuk ke segara dalam rangka mencari makanan. Kondisi
demikian menyebabkan zona segara diusulkan sebagai wilayah pemancingan terbatas, dalam arti zona ini dapat ditutup pada musim-musim pemijahan seperti blama, N.
soldado ; petek, L. equulus; dan tetet, J. belangerii pada musim penghujan; dapat
dilakukan penangkapan pada musim pemijahan dengan syarat pemancing harus melepaskan kembali ketika memperoleh ikan tangkapan yang matang gonad.
Sementara ikan di zona sungai dan pantai dapat dipancing dengan tetap memperhatikan kematangan gonad ikan. Jenis ikan yang dapat dipancing dan
wilayah pemancingan disajikan pada Tabel 5-1. Bila pengembangan perikanan rekreasi ingin diterapkan dan terus berlanjut
maka perlu memperhatikan tiga hal, yaitu kegiatan pemancingan, pengayaan sediaan ikan, interaksi lintas sektoral Cowx 2002. Pengembangan perikanan rekreasi di
Segara Menyan hanya perlu memperhatikan dua hal yaitu kegiatan pemancingan dan interaksi lintas sektoral. Pengayaan sediaan tidak menjadi perhatian karena estuari ini
kaya fauna ikan dengan berbagai stadia dalam siklus hidupnya. Kegiatan pemancingan tidak saja memberikan pengaruh positif bagi kehidupan
biota akuatik, tetapi juga memberikan pengaruh negatif pada habitat dan biota akuatik dan teresterial. Pengaruh negatif tersebut berupa gangguan pada satwa liar
lain dan kerusakan terhadap habitat atau tempat bersarang beberapa spesies ikan. Gangguan dan kerusakan ini disebabkan oleh aktivitas pemancing yang secara tidak
langsung merusak ketika mengakses lokasi pemancingan. Selain itu, penggunaan perahu untuk mengakses daerah pemancingan juga turut memengaruhi kualitas
perairan ketika terjadi tumpahan bahan bakar perahu. Ancaman ini bisa diatasi melalui pembatasan daerah pemancingan dan musim pemancingan. Pengaruh negatif
lainnya adalah keberadaan sampah dan penggunaan umpan.
Tabel 5-1. Jenis dan sebaran ikan yang dapat dipancing di perairan Segara Menyan
No. Spesies
Ukuran Fase
Jenis makanan utama Sebaran zona pemancingan
1 A. ciliaris 204±10
J, D Portunus
Pantai 2 A. grunniens
118±20 J
Metapenaeus Segara
3 C. aureus 174±19
J, D Sardinella
Pantai 4 C. dorab
361±89 J, D
Thryssa Pantai
5 C. talabon 379±84
J Amblygaster
Pantai, Segara 6 D. punctata
184±48 J, D
Ambassis Pantai, Segara
7 D. russelli 160±12
J, D Thryssa
Pantai, Segara 8 E. melanosoma
134±15 D
Brachyura Segara
9 E. tetradactylum 261±51
J, D Metapenaeus
Pantai, Segara 10 G. achlamys
148±11 J, D
Metapenaeus Pantai
11 G. minuta 158±9
J, D Metapenaeus
Pantai 12 G. scaber
163±34 J, D
Portunus Pantai
13 H. nehereus 171±64
J Metapenaeus
Pantai 14 I. japonica
161±33 J, D
Secutor Pantai
15 J. belangerii 168±23
J, D Portunus
Pantai 16 J. carouna
163±26 J, D
Portunus Pantai, Segara
17 L. calcarifer 310±79
J, D Valamugil
Pantai, Segara 18 L. cornuta
143 J
Metapenaeus Pantai, Segara
19 L. lactarius 152±12
J, D Squilla
Pantai 20 L. lunaris
144±27 J, D
Thryssa Pantai, Segara
21 L. savala 441±87
D Secutor
Pantai 22 M. cordyla
244±37 J, D
Sardinella Pantai
23 N. soldado 187±38
J, D Portunus
Pantai, Segara 24 O. microlepis
137±+20 D
Ambassis Segara
25 O. ruber 178±20
J, D Saurida
Pantai 26 P. anea
150±35 J, D
Portunus Pantai
27 P. bilineata 169±18
J, D Scylla
Pantai, Segara 28 P. canius
593±94 J, D
Ambassis Sungai, Segara
29 P. indicus 273±30
J, D Leiognathus
Pantai 30 P. microdon
171±30 J, D
Sardinella Pantai, Segara
31 P. quadrilineatus 161±31
J Penaeus
Pantai, Segara 32 S. commerson
220±26 J, D
Sardinella Pantai
33 S. jello 159±50
J Ambassis
Pantai, Segara 34 S. tumbil
269±43 J, D
Thryssa Pantai
35 T. hamiltonii 129±42
J, D Metapenaeus
Pantai, Segara 36 T. mystax
98±30 J, D
Metapenaeus Pantai, Segara
37 T. nieuhofi 189±24
J, D Squilla
Segara 38 T. puta
171±21 J, D
Metapenaeus Pantai, Segara
39 Z. zebra 154±18
J, D Scylla
Pantai, Segara
Hal yang perlu mendapat perhatian pada pelaksanaan perikanan rekreasi adalah kesejahteraan hidup fauna ikan. Pada dasarnya tujuan perikanan rekreasi adalah
untuk kesenangan. Ikan yang tertangkap dapat dilepas kembali ke perairan atau diambil untuk dikonsumsi. Ketika ikan tersebut akan dilepaskan kembali, maka perlu
dipastikan mata kail tidak tersangkut dalam mulut atau tidak menyebabkan mulut ikan rusak sehingga tidak berfungsi optimal. Hal tersebut penting dilakukan karena
tingkat kematian ikan yang tinggi terjadi pasca penglepasan kembali ikan yang tertangkap Bartholomew Bohnsack 2005; Cerdá et al. 2010.
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan juga perlu mendapat perhatian karena wilayah penangkapan nelayan akan berkurang saat zona segara ditetapkan
sebagai wilayah penangkapan terbatas. Hal ini tentu akan menimbulkan pengaruh buruk, walaupun juga mendatangkan keuntungan dari penyewaan perahu untuk
kegiatan pemancingan rekreasi ini. Aspek ini tidak menjadi bahasan pada penelitian ini, karena penelitian ini dititikberatkan pada aspek ekologi dan biologi ikan.
Regulasi perikanan tangkap Pengaturan penangkapan tidak saja difokuskan pada kegiatan pemancingan
rekreasi sebagaimana dipaparkan di atas. Namun menjadi hal penting untuk diperhatikan adalah kegiatan perikanan tangkap. Sejauh ini kegiatan perikanan yang
berlangsung di Segara Menyan adalah kegiatan perikanan artisanal. Nelayan melakukan penangkapan sehari one day fishing dengan alat tangkap berupa jaring
insang, jaring rampus, jaring arad, dogol, dan pukat pantai. Kegiatan penangkapan ikan tidak saja dilakukan oleh masyarakat setempat, melainkan dilakukan juga oleh
nelayan lain yang datang dari berbagai wilayah. Tumpang tindih kegiatan yang besar antara perikanan rekreasi dan perikanan tangkap terkait wilayah penangkapan
dikhawatirkan menimbulkan konflik antar-masyarakat terhadap pemanfaatan sumber daya ikan. Oleh sebab itu, kegiatan perikanan tangkap perlu dilakukan pengaturan.
Pengaturan perikanan tangkap yang dimaksud adalah penggunaan alat tangkap, musim dan wilayah penangkapan, serta ukuran ikan tangkapan. Pada dasarnya
pengaturan ini sama dengan pengaturan pada perikanan rekreasi terkait musim, wilayah, ukuran ikan target penangkapan; sedikit yang membedakan adalah pada
wilayah penangkapan dan penggunaan alat tangkap. Pada bagian ini, alat tangkap yang dimaksud adalah jaring insang, rampus, arad, dogol, dan pukat pantai.
Penggunaan jaring tidak diperkenankan untuk digunakan di zona segara sepanjang tahun, karena zona ini diproyeksikan sebagai wilayah pemulihan sumber daya ikan.
Penangkapan dengan jaring hanya boleh dilakukan pada zona pantai dan sungai dengan tetap memperhatikan musim pemijahan, seperti ikan blama N. soldado, ikan
tetet J. belangerii, ikan baji-baji G. scaber, I. japonica, ikan petek L. equulus