Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Pengujian lignin terlarut asam dilakukan di Laboratorium Kimia Bersama, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Analisis Pirolisis Gas Kromatografi Spektrometri Massa Pyr-GC-MS dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Kementerian Kehutanan di Bogor.

3.2 Bahan dan Alat

Jenis kayu yang diteliti terdiri dari 14 jenis kayu daun lebar yang berasal dari daerah Bogor Jawa Barat Tabel 1. Sampel kayu berbentuk lempengan disc diambil dari bagian pangkal batang pohon berdiameter sekitar 20-22 cm. Pengujian kadar lignin dilakukan untuk contoh uji kayu gubal dan bagian kayu dekat empulur Gambar 1. Tabel 1 Jenis kayu daun lebar yang dianalisis No. Nama Lokal Nama Botani 1. Api-api Avicennia sp 2. Durian Durio zibethinus 3. Jambu air Eugenia aquea 4. Kecapi Sandoricum koetjapi 5. Keluwih Artocarpus communis 6. Kupa Eugenia polycephala 7. Kweni Mangifera odorata 8. Lamtoro Leucaena glauca 9. Nangka Arthocarpus heterophylus 10. Pala Myristica fragrans 11. Petai Parkia speciosa 12. Rambutan Nephelium lappaceum 13. Randu Ceiba pentandra 14. Sampang Euodia roxbughian Gambar 1 Pengambilan contoh uji. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain, Willey mill, oven, UV Visible Spectrophotometer SHIMADZU UV Pharma Spec. 1700, Pirolisis Gas Kromatografi-Spektrometri Massa Pyr-GC-MS, timbangan analitik, waterbath, soxhlet, gelas ukur, desikator, pemanas air, erlenmeyer, tabung reaksi, pipet, kertas saring, aluminium foil, dan peralatan gelas. 3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Penyiapan Partikel Kayu Sampel kayu untuk analisis komponen kimia disiapkan dalam bentuk partikel ukuran 40-60 mesh untuk memfasilitasi reaksi yang baik antara kayu dengan pereaksi. Serbuk kayu disiapkan melalui penggilingan serpihan-serpihan kecil sampel kayu dengan alat Willey mills. Partikel kayu disaring untuk memperoleh partikel lolos saringan 40 mesh dan tertahan pada saringan 60 mesh.

3.3.2 Ekstraksi Ethanol-Toluena

Sebelum pengujian kadar lignin, serbuk kayu diekstraksi dengan pelarut campuran ethanoltoluena untuk menghilangkan zat ekstraktif dari dalam sampel. Ekstraksi dilakukan dengan metode standar TAPPI T 204 om 88 modifikasi. Serbuk kayu sebanyak 5 gram diekstraksi dengan 300 ml campuran ethanoltoluena 1:2 selama 8 jam. Setelah ekstraksi, sampel dicuci dengan ethanol hingga larutan bening dan dikeringudarakan. Setelah itu sampel diekstraksi dengan air panas selama tiga jam. Serbuk kayu bebas ekstraktif kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 103  2°C hingga beratnya konstan. Kayu gubal Kayu juvenil Empulur

3.3.3 Penentuan Kadar Lignin Klason

Pengujian kadar lignin dilakukan berdasarkan metoda Klason modifikasi Dence 1992. Serbuk bebas ekstraktif sebanyak 0,5 gram ditempatkan dalam gelas piala 100 ml, kemudian ditambahkan 5 ml asam sulfat 72 secara perlahan sambil diaduk pada suhu 20  1°C. Sampel direaksikan selama 3 jam sambil diaduk setiap 15 menit, kemudian diencerkan hingga mencapai konsentrasi asam sulfat 3. Hidrolisis dilanjutkan pada suhu 121°C selama 30 menit dengan menggunakan alat autoclave. Lignin diendapkan, disaring dan dicuci dengan air destilata panas hingga bebas asam. Residu lignin, kemudian dioven pada suhu 103  2°C selama 24 jam, didinginkan dan ditimbang. Kadar lignin = BA x 100 Dimana; B = berat lignin gram A = berat kering serbuk awal gram

3.3.4 Penentuan Kadar Lignin Terlarut Asam Acid-Soluble Lignin

Dari pengujian lignin Klason, volume filtrat digenapkan menjadi 1000 ml. Lignin terlarut asam diuji dengan menggunakan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 205 nm dengan koefisien absorpsi 110Lg.cm. Sebagai standar digunakan larutan asam sulfat hasil pengenceran dari 5 ml asam sulfat 72 menjadi 1000 ml. Konsentrasi lignin terlarut asam dihitung sebagai: C= A110 x VfVi Dimana : A = Nilai absorpsi pada alat spectrofotometer VfVi = Faktor pengenceran larutan Kadar lignin terlarut asam dihitung : ASL = CV1000xBKT x 100 Dimana : CV = Konsentrasi lignin terlarut asam dalam liter BKT = Berat sampel kayu

3.3.5 Penentuan Nisbah Siringil-Guaiasil Penyusun Lignin

Untuk beberapa jenis kayu yang memiliki perbedaan kadar lignin dan lignin terlarut asam yang besar yaitu kayu keluwih, nangka, kupa, randu, kecapi, dan api-api, diuji proporsi monomer penyusun polimer ligninnya dan dinyatakan dalam nisbah siringil-guaiasil nisbah SG. Hal ini untuk mengetahui korelasi antara lignin terlarut asam dengan proporsi unit siringil penyusun lignin. Pengukuran proporsi monomer siringil dan guaiasil lignin diuji dengan menggunakan alat Pyrolisis Gas Chromatography Mass Spectrometry Pyr-GC- MS. Nisbah SG merupakan perbandingan antara konsentrasi relatif dari produk pirolisis lignin siringil terhadap lignin guaiasil Dence 1992 seperti disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Produk pirolisis monomer siringil dan guaiasil penyusun lignin No. Siringil Guaiasil 1. Syringol Guaiacol 2. Vinylsyringol Vinylguaiacol 3. Ethylsyringol Ethylguaiacol 4 Siringilacetone Homovanilin 5 Homosyringaldehyde Conyferyl alcohol 6 Methylsyringol Methylguaiacol 7 Syringaldehyde Vanilin 8 Acetosyringone Acetoguaiacone 9 propiosyringone Propioguaiacone 10 Allyl-+propenyl-syringol Allyl-+ propenyl-guaiacol 11 Sinapaldehyde Coniferylaldehyde Sumber: Dence 1992

3.4 Analisis Data

Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan Microsoft exel. Penentuan proporsi monomer penyusun lignin diukur berdasarkan konsentrasi relatif dari produk-produk turunan hasil pirolisis guaiasil dan siringil lignin Dence 1992. Penyajian data ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik dan kecenderungan atau korelasi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Lignin Klason

Lignin Klason merupakan residu reaksi hidrolisis kayu yang mendegradasi dan melarutkan polisakarida kayu dengan menggunakan asam sulfat 72 Yasuda et al. 2001. Kadar lignin Klason pada empat belas jenis kayu daun lebar beragam berkisar 17,55-32,87 Gambar 2. Perbedaan kadar lignin Klason terjadi bukan hanya antar jenis kayu, tetapi juga pada posisi sampel kayu yang berbeda. Perbedaan kadar lignin Klason antara sampel kayu dekat empulur dengan jaringan kayu pada batang terluar kayu gubal bisa disebabkan perbedaan umur jaringan kayu atau adanya kayu juvenil. Kayu juvenil memiliki beberapa karakteristik yang menyerupai kayu reaksi, sehingga kayu juvenil seringkali dikaitkan dengan kayu reaksi Zobel Sprague 1998. Kayu reaksi yang dibentuk pada kayu daun lebar berbeda dengan kayu reaksi yang dibentuk pada kayu daun jarum. Kayu reaksi yang dibentuk pada jenis kayu daun lebar dinamakan kayu reaksi tarik, sedangkan kayu reaksi yang dibentuk pada jenis kayu daun jarum disebut sebagai kayu reaksi tekan Haygreen Bowyer 1989. Kayu tarik salah satunya dicirikan dengan kadar lignin yang lebih rendah dibandingkan dengan kayu normal, sebaliknya kayu reaksi tekan memiliki kadar lignin yang lebih tinggi dibanding kayu normal. Pada pertumbuhan kayu normal, umumnya kayu juvenil dari jenis kayu daun lebar memiliki kadar lignin yang lebih rendah dibandingkan dengan kayu yang dibentuk pada umur dewasa. Hal ini sebagai akibat terbentuknya kayu reaksi pada daerah sekitar empulur. Jenis kayu yang memiliki jaringan kayu juvenil yang menyerupai sifat kayu reaksi seperti yang terdapat pada kayu sampang, api-api, nangka, kupa, durian, kweni, dan jambu air, memiliki kadar lignin Klason bagian kayu dekat empulur lebih rendah dibandingakan dengan bagian kayu gubal dekat kulit. Pada saat pohon berumur muda dengan ukuran batang yang relatif kecil, akan sangat rentan terhadap pengaruh mekanis eksternal yang memicu terbentuknya kayu reaksi.