TUJUAN HIDUP REMAJA PELAKU KENAKALAN
TUJUAN HIDUP REMAJA PELAKU KENAKALAN
SKRIPSI
DHIMAS GOBANG PUJANGGA
09810104
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
TUJUAN HIDUP REMAJA PELAKU KENAKALAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai Salah Satu
Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
DHIMAS GOBANG PUJANGGA
09810104
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
TUJUAN HIDUP REMAJA PELAKU KENAKALAN
Yang disiapkan dan disusun oleh:
Nama
: Dhimas Gobang Pujangga
Nim
: 09810104
Fakultas
: Psikologi
Perguruan Tinggi
: Universitas Muhammadiyah Malang
Waktu Penelitian
: 29 Mei – 9 Juni 2015
Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 28 Agustus 2015.
Dewan Penguji:
Ketua penguji
: Hudaniah, S. Psi., M. Si.
(
)
(
)
Susanti Prasetyaningrum, M.Psi
(
)
Istiqomah, S.Psi., M.Si
(
)
Anggota penguji : Tri Muji Ingarianti, M. Psi.
Pembimbing I
Hudaniah, S. Psi., M. Si.
Pembimbing II
Tri Muji Ingarianti, M. Psi.
Malang, 12 Agustus 2015
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi
Dra. Tri Dayakisni, M. Si.
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Dhimas Gobang Pujangga
Nim
: 09810104
Fakultas / Jurusan
: Psikologi
PerguruanTinggi
: Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan bahwa skripsi / karya ilmiah yang berjudul :
“ Tujuan Hidup Remaja Pelaku Kenakalan “
Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam
bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.
Hasil skripsi / karya ilmiah dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak bebas
royalty noneksekutif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan
undang-undang yang berlaku.
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si.
Malang, 12 Agustus 2015
Yang Menyatakan,
Dhimas Gobang Pujangga
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
Judul ”Tujuan Hidup Remaja Pelaku Kenakalan “ sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan arahan serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Maka dari
itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar
– besarnya kepada :
1. Dra. Tri Dayakisni, M. Si. Selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Hudaniah, S.Psi, M.Si selaku sebagai Pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan
yang sangat berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
3. Tri Muji Ingarianti, M.Psi selaku Pembimbing II yang juga telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat
bermanfaat bagi skripsi ini.
4. Siti Suminarti Fasikhah, Dra. M.Si dan Adhyatman Prabowo, S.Psi., M.Psi
selaku dosen wali yang selalu memotivasi dan memberi pengarahan sejak awal
perkuliahan hingga selesainya skripsi ini serta dosen–dosen Fakultas Psikologi
yang telah membimbing dan memberi ilmu.
5. Pihak–pihak sekolah terkait yang telah membantu penulis menyebar skala kepada
murid – murid nya untuk pelaksanaan pengumpulan data.
6. Bapak, Ibu dan Kakakku yang tak pernah henti memberikan dukungan, doa dan
kasih sayang sehingga penulis memiliki motivasi dalam menyelesaikan skripsi
ini.
7. Teman–teman kost Pondok Harapan Indah blok H no 178 yang selalu memberi
semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi.
8. Winda Ayu Bestari, Bifi Abdul Malik dan Diny Norahmasari yang membantu
penulis untuk menyelesaikan proses skripsi ini serta memberikan dukungan
penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman–teman angkatan 2009 khususnya kelas B yang selalu memberikan
semangat sehingga penulis lebih termotivasi untuk menyelesaiakan skrispsi ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak
memberikan bantuan dan dukungan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
v
Penulis menyadari masih ada kurangnya pada karya tulis yang berupa skripsi
ini, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis
harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi khususnya dan pembaca pada umumnya.
Malang, 12 Agustus 2015
Penulis
Dhimas Gobang Pujangga
vi
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ........................................................................................
i
Halaman Judul............................................................................................
ii
Lembar Pengesahan....................................................................................
iii
Surat Pernyataan.........................................................................................
iv
Kata Pengantar ...........................................................................................
v
Daftar Isi ....................................................................................................
vii
Daftar Tabel ...............................................................................................
viii
Daftar Lampiran .........................................................................................
ix
Abstrak.......................................................................................................
1
Pendahuluan ...............................................................................................
2
Landasan teori ............................................................................................
5
Metode Penelitian.......................................................................................
8
Hasil Penelitian ..........................................................................................
12
Diskusi .......................................................................................................
14
Simpulan dan Implikasi ..............................................................................
17
Daftar Pustaka ............................................................................................
18
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kategori Kenakalan Remaja ..........................................................
10
Tabel 2. Identifikasi Subjek ........................................................................
12
Tabel 3. Perhitungan T-score tujuan hidup secara keseluruhan ....................
12
Tabel 4. Perhitungan T- score tujuan hidup remaja pelaku kenakalan
berdasarkan rentang usia remaja ...................................................
13
Tabel 5. Perhitungan T-score tujuan hidup remaja pelaku kenakalan
berdasarkan jenis kelamin .............................................................
13
Tabel 6. Perhitungan T- score tujuan hidup remaja pelaku kenakalan
berdasarkan asal sekolah................................................................
13
Tabel 7. Perhitungan T- score tujuan hidup remaja pelaku kenakalan
berdasarkan pekerjaan orang tua ....................................................
14
Tabel 8. Perhitungan T-score tujuan hidup remaja pelaku kenakalan
berdasarkan pernah berurusan dengan pihak berwajib....................
14
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Skrining Remaja ........................................................................................
21
Skala .........................................................................................................
24
Blueprint skala ..........................................................................................
28
Data rekapitulasi.........................................................................................
29
Validitas skala ...........................................................................................
51
Reliabilitas skala .......................................................................................
52
Analisis data ...............................................................................................
53
Surat Keterangan Penelitian........................................................................
61
ix
TUJUAN HIDUP REMAJA PELAKU KENAKALAN
Dhimas Gobang Pujangga
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
[email protected]
Kenakalan remaja semakin memprihatinkan dari waktu ke waktu. Hal
ini dapat terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap tujuan hidup.
Tujuan hidup adalah sesuatu yang menjadi pilihan memberi nilai
khusus, serta dijadikan tujuan dalam hidup remaja. Tujuan hidup
mempunyai peranan yang sangat penting untuk mendapatkan
kebermaknaan hidup.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
tentang gambaran-gambaran tujuan hidup remaja pelaku kenakalan.
Metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data
menggunakan screening kategori kenakalan remaja dan skala yang
telah distandarisasikan yaitu PIL (Purpose in Life) Test. Subjek yang
digunakan adalah remaja yang berumur 16-21 tahun. Hasil penelitian
diperoleh dari 349 subjek yang telah di teliti menunjukan bahwa 202
subjek memiliki tujuan hidup yang rendah dan 147 subjek memiliki
tujuan hidup yang tinggi.
Kata Kunci : Tujuan Hidup, Remaja Pelaku Kenakalan.
Juvenile delinquency has become increasingly serious over time. This
can occur because of a lack of understanding of the purpose of life. The
purpose of life is something that is a choice to give a special value as
well as a goal in life. The purpose of life has a very important role to
get the meaningfulness of life. The purpose of this research is to know
about the images of life goals delinquency juvenile offenders. The
method used is the method of data collection using screening categories
of juvenile delinquency and scale standardized tests that PIL (Purpose
In Life) Test. Subjects used were adolescents aged 16-21 years. The
results were obtained from 349 subjects who have researched showed
that 202 subjects had lower life goals and 147 subjects had a higher
purpose in life.
Keyword: Purpose In Life, juvenile delinquency
1
Kenakalan pada anak merupakan sebuah perilaku yang sering kali di keluhkan oleh
orang tua ataupun keluarga. Anak dikatakan nakal ketika ia melakukan suatu
perilaku yang melanggar dari norma aturan yang berlaku dalam suatu lingkungan.
Masa remaja tidak hanya menyangkut perubahan tubuh, namun juga mencakup
perubahan psikologis (mengenai pengembangan kepribadian, pencarian identitas diri,
nilai-nilai pribadi, komitmen, harapan, dan keinginan). Remaja merupakan masa
peralihan antara masa awal anak dan masa awal dewasa yang berjalan antara umur
11 tahun sampai 22 tahun. Pada masa remaja memang masa dimana seseorang bisa
berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak.
Kenakalan remaja saat ini memang sangat perlu untuk diperhatikan secara khusus
bagi orang tua. Banyak kasus-kasus remaja yang terjadi dari kenakalan remaja ringan
hingga kenakalan remaja yang tinggi. Sehingga berdampak merugikan pada dirinya
sendiri.
Kenakalan tentunya bisa saja dihindari jika remaja sendiri mempunyai tujuan dalam
hidupnya hingga berfikiran memaknai hidup secara tinggi, sehingga terjadi dorongan
keinginan untuk merubah diri menjadi lebih baik dan menjadikan kondisi yang
nyaman hingga remaja tersebut tidak melakukan prilaku yang menyimpang hingga
disebut kenakalan remaja.
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007) menunjukkan jumlah
remaja di Indonesia mencapai 30 % dari jumlah penduduk, jadi sekitar 1,2 juta jiwa.
Hal ini tentunya dapat menjadi asset bangsa jika remaja dapat menunjukkan potensi
diri yang positif namun sebaliknya akan menjadi petaka jika remaja tersebut
menunjukkan perilaku yang negatif bahkan sampai terlibat dalam kenakalan
remaja.(Bkkbn.go.id, 2011).
Akan tetapi fakta yang ada dalam kenyataanya seperti dikutip dari beberapa media
pemberitaan dari tahun ke tahun yakni:
Tulungagung,-186 pelajar di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, disinyalir pernah
menjalin hubungan seks bebas sebelum pernikahan. Perilaku terkuak dari hasil
temuan Lembaga Peduli Anak (LPA) Tulungagung. Dari total responden 19.279
siswa, terungkap, sebanyak 186 siswa di daerah tersebut pernah melakukan
hubungan seks bebas pra nikah. Responden yang diambil LPA meliputi pelajar di
jenjang pendidikan tingkat SMP, MTs, SMA dan MA. "Kita akan sampaikan data
tentang anak sekolah yang pernah melakukan hubungan seks bebas ini kepada
Komisi Perlindungan Anak (KPA)," ujar Winny Isnaini, SSi, Direktur LPA
Tulungagung (News.detik.com, 2007).
Tulungagung,-Belum genap dua minggu kasus video perkelahian antara dua siswi
Sekolah Menengah Kejuruan SMK Tulungagung yang sempat gempar, kini dunia
pendidikan di Kabupaten Tulungagung digemparkan lagi tersebarnya video
perkelahian melalui HP, antara 3 siswi kelas 9 SMPN 2 Kedungwaru Tulungagung.
(Surabayapagi.com, 2011).
2
Tulungagung,-Satuan Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Tulungagung, Jawa
Timur, menggelar razia pelajar bolos di sejumlah warung kopi maupun kafe remangremang yang ada di sekitar wilayah kota setempat, Rabu. Kepala Satpol PP
Tulungagung Soeroto mengatakan, razia yang mereka gelar mulai pukul 10.00 WIB
hingga 13.00 WIB tersebut setidaknya berhasil menemukan tujuh pelajar bolos yang
semuanya masih mengenakan seragam sekolah. (Antarajatim.com, 2012).
Tulungagung,-Satuan Reserse Narkoba Polres Tulungagung, Jawa Timur, Minggu,
menangkap tiga pemuda, dua di antaranya masih di bawah umur, dalam sebuah
operasi penggerebekan sindikat pengedar narkoba jenis dobel-L (LL) di kalangan
pelajar setempat. Tiga pemuda yang tertangkap tangan mengedaran psikotropika itu
masing-masing berinisial IN (17), MRF (15), serta MBA (18). Remaja asal
Kecamatan Ngunut dan Kalidawir diringkus unit buru sergap Satreskoba Polres
Tulungagung saat melakukan transaksi dengan sejumlah remaja lain yang sengaja
diumpan sebagai pembeli. (Antarajatim.com, 2014).
Tulungagung,-angka kenakalan remaja semakin meningkat, dari perilaku
menyimpang sampai tindakan kriminalitas. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten
Tulungagung, Jawa Timur mengamankan sedikitnya lima pelajar SMP dan SMA
yang kedapatan pesta minuman keras (miras). Kelima remaja yang rata-rata masih di
bawah 17 tahun tersebut sempat diamankan di Kantor Satpol PP Tulungagung.
(Antarajatim.com, 2014).
Istilah kenakalan remaja (juvenil delinquency) mengacu pada suatu yang luas, dari
tingkah laku yang tidak bisa diterima secara sosial, pelanggaran status hingga
tindakan kriminal. Kenakalan remaja merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial
pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka
mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Kartono (1988 )
mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka
menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah
masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan
dan disebut “kenakalan”.
Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu membedakan adanya
perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja, diantaranya karena si
pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada. Sedangkan perilaku yang
menyimpang yang disengaja, bukan karena si pelaku tidak mengetahui aturan. Hal
yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut, adalah mengapa seseorang
melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang dilakukan melanggar aturan.
Becker dalam (Soekanto, 1988), mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk
mengasumsikan hanya mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk
berbuat demikian. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia pasti
mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu, tetapi mengapa pada
kebanyakan orang tidak menjadi kenyataan yang berwujud penyimpangan, sebab
orang dianggap normal biasanya dapat menahan diri dari dorongan-dorongan untuk
menyimpang.
3
Menurut bentuknya, Sunarwiyati dalam Sarwirini (2011) membagi kenakalan anak
dan remaja ke dalam tiga tingkatan: (1) Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka
keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit, (2) Kenakalan yang
menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM,
mengambil barang orang tua tanpa izin, (3) Kenakalan khusus seperti penyalah
gunaan narkotika, hubungan seks di luar nikah, pemerkosaan dan lain-lain.
Untuk melakukannya penyimpangan tersebut tentunya ada penyebabnya. Adapun
penyebab kenakalan remaja antara lain: identitas negatif, kontrol diri rendah, usia ,
jenis kelamin, harapan yang rendah, niai nilai rendah, pengawasan rendah dari orang
tua, dukungan yang rendah dari orang tua, penerapan disiplin tidak efektif, pengaruh
buruk dari teman sebaya, status sosial ekonomi rendah, pengaruh kualitas lingkungan
dan tempat tinggal yang buruk (Santrock, 2011).
Semua orang tentunya memiliki tujuan dalam hidupnya atau hal yang ingin kita capai
dalam hidup. Semakin cepat kita mengetahui apa yang kita capai dalam hidup kita,
akan semakin cepat pula kita memulai usaha untuk meraih tujuan tersebut. Oleh
karena itu, sangat penting kita mengetahui apa yang ingin kita capai dalam hidup kita
semenjak kita masih berusia remaja.
Bagi pelaku kenakalan remaja sangatlah penting memiliki tujuan hidup untuk
melanjutkan kehidupannya agar mereka tidak mengulang melakukan penyimpangan
prilakunya. Tujuan hidup sangat bermanfaat bagi kita secara personal, kita bisa
mengkonsep, merangkai pola pola hidup serta menata hidup kita untuk terus selalu
berkembang jauh lebih baik, hingga menjadikan kita sebagai manusia berkualitas.
Tujuan hidup pula yang memberikan panduan dan kerangka berpikir untuk
mengambil keputusan–keputusan penting dalam hidup kita. Menurut aristoteles
tujuan terakhir manusia adalah meraih kebahagiaan. Hill, (2010) juga bependapat
bahwa memiliki tujuan hidup memberikan satu landasan dan arah bagi kehidupan,
dan menyebabkan meningkatnya kebahagiaan.
Banyak penelitian sebelumnya yang memaparkan gambaran-gambaran tentang
tujuan hidup pada remaja yang diukur dengan (PIL test) Purpose In life Test antara
lain:
Menurut penelitian Nandy, Ghosh, Adhikari, (2012) hilangnya makna hidup
biasanya tercermin melalui rendah skor PIL test. Pada penelitian ini telah
menunjukkan hubungan yang kuat antara tujuan hidup yang rendah atau makna skor
hidup dan perilaku menyimpang seperti gangguan kejiwaan, kenakalan, kecanduan
narkoba dan alkohol.
Hasil penilitian yang dilakukan oleh Halama, (2009) di Slovakia Usia berkisar 18-31,
55 laki-laki, 113 perempuan, Hasil analisis menunjukkan 15 item (berkaitan dengan
kematian) sangat rendah dikoreksi korelasi item-total dan tidak memberikan
kontribusi untuk konsistensi diri. Fakta ini mungkin disebabkan oleh usia peserta
dalam penelitian ini, dengan orang-orang muda, remaja akhir merasa mungkin tidak
siap untuk mati meskipun mereka mengalami makna dalam hidup mereka.
4
Hasil penelitian yang dilakukan Molasso, (2006) yang mengeksplorasi dari 354
mahasiswi perguruan tinggi dirancang untuk menentukan apakah ada hubungan
antara aktivitas siswa di kampus perguruan tinggi dan tujuan hidupnya, dengan
menggunakan model yang didasarkan pada psikolog Viktor Frankl, penelitian telah
menunjukkan bahwa memiliki rasa tujuan hidup atau makna dalam hidup adalah
prediktor kuat dan konsisten kesejahteraan psikologis.
Penilitian yang dilakukan Winanda, (2013) dari 50 subjek rentang usia adalah remaja
(10-21 tahun) laki-laki dan perempuan yang telah putus sekolah. Menunjukan
terdapat skor tinggi pada aspek “tujuan hidup” yakni 40 subjek dan memiliki skor
rendah di aspek “kepantasan hidup” berjumlah 33. Dan ditinjau dari pendidikan
terakhir (SD , SMP) yang ditempuh terdapat perbedaan tujuan hidup. Kemudian
ditinjau dari rentang usia, remaja akhir memiliki tujuan hidup yang tinggi dari pada
remaja awal.
Melihat hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya, banyak gambaran tentang
kebermaknaan hidup dan tujuan hidup pada remaja. Dengan pembahasan yang jelas
seperti diatas, penelitian ini bertujuan ingin mengetahui gambaran tentang tujuan
hidup (purpose in life) khususnya bagi remaja pelaku kenakalan di Tulungagung.
Manfaat yang diperoleh dari penelitian tersebut mempunyai dua manfaat: Manfaat
praktis yang hasil penelitianya diharapkan bisa memberi masukan dan dorongan
untuk meraih tujuan hidup bagi remaja pelaku kenakalan di Kabupaten Tulungagung.
Manfaat teoritis yaitu hasil ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan
khususnya bidang Psikologi yang berkaitan dengan pencarian tujuan hidup remaja
pelaku kenakalan.
Tujuan Hidup
Tujuan hidup adalah aspek terpenting dalam makna hidup atau bisa disebut juga
aspek yang membangun kebermaknaan hidup. Makna hidup adalah suatu yang luas
dan dimana tujuan hidup ada didalamnya. Sebenarnya makna dan tujuan hidup bisa
dibedakan artianya, makna hidup adalah pandangan manusia untuk memaknai
hidupnya secara luas dan bersifat subjektif. Kemudian tujuan hidup bersifat lebih
objektif dan lebih kongkrit. Jadi bisa dibedakan apa arti makna hidup dan tujuan
hidup akan tetapi makna dan tujuan hidup itu memang sangat erat sekali kaitanya.
Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta
memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam
kehidupan (the purpose in life). Tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan
dipenuhi. Mengingat antara makna hidup dan tujuan hidup tidak dapat dipisahkan.
Makna hidup bermula dari sebuah visi kehidupan, harapan dan tujuan hidup
merupakan alasan kenapa individu harus tetap hidup (Bastaman, 2007).
Menurut Crumbaugh & Maholick dalam (Koeswara, 1987) menciptakan (PIL
Test)The Purpose in Life Test berdasar pandanganFrankl tentang pengalaman dalam
menemukan makna hidup, yang dapat dipakai untuk mengukur seberapa tinggi
5
makna hidup seseorang. Aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur tinggirendahnya makna hidup tersebut, antara lain :
1. Tujuan hidup, yaitu sesuatu yang menjadi pilihan, memberi nilai khusus serta
dijadikan tujuandalam hidupnya.
2. Kepuasan hidup, yaitu penilaian seseorang terhadap hidupnya, sejauhmana ia
bisa menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup dan aktivitas-aktivitas
yang dijalaninya.
3. Kebebasan, yaitu perasaan mampu mengendalikan kebebasan hidupnya secara
bertanggung jawab.
4. Sikap terhadap kematian, yaitu bagaimana seseorang berpandangan dan
kesiapannya menghadapi kematian. Orang yang memiliki makna hidup akan
membekali diri dengan berbuat kebaikan, sehingga dalam memandang kematian
akan merasa siap untuk menghadapinya.
5. Pikiran tentang bunuh diri, yaitu bagaimana pemikiran seseorang tentang
masalah bunuh diri. Bagi orang yang mempunyai makna hidup akan berusaha
menghindari keinginan untuk melakukan bunuh diri atau bahkan tidak pernah
memikirkannya.
6. Kepantasan hidup, pandangan seseorang tentang hidupnya, apakah ia merasa
bahwa sesuatu yang dialaminya pantas atau tidak.
Menurut Bastaman (2005) faktor-faktor untuk menemukan kebermaknaan hidup atau
yang disebut “Panca Cara Temukan Makna” yaitu :
1. Pemahaman pribadi, dengan mengenali kelebihan-kelebihan dan kelemahankelemahan diri secara objektif, baik yang potensial maupun yang sudah
teraktualisasi.
2. Bertindak positif, dengan cara membiasakan diri melakukan tindakan-tindakan
yang baik dan bermanfaatsehingga akan memberikan dampak positif pula
terhadap perkembangan pribadi dan kehidupan sosial.
3. Pengakraban hubungan, dengan membina hubungan yang akrab dengan orang
lain sehingga dihayati sebagai hubungan yang dekat, mendalam, saling percaya
dan saling memahami.
4. Nilai-nilai kreatif, bekerja dan berkarya serta melaksanakkan tugas dengan
keterlibatan dan tanggung jawab penuh pada pekerjaan. Intinya cara menemukan
makna hidup bukan dari pekerjaanya, melainkan sikap dan cara kerja yang
mencerminkan keterlibatan pribadi pada pekerjaan.
5. Nilai-nilai penghayatan, dengan cara mencoba memahami, meyakini dan
menghayati berbagai nilai yang ada dalam kehidupan, seperti kebenaran,
keindahan, kasih sayang, kebajikan dan keimanan.
6. Nilai-nilai bersikap, dengan cara bersikap iklas dan tawakal jika dihadapkan
dengan suatu masalah atau keadaan buruk yang tidak dapat dihindari.
7. Ibadah, dengan cara melaksanakan perintah tuhan dan mencegah diri dari
melakukan hal-hal yang dilarang –nya menurut ketentuan agama.
Menurut Frankl dalam Bastaman (2005) ciri ciri orang yang menghayati hidupnya
bermakna menunjukan kehidupan yang penuh semangat, optimis, tujuan hidup jelas,
kegiatan lebih terarah dan lebih disadari, mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan, luwes dalam bergaul tetapi tidak kehilangan identitas diri, tabah apabila
6
dihadapkan pada suatu penderitaan dan menyadari bahwa ada
penderitaan serta mencintai dan menerima cinta.
hikmah di balik
Karakteristik Makna Hidup menurut Frankl (Bastaman, 1996) ada beberapa
karakteristik dari makna hidup, yaitu:
1. Sifatnya unik dan personal artinya apa yang dianggap bermakna dan penting bagi
individu belum tentu menjadi sesuatu yang bermakna dan penting bagi individu
lain.
2. Makna hidup sifatnya konkrit dan spesifik maksudnya, dapat dapat ditemukan
dalam pengalaman dan kehidupan nyata sehari-hari. Tidak selalu dalam
renungan-renungan filosofis.
3. Makna hidup bersifat memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan
yang dilakukan sehingga makna hidup seakan-akan menantang (chalenging) dan
mengundang (inviting) individu untuk memenuhinya.
Kemudian menurut Crumbaugh & Maholick (Koeswara, 1987) yang dimana tokoh
yang menciptakan (PIL) testpurpose in lifetest, mengatakan kekurangan makna hidup
bisa menjadi sebab maupun akibat kondisi depresi, baik dari kekurangan makna
maupun kondisi depresi yang bisa ditimbulkan oleh penyebab-penyebab lain.
Makna hidup harus dicari dan ditemukan, ketidak berhasilan menemukan makna
hidup akan juga berdampak pada diri individu. Menurut Frankl (Bastaman, 2005)
menjelaskan bahwa hidup tidak bermakna bukanlah suatu penyakit, melainkan
semacam kondisi kehidupan manusia yang dapat menjelmakan gangguan, antara
lain:
1. Neurosis, di tandai dengan gejala bosan, hampa, putus asa, kehilangan minat dan
inisiatif, kehilangan arti dan tujuan hidup, gairah kerja menurun.
2. Sikap Totaliter ditandai dengan senantiasa berbuat sesuatu karena orang-orang
lain mengharapkannya berbuat seperti itu dan mereka bersedia menaatinya.
3. Gaya hidup konformitas, ditandai oleh perbuatan yang semata-mata karena orang
lain melakukannya, mudah sekali terbawa arus situasi.
Remaja Pelaku Kenakalan
Masa remaja tidak hanya menyangkut perubahan tubuh, namun juga mencakup
perubahan psikologis (mengenai pengembangan kepribadian, pencarian identitas diri,
nilai-nilai pribadi, komitmen, harapan, dan keinginan). Remaja merupakan masa
peralihan antara masa awal anak dan masa awal dewasa yang berjalan antara umur
11 tahun sampai 21 tahun. Pada masa remaja memang masa dimana seseorang bisa
berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak.
Menurut pendapat Monks, ( 2006) rentang waktu usia remaja, yaitu :
1. Remaja awal (12-15 tahun)
2. Remaja pertengahan (15-18 tahun)
3. Remaja akhir (18-21 tahun)
Menurut WHO (Sarwono, 2013) remaja awal (10-14 tahun) dan remaja akhir (15-20
tahun)
7
Kenakalan remaja merupakan keadaan dimana seorang remaja melakukan
penyimpangan perilaku hingga melanggar hukum yang ada, baik hukum masyarakat
dan hukum Negara. Dari sikap atau perilaku yang menyimpang tentunya ada faktor
yang menyebabkan atas perilaku tersebut, Penyebab kenakalan menurut remaja
(Santrock, 2011) antara lain; identitas negatif, kontrol diri rendah, usia , jenis
kelamin, harapan yang rendah, niai nilai rendah, pengawasan rendah dari orang tua,
dukungan yang rendah dari orang tua, penerapan disiplin tidak efektif, pengaruh
buruk dari teman sebaya, status sosial ekonomi rendah, pengaruh kualitas lingkungan
dan tempat tinggal yang buruk.
Adanya kenakalan remaja, tentunya juga yang mendasari prilaku menyimpangnya,
Turner dan Helms (1987) berpendapat bahwa faktor-faktor terjadinya kenakalan
remaja, antara lain: (1) kondisi keluarga yang berantakan (broken home). (2)
kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua. (3) status sosial ekonomi orang
tua rendah. (4) penerapan kondisi keluarga yang tidak tepat. Kemudian juga menurut
pendapat Alboukordi, Nazari, Nouri, Sangdeh, (2012) bahwa tekanan dalam struktur
keluarga dan afiliasi dengan rekan-rekanmemiliki peran penting dalam fenomena
kenakalan.
Remaja pelaku kenakalan merupakan remaja yang cacat dimata sosial, mereka
melakukan kenakalan seolah mereka melakukan perilaku perilaku yang biasa saja,
sementara masyarakat lingkunganya menganggap perilaku tersebut adalah prilaku
penyimpangan, karena sudah melawan dengan norma yang ada, seringkali remaja
tidak memikirkan dampak personal dari perilaku menyimpang mereka sendiri,
adapun dampak yang ada antara lain:
1. Menjadi pribadi dan mempunyai akhlak yang buruk yang sulit di ubah karena
menjadi kebiasaan.
2. Dikucilkan oleh banyak orang hingga kehadirannya tidak diharapkan lagi pada
orang - orang sekitar.
3. Merasa terasingkan hingga merasa sedih dan menjadikan orang yang pembenci
disekitar lingkungan mereka.
4. Keluarga harus menanggung malu akan perilaku menyimpang tersebut.
5. Tidak menutup kemungkinan terjangkit penyakit akibat pergaulan yang bebas.
6. Masa depannya hancur berantakan tanpa ada waktu untuk memperbaiki
7. Kriminalitas bisa menjadi salah satu akibat dari kenakalan
Bagiamana tujuan hidup remaja pelaku kenakalan di Indonesia sendiri tampaknya
masih sangat terbatas penelitiannya. Oleh karena itu, menjadi sebuah alasan pula untuk
mengadakan penelitian ini. Selanjutnya, atas pertimbangan kelengkapan definisi dan
keluasan cakupan, penelitian ini menggunakan aspek-aspek dari tujuan hidup.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Rancangan penilitian menggunakan analisis kuantitatif diskriptif, yaitu penelitian
yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan
8
metode statistika dan dengan menggambarkan mengenai kekhususan suatu objek dari
hasil survey penelitian. Jenis data yang digunakan adalah data interval. Jenis data
interval adalah data yang mempunyai ruas atau interval, atau jarak yang berdekatan
dan sama. Jarak itu berpedoman pada ukuran tertentu misalnya nilai rata-rata (mean),
bilangan kelipatan atau nilai lainnya yang disepakati. (Sugiyono, 2014).
Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah variable tunggal. Adapun yang
menjadi variable adalah tujuan hidup remaja pelaku kenakalan.
Subjek Penelitian
Karakteristik subjek penilitian ini adalah remaja yang berusia 16-21. Remaja yang
melakukakan penyimpangan perilaku yang melewati norma-norma masyarakat atau
yang sudah melanggar aturan hukum yang telah ada hingga disebut remaja nakal.
Dalam penelitian ini jumlah subjek adalah tak terhingga, dikatakan tak terhingga
karena tidak pasti jumlahnya maka peneliti tidak mungkin melakukan sensus
terhadapnya, karena itu harus dilakukan sampling. Adapun pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Nonprobability Sampling yaitu dengan teknik
sampling Kuota. Sampling Kuotayaitu teknik menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono,
2014).
Peneliti menentukan subjek dengan menggunakan screening tentang remaja pelaku
kenakalan, hingga mendapatkan subjek yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu
remaja yang pernah melakukan kenakalan. Sedangkan penentuan jumlah sampel
dalam penelitian ini menurut Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan 5% adalah
349 subjek (Sugiyono, 2014).
Variabel dan Instrumen Penelitian
Untuk mengetahui remaja melakukan tindakan kenakalan maka peneliti
mengidentifikasi, peneliti menggunakan screening remaja pelaku kenakalan, yang
berisikan dengan perilaku-perilaku kenakalan yang dilakukan remaja dan
mengkategorikan dengan tingkat kenakalan remaja pelaku kenakalan tersebut.
Screening ini berisikan tentang satu pernyataan dengan beberapa pilihan jawaban
berdasarkan kategori masalah untuk mengidentifikasi permasalahan subjek dan
terdapat beberapa pilihan pernyataan netral. Subjek diminta untuk memberikan tanda
silang (X) pada pilihan jawaban yang dianggap pernah dialami dan dilakukkan
subjek. Skoring dilakukan dengan mengambil pilihan jawaban atas pernyataan
tersebut. Contoh : pilihan atas pernyataan tersebut adalah membolos (ringan) dan
berkelahi dengan memakai senjata tajam (kenakalan berat), dimasukan pada kategori
berat saja (berkelahi dengan memakai senjata tajam).
9
Tabel 1. Kategori Kenakalan Remaja
Kategori
Ringan
Sedang
Tinggi
Indikator
Merugikan diri sendiri
Bentuk perilaku
mengumpat bahkan berkata kotor, suka
keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah
tanpa pamit
Merugikan orang lain
merokok, mencontek, menghina guru,
mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil
barang orang tua tanpa izin.
Menimbulkan korban secara berkelahi, mencuri, mengkonsumsi alkohol,
fisik
penyalah gunaan narkotika, berkelahi dengan
senjata tajam dan senjata api, seks bebas,
pemerkosaan dan lain-lain
Variable dalam penelitian ini adalah variable tunggal yaitu tujuan hidup remaja
pelaku kenakalan. Tentunya makna hidup dan tujuan hidup sangat erat sekali
kaitannya. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga
serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam
kehidupan. Tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi, yang bisa di
ungkap dengan menggunakan skala tujuan hidup.
Skala Purpose in life terdiri dari 6 aspek yang dikemukakan oleh Menurut
Crumbaugh & Maholick dalam (Koeswara, 1987)menciptakan The Purpose in Life
Test(PIL) Test.Berdasar pandanganFrankl tentang pengalaman dalam menemukan
makna hidup, yang dapat dipakai untuk mengukur seberapa tinggi makna hidup
seseorang, yaitu : Tujuan hidup,Kepuasan hidup,Kebebasan,Sikap terhadap
kematian, Pikiran tentang bunuh diri,Kepantasan hidup.
Instrument penelitian ini adalah PIL test.Alat tes ini berupa skala sikap (attitude
scale) yang khusus dirancang untuk mengungkap respon-respon yang diyakini
berkaitan dengan berapa tinggi individu yang mengalami hidupnya bermakna atau
bermaksud.PIL dirancang sehingga masing masing itemnya menjadi skala dalam
skala. Skala dalam peneleitian ini adalah skala semantic defferensial. Skala yang juga
digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun
check list, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawabanya “sangat positif”
terletak pada bagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak dalam
bagian kiri garis, atau sebaliknya. (Sugiyono, 2014).
Skala ini mirip dengan skala likert, tetapi kutub-kutubnya atau ujung-ujungnya
kuantitatif (quantitative extremes) masing-masing item PIL test ditetapkan oleh
kalimat-kalimat kualitatif (sangat jemu-sangat bersemangat) yang dipandang identik
dengan ujung-ujung kuantitatif sikap. (Koeswara, 1987).
Skala ini terdiri 20 item (1 tujuan = rendah untuk 7 = tujuan yang tinggi). Pilihan
respon memperpanjang dari satu perasaan yang ekstrim semacam kebalikannya
perasaan.Misalnya, angka 1 meminta siswa untuk menilai respon mereka sebagai
"Saya biasanya. . . "Dengan 1 = bosan, 4 = netral, dan 7 = antusias. Skor bagi
10
masing masing subjek dihitung dengan menjumlahkan nilai yang diperoleh dari
setiap item. Skor dapat berkisar antara 20 sampai 140.
Contoh item :
Saya biasanya :
1
Bosan
2
3
4
Netral
5
6
7
Atusias
Pada PIL tes, dengan menggunakan tingkat kesalahan penelitian sebesar 5% atau
α=0,05 dan jumlah sample sebanyak 349 sample maka r tabelnya 0,113 sedangkan
indeks validitasnya bergerak antara 0,163 - 0,637. Kemudian Reliabilitasnya dengan
menggunakan Cronbach alpha yaitu 0,696. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
instrument tujuan hidup yang dipakai dalam penelitian ini reliabel jika dibandingkan
dengan syarat crobanch alpha yaitu 0,6 atau 60% (Sugiyono, 2014). Pada penelitian
ini menggunakan try out terpakai sehingga data hanya diambil satu kali saja.
Prosedur dan Analisa Data
Prosedur penelitian diawali dengan menyusun screening pelaku kenakalan remaja
dibuat berdasarkan kategori masalah pada remaja pelaku kenakalan. Setelah itu
peneliti memilih daerah tersebut karena (1) peneliti dapat menghemat waktu dan
biaya (2) mudah untuk medapatkan data yang diperlukan (3) tersedianya sampel
secara mudah didapat untuk penelitian ini. Kemudian menyusun instrument
penelitian berupa skala PIL test, yang disusun dari teori Crumbaugh & Maholick
dalam (Koeswara, 1987) untuk membuat skala tujuan hidup. Kemudian pada tahap
pra lapangan peneliti menyusun rancangan dan usulan penelitian yang berisikan latar
belakang, kajian pustaka, rancangan pengumpulan data, dan rancangan prosedur
analisa data. Selanjutnya dilakukan penyebaran angket dan skala untuk try outdi
Kabupaten Tulungagung dan peneliti juga memberikan instruksi kepada subjek
dengan bahasa yang mudah dimengerti sekaligus memberikan kuisioner dan skala
tersebut. Peneliti menggunakan metode try out terpakai, dimana skala hanya
disebarkan satu kali kemudian dilakukan uji validitas, reliabilitas, dan analisa.
Screening remaja pelaku kenakalan dan PIL ini dilakukan selama bulan Mei - Juni
2015 (SMA 1 PGRI Tulungagung, SMA 4 PGRI Tulungagung, SMAN 1 Kauman
Tulungagung).Dengan menyebar screening dan skala tanggal 29 mei – 9 juni dengan
jumlah total skala yang disebar sebanyak 380 skala, kemudian berhasil kembali
dengan 360 skala dan 349 skala yang bisa dianalisis
Metode analisa yang digunakan adalah skala sikap (attitude scale) yaitu untuk
mengetahui kategori subjek memiliki tujuan hidup tinggi atau rendah, untuk
mempermudah dalam memberikan informasi mengenai data yang didapat. Jika
setelah memperoleh data dari hasil skala, maka dimasukan ke dalam rumus T-skor
untuk mengetahui tinggi rendahnya tujuan hidup remaja pelaku kenakalan. kemudian
peneliti membuat kesimpulan dari analisa data yang telah didapatkan.
11
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dengan populasi remaja di
Kabupaten Tulungagung yang tak terhingga peneliti mengambil sampel dari
beberapa sekolah di Tulungagung diantaranya adalah : SMA swasta dan SMA Negeri
di Tulungagung, dimana meneliti tentang tujuan hidup remaja pelaku kenakalan di
Kabupaten Tulungagung mendapatkan identitas subjek sebagai berikut :
Tabel 2.Identifikasi subjek
Kategori
Indikator
Jumlah
Jenis Kelamin
216
Remaja
umur 19-21
tahun
232
54
Jumlah
%
62
349
66
349
162
46
349
Swasta 2
12
107
Negeri
31
200
5
7
349
Tidak
5
Rendah
86
%
PNS
Pernah
18
Kategori
Kenakalan
34
Swasta 1
42
Berhubungan
dengan Pihak
Berwajib
38
Wiraswasta
187
Asal Sekolah
Jumlah
Laki-Laki
Remaja umur
16-18 tahun
117
Pekerjaan Orang
Tua
%
Perempuan
133
Rentang Usia
Total
Respond
en
331
95
Sedang
25
212
349
Tinggi
61
51
14
349
Tabel 3. Perhitungan T-skor tujuan hidup remaja pelaku kenakalan secara
keseluruhan
Kategori
Frekuensi (n)
Prosentase
Tinggi
147
42%
Rendah
202
58%
Total
349
100%
Berdasarkan hasil pada tabel diatas menunjukan bahwa total skor tujuan hidup
remaja pelaku kenakalan 147 subjek memiliki skor yang tinggi atau sebesar 42%
12
telah memiliki tujuan hidup yang tinggi, sedangkan yang mempunyai tujuan hidup
yang rendah sejumlah 202 subjek atau sebesar 58 %.
Tabel 4. Perhitungan T-skor tujuan hidup remaja pelaku kenakalan
berdasarkan rentang usia remaja
Rentang Usia Remaja
Kategori
Remaja umur 16-18 tahun
Remaja umur 19-21 tahun
Frekuensi (n)
Prosentase
Frekuensi (n)
Prosentase
Tinggi
53
45%
94
41%
Rendah
64
55%
138
59%
Total
117
100%
232
100%
Total
Frekuensi
(n)
349
Melihat tabel diatas subjek dengan rentang usia remaja pertengahan 16-18
tahunmayoritas memiliki tujuan hidup rendah sebanyak 64 subjek atau 55 %
demikian pula dengan remaja berumur 19-21 tahun mayoritas memiliki tujuan hidup
rendah sebesar 138 subjek atau 59 %.
Tabel 5. Perhitungan T-skor tujuan hidup remaja pelaku kenakalan
berdasarkan jenis kelamin.
Jenis Kelamin
Perempuan
Kategori
Laki-Laki
Frekuensi (n)
Prosentase
Frekuensi (n)
Prosentase
Tinggi
64
48%
83
38%
Rendah
69
52%
133
62%
Total
133
100%
216
100%
Total
Frekuensi
(n)
349
Melihat dari tabel diatas ditemukan dalam kategori perempuan 69 subjek atau 52%
dari total jumlah kategori perempuan sebanyak 133 mempunyai tujuan hidup yang
rendah. Kemudian pada kategori laki-laki mendapatkan hasil 133 subjek atau 62%
dari total jumlah kategori laki-laki mempunyai tujuan hidup yang rendah.
Tabel 6. Perhitungan T-skor tujuan hidup remaja pelaku kenakalan
berdasarkan asal sekolah
Asal Sekolah
Kategori
Tinggi
Total
SMA Swasta 1
SMA Swasta 2
SMA Negeri
Frekuensi
Frekuensi
Frekuensi
Frekuensi
(n)
Prosentase
Prosentase
Prosentase
(n)
(n)
(n)
15
36%
47
44%
85
42%
Rendah
27
64%
60
56%
115
58%
Total
42
100%
107
100%
200
100%
349
13
Bila melihat hasil dari tabel diatas ditemukan tujuan hidup remaja pelaku kenakalan
berdasarkan asal sekolah, diperoleh hasil 27 subjek dengan prosentase 64% dari
sekolah SMA Swasta 1 memiliki tujuan hidup yang rendah, kemudian 60 subjek
dengan prosentase 56% dari sekolah SMA Swasta 2 memliki tujuan hidup yang
rendah dan dari SMA Negeri 115 subjek dengan prosentase 58% juga memiliki
tujuan hidup yang rendah.
Tabel 7. Perhitungan T-skor tujuan hidup remaja pelaku kenakalan
berdasarkan pekerjaan orang tua
Pekerjaan Orang Tua
Wiraswasta
Kategori
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Frekuensi (n)
Prosentase
Frekuensi (n)
Prosentase
Tinggi
79
42%
68
42%
Rendah
108
58%
94
58%
Total
187
100%
162
100%
Total
Frekuensi
(n)
349
Melihat table diatas tujuan hidup kategori pekerjaan orang tua yang bekerja sebagai
wiraswasta 108 subjek atau 58% dari jumlah total kategori pekerjaan orang tua yang
bekerja sebagai wiraswasta memiliki tujuan hidup yang rendah. Kemudian 94 subjek
dengan prosentase 58 % dari jumlah total kategori pekerjaan orang tua yang bekerja
sebagai PNS juga memiliki tujuan hidup yang rendah.
Tabel 8. Perhitungan T-skor tujuan hidup remaja pelaku kenakalan
berdasarkan pernah berurusan dengan pihak berwajib.
Kategori
Tinggi
Rendah
Total
Berurusan dengan Pihak Berwajib
Total Frekuensi
Pernah
Tidak Pernah
(n)
Frekuensi (n) Prosentase
Frekuensi (n)
Prosentase
5
28%
142
43%
13
72%
189
57%
349
18
100%
331
100%
Melihat tabel diatas tujuan hidup kategori yang pernah berurusan dengan pihak
berwajib 13 subjek atau 72% dari jumlah total kategori remaja yang pernah
berurusan dengan pihak berwajib memiliki tujuan hidup yang rendah. Kemudian 189
subjek dengan prosentase 57% dari jumlah total kategori remaja yang tidak pernah
berurusan dengan pihak berwajib juga memiliki tujuan hidup yang rendah.
DISKUSI
Jika melihat hasil penelitian secara keseluruhan menunjukan remaja pelaku
kenakalan memiliki tujuan hidup yang rendah, berarti di Kabupaten Tulungagung
bisa dikatakan remaja pelaku kenakalannya belum dapat menghayati kehidupan yang
bermakna.
14
Menurut Crumbaugh & Maholick (Koeswara, 1987), kekurangan tujuan hidup atau
kebermaknaan hidup yang rendah bisa menjadi sebab maupun akibat kondisi depresi,
baik dari kekurangan makna maupun kondisi depresi yang bisa ditimbulkan oleh
penyebab-penyebab lain. Depresi yang dialami individu sebagai contoh menunjuk
kepada situasi bila individu menghadapi makna yang melimpah, tetapi individu
tersebut tidak mampu mengarahkan dirinya kepada makna-makna tertentu yang
pasti, serta ketidakmampuan individu untuk menyesuaikan diri dan mengatasi
masalah-masalah personalnya secara efisien. Sementara itu, individu yang
kekurangan makna bisa mengalami depresi karena dia hanyut dalam arus
pengalaman yang tidak terorganisasi.
Maka dari itu, Crumbaugh merancang kuantifikasi konsep makna hidup berdasarkan
pandangan Frankl tentang pengalaman dalam menemukan makna hidup, yang terdiri
dari : tujuan hidup, kepuasan hidup, kebebasan berkehendak, sikap terhadap
kematian, pikiran tentang bunuh diri, dan kepantasan hidup.
Jika tujuan hidup ditinjau dari rentang usia remaja, ditemukan bahwa remaja
pertengahan (16-18 tahun) dan remaja akhir (19-21 tahun) memiliki tujuan hidup
yang rendah.Akan tetapi dilihat dari prosentasenya menunjukan bahwa remaja umur
16-18 tahun memiliki tujuan hidup yang tinggi sedangkan remaja umur 19-21 tahun
memiliki tujuan hidup yang rendah.Maka hasil dari penelitian ini dapat dijelaskan
bahwa remaja yang berumur 18-21 tahun belum bisamemaksimalkan kemampuan
berfikir secara abstrak melalui perkembangan kognitifnya.
Tujuan hidup ditinjau dari asal sekolah, ditemukan bahwa remaja pelaku kenakalan
yang bersekolah di SMA negeri maupun swasta menunjukan tujuan hidup yang
sama-sama rendah, akan tetapi dilihat dari prosentasenya SMA Swasta 2 memiliki
tujuan hidup yang tinggi, kemudian SMA Negeri memiliki tujuan hidup yang rendah
dan SMA Swasta 1 memiliki tujuan hidup yang paling rendah. Hal ini menunjukan
bahwa pendidikan dalam sekolah sangat membantu untuk menemukan tujuan
hidup.Karena pendidikan moral dan akhlak juga sangat berpengaruh terhadap remaja
untuk selalu berpikiran positif dan bertindak positif.Hasil penelitian King (2006)
menunjukkan bahwa suasana hati yang positif dapat mempengaruhi tujuan hidup.
Artinya ketika orang berpikir postif tentunya mengalami perasaan yang tenang dan
nyaman juga akan mempengaruhi perilaku-perilakunya, kemudian dari perilakunya
memungkinkan individu untuk menemukan makna dan tujuan hidup. Maka dapat
dijelaskan bahwa lingkungan sekitar, tingkatan pendidikan,aturan sekolah,
pendidikan yang diajarkan disekolah berperan penting untuk meraih kebermaknaan
hidup dan tujuan hidup.
Tujuan hidup ditinjau dari pekerjaan orang tua, ditemukanbahwa remaja yang orang
tuanya bekerja sebagai PNS dan wiraswasta memiliki tujuan hidup rendah.Kemudian
dilihat dari prosentase juga tidak ada perbedaan tujuan hidup.Karena jika dilihat dari
pekerjaan sebagai PNS melihat pekerjaannya yang terikat waktu dan diterjadwal
pastinya banyak mengorbankan waktu untuk anaknya, kemudian pekerjaan sebagai
wiraswasta, rata-rata pekerjaan orang tua subjek adalah buruh, petani, sopir,
pedagang dan lain-lain.Tentunya juga sangat menyita banyak waktu serta kurang
15
mempedulikan pendidikan, arahan serta bimbingan untuk subjek.Rendahnya tujuan
hidup ini juga tidak terlepas dari pola asuh orang tua, dimana pola asuh tipe permisif
(Hurlock,1978) yakni pola asuh orang tua yang didalamnya terdapat aspek-aspek
kontrol yang sangat longgar. Berdampak pada karakteristik anak menjadi kurang
bertanggung jawab, tidak mau mengalah, sering bolos, harga diri rendah dan sering
bermasalah dengan teman.Kemudian Mappiere (1982) mengatakan bahwa kebutuhan
yang paling terpenting bagi remaja adalah kebutuhan akan pengakuan, perhatian, dan
kasih sayang. Tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut akan meyebabkan hambatan
akan meraih kebermaknaan hidupnya.
Sedangkan tujuan hidup ditinjau dari jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan,
ditemukan hasil tujuan hidup yang sama-sama rendah.Akan tetapi dilihat dari
prosentase ditemukan bahwa perempuan memiliki tujuan hidup yang tinggi
sedangkan laki-laki mendapatkan hasil yang rendah.Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Beutel dan Marini (1995) yang menemukan bahwa
remaja perempuan lebih mungkin dibandingkan laki-laki untuk menunjukkan
pentingnya menemukan tujuan dan makna dalam hidup. Rendahnya tujuan hidup
initidak terlepas dari pengaruhlingkungan yang buruk, pengaruh teman sebaya yang
negatif, konsep diri, hingga aktifitas keseharian yang buruk menyebabkan rendahnya
tujuan hidup.
Jika tujuan hidup di tinjau dari pernah dan tidaknya subjek berurusan dengan pihak
berwajib pada remaja pelaku kenakalan, ditemukan bahwa tidak ada perbedaan
subjek yang pernah berurusan dengan pihak berwajib dan tidak pernah berurusan
dengan pihak berwajib, hasilnya memiliki tujuan hidup yang sama-sama rendahnya.
Akan tetapi jika dilihat dari prosentasenya menunjukan yang mendominasi pernah
berurusan dengan pihak berwajib adalah remaja dengan tujuan hidup yang rendah,
seperti membolos sekolah dan tertangkap satpol PP, tawuran antar sekolah atau
pelajar hingga berkelahi. Hal ini dikarenakan bahwa subjek belum bisa membiasakan
diri untuk berpikir positif, bertindak positif danbelum bisa menerapkan nilai-nilai
bersikap dengan baik yang mematuhi aturan Negara maupun aturan masyarakat,
tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain. Penelitian (Sayles, 1994), mendapatkan
hasil rendahnya tujuan hidup adalah remaja yang nakal dan antisosial. Kemudian
penelitian yang dilakukan (Waisberg & Porter, 1994) mendapatkan hasil remaja yang
sering mengkonsumsialkohol
menyebabkan individu tidak bisa memaknai
kehidupanya. Artinya penyimpangan perilaku atau kenakalan membuat rendah
makna dan tujuan hidup individu tersebut.
Francis dan Burton (1994), misalnya, menemukan bahwa tujuan yang dirasakan
dalam hidup cenderung meningkat dengan frekuensi kehadiran di tempat ibadah dan
berdoa. Artinya jika dalam suatu masalah ataupun dalam keadaan yang buruk
manusia masih bisa menemukan tujuan dan makna hidup dengan cara bisa berpikir
positif bahwa ada hikmah dibalik buruknya keadaan dengan cara mendekatkan diri
kepada tuhan atau bersikap religius, hingga bisa berpikir postif hingga bisa
menyikapi masalah dan mengambil keputusan dengan baik.
16
Dengan kebermaknaan hidup, remaja pelaku kenakalan diasumsikan dapat
mengambil sikap yang tepat sehingga pengalaman-pengalaman tragis itu dapat
berkurang, bahkan dapat menimbulkan makna yang lebih berarti. Dari peristiwa
tersebut dapat mengalir berkah dan pelajaran berharga yang justru membantu proses
kematangan dan memberi sumbangan bagi kebaikan di masa mendatang.
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahw
SKRIPSI
DHIMAS GOBANG PUJANGGA
09810104
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
TUJUAN HIDUP REMAJA PELAKU KENAKALAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai Salah Satu
Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
DHIMAS GOBANG PUJANGGA
09810104
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
TUJUAN HIDUP REMAJA PELAKU KENAKALAN
Yang disiapkan dan disusun oleh:
Nama
: Dhimas Gobang Pujangga
Nim
: 09810104
Fakultas
: Psikologi
Perguruan Tinggi
: Universitas Muhammadiyah Malang
Waktu Penelitian
: 29 Mei – 9 Juni 2015
Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 28 Agustus 2015.
Dewan Penguji:
Ketua penguji
: Hudaniah, S. Psi., M. Si.
(
)
(
)
Susanti Prasetyaningrum, M.Psi
(
)
Istiqomah, S.Psi., M.Si
(
)
Anggota penguji : Tri Muji Ingarianti, M. Psi.
Pembimbing I
Hudaniah, S. Psi., M. Si.
Pembimbing II
Tri Muji Ingarianti, M. Psi.
Malang, 12 Agustus 2015
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi
Dra. Tri Dayakisni, M. Si.
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Dhimas Gobang Pujangga
Nim
: 09810104
Fakultas / Jurusan
: Psikologi
PerguruanTinggi
: Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan bahwa skripsi / karya ilmiah yang berjudul :
“ Tujuan Hidup Remaja Pelaku Kenakalan “
Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam
bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.
Hasil skripsi / karya ilmiah dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak bebas
royalty noneksekutif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan
undang-undang yang berlaku.
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si.
Malang, 12 Agustus 2015
Yang Menyatakan,
Dhimas Gobang Pujangga
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
Judul ”Tujuan Hidup Remaja Pelaku Kenakalan “ sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan arahan serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Maka dari
itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar
– besarnya kepada :
1. Dra. Tri Dayakisni, M. Si. Selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Hudaniah, S.Psi, M.Si selaku sebagai Pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan
yang sangat berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
3. Tri Muji Ingarianti, M.Psi selaku Pembimbing II yang juga telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat
bermanfaat bagi skripsi ini.
4. Siti Suminarti Fasikhah, Dra. M.Si dan Adhyatman Prabowo, S.Psi., M.Psi
selaku dosen wali yang selalu memotivasi dan memberi pengarahan sejak awal
perkuliahan hingga selesainya skripsi ini serta dosen–dosen Fakultas Psikologi
yang telah membimbing dan memberi ilmu.
5. Pihak–pihak sekolah terkait yang telah membantu penulis menyebar skala kepada
murid – murid nya untuk pelaksanaan pengumpulan data.
6. Bapak, Ibu dan Kakakku yang tak pernah henti memberikan dukungan, doa dan
kasih sayang sehingga penulis memiliki motivasi dalam menyelesaikan skripsi
ini.
7. Teman–teman kost Pondok Harapan Indah blok H no 178 yang selalu memberi
semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi.
8. Winda Ayu Bestari, Bifi Abdul Malik dan Diny Norahmasari yang membantu
penulis untuk menyelesaikan proses skripsi ini serta memberikan dukungan
penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman–teman angkatan 2009 khususnya kelas B yang selalu memberikan
semangat sehingga penulis lebih termotivasi untuk menyelesaiakan skrispsi ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak
memberikan bantuan dan dukungan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
v
Penulis menyadari masih ada kurangnya pada karya tulis yang berupa skripsi
ini, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis
harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi khususnya dan pembaca pada umumnya.
Malang, 12 Agustus 2015
Penulis
Dhimas Gobang Pujangga
vi
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ........................................................................................
i
Halaman Judul............................................................................................
ii
Lembar Pengesahan....................................................................................
iii
Surat Pernyataan.........................................................................................
iv
Kata Pengantar ...........................................................................................
v
Daftar Isi ....................................................................................................
vii
Daftar Tabel ...............................................................................................
viii
Daftar Lampiran .........................................................................................
ix
Abstrak.......................................................................................................
1
Pendahuluan ...............................................................................................
2
Landasan teori ............................................................................................
5
Metode Penelitian.......................................................................................
8
Hasil Penelitian ..........................................................................................
12
Diskusi .......................................................................................................
14
Simpulan dan Implikasi ..............................................................................
17
Daftar Pustaka ............................................................................................
18
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kategori Kenakalan Remaja ..........................................................
10
Tabel 2. Identifikasi Subjek ........................................................................
12
Tabel 3. Perhitungan T-score tujuan hidup secara keseluruhan ....................
12
Tabel 4. Perhitungan T- score tujuan hidup remaja pelaku kenakalan
berdasarkan rentang usia remaja ...................................................
13
Tabel 5. Perhitungan T-score tujuan hidup remaja pelaku kenakalan
berdasarkan jenis kelamin .............................................................
13
Tabel 6. Perhitungan T- score tujuan hidup remaja pelaku kenakalan
berdasarkan asal sekolah................................................................
13
Tabel 7. Perhitungan T- score tujuan hidup remaja pelaku kenakalan
berdasarkan pekerjaan orang tua ....................................................
14
Tabel 8. Perhitungan T-score tujuan hidup remaja pelaku kenakalan
berdasarkan pernah berurusan dengan pihak berwajib....................
14
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Skrining Remaja ........................................................................................
21
Skala .........................................................................................................
24
Blueprint skala ..........................................................................................
28
Data rekapitulasi.........................................................................................
29
Validitas skala ...........................................................................................
51
Reliabilitas skala .......................................................................................
52
Analisis data ...............................................................................................
53
Surat Keterangan Penelitian........................................................................
61
ix
TUJUAN HIDUP REMAJA PELAKU KENAKALAN
Dhimas Gobang Pujangga
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
[email protected]
Kenakalan remaja semakin memprihatinkan dari waktu ke waktu. Hal
ini dapat terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap tujuan hidup.
Tujuan hidup adalah sesuatu yang menjadi pilihan memberi nilai
khusus, serta dijadikan tujuan dalam hidup remaja. Tujuan hidup
mempunyai peranan yang sangat penting untuk mendapatkan
kebermaknaan hidup.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
tentang gambaran-gambaran tujuan hidup remaja pelaku kenakalan.
Metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data
menggunakan screening kategori kenakalan remaja dan skala yang
telah distandarisasikan yaitu PIL (Purpose in Life) Test. Subjek yang
digunakan adalah remaja yang berumur 16-21 tahun. Hasil penelitian
diperoleh dari 349 subjek yang telah di teliti menunjukan bahwa 202
subjek memiliki tujuan hidup yang rendah dan 147 subjek memiliki
tujuan hidup yang tinggi.
Kata Kunci : Tujuan Hidup, Remaja Pelaku Kenakalan.
Juvenile delinquency has become increasingly serious over time. This
can occur because of a lack of understanding of the purpose of life. The
purpose of life is something that is a choice to give a special value as
well as a goal in life. The purpose of life has a very important role to
get the meaningfulness of life. The purpose of this research is to know
about the images of life goals delinquency juvenile offenders. The
method used is the method of data collection using screening categories
of juvenile delinquency and scale standardized tests that PIL (Purpose
In Life) Test. Subjects used were adolescents aged 16-21 years. The
results were obtained from 349 subjects who have researched showed
that 202 subjects had lower life goals and 147 subjects had a higher
purpose in life.
Keyword: Purpose In Life, juvenile delinquency
1
Kenakalan pada anak merupakan sebuah perilaku yang sering kali di keluhkan oleh
orang tua ataupun keluarga. Anak dikatakan nakal ketika ia melakukan suatu
perilaku yang melanggar dari norma aturan yang berlaku dalam suatu lingkungan.
Masa remaja tidak hanya menyangkut perubahan tubuh, namun juga mencakup
perubahan psikologis (mengenai pengembangan kepribadian, pencarian identitas diri,
nilai-nilai pribadi, komitmen, harapan, dan keinginan). Remaja merupakan masa
peralihan antara masa awal anak dan masa awal dewasa yang berjalan antara umur
11 tahun sampai 22 tahun. Pada masa remaja memang masa dimana seseorang bisa
berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak.
Kenakalan remaja saat ini memang sangat perlu untuk diperhatikan secara khusus
bagi orang tua. Banyak kasus-kasus remaja yang terjadi dari kenakalan remaja ringan
hingga kenakalan remaja yang tinggi. Sehingga berdampak merugikan pada dirinya
sendiri.
Kenakalan tentunya bisa saja dihindari jika remaja sendiri mempunyai tujuan dalam
hidupnya hingga berfikiran memaknai hidup secara tinggi, sehingga terjadi dorongan
keinginan untuk merubah diri menjadi lebih baik dan menjadikan kondisi yang
nyaman hingga remaja tersebut tidak melakukan prilaku yang menyimpang hingga
disebut kenakalan remaja.
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007) menunjukkan jumlah
remaja di Indonesia mencapai 30 % dari jumlah penduduk, jadi sekitar 1,2 juta jiwa.
Hal ini tentunya dapat menjadi asset bangsa jika remaja dapat menunjukkan potensi
diri yang positif namun sebaliknya akan menjadi petaka jika remaja tersebut
menunjukkan perilaku yang negatif bahkan sampai terlibat dalam kenakalan
remaja.(Bkkbn.go.id, 2011).
Akan tetapi fakta yang ada dalam kenyataanya seperti dikutip dari beberapa media
pemberitaan dari tahun ke tahun yakni:
Tulungagung,-186 pelajar di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, disinyalir pernah
menjalin hubungan seks bebas sebelum pernikahan. Perilaku terkuak dari hasil
temuan Lembaga Peduli Anak (LPA) Tulungagung. Dari total responden 19.279
siswa, terungkap, sebanyak 186 siswa di daerah tersebut pernah melakukan
hubungan seks bebas pra nikah. Responden yang diambil LPA meliputi pelajar di
jenjang pendidikan tingkat SMP, MTs, SMA dan MA. "Kita akan sampaikan data
tentang anak sekolah yang pernah melakukan hubungan seks bebas ini kepada
Komisi Perlindungan Anak (KPA)," ujar Winny Isnaini, SSi, Direktur LPA
Tulungagung (News.detik.com, 2007).
Tulungagung,-Belum genap dua minggu kasus video perkelahian antara dua siswi
Sekolah Menengah Kejuruan SMK Tulungagung yang sempat gempar, kini dunia
pendidikan di Kabupaten Tulungagung digemparkan lagi tersebarnya video
perkelahian melalui HP, antara 3 siswi kelas 9 SMPN 2 Kedungwaru Tulungagung.
(Surabayapagi.com, 2011).
2
Tulungagung,-Satuan Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Tulungagung, Jawa
Timur, menggelar razia pelajar bolos di sejumlah warung kopi maupun kafe remangremang yang ada di sekitar wilayah kota setempat, Rabu. Kepala Satpol PP
Tulungagung Soeroto mengatakan, razia yang mereka gelar mulai pukul 10.00 WIB
hingga 13.00 WIB tersebut setidaknya berhasil menemukan tujuh pelajar bolos yang
semuanya masih mengenakan seragam sekolah. (Antarajatim.com, 2012).
Tulungagung,-Satuan Reserse Narkoba Polres Tulungagung, Jawa Timur, Minggu,
menangkap tiga pemuda, dua di antaranya masih di bawah umur, dalam sebuah
operasi penggerebekan sindikat pengedar narkoba jenis dobel-L (LL) di kalangan
pelajar setempat. Tiga pemuda yang tertangkap tangan mengedaran psikotropika itu
masing-masing berinisial IN (17), MRF (15), serta MBA (18). Remaja asal
Kecamatan Ngunut dan Kalidawir diringkus unit buru sergap Satreskoba Polres
Tulungagung saat melakukan transaksi dengan sejumlah remaja lain yang sengaja
diumpan sebagai pembeli. (Antarajatim.com, 2014).
Tulungagung,-angka kenakalan remaja semakin meningkat, dari perilaku
menyimpang sampai tindakan kriminalitas. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten
Tulungagung, Jawa Timur mengamankan sedikitnya lima pelajar SMP dan SMA
yang kedapatan pesta minuman keras (miras). Kelima remaja yang rata-rata masih di
bawah 17 tahun tersebut sempat diamankan di Kantor Satpol PP Tulungagung.
(Antarajatim.com, 2014).
Istilah kenakalan remaja (juvenil delinquency) mengacu pada suatu yang luas, dari
tingkah laku yang tidak bisa diterima secara sosial, pelanggaran status hingga
tindakan kriminal. Kenakalan remaja merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial
pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka
mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Kartono (1988 )
mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka
menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah
masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan
dan disebut “kenakalan”.
Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu membedakan adanya
perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja, diantaranya karena si
pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada. Sedangkan perilaku yang
menyimpang yang disengaja, bukan karena si pelaku tidak mengetahui aturan. Hal
yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut, adalah mengapa seseorang
melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang dilakukan melanggar aturan.
Becker dalam (Soekanto, 1988), mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk
mengasumsikan hanya mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk
berbuat demikian. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia pasti
mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu, tetapi mengapa pada
kebanyakan orang tidak menjadi kenyataan yang berwujud penyimpangan, sebab
orang dianggap normal biasanya dapat menahan diri dari dorongan-dorongan untuk
menyimpang.
3
Menurut bentuknya, Sunarwiyati dalam Sarwirini (2011) membagi kenakalan anak
dan remaja ke dalam tiga tingkatan: (1) Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka
keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit, (2) Kenakalan yang
menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM,
mengambil barang orang tua tanpa izin, (3) Kenakalan khusus seperti penyalah
gunaan narkotika, hubungan seks di luar nikah, pemerkosaan dan lain-lain.
Untuk melakukannya penyimpangan tersebut tentunya ada penyebabnya. Adapun
penyebab kenakalan remaja antara lain: identitas negatif, kontrol diri rendah, usia ,
jenis kelamin, harapan yang rendah, niai nilai rendah, pengawasan rendah dari orang
tua, dukungan yang rendah dari orang tua, penerapan disiplin tidak efektif, pengaruh
buruk dari teman sebaya, status sosial ekonomi rendah, pengaruh kualitas lingkungan
dan tempat tinggal yang buruk (Santrock, 2011).
Semua orang tentunya memiliki tujuan dalam hidupnya atau hal yang ingin kita capai
dalam hidup. Semakin cepat kita mengetahui apa yang kita capai dalam hidup kita,
akan semakin cepat pula kita memulai usaha untuk meraih tujuan tersebut. Oleh
karena itu, sangat penting kita mengetahui apa yang ingin kita capai dalam hidup kita
semenjak kita masih berusia remaja.
Bagi pelaku kenakalan remaja sangatlah penting memiliki tujuan hidup untuk
melanjutkan kehidupannya agar mereka tidak mengulang melakukan penyimpangan
prilakunya. Tujuan hidup sangat bermanfaat bagi kita secara personal, kita bisa
mengkonsep, merangkai pola pola hidup serta menata hidup kita untuk terus selalu
berkembang jauh lebih baik, hingga menjadikan kita sebagai manusia berkualitas.
Tujuan hidup pula yang memberikan panduan dan kerangka berpikir untuk
mengambil keputusan–keputusan penting dalam hidup kita. Menurut aristoteles
tujuan terakhir manusia adalah meraih kebahagiaan. Hill, (2010) juga bependapat
bahwa memiliki tujuan hidup memberikan satu landasan dan arah bagi kehidupan,
dan menyebabkan meningkatnya kebahagiaan.
Banyak penelitian sebelumnya yang memaparkan gambaran-gambaran tentang
tujuan hidup pada remaja yang diukur dengan (PIL test) Purpose In life Test antara
lain:
Menurut penelitian Nandy, Ghosh, Adhikari, (2012) hilangnya makna hidup
biasanya tercermin melalui rendah skor PIL test. Pada penelitian ini telah
menunjukkan hubungan yang kuat antara tujuan hidup yang rendah atau makna skor
hidup dan perilaku menyimpang seperti gangguan kejiwaan, kenakalan, kecanduan
narkoba dan alkohol.
Hasil penilitian yang dilakukan oleh Halama, (2009) di Slovakia Usia berkisar 18-31,
55 laki-laki, 113 perempuan, Hasil analisis menunjukkan 15 item (berkaitan dengan
kematian) sangat rendah dikoreksi korelasi item-total dan tidak memberikan
kontribusi untuk konsistensi diri. Fakta ini mungkin disebabkan oleh usia peserta
dalam penelitian ini, dengan orang-orang muda, remaja akhir merasa mungkin tidak
siap untuk mati meskipun mereka mengalami makna dalam hidup mereka.
4
Hasil penelitian yang dilakukan Molasso, (2006) yang mengeksplorasi dari 354
mahasiswi perguruan tinggi dirancang untuk menentukan apakah ada hubungan
antara aktivitas siswa di kampus perguruan tinggi dan tujuan hidupnya, dengan
menggunakan model yang didasarkan pada psikolog Viktor Frankl, penelitian telah
menunjukkan bahwa memiliki rasa tujuan hidup atau makna dalam hidup adalah
prediktor kuat dan konsisten kesejahteraan psikologis.
Penilitian yang dilakukan Winanda, (2013) dari 50 subjek rentang usia adalah remaja
(10-21 tahun) laki-laki dan perempuan yang telah putus sekolah. Menunjukan
terdapat skor tinggi pada aspek “tujuan hidup” yakni 40 subjek dan memiliki skor
rendah di aspek “kepantasan hidup” berjumlah 33. Dan ditinjau dari pendidikan
terakhir (SD , SMP) yang ditempuh terdapat perbedaan tujuan hidup. Kemudian
ditinjau dari rentang usia, remaja akhir memiliki tujuan hidup yang tinggi dari pada
remaja awal.
Melihat hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya, banyak gambaran tentang
kebermaknaan hidup dan tujuan hidup pada remaja. Dengan pembahasan yang jelas
seperti diatas, penelitian ini bertujuan ingin mengetahui gambaran tentang tujuan
hidup (purpose in life) khususnya bagi remaja pelaku kenakalan di Tulungagung.
Manfaat yang diperoleh dari penelitian tersebut mempunyai dua manfaat: Manfaat
praktis yang hasil penelitianya diharapkan bisa memberi masukan dan dorongan
untuk meraih tujuan hidup bagi remaja pelaku kenakalan di Kabupaten Tulungagung.
Manfaat teoritis yaitu hasil ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan
khususnya bidang Psikologi yang berkaitan dengan pencarian tujuan hidup remaja
pelaku kenakalan.
Tujuan Hidup
Tujuan hidup adalah aspek terpenting dalam makna hidup atau bisa disebut juga
aspek yang membangun kebermaknaan hidup. Makna hidup adalah suatu yang luas
dan dimana tujuan hidup ada didalamnya. Sebenarnya makna dan tujuan hidup bisa
dibedakan artianya, makna hidup adalah pandangan manusia untuk memaknai
hidupnya secara luas dan bersifat subjektif. Kemudian tujuan hidup bersifat lebih
objektif dan lebih kongkrit. Jadi bisa dibedakan apa arti makna hidup dan tujuan
hidup akan tetapi makna dan tujuan hidup itu memang sangat erat sekali kaitanya.
Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta
memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam
kehidupan (the purpose in life). Tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan
dipenuhi. Mengingat antara makna hidup dan tujuan hidup tidak dapat dipisahkan.
Makna hidup bermula dari sebuah visi kehidupan, harapan dan tujuan hidup
merupakan alasan kenapa individu harus tetap hidup (Bastaman, 2007).
Menurut Crumbaugh & Maholick dalam (Koeswara, 1987) menciptakan (PIL
Test)The Purpose in Life Test berdasar pandanganFrankl tentang pengalaman dalam
menemukan makna hidup, yang dapat dipakai untuk mengukur seberapa tinggi
5
makna hidup seseorang. Aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur tinggirendahnya makna hidup tersebut, antara lain :
1. Tujuan hidup, yaitu sesuatu yang menjadi pilihan, memberi nilai khusus serta
dijadikan tujuandalam hidupnya.
2. Kepuasan hidup, yaitu penilaian seseorang terhadap hidupnya, sejauhmana ia
bisa menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup dan aktivitas-aktivitas
yang dijalaninya.
3. Kebebasan, yaitu perasaan mampu mengendalikan kebebasan hidupnya secara
bertanggung jawab.
4. Sikap terhadap kematian, yaitu bagaimana seseorang berpandangan dan
kesiapannya menghadapi kematian. Orang yang memiliki makna hidup akan
membekali diri dengan berbuat kebaikan, sehingga dalam memandang kematian
akan merasa siap untuk menghadapinya.
5. Pikiran tentang bunuh diri, yaitu bagaimana pemikiran seseorang tentang
masalah bunuh diri. Bagi orang yang mempunyai makna hidup akan berusaha
menghindari keinginan untuk melakukan bunuh diri atau bahkan tidak pernah
memikirkannya.
6. Kepantasan hidup, pandangan seseorang tentang hidupnya, apakah ia merasa
bahwa sesuatu yang dialaminya pantas atau tidak.
Menurut Bastaman (2005) faktor-faktor untuk menemukan kebermaknaan hidup atau
yang disebut “Panca Cara Temukan Makna” yaitu :
1. Pemahaman pribadi, dengan mengenali kelebihan-kelebihan dan kelemahankelemahan diri secara objektif, baik yang potensial maupun yang sudah
teraktualisasi.
2. Bertindak positif, dengan cara membiasakan diri melakukan tindakan-tindakan
yang baik dan bermanfaatsehingga akan memberikan dampak positif pula
terhadap perkembangan pribadi dan kehidupan sosial.
3. Pengakraban hubungan, dengan membina hubungan yang akrab dengan orang
lain sehingga dihayati sebagai hubungan yang dekat, mendalam, saling percaya
dan saling memahami.
4. Nilai-nilai kreatif, bekerja dan berkarya serta melaksanakkan tugas dengan
keterlibatan dan tanggung jawab penuh pada pekerjaan. Intinya cara menemukan
makna hidup bukan dari pekerjaanya, melainkan sikap dan cara kerja yang
mencerminkan keterlibatan pribadi pada pekerjaan.
5. Nilai-nilai penghayatan, dengan cara mencoba memahami, meyakini dan
menghayati berbagai nilai yang ada dalam kehidupan, seperti kebenaran,
keindahan, kasih sayang, kebajikan dan keimanan.
6. Nilai-nilai bersikap, dengan cara bersikap iklas dan tawakal jika dihadapkan
dengan suatu masalah atau keadaan buruk yang tidak dapat dihindari.
7. Ibadah, dengan cara melaksanakan perintah tuhan dan mencegah diri dari
melakukan hal-hal yang dilarang –nya menurut ketentuan agama.
Menurut Frankl dalam Bastaman (2005) ciri ciri orang yang menghayati hidupnya
bermakna menunjukan kehidupan yang penuh semangat, optimis, tujuan hidup jelas,
kegiatan lebih terarah dan lebih disadari, mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan, luwes dalam bergaul tetapi tidak kehilangan identitas diri, tabah apabila
6
dihadapkan pada suatu penderitaan dan menyadari bahwa ada
penderitaan serta mencintai dan menerima cinta.
hikmah di balik
Karakteristik Makna Hidup menurut Frankl (Bastaman, 1996) ada beberapa
karakteristik dari makna hidup, yaitu:
1. Sifatnya unik dan personal artinya apa yang dianggap bermakna dan penting bagi
individu belum tentu menjadi sesuatu yang bermakna dan penting bagi individu
lain.
2. Makna hidup sifatnya konkrit dan spesifik maksudnya, dapat dapat ditemukan
dalam pengalaman dan kehidupan nyata sehari-hari. Tidak selalu dalam
renungan-renungan filosofis.
3. Makna hidup bersifat memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan
yang dilakukan sehingga makna hidup seakan-akan menantang (chalenging) dan
mengundang (inviting) individu untuk memenuhinya.
Kemudian menurut Crumbaugh & Maholick (Koeswara, 1987) yang dimana tokoh
yang menciptakan (PIL) testpurpose in lifetest, mengatakan kekurangan makna hidup
bisa menjadi sebab maupun akibat kondisi depresi, baik dari kekurangan makna
maupun kondisi depresi yang bisa ditimbulkan oleh penyebab-penyebab lain.
Makna hidup harus dicari dan ditemukan, ketidak berhasilan menemukan makna
hidup akan juga berdampak pada diri individu. Menurut Frankl (Bastaman, 2005)
menjelaskan bahwa hidup tidak bermakna bukanlah suatu penyakit, melainkan
semacam kondisi kehidupan manusia yang dapat menjelmakan gangguan, antara
lain:
1. Neurosis, di tandai dengan gejala bosan, hampa, putus asa, kehilangan minat dan
inisiatif, kehilangan arti dan tujuan hidup, gairah kerja menurun.
2. Sikap Totaliter ditandai dengan senantiasa berbuat sesuatu karena orang-orang
lain mengharapkannya berbuat seperti itu dan mereka bersedia menaatinya.
3. Gaya hidup konformitas, ditandai oleh perbuatan yang semata-mata karena orang
lain melakukannya, mudah sekali terbawa arus situasi.
Remaja Pelaku Kenakalan
Masa remaja tidak hanya menyangkut perubahan tubuh, namun juga mencakup
perubahan psikologis (mengenai pengembangan kepribadian, pencarian identitas diri,
nilai-nilai pribadi, komitmen, harapan, dan keinginan). Remaja merupakan masa
peralihan antara masa awal anak dan masa awal dewasa yang berjalan antara umur
11 tahun sampai 21 tahun. Pada masa remaja memang masa dimana seseorang bisa
berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak.
Menurut pendapat Monks, ( 2006) rentang waktu usia remaja, yaitu :
1. Remaja awal (12-15 tahun)
2. Remaja pertengahan (15-18 tahun)
3. Remaja akhir (18-21 tahun)
Menurut WHO (Sarwono, 2013) remaja awal (10-14 tahun) dan remaja akhir (15-20
tahun)
7
Kenakalan remaja merupakan keadaan dimana seorang remaja melakukan
penyimpangan perilaku hingga melanggar hukum yang ada, baik hukum masyarakat
dan hukum Negara. Dari sikap atau perilaku yang menyimpang tentunya ada faktor
yang menyebabkan atas perilaku tersebut, Penyebab kenakalan menurut remaja
(Santrock, 2011) antara lain; identitas negatif, kontrol diri rendah, usia , jenis
kelamin, harapan yang rendah, niai nilai rendah, pengawasan rendah dari orang tua,
dukungan yang rendah dari orang tua, penerapan disiplin tidak efektif, pengaruh
buruk dari teman sebaya, status sosial ekonomi rendah, pengaruh kualitas lingkungan
dan tempat tinggal yang buruk.
Adanya kenakalan remaja, tentunya juga yang mendasari prilaku menyimpangnya,
Turner dan Helms (1987) berpendapat bahwa faktor-faktor terjadinya kenakalan
remaja, antara lain: (1) kondisi keluarga yang berantakan (broken home). (2)
kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua. (3) status sosial ekonomi orang
tua rendah. (4) penerapan kondisi keluarga yang tidak tepat. Kemudian juga menurut
pendapat Alboukordi, Nazari, Nouri, Sangdeh, (2012) bahwa tekanan dalam struktur
keluarga dan afiliasi dengan rekan-rekanmemiliki peran penting dalam fenomena
kenakalan.
Remaja pelaku kenakalan merupakan remaja yang cacat dimata sosial, mereka
melakukan kenakalan seolah mereka melakukan perilaku perilaku yang biasa saja,
sementara masyarakat lingkunganya menganggap perilaku tersebut adalah prilaku
penyimpangan, karena sudah melawan dengan norma yang ada, seringkali remaja
tidak memikirkan dampak personal dari perilaku menyimpang mereka sendiri,
adapun dampak yang ada antara lain:
1. Menjadi pribadi dan mempunyai akhlak yang buruk yang sulit di ubah karena
menjadi kebiasaan.
2. Dikucilkan oleh banyak orang hingga kehadirannya tidak diharapkan lagi pada
orang - orang sekitar.
3. Merasa terasingkan hingga merasa sedih dan menjadikan orang yang pembenci
disekitar lingkungan mereka.
4. Keluarga harus menanggung malu akan perilaku menyimpang tersebut.
5. Tidak menutup kemungkinan terjangkit penyakit akibat pergaulan yang bebas.
6. Masa depannya hancur berantakan tanpa ada waktu untuk memperbaiki
7. Kriminalitas bisa menjadi salah satu akibat dari kenakalan
Bagiamana tujuan hidup remaja pelaku kenakalan di Indonesia sendiri tampaknya
masih sangat terbatas penelitiannya. Oleh karena itu, menjadi sebuah alasan pula untuk
mengadakan penelitian ini. Selanjutnya, atas pertimbangan kelengkapan definisi dan
keluasan cakupan, penelitian ini menggunakan aspek-aspek dari tujuan hidup.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Rancangan penilitian menggunakan analisis kuantitatif diskriptif, yaitu penelitian
yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan
8
metode statistika dan dengan menggambarkan mengenai kekhususan suatu objek dari
hasil survey penelitian. Jenis data yang digunakan adalah data interval. Jenis data
interval adalah data yang mempunyai ruas atau interval, atau jarak yang berdekatan
dan sama. Jarak itu berpedoman pada ukuran tertentu misalnya nilai rata-rata (mean),
bilangan kelipatan atau nilai lainnya yang disepakati. (Sugiyono, 2014).
Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah variable tunggal. Adapun yang
menjadi variable adalah tujuan hidup remaja pelaku kenakalan.
Subjek Penelitian
Karakteristik subjek penilitian ini adalah remaja yang berusia 16-21. Remaja yang
melakukakan penyimpangan perilaku yang melewati norma-norma masyarakat atau
yang sudah melanggar aturan hukum yang telah ada hingga disebut remaja nakal.
Dalam penelitian ini jumlah subjek adalah tak terhingga, dikatakan tak terhingga
karena tidak pasti jumlahnya maka peneliti tidak mungkin melakukan sensus
terhadapnya, karena itu harus dilakukan sampling. Adapun pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Nonprobability Sampling yaitu dengan teknik
sampling Kuota. Sampling Kuotayaitu teknik menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono,
2014).
Peneliti menentukan subjek dengan menggunakan screening tentang remaja pelaku
kenakalan, hingga mendapatkan subjek yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu
remaja yang pernah melakukan kenakalan. Sedangkan penentuan jumlah sampel
dalam penelitian ini menurut Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan 5% adalah
349 subjek (Sugiyono, 2014).
Variabel dan Instrumen Penelitian
Untuk mengetahui remaja melakukan tindakan kenakalan maka peneliti
mengidentifikasi, peneliti menggunakan screening remaja pelaku kenakalan, yang
berisikan dengan perilaku-perilaku kenakalan yang dilakukan remaja dan
mengkategorikan dengan tingkat kenakalan remaja pelaku kenakalan tersebut.
Screening ini berisikan tentang satu pernyataan dengan beberapa pilihan jawaban
berdasarkan kategori masalah untuk mengidentifikasi permasalahan subjek dan
terdapat beberapa pilihan pernyataan netral. Subjek diminta untuk memberikan tanda
silang (X) pada pilihan jawaban yang dianggap pernah dialami dan dilakukkan
subjek. Skoring dilakukan dengan mengambil pilihan jawaban atas pernyataan
tersebut. Contoh : pilihan atas pernyataan tersebut adalah membolos (ringan) dan
berkelahi dengan memakai senjata tajam (kenakalan berat), dimasukan pada kategori
berat saja (berkelahi dengan memakai senjata tajam).
9
Tabel 1. Kategori Kenakalan Remaja
Kategori
Ringan
Sedang
Tinggi
Indikator
Merugikan diri sendiri
Bentuk perilaku
mengumpat bahkan berkata kotor, suka
keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah
tanpa pamit
Merugikan orang lain
merokok, mencontek, menghina guru,
mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil
barang orang tua tanpa izin.
Menimbulkan korban secara berkelahi, mencuri, mengkonsumsi alkohol,
fisik
penyalah gunaan narkotika, berkelahi dengan
senjata tajam dan senjata api, seks bebas,
pemerkosaan dan lain-lain
Variable dalam penelitian ini adalah variable tunggal yaitu tujuan hidup remaja
pelaku kenakalan. Tentunya makna hidup dan tujuan hidup sangat erat sekali
kaitannya. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga
serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam
kehidupan. Tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi, yang bisa di
ungkap dengan menggunakan skala tujuan hidup.
Skala Purpose in life terdiri dari 6 aspek yang dikemukakan oleh Menurut
Crumbaugh & Maholick dalam (Koeswara, 1987)menciptakan The Purpose in Life
Test(PIL) Test.Berdasar pandanganFrankl tentang pengalaman dalam menemukan
makna hidup, yang dapat dipakai untuk mengukur seberapa tinggi makna hidup
seseorang, yaitu : Tujuan hidup,Kepuasan hidup,Kebebasan,Sikap terhadap
kematian, Pikiran tentang bunuh diri,Kepantasan hidup.
Instrument penelitian ini adalah PIL test.Alat tes ini berupa skala sikap (attitude
scale) yang khusus dirancang untuk mengungkap respon-respon yang diyakini
berkaitan dengan berapa tinggi individu yang mengalami hidupnya bermakna atau
bermaksud.PIL dirancang sehingga masing masing itemnya menjadi skala dalam
skala. Skala dalam peneleitian ini adalah skala semantic defferensial. Skala yang juga
digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun
check list, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawabanya “sangat positif”
terletak pada bagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak dalam
bagian kiri garis, atau sebaliknya. (Sugiyono, 2014).
Skala ini mirip dengan skala likert, tetapi kutub-kutubnya atau ujung-ujungnya
kuantitatif (quantitative extremes) masing-masing item PIL test ditetapkan oleh
kalimat-kalimat kualitatif (sangat jemu-sangat bersemangat) yang dipandang identik
dengan ujung-ujung kuantitatif sikap. (Koeswara, 1987).
Skala ini terdiri 20 item (1 tujuan = rendah untuk 7 = tujuan yang tinggi). Pilihan
respon memperpanjang dari satu perasaan yang ekstrim semacam kebalikannya
perasaan.Misalnya, angka 1 meminta siswa untuk menilai respon mereka sebagai
"Saya biasanya. . . "Dengan 1 = bosan, 4 = netral, dan 7 = antusias. Skor bagi
10
masing masing subjek dihitung dengan menjumlahkan nilai yang diperoleh dari
setiap item. Skor dapat berkisar antara 20 sampai 140.
Contoh item :
Saya biasanya :
1
Bosan
2
3
4
Netral
5
6
7
Atusias
Pada PIL tes, dengan menggunakan tingkat kesalahan penelitian sebesar 5% atau
α=0,05 dan jumlah sample sebanyak 349 sample maka r tabelnya 0,113 sedangkan
indeks validitasnya bergerak antara 0,163 - 0,637. Kemudian Reliabilitasnya dengan
menggunakan Cronbach alpha yaitu 0,696. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
instrument tujuan hidup yang dipakai dalam penelitian ini reliabel jika dibandingkan
dengan syarat crobanch alpha yaitu 0,6 atau 60% (Sugiyono, 2014). Pada penelitian
ini menggunakan try out terpakai sehingga data hanya diambil satu kali saja.
Prosedur dan Analisa Data
Prosedur penelitian diawali dengan menyusun screening pelaku kenakalan remaja
dibuat berdasarkan kategori masalah pada remaja pelaku kenakalan. Setelah itu
peneliti memilih daerah tersebut karena (1) peneliti dapat menghemat waktu dan
biaya (2) mudah untuk medapatkan data yang diperlukan (3) tersedianya sampel
secara mudah didapat untuk penelitian ini. Kemudian menyusun instrument
penelitian berupa skala PIL test, yang disusun dari teori Crumbaugh & Maholick
dalam (Koeswara, 1987) untuk membuat skala tujuan hidup. Kemudian pada tahap
pra lapangan peneliti menyusun rancangan dan usulan penelitian yang berisikan latar
belakang, kajian pustaka, rancangan pengumpulan data, dan rancangan prosedur
analisa data. Selanjutnya dilakukan penyebaran angket dan skala untuk try outdi
Kabupaten Tulungagung dan peneliti juga memberikan instruksi kepada subjek
dengan bahasa yang mudah dimengerti sekaligus memberikan kuisioner dan skala
tersebut. Peneliti menggunakan metode try out terpakai, dimana skala hanya
disebarkan satu kali kemudian dilakukan uji validitas, reliabilitas, dan analisa.
Screening remaja pelaku kenakalan dan PIL ini dilakukan selama bulan Mei - Juni
2015 (SMA 1 PGRI Tulungagung, SMA 4 PGRI Tulungagung, SMAN 1 Kauman
Tulungagung).Dengan menyebar screening dan skala tanggal 29 mei – 9 juni dengan
jumlah total skala yang disebar sebanyak 380 skala, kemudian berhasil kembali
dengan 360 skala dan 349 skala yang bisa dianalisis
Metode analisa yang digunakan adalah skala sikap (attitude scale) yaitu untuk
mengetahui kategori subjek memiliki tujuan hidup tinggi atau rendah, untuk
mempermudah dalam memberikan informasi mengenai data yang didapat. Jika
setelah memperoleh data dari hasil skala, maka dimasukan ke dalam rumus T-skor
untuk mengetahui tinggi rendahnya tujuan hidup remaja pelaku kenakalan. kemudian
peneliti membuat kesimpulan dari analisa data yang telah didapatkan.
11
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dengan populasi remaja di
Kabupaten Tulungagung yang tak terhingga peneliti mengambil sampel dari
beberapa sekolah di Tulungagung diantaranya adalah : SMA swasta dan SMA Negeri
di Tulungagung, dimana meneliti tentang tujuan hidup remaja pelaku kenakalan di
Kabupaten Tulungagung mendapatkan identitas subjek sebagai berikut :
Tabel 2.Identifikasi subjek
Kategori
Indikator
Jumlah
Jenis Kelamin
216
Remaja
umur 19-21
tahun
232
54
Jumlah
%
62
349
66
349
162
46
349
Swasta 2
12
107
Negeri
31
200
5
7
349
Tidak
5
Rendah
86
%
PNS
Pernah
18
Kategori
Kenakalan
34
Swasta 1
42
Berhubungan
dengan Pihak
Berwajib
38
Wiraswasta
187
Asal Sekolah
Jumlah
Laki-Laki
Remaja umur
16-18 tahun
117
Pekerjaan Orang
Tua
%
Perempuan
133
Rentang Usia
Total
Respond
en
331
95
Sedang
25
212
349
Tinggi
61
51
14
349
Tabel 3. Perhitungan T-skor tujuan hidup remaja pelaku kenakalan secara
keseluruhan
Kategori
Frekuensi (n)
Prosentase
Tinggi
147
42%
Rendah
202
58%
Total
349
100%
Berdasarkan hasil pada tabel diatas menunjukan bahwa total skor tujuan hidup
remaja pelaku kenakalan 147 subjek memiliki skor yang tinggi atau sebesar 42%
12
telah memiliki tujuan hidup yang tinggi, sedangkan yang mempunyai tujuan hidup
yang rendah sejumlah 202 subjek atau sebesar 58 %.
Tabel 4. Perhitungan T-skor tujuan hidup remaja pelaku kenakalan
berdasarkan rentang usia remaja
Rentang Usia Remaja
Kategori
Remaja umur 16-18 tahun
Remaja umur 19-21 tahun
Frekuensi (n)
Prosentase
Frekuensi (n)
Prosentase
Tinggi
53
45%
94
41%
Rendah
64
55%
138
59%
Total
117
100%
232
100%
Total
Frekuensi
(n)
349
Melihat tabel diatas subjek dengan rentang usia remaja pertengahan 16-18
tahunmayoritas memiliki tujuan hidup rendah sebanyak 64 subjek atau 55 %
demikian pula dengan remaja berumur 19-21 tahun mayoritas memiliki tujuan hidup
rendah sebesar 138 subjek atau 59 %.
Tabel 5. Perhitungan T-skor tujuan hidup remaja pelaku kenakalan
berdasarkan jenis kelamin.
Jenis Kelamin
Perempuan
Kategori
Laki-Laki
Frekuensi (n)
Prosentase
Frekuensi (n)
Prosentase
Tinggi
64
48%
83
38%
Rendah
69
52%
133
62%
Total
133
100%
216
100%
Total
Frekuensi
(n)
349
Melihat dari tabel diatas ditemukan dalam kategori perempuan 69 subjek atau 52%
dari total jumlah kategori perempuan sebanyak 133 mempunyai tujuan hidup yang
rendah. Kemudian pada kategori laki-laki mendapatkan hasil 133 subjek atau 62%
dari total jumlah kategori laki-laki mempunyai tujuan hidup yang rendah.
Tabel 6. Perhitungan T-skor tujuan hidup remaja pelaku kenakalan
berdasarkan asal sekolah
Asal Sekolah
Kategori
Tinggi
Total
SMA Swasta 1
SMA Swasta 2
SMA Negeri
Frekuensi
Frekuensi
Frekuensi
Frekuensi
(n)
Prosentase
Prosentase
Prosentase
(n)
(n)
(n)
15
36%
47
44%
85
42%
Rendah
27
64%
60
56%
115
58%
Total
42
100%
107
100%
200
100%
349
13
Bila melihat hasil dari tabel diatas ditemukan tujuan hidup remaja pelaku kenakalan
berdasarkan asal sekolah, diperoleh hasil 27 subjek dengan prosentase 64% dari
sekolah SMA Swasta 1 memiliki tujuan hidup yang rendah, kemudian 60 subjek
dengan prosentase 56% dari sekolah SMA Swasta 2 memliki tujuan hidup yang
rendah dan dari SMA Negeri 115 subjek dengan prosentase 58% juga memiliki
tujuan hidup yang rendah.
Tabel 7. Perhitungan T-skor tujuan hidup remaja pelaku kenakalan
berdasarkan pekerjaan orang tua
Pekerjaan Orang Tua
Wiraswasta
Kategori
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Frekuensi (n)
Prosentase
Frekuensi (n)
Prosentase
Tinggi
79
42%
68
42%
Rendah
108
58%
94
58%
Total
187
100%
162
100%
Total
Frekuensi
(n)
349
Melihat table diatas tujuan hidup kategori pekerjaan orang tua yang bekerja sebagai
wiraswasta 108 subjek atau 58% dari jumlah total kategori pekerjaan orang tua yang
bekerja sebagai wiraswasta memiliki tujuan hidup yang rendah. Kemudian 94 subjek
dengan prosentase 58 % dari jumlah total kategori pekerjaan orang tua yang bekerja
sebagai PNS juga memiliki tujuan hidup yang rendah.
Tabel 8. Perhitungan T-skor tujuan hidup remaja pelaku kenakalan
berdasarkan pernah berurusan dengan pihak berwajib.
Kategori
Tinggi
Rendah
Total
Berurusan dengan Pihak Berwajib
Total Frekuensi
Pernah
Tidak Pernah
(n)
Frekuensi (n) Prosentase
Frekuensi (n)
Prosentase
5
28%
142
43%
13
72%
189
57%
349
18
100%
331
100%
Melihat tabel diatas tujuan hidup kategori yang pernah berurusan dengan pihak
berwajib 13 subjek atau 72% dari jumlah total kategori remaja yang pernah
berurusan dengan pihak berwajib memiliki tujuan hidup yang rendah. Kemudian 189
subjek dengan prosentase 57% dari jumlah total kategori remaja yang tidak pernah
berurusan dengan pihak berwajib juga memiliki tujuan hidup yang rendah.
DISKUSI
Jika melihat hasil penelitian secara keseluruhan menunjukan remaja pelaku
kenakalan memiliki tujuan hidup yang rendah, berarti di Kabupaten Tulungagung
bisa dikatakan remaja pelaku kenakalannya belum dapat menghayati kehidupan yang
bermakna.
14
Menurut Crumbaugh & Maholick (Koeswara, 1987), kekurangan tujuan hidup atau
kebermaknaan hidup yang rendah bisa menjadi sebab maupun akibat kondisi depresi,
baik dari kekurangan makna maupun kondisi depresi yang bisa ditimbulkan oleh
penyebab-penyebab lain. Depresi yang dialami individu sebagai contoh menunjuk
kepada situasi bila individu menghadapi makna yang melimpah, tetapi individu
tersebut tidak mampu mengarahkan dirinya kepada makna-makna tertentu yang
pasti, serta ketidakmampuan individu untuk menyesuaikan diri dan mengatasi
masalah-masalah personalnya secara efisien. Sementara itu, individu yang
kekurangan makna bisa mengalami depresi karena dia hanyut dalam arus
pengalaman yang tidak terorganisasi.
Maka dari itu, Crumbaugh merancang kuantifikasi konsep makna hidup berdasarkan
pandangan Frankl tentang pengalaman dalam menemukan makna hidup, yang terdiri
dari : tujuan hidup, kepuasan hidup, kebebasan berkehendak, sikap terhadap
kematian, pikiran tentang bunuh diri, dan kepantasan hidup.
Jika tujuan hidup ditinjau dari rentang usia remaja, ditemukan bahwa remaja
pertengahan (16-18 tahun) dan remaja akhir (19-21 tahun) memiliki tujuan hidup
yang rendah.Akan tetapi dilihat dari prosentasenya menunjukan bahwa remaja umur
16-18 tahun memiliki tujuan hidup yang tinggi sedangkan remaja umur 19-21 tahun
memiliki tujuan hidup yang rendah.Maka hasil dari penelitian ini dapat dijelaskan
bahwa remaja yang berumur 18-21 tahun belum bisamemaksimalkan kemampuan
berfikir secara abstrak melalui perkembangan kognitifnya.
Tujuan hidup ditinjau dari asal sekolah, ditemukan bahwa remaja pelaku kenakalan
yang bersekolah di SMA negeri maupun swasta menunjukan tujuan hidup yang
sama-sama rendah, akan tetapi dilihat dari prosentasenya SMA Swasta 2 memiliki
tujuan hidup yang tinggi, kemudian SMA Negeri memiliki tujuan hidup yang rendah
dan SMA Swasta 1 memiliki tujuan hidup yang paling rendah. Hal ini menunjukan
bahwa pendidikan dalam sekolah sangat membantu untuk menemukan tujuan
hidup.Karena pendidikan moral dan akhlak juga sangat berpengaruh terhadap remaja
untuk selalu berpikiran positif dan bertindak positif.Hasil penelitian King (2006)
menunjukkan bahwa suasana hati yang positif dapat mempengaruhi tujuan hidup.
Artinya ketika orang berpikir postif tentunya mengalami perasaan yang tenang dan
nyaman juga akan mempengaruhi perilaku-perilakunya, kemudian dari perilakunya
memungkinkan individu untuk menemukan makna dan tujuan hidup. Maka dapat
dijelaskan bahwa lingkungan sekitar, tingkatan pendidikan,aturan sekolah,
pendidikan yang diajarkan disekolah berperan penting untuk meraih kebermaknaan
hidup dan tujuan hidup.
Tujuan hidup ditinjau dari pekerjaan orang tua, ditemukanbahwa remaja yang orang
tuanya bekerja sebagai PNS dan wiraswasta memiliki tujuan hidup rendah.Kemudian
dilihat dari prosentase juga tidak ada perbedaan tujuan hidup.Karena jika dilihat dari
pekerjaan sebagai PNS melihat pekerjaannya yang terikat waktu dan diterjadwal
pastinya banyak mengorbankan waktu untuk anaknya, kemudian pekerjaan sebagai
wiraswasta, rata-rata pekerjaan orang tua subjek adalah buruh, petani, sopir,
pedagang dan lain-lain.Tentunya juga sangat menyita banyak waktu serta kurang
15
mempedulikan pendidikan, arahan serta bimbingan untuk subjek.Rendahnya tujuan
hidup ini juga tidak terlepas dari pola asuh orang tua, dimana pola asuh tipe permisif
(Hurlock,1978) yakni pola asuh orang tua yang didalamnya terdapat aspek-aspek
kontrol yang sangat longgar. Berdampak pada karakteristik anak menjadi kurang
bertanggung jawab, tidak mau mengalah, sering bolos, harga diri rendah dan sering
bermasalah dengan teman.Kemudian Mappiere (1982) mengatakan bahwa kebutuhan
yang paling terpenting bagi remaja adalah kebutuhan akan pengakuan, perhatian, dan
kasih sayang. Tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut akan meyebabkan hambatan
akan meraih kebermaknaan hidupnya.
Sedangkan tujuan hidup ditinjau dari jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan,
ditemukan hasil tujuan hidup yang sama-sama rendah.Akan tetapi dilihat dari
prosentase ditemukan bahwa perempuan memiliki tujuan hidup yang tinggi
sedangkan laki-laki mendapatkan hasil yang rendah.Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Beutel dan Marini (1995) yang menemukan bahwa
remaja perempuan lebih mungkin dibandingkan laki-laki untuk menunjukkan
pentingnya menemukan tujuan dan makna dalam hidup. Rendahnya tujuan hidup
initidak terlepas dari pengaruhlingkungan yang buruk, pengaruh teman sebaya yang
negatif, konsep diri, hingga aktifitas keseharian yang buruk menyebabkan rendahnya
tujuan hidup.
Jika tujuan hidup di tinjau dari pernah dan tidaknya subjek berurusan dengan pihak
berwajib pada remaja pelaku kenakalan, ditemukan bahwa tidak ada perbedaan
subjek yang pernah berurusan dengan pihak berwajib dan tidak pernah berurusan
dengan pihak berwajib, hasilnya memiliki tujuan hidup yang sama-sama rendahnya.
Akan tetapi jika dilihat dari prosentasenya menunjukan yang mendominasi pernah
berurusan dengan pihak berwajib adalah remaja dengan tujuan hidup yang rendah,
seperti membolos sekolah dan tertangkap satpol PP, tawuran antar sekolah atau
pelajar hingga berkelahi. Hal ini dikarenakan bahwa subjek belum bisa membiasakan
diri untuk berpikir positif, bertindak positif danbelum bisa menerapkan nilai-nilai
bersikap dengan baik yang mematuhi aturan Negara maupun aturan masyarakat,
tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain. Penelitian (Sayles, 1994), mendapatkan
hasil rendahnya tujuan hidup adalah remaja yang nakal dan antisosial. Kemudian
penelitian yang dilakukan (Waisberg & Porter, 1994) mendapatkan hasil remaja yang
sering mengkonsumsialkohol
menyebabkan individu tidak bisa memaknai
kehidupanya. Artinya penyimpangan perilaku atau kenakalan membuat rendah
makna dan tujuan hidup individu tersebut.
Francis dan Burton (1994), misalnya, menemukan bahwa tujuan yang dirasakan
dalam hidup cenderung meningkat dengan frekuensi kehadiran di tempat ibadah dan
berdoa. Artinya jika dalam suatu masalah ataupun dalam keadaan yang buruk
manusia masih bisa menemukan tujuan dan makna hidup dengan cara bisa berpikir
positif bahwa ada hikmah dibalik buruknya keadaan dengan cara mendekatkan diri
kepada tuhan atau bersikap religius, hingga bisa berpikir postif hingga bisa
menyikapi masalah dan mengambil keputusan dengan baik.
16
Dengan kebermaknaan hidup, remaja pelaku kenakalan diasumsikan dapat
mengambil sikap yang tepat sehingga pengalaman-pengalaman tragis itu dapat
berkurang, bahkan dapat menimbulkan makna yang lebih berarti. Dari peristiwa
tersebut dapat mengalir berkah dan pelajaran berharga yang justru membantu proses
kematangan dan memberi sumbangan bagi kebaikan di masa mendatang.
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahw