dengan kayu daun jarum yang tidak memiliki unit siringil pada ligninnya. Hasil penelitian Matsushita et al. 2004 menunjukkan bahwa jenis kayu daun lebar
yang memiliki kandungan metoksil yang tinggi menghasilkan kadar lignin terlarut asam yang tinggi pula, dan kadar metoksil ini berkaitan erat dengan adanya unit
siringil di dalam lignin kayu Obst 1982, Akiyama et al. 2005. Berdasarkan perbedaan reaktifitas monomer penyusun lignin Matsushita et
al. 2004, pada saat penentuan lignin Klason, unit guaiasil akan terdegradasi pada asam sulfat 72 dan akan segera mengalami rekondensasi satu sama lain
membentuk produk berbobot molekul tinggi dalam bentuk fraksi padatan, sehingga kontribusi unit guaiasil terhadap pembentukan lignin terlarut asam
diduga kecil. Oleh karena itu, jenis kayu daun jarum yang ligninnya tersusun oleh unit guaiasil lignin akan menghasilkan kadar lignin terlarut asam yang rendah.
Sementara itu, unit siringil selain mangalami rekondensasi dengan unit lignin yang lain, juga membentuk kompleks dengan polisakarida. Lignin karbohidrat
kompleks ini kemudian akan mengalami degradasi karbohidrat lebih lanjut pada kondisi asam sulfat 3 panas menyisakan lignin-karbohidrat yang terlarut dalam
filtrat. Produk lignin karbohidrat kompleks berbobot molekul rendah inilah bersama dengan produk degradasi lignin lainnya yang terdeteksi dengan UV
spektrometer sebagai lignin terlarut asam. Matsushita et al. 2007 memperkuat hipotesis tersebut dan menyatakan bahwa salah satu pembeda antara jenis kayu
daun jarum dengan jenis kayu daun lebar adalah adanya unit siringil pada lignin jenis kayu daun lebar yang menghasilkan lignin terlarut asam lebih tinggi selama
proses hidrolisis asam.
4.3 Proporsi Lignin Terlarut Asam terhadap Kadar Lignin Total
Kadar lignin total pada kayu, khususnya pada jenis kayu daun lebar merupakan penjumlahan antara lignin Klason dengan lignin terlarut asam. Kadar
lignin total jenis kayu yang diteliti berkisar antara 22,53-33,26. Berdasarkan rataan kadar lignin bagian kayu juvenil dan kayu gubal untuk tiap jenis kayu, ada
kecenderungan jenis kayu berkadar lignin Klason semakin rendah memiliki kadar lignin terlarut asam yang semakin tinggi Gambar 4.
Gambar 4 Kecenderungan kadar lignin Klason dan kadar lignin terlarut asam Acid-soluble lignin, ASL pada jenis kayu daun lebar.
Berdasarkan mekanisme pembentukan lignin terlarut asam yang disampaikan oleh Matsushita et al. 2004, maka ada kemungkinan bahwa jenis
kayu dengan kadar lignin total yang hampir sama dapat memiliki reaktifitas yang berbeda, yang ditunjukkan oleh perbedaan kadar lignin terlarut asamnya. Hal ini
menjawab gejala yang sering ditemukan pada reaksi delignifikasi dalam proses pulping, dimana jenis kayu dengan kadar lignin yang hampir sama tetapi memiliki
kemudahan proses pulping yang berbeda. Kadar lignin terlarut asam tidak bisa diabaikan pengaruhnya terhadap
kadar lignin total dalam jenis kayu daun lebar. Hal ini karena cukup besarnya proporsi lignin terlarut asam terhadap lignin total kayu. Pada jenis kayu yang
diteliti, proporsi lignin terlarut asam terhadap kadar lignin total berkisar 4,23- 15,90, dengan kecenderungan proporsinya semakin tinggi untuk jenis kayu
dengan kadar lignin yang semakin rendah Gambar 4. Oleh karena itu, pada penentuan kadar lignin jenis kayu daun lebar dengan metode Klason harus
memperhitungkan nilai lignin Klason dan lignin terlarut asam. Berdasarkan Gambar 4, semakin meningkatnya kadar lignin terlarut asam
pada jenis kayu daun lebar akan menurunkan kadar lignin Klason pada kayu tersebut. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Yasuda et al. 2001,
bahwa dengan semakin meningkatnya proporsi lignin terlarut asam pada jenis
5 10
15 20
25 30
35 40
K upa
Ja m
bu ai
r D
uri an
Ra m
but an
N angk
a K
le w
ih P
et ai
K w
eni L
am toro
S am
pa ng
Ra ndu
P al
a K
ec api
A pi
-a pi
Jenis Kayu L
ig n
in K
la so
n d
an L
ig n
in T
o ta
l
0.0 5.0
10.0 15.0
20.0 25.0
30.0 35.0
40.0
A S
L T
o ta
l L
ig n
in
Lignin Klason Lignin T otal
ASLT otal Lignin
kayu daun lebar maka akan menurunkan kadar lignin klason pada kayu. Oleh karena itu, jenis kayu dengan kadar lignin total yang sama dapat memiliki
proporsi lignin terlarut asam dan lignin Klason yang berbeda, atau reaktifitas lignin yang berbeda. Hal lain menguatkan hipotesis sebelumnya bahwa
pembentukan lignin terlarut asam lebih berkorelasi dengan reaktifitas lignin yang ditentukan oleh perbedaan reaktifitas dari unit monomer penyusun lignin. Yasuda
et al. 1986 menemukan bahwa dalam larutan asam sulfat, inti aromatik siringil memiliki reaktivitas yang lebih tinggi dibandingkan unit guaiasil, dengan urutan
nilai reaktifitas siringil eter siringil eter guaiasil guaiasil.
4.4 Korelasi Antara Lignin Terlarut Asam dengan Nisbah Siringil-Guaiasil