KONTRUKSI MEDIA ONLINE TENTANG POLEMIK KPK VS POLRI PASCA PENETAPAN CALON KAPOLRI BUDI GUNAWAN (Analisis Framing Pada Kompas.com dan Republika.co.id periode 10 Januari 2015 – 30 Januari 2015)
KONTRUKSI MEDIA ONLINE TENTANG POLEMIK KPK VS POLRI
PASCA PENETAPAN CALON KAPOLRI BUDI GUNAWAN
(Analisis Framing pada Kompas.com dan Republika.co.id
Periode 10 Januri 2015 – 30 Januari 2015)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyarat untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana (S1)
RIZKI DWI PUTRA DARMAWAN
201110040311338
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama
: Rizki Dwi Putra Darmawan
NIM
: 201110040311338
Jurusan
: Ilmu Komunikasi
Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul Skripsi :
KONTRUKSI MEDIA ONLINE TENTANG POLEMIK
KPK VS POLRI PASCA PENETAPAN CALON KAPOLRI
BUDI GUNAWAN (Analisis Framing pada Kompas.com dan
Republika.co.id Periode 10 Januri 2015 – 30 Januari 2015)
Disetujui,
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
: Rizki Dwi Putra Darmawan
Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan
: Ilmu Komunikasi
Judul
: KONTRUKSI MEDIA ONLINE TENTANG POLEMIK KPK
VS POLRI PASCA PENETAPAN CALON KAPOLRI BUDI
GUNAWAN
(Analisis
Framing
pada
Kompas.com
dan
Republika.co.id Periode 10 Januri 2015 – 30 Januari 2015)
Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Sripsi Prodi Ilmu
Komunikasi FISIP dan dinyatakan LULUS sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Ikom)
Pada tanggal 31 Desember 2015
Dihadapan Dewan Penguji
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertandatangan di bawahini:
Nama
: Rizki Dwi Putra Darmawan
Tempat, tanggallahir : Malang, 26 Juni 1993
NIM
: 201110040311338
Jurusan
: Ilmu Komunikasi
Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah (skripsi) dengan judul:
KONTRUKSI MEDIA ONLINE TENTANG POLEMIK KPK VS POLRI
PASCA PENETAPAN
CALON KAPOLRI BUDI GUNAWAN (Analisis
Framing pada Kompas.com dan Republika.co.id Periode 10 Januri 2015 – 30
Januari 2015)
Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun
seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya
dengan benar.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai ketentuan
yang berlaku.
Malang, 4 Desember 2015
Yang menyatakan,
Rizki Dwi Putra Darmawan
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI
1. Nama
: Rizki Dwi Putra Darmawan
2. NIM
: 201110040311338
3. Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
4. Jurusan
: Ilmu Komunikasi
5. Konsentrasi
: Jurnalistik
6. Judul Skripsi : KONTRUKSI MEDIA ONLINE TENTANG POLEMIK
KPK VS POLRI PASCA PENETAPAN CALON KAPOLRI BUDI
GUNAWAN (Analisis Framing pada Kompas.com dan Republika.co.id
Periode 10 Januari 2015 - 30 Januari 2015)
7. Pembimbing : 1. Nasrullah, S.sos., M.Si
2. Nurudin, S.sos., M.Si
8. Kronologi Bimbingan
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
KONTRUKSI MEDIA ONLINE TENTANG POLEMIK KPK VS POLRI
PASCA PENETAPAN CALON KAPOLRI BUDI GUNAWAN (Analisis
Framing pada Kompas.com dan Republika.co.id Periode 10 Januari 2015 - 30
Januari 2015).
Terselesaikan tugas akhir ini, maka peneliti patut mengucapkan syukur
dan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu selama proses
pengerjaan tugas akhir ini hingga selesai. Berkat jasa dan dukungan tersebut,
akhirnya pengerjaan tugas akhir ini dapat terselesaikan.
Ucapan terimakasih, peneliti sampaikan kepada :
1. Allah SWT atas limpahan berkat dan rahmat-Nya, sehingga peneliti
diberi kekuatan dan kemudahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Nabi besar Muhammad SAW yang meneladani dan menjadikan acuan
peneliti untuk terus memperbaiki diri.
2.Bapak Dr. Muhadjir Effendy, MAP selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Malang (UMM). Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMM. Bapak
Sugeng Winarno, M.A selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
(Ikom) FISIP UMM.
3.Bapak Nasrullah,M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak
Nurudin,M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa memberi
arahan, perhatia dan bimbingan serta meluangkan waktu hingga
terselesaikannya penelitian ini.
4. Segenap Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan
segala ilmunya kepada mahasiswa, khususnya peneliti.
5. Kedua orang tua peneliti ibu dan ayah, Hj. Munawaroh dan H. Karsuwi
yang tak hentinya selalu mendoakan, mendukung, membimbing, dan
memberisemangat untuk menyelesaikan pendidikan akademik setinggitingginya.Tidak ada rasa terimakasih yang bisa peneliti berikan salah
satunya dengan menyelesaikan studi S.Ikom ini dan membuat bangga ibu
dan ayah dengan prestasi lain sebagai ucapan terimakasih ananda. I love
you so much ibu ayah.
6. Saudara- saudara peneliti yang tidak bisa aku sebut satu persatu, yang
tidak ada bosannya selalu mendukung dan
memberikan
doa
untuk
kelancaran perkuliahan dan penulisan tugas akhir peneliti.
7. UMM Creative Team : Pak Nasrullah, Pak Subehan, Ibu Rina, Mas
Rino yang selalu memberi semangat untuk selalu mendukung dan
memberikan arahan untuk kelancaran penulisan tugas akhir peneliti. Serta
terimakasih Ilmu serta pengalamannya selama peneliti menjadi bagian dari
humas UMM.
8. Teman-teman Partime Humas Dan Iro UMM : Mbk aida, Selia, Rere,
Nana, Gilang dan Mas Fathur terimakasih sudah dipertemukan pernah
mengenal dengan kalian semua semoga yang belum lulus segera menyusul
wisuda, amin.
9. Teman-teman iFive : Sule, Peyek, Ovi, Ninda kalian sungguh luar bisa,
senang sekali rasanya selama kulia bisa mengenal kalian, banyak
kenangan yang mungkin itu sulit untuk peneliti lupakan. Terlebih buat
Ninda yang selalu peneliti repotkan untuk bertanya masalah skripsi,
terimakasih juga semangatnya akhirnya penelitian ini selesai.
10. JUFOC : Terimakasih banyak buat Ketua Jufoc 2007 Mas Tuit yang
sudah merekomendasikan sejak jaman SMA untuk gabung dengan Jufoc,
berkat beliau peneliti bisa mengenal dan ikut bagian dari keluarga besar
Jufoc. Sekali lagi terimakasih banyak buat jufoc, berkat jufoc peneliti tak
ada hentinya untuk selalu berprestasi dan selalu berkarya, terlebih temanteman jufoc semuannya anggkatan 2011 yang tidak bisa peneliti sebutkan
satu persatu.
11. Terimakasih banyak Mas Naef, Mbak Tantri yang selama ini selalu
memberi support peneliti untuk menyelesaikan tugas akhir ini serta
semangatnya untuk selalu memberi motivasi.
12. BESTARI UMM : Terimakasih untuk pengalam di dunia media cetak
yang di berikan. Teman-teman yang luar biasa dengan bakat dan ilmu
yang dimiliki, menjadikan peneliti mendapat banyak pengalaman yang
berharga selama bergabung menjadi anggota newspaper kampus UMM.
13. seluruh pihak yang membantu yang tidak bisa disebutkan oleh peneliti
satu persatu. Terimakasih untuk kontribusi yang luar biasa untuk kemajuan
peneliti.
Tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak guna perbaikan di masa mendatang.
Malang, 4 Desember 2015
Peneliti
Rizki Dwi Putra Darmawan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI …………………………………. ii
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………….. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS …………………………………….. iv
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI …………………………… v
KATA PENGANTAR ………………………………………………….. vi
DAFTAR ISI …………………………………………………………… ix
DAFTATAR GAMBAR ……………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………… xii
ABSTRAK …………………………………………………………….... xiii
ABSTRACT …………………………………………………………...... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………10
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………..10
1.4 Kegunaan Penelitian ……………………………………………….10
1.4.1 Kegunaan Akademis …………………………………….10
1.4.2 Kegunaan Praktis ……………………………………......11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Komunikasi Massa dan Kontruksi Media…………………………..12
2.2 Media Massa………………………………………………………...13
2.3 Media Baru…………………………………………………………..16
2.4 Pengaruh Isi Media Massa…………………………………………..21
2.5 Kontruksi Realitas Sosial……………………………………………23
2.6 Tahapan Kontruksi………………………………………………….24
2.7 Kontruksi Realitas Sosial Pada Media……………………………...26
2.8 Kontruksi Berita……………………………………………………..29
2.9 Nilai Berita…………………………………………………………..31
2.10 Framing…………………………………………………………….34
2.10.1 Konsep Framing……………………………………………...34
2.10.2 Model Framing………………………………………….........36
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian…………………………………….38
3.2 Dasar Penelitian……………………………………………………...39
3.3 Unit Penelitian……………………………………………………….39
3.4 Tahapan Analisis…………………………………………………….41
BAB IV GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN
4.1 Republika.co.id………………………………………………...…….48
4.1.1 Sejarah Republika Online………………………………………..49
4.1.2 Filosofi Republika Online………………………………………..52
4.1.3 Profit Pembaca……………………………………………………53
4.1.4 Struktur Redaksi…………………………………………………..54
4.1.5 Rubrikasi Republika.co.id………………………………………..54
4.2 Kompas.com…………………………………………………………..57
4.2.1 Sejarah Kompas.com……………………………………………..57
4.2.2 Kompas.com………………………………………………………59
4.2.3 Visi dan Misi………………………………………………………59
4.2.4 Profit Pembaca…………………………………………………….60
4.2.5 Struktur Organisasi Kompas.com…………………………………60
4.2.6 Rubrikasi Kompas.com……………………………………………61
4.2.7 Alamat Redaksi…………………………………………………....62
BAB V PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Sintaksis………………………………………………………………..63
5.1.1 Kapolri Hormati Keputusan Hukum KPK…………………………64
5.1.1.1 Kompas.com…………………………………………………...64
5.1.1.2 Republika.co.id………………………………………………...66
5.1.2 Kronologi Budi Gunawan Menjadi Tersangka…………………….68
5.1.2.1 Kompas.com……………………………………………………68
5.1.2.2 Republika.co.id…………………………………………………70
5.1.3 Relawan Dua Jari Ancam Demo Jokowi Jika Melantik……………73
5.1.3.1 Kompas.com……………………………………………………73
5.1.3.2 Republika.co.id…………………………………………………75
5.1.4 Jokowi Tersandera Kepentingan Partai…………………………….77
5.1.4.1 Kompas.com……………………………………………………78
5.1.4.2 Republika.co.id…………………………………………………80
5.1.5 PDIP Bantah Budi Gunawan Titipan Mega………………………...82
5.1.5.1 Kompas.com…………………………………………………….82
5.1.5.2 Republika.co.id………………………………………………….85
5.2 Skript…………………………………………………………………….87
5.2.1 Kapolri Hormati Keputusan Hukum KPK………………………….87
5.2.1.1 Kompas.com…………………………………………………….87
5.2.1.2 Republika.co.id………………………………………………….89
5.2.2 Kronologi Budi Gunawan Menjadi Tersangka……………………...91
5.2.2.1 Kompas.com……………………………………………………..91
5.2.2.2 Republika.co.id…………………………………………………..93
5.2.3 Relawan Dua Jari Ancam Demo Jokowi Jika Melantik……………..95
5.2.3.1 Kompas.com……………………………………………………..95
5.2.3.2 Republika.co.id ………………………………………………….97
5.2.4 Jokowi Tersandera Kepentingan Partai……………………………...99
5.2.4.1 Kompas.com……………………………………………………..99
5.2.4.2 Republika.co.id ………………………………………………...101
5.2.5 PDIP Bantah Budi Gunawan Titipan Mega……………………….102
5.2.5.1 Kompas.com…………………………………………………...102
5.2.5.2 Republika.co.id………………………………………………...104
5.3 Tematik…………………………………………………………………105
5.3.1 Kapolri Hormati Putusan KPK………………………………...…...106
5.3.1.1 Kompas.com……………………………………………………106
5.3.1.2 Republika.co.id…………………………………………………108
5.3.2 Kronologi Budi Gunawan Menjadi Tersangka……………………..109
5.3.2.1 Kompas.com……………………………………………………109
5.3.2.2 Republika.co.id…………………………………………………111
5.3.3 Relawan Dua Jari Ancam Demo Jokowi Jika Melantik……………113
5.3.3.1 Kompas.com…………………………………………………....114
5.3.3.2 Republika.co.id…………………………………………………115
5.3.4 Jokowi Tersandera Kepentingan Partai…………………………….117
5.3.4.1 Kompas.com……………………………………………………117
5.3.4.2 Republika.co.id…………………………………………………119
5.3.5 PDIP Bantah Budi Gunawan Titipan Mega………………………..120
5.3.5.1 Kompas.com……………………………………………………120
5.3.5.2 Republika.co.id…………………………………………………123
5.4 Retoris…………………………………………………………………..124
5.4.1 Kapolri Hormati Putusan KPK……………………………………..125
5.4.1.1 Kompas.com……………………………………………………125
5.4.1.2 Republika.co.id…………………………………………………126
5.4.2 Kronologi Budi Gunawan Menjadi Tersangka……………………..128
5.4.1.1 Kompas.com…………………………………………………….128
5.4.1.2 Republika.co.id…………………………………………………129
5.4.3 Relawan Dua Jari Ancam Demo Jokowi Jika Melantik……………131
5.4.3.1 Kompas.com……………………………………………………131
5.4.3.2 Republika.co.id…………………………………………………132
5.4.4 Jokowi Tersandera Kepentingan Partai…………………………….133
5.4.4.1 Kompas.com……………………………………………………133
5.4.4.2 Republika.co.id…………………………………………………134
5.4.5 PDIP Bantah Budi Gunawan Titipan Mega………………………..135
5.4.5.1 Kompas.com……………………………………………………135
5.4.5.2 Republika.co.id…………………………………………………137
5.6 Faktor Yang Mempengaruhi Kontruksi Berita…………………………142
5.6.1 Ideologi dan Sudut Pandang Dalam Mempengaruhi Kontuksi
Berita……………………………………………………………………...143
5.6.2 Labeling dalam Mempengaruhi Kontruksi Pemberitaan…………..144
5.6.3 Narasumber Sebagai Pembentuk Kontruksi Pemberitaan………….145
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan……………………………………………………………..147
6.2 Saran……………………………………………………………………148
6.2.1 Saran Akademis…………………………………………………….148
6.2.2 Saran praktis………………………………………………………..149
DAFTAR PUSAKA……………………………………………………………150
LAMPIRAN
DAFTAR PUSAKA
Ardial. 2014. Paradigma Dan Model Penelitian Komunikasi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Barus, Sedia Willing. 2010. Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta:
Erlangga.
Budianto, Heri, Hamid, Farid. 2010. Ilmu Komunikasi Sekarang dan Tantangan
Masa Depan. Jakarta: Kencana.
Baran, Stanley J. 2008. Pengantar Komunikasi Massa Melek Media dan Budaya.
Jakarta: Erlangga.
Chong, Dennis & Drucman, James N. 2007. Framing Theory. Deparment of
Political Science: Nortwestern University.
Eriyanto. 2011. Analisis Framing: Kontruksi, Ideology dan Politik Media,
Yogyakarta: LKis.
Flew, Terry. 2005. New Media. United Kingdom: Oxford University Press.
Haryanto, Igtanus. 2006. The New York Times Menulis Berita TanpaTakut atau
Memihak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi Suaatu Pengantar. Bandung Rosda.
McQuail, Denis. 2010. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika.
McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta: Salemba
Humanika.
Nasrullah, Rulli. 2014. Teori dan Riset Media Siber. Jakarta: Kencana
Prenada Media.
Nurudin. 2014. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja Grafindo.
Prassante, K.Cristoper. 2008. Journalism. Jakarta: Prenanda Media Group.
Scheutele. Dietram A. 1999. Framing as Theory Of Media. International
Communication Association.
Shoemaker, P. J. dan S. D. Reese. 1996. Mediating The Message Second Edition
New York: Longman Publishers USA.
Sobur, Alex. 2012. Analisis Teks Media. Bandung: Rosda.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Tamburaka, Apriadi. 2012. Agenda Setting Media Massa. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Nonbuku
http://kuliahsosiologi.blogspot.co.id/2010/10/meaning-of-methodology-neuman2000.html
http://www.scribd.com/doc/12617911/Sejarah-Berdirinya-Pers-Islamis-danHarian-Republika#scribd
http://inside.kompas.com/about-us
http://profile.print.kompas.com/sejarah/
http://tentangsejarah1.blogspot.co.id/2014/05/sejarah-berdirinya-hariankompascom.html
http://terinspirasikomunikasi.blogspot.co.id/2013/03/level-pengaruh-hirarki-isimedia.html
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sudah tidak menjadi rahasia lagi, pengisian sebuah jabatan pimpinan
tinggi di pemerintah kerap menjadi permainan sang pemimpin. Aparatur sipil
negara yang lemah posisinya, mau tidak mau harus harus meninggalkan
profesionalismenya. Berbagai cara dilakukan untuk hanya untuk menyenangkan
pemimpin, hanya untuk menjadi seorang pejabat. Menjelang berakhirnya masa
jabatan atau setelah terpilih menjadi menteri / kepala lembaga atau kepala daerah,
pergantian pejabat pimpinan tinggi di kementrian / lembaga / pemerintah daerah
(pemda) adalah hal yang biasa disaksikan oleh publik.
Di level pemerintahan pusat menteri/kepala lembaga biasanya mengganti
Sekretaris Jendral, Direktur Jendral, Deputi atau pimpinan tinggi utama dan
pratama lainnya. Adapun di daerah, kepala daerah memilih orang-orang baru
menduduki jabatan kepala dinas atau pimpinan tinggi lainnya. Proses pergantian
gerbong pinti gebong memang lumrah sering terjadi ketika pemimpin pucuknya
juga baru. Alasan peergantian yang sering diungkap bahwa pergantian adalah
sebuah rotasi yang biasa dilakukan di pemerintahan. Rotasi merupakan sebuah hal
rutin dalam sebuah organisasi atau didalam sebuah birokrasi. Namun, di balik itu,
publik sebenarnya juga sudah mengetahui para pejabat baru tersebut
sesungguhnya merupakan orang-orang dekat menteri/kepala lembaga/kepala
daerah. Karena itu, tidak heran jika mereka yang terpilih bukanlah orang yang
tepat dan kompeten di posisinya, karena dasarnya kedekatan. Bahkan, tidak jarang
terjadi integritas atau status orang-orang baru tersebut dia baikan begitu saja.
1
Tidak peduli mereka sedang bermasalah dengan hukum, menjadi tersangka
terutama dalam kasus-kasus korupsi, terdakwa atau residivis dari satu kasus
hukum, mereka tetap saja dipilih oleh sang pemimpin.
Seperti kasus Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kepolisian
Republik Indonesia (POLRI) yang akhir-akhir ini menjadi sorotan publik dimana
Pada tanggal 13 Januari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan calon
tunggal Kapolri, Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka kasus korupsi terkait
suap dan gratifikasi ketika menjadi pejabat di Mabes Polri. Penetapan Budi
Gunawan sebagai tersangka diumumkan tepat sebelum Budi Gunawan akan
menjalani fit and proper test sebagai calon tunggal Kapolri. Melalui sidang
paripurna tanggal 15 Januari, DPR menyetujui Komisaris Jenderal Budi Gunawan
sebagai kepala Polri untuk menggantikan Jenderal (Pol) Sutarman meskipun Budi
Gunawan telah ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi. Menurut KPK Budi
Gunawan disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau b, Pasal 5AYAT 2, DAN
Pasal 11 atau 12 B Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1
ke- 1 KUH Pidana. Semenjak status Budi Gunawan sebagai tersangka banyak
kemungkinan pencalonan untuk menjadi pucuk pimpinan di korps Bayangkara
terancam gagal.
Pada tanggal 23 Januari, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi
Bambang Widjoyanto ditangkap Badan Reserse Kriminal Polri setelah ditetapkan
sebagai tersangka kasus dugaan pemberian keterangan palsu di Mahkamah
Konstitusi saat sidang sengketa pemilihan Bupati Kota Waringin Barat,
Kalimantan Tengah. Kasus yang terjadi di tahun 2010 tersebut melibatkan
pasangan Ujang Iskandar-Bambang Purwanto serta Sugianto-Eko Sumarno,
2
dimana Bambang Widjojanto menjadi kuasa hukum pasangan Ujang IskandarBambang Purwanto. Di tengah situasi yang jauh dari menguntungkan ini, yang
ditunggu adalah sikap tegas presiden Jokowi untuk memutuskan secara tegas agar
tidak adanya gesekan antara KPK dan POLRI.
Dalam kasus ini bisa disimpulkan bahwa mulai semakin terang saja.
Pihak siapa yang mencurigai siapa, siapa mendendam siapa dan siapa yang
berhasil membalas dendam atau berhasil membalas. Kasus Budi Gunawan ini
merupakan serangan bertubi-tubi ke KPK, ini adalah masalah yang sangat berat
dan sangat kompleks, meskipun mengancam keutuhan bangsa dan mengganggu
stabilitas politik tetapi dengan timbulnya masalah ini banyak masyarakat yang
merasa pesimis dengan upaya Jokowi untuk menyelesaikan masalah besar ini
secara independt. Dengan dibantunya oleh tim 9 yang merupakan bentukan dari
Presiden Joko Widodo untuk mendamaikan kisruh dua institusi hukum yaitu
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polisi Republik Indonesia (POLRI) ,
secara tegas tim 9 menolak dengan dilantinya Budi Gunawan Sebagai Kapolri.
Tim 9 yang diketuai oleh mantan ketua PP Muhammadiyah Syafii Maarif ini
memiliki lima rekomndasi unutuk Jokowi terkait kisru KPK vs POLRI, pertama
Presiden seyogyanya memberi kepastian terhadap siapapun penegak hukum yang
berstatus tersangka untuk mengundurkan diri dari jabatannya atau tidak
menduduki jabatan selama berstatus sebagai tersangka. Kedua, Presiden
disarankan tidak melantik calon Kapolri dengan status tersangka dan
mempertimbangkan kembali untuk mengusulkan calon baru. Ketiga, Presiden
disarankan untuk menghentikan segala upaya yang diduga merupakan
kriminaiisasi terhadap personil penegak hukum siapapun, baik Polri maupun
3
KPK. Keempat, Pesiden seyogyanya memerintahkan kepada Polri maupun KPK
untuk menegakkan kode etik terhadap pelanggaran etika profesi yang diduga
dilakukan oleh personil Polri maupun KPK. Kelima, Presiden diharapkan
menegaskan kembali komitmennya terhadap pemberantasan korupsi dan
penegakan hukum. Dengan adanya lima rekomndasi dari tim 9 itu publik tetap
berharap Presiden Jokowi bisa menyelesaikan masalah ini dengan secara
independent tanpa adanya campur tangan elit politik.
Kontruksi merupakan sebuah realitas yang dilakukan oleh media yang
dipergunakan oleh berbagai faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang
mempengharuhi pembuatan berita politik antara lain, pasar dan kenyataan Politik.
Sedang faktor internal yang mempengaruhi pembuatan teks tentang peliputan
politik adalah idealisme dan ideologi yang dianut, baik itu oleh media secara
keseluruhan maupun individu wartawannya (Hamad, 2004:4).
Didalam komunikasi politik, kontruksi realitas oleh media massa tersebut
menjadi sangat khas. Sebab cara sebuah media mengkontruksikan suatu pristiwa
politik akan memberi citra tertentu mengenai sebuah realita politik, yang bagi para
aktor dan partai politik, citra ini sangat berpengaruh untuk kepentingan politiknya.
Bagi media massa, secara mereka mengkontruksikan realitas politik, dapat
menjadi strategi menyimpan motif masing-masing media dibalik wacana yang
dibanggunnya (Hamad, 2004:11).
Sebagian masyarakat juga sudah mengetahui siapa dalang dibalik kasus
kisru KPK vs POLRI ini adalah partai politik. Namun demikian partai politik
yang mengusung Jokowi ini tak akan berhasil melakukan cara-cara tipu melihat
jika presidennya bukan Jokowi. Para elit politik sama halnya memanfaatkan jasa
4
Jokowi menjadi Presiden
lalu dengan kepolosan sosok Jokowi. Elit politik
dengan segala cara ditempuh dengan tujuan upaya orang-orang partai pengusung
Jokowi agar masuk pada lingkaran kabinetnya.
Jika kita flashback kembali kasus Cicak vs Buaya yang terjadi di era
SBY tahun 2009 silam. Berawal dari penyadapan KPK terhadap Kabareskrim
Polri Susno Duadji yang terlibat dalam kasus Century. Imbasnya, dua komisioner
KPK Bibit Riyanto dan Chandra Hamzah terkait suap yang dilakukan Antasari
Ashar (Ketua KPK yang juga tersangka pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen) dan
Anggoro Wijoyo (Direktur PT Masaro). Lalu di tahun 2012 juga terjadi kasus
yang sama ketika KPK menetapkan Inspektur Jendral Djoko Susilo sebagai
tersangka korupsi simulator SIM, komisoner KPK Novel Baswedan pun
ditangkap dengan tuduhan terlibat aksi penganiayaan berat saat masih bertugas di
Kepolisian Daerah Riau. Ketiga kasus yang melibatkan KPK dan Polri ini samasama memicu reaksi publik.
Dukungan terhadap KPK mengalir deras disela-sela perseteruan para elit
tersangka korupsi ini. Dukungan tersebut dilakukan atas kesimpulan upaya
pelemahan KPK untuk memberantas korupsi dengan mengkriminalisasi
komisionernya. Memang, sejauh ini hanya KPK yang paling menuai keberhasilan
menjerumuskan pelaku korupsi di antara lembaga-lembaga hukum yang ada.
Maka ketika KPK mengusik ketenangan para pelaku korupsi, pihak yang
kepentingannya terganggu dengan segera menghantam balik KPK. Terlepas dari
itu dapat dilihat bahwa elemen-elemen massa rakyat walaupun tidak terorganisir
dengan baik mampu bersatu dan mengarahkan massa yang masih mempercayai
KPK untuk menduduki gedung KPK melalui frame “antikorupsi”.
5
Di negara penganut kapitalisme, melalui kekuasaan ekonomi dan politik
yang dimiliki segelintir orang korupsi merupakan cara yang paling efektif untuk
menumpuk modal dan memperkuat kekuasaan / jabatan. Melalui negara, mereka
lalu membangun struktur yang bersimpul satu sama lain untuk melindungi praktik
korupsi. Tak heran ketika akumulasi kapital mereka diputus, maka dengan
berbagai cara mereka menyerang pihak-pihak yang telah memutus akumulasi
kapital sambil terus berupaya menemukan sumber-sumber akumulasi baru yang
tentunya dengan membangun segenap kekuatan penopang melalui birokrasi,
korporasi dan oligarki. Itulah sebabnya korupsi tak pernah berkurang atau terkikis
habis sampai detik ini.
Bisah kita lihat kasus-kasus korupsi besar yang melibatkan petinggipetinggi negara seperti BLBI, Century, Hambalang, KPK, dan Polri yang hingga
sekarang tidak mampu menyeret nama-nama besar seperti Sri Mulyani, Megawati,
Budiono, bahkan mantan Presiden ke-6 SBY sekalipun. Hal ini pula jelas terlihat
dalam kasus Budi Gunawan mantan ajudan Megawati yang tidak memenuhi
persyaratan menjadi calon Kapolri karena sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Namun dengan mudahnya status “tersangka” Budi Gunawan diabaikan begitu saja
oleh DPR sehingga DPR tetap melanjutkan bahkan meloloskan fit and proper test
Budi Gunawan sebagai calon Kapolri. Kapitalisme selalu mempunyai cara untuk
menutupi sebuah kesalahannya, perlindungan terbaik bagi sebuah kapitalisme
adalah melalui label “demokrasi” yang diterapkan oleh banyak negara saat ini
termasuk Indonesia. Bahakan dinegara demokrasi seperti Indonesia saling
menyerang dan saling menghukum terjadi ketika kepentingan menjadi berbeda,
namun pada kenyataanya ketika berada pada koridor kepentingan yang sama
6
mereka tanpa malu saling bekerja sama satu sama lain. Sebab sebuah demokrasi
yang diusung kapitalisme bukanlah demokrasi yang mengarah pada kepentingan
rakyat, namun demokrasi dalm kepentingan para pemodal / elit politik.
Melalui institusi penegak hukum, korupsi menjadi hal yang tidak dapat
dihindari. Di Kepolisian, kasus rekening gendut melibatkan beberapa petinggi
kepolisian. Sebut saja Mathius Salempang, Susno Duadji, Sylvanus Yulian
Wenas, Bambang Suparno, Badrodin Haiti dan Budi Gunawan yang
dilaporkan PPATK tentang kasus mencurigakan di rekening perwira tersebut.
Lalu, ada mantan Ketua MK Akil Mokhtar. Sedangkan kasus korupsi di lembaga
negara pun tidak kalah banyaknya. Di Kementerian ESDM ada Jro Wacik,
Kementerian Pertanian ada Lufti Hasan, Kemenpora ada Andi Malarangeng dan
masih banyak lagi yang lainnya.
Korupsi memang menjadi bagian dari perlawanan rakyat karena
kapitalisme sangat berkepentingan dengan korupsi. Walaupun korupsi termasuk
dalam kategori kejahatan luar biasa (extraordinary crime), namun tidak ada
jaminan korupsi bisa dilenyapkan. Kesuksesan yang diperoleh lembaga
pemberantas korupsi dari waktu ke waktu itu hanyalah pada aspek “menghukum
si pelaku” bukan pada menghancurkan akar korupsi itu sendiri. Dalam artian baik
hukuman penjara maupun hukuman mati bukanlah solusi yang betul-betul ampuh
untuk menangani korupsi. Sebab, pemodal akan selalu memperbarui diri dan
memperluas jaringan, menemukan sumber-sumber baru agar kepentingan
modalnya tetap terjaga. Sekarang rakyat perlu mengetahuinya, terutama rakyat
kelas buruh sudah harus melihat dengan jelas kasus-kasus korupsi yang ada dan
7
bertebaran disekeliling yang sangat berhubungan erat dengan kepemilikan alat
produksi oleh kapitalis.
Melalui kekuatan kepemilikan alat produksinya akan terus berantai
hingga ke tingkatan kekuasaan yang paling bawah. Oleh karena itu, korupsi sudah
bukan hanya menjadi makanan para elit pemilik modal, tetapi juga sampai di
tingkatan RT maupun lingkup bekerjaan. Hal ini menggambarkan bahwa korupsi
tidak hanya harus diberantas di tingkatan atas, tetapi hingga bawah, perlu adanya
kesadaran bagi semua kalangan masyarakat agar upaya korupsi ditinggalkan.
Ibarat sebuah pohon, memangkas sebuah rantingnya saja tidak cukup, tetapi perlu
mencaput pohon hingga akarnya. Dan dari beberapa kasus ini rakyat harus sadar
bahwa selama sistem korupsi bawaan kapitalisme ini masih kuat tertancap di
negara Indonesia tercinta ini, maka selama itu pula korupsi tetap bertahan bahkan
mengakar dan selama itu juga kesejahteraan akan jauh dari rakyat.
Dengan polemik kasus KPK vs POLRI saat ini peran media juga patut
dilihat, bagaimana suatu media mengkontruksi sebuah berita polemik saat ini.
Media sebagai mana fungsinya memberitakan sebuah realita yang ada lalu
merangkainya menjadi suatu informasi dan informasi tersebut disebarkan kepada
pembaca / khalayak. Kasus KPK vs POLRI ini merupakan salah satu kasus yang
besar selain kasus korupsi-korupsi lainnya yang ada, disini penulis beranggapan
bahwasanya media terkadang tidak memberitakan sebuah berita dengan fakta /
realita yang ada dilapangan. Namun media terkadang adanya pemihakan terhadap
salah satu subjek yang dominan, dimana kedekatan subjek memiliki keterkaitan
dengan pemilik media sehingga berita bisa dikontruksi secara baik.
8
Dari realitas-realitas tersebut, maka muncul pertanyaan dari peneliti,
tentang bagaimana Kompas.com dan Republika.co.id membingkai isi berita
polemik KPK dan POLRI pasca penetapan calon kandidat Budi Gunawan sebagai
tersangka serta bagaimana cara ke dua media membingkai kasus tersebut dalam
urainnya. Sebab dalam penulisan berita tersebut, tentu saja dipengaruhi oleh
banyak hal, hingga akhirnya dihasilkan suatu teks berita.
Penyampaian sebuah wacana dipengaruhi bagaimana kognisi wartawan
yang melakukan peliputan berita. Sebab kognisi wartawan dianggap turut
mempengaruhi pembentukan teks berita yang ditulisnya, dimulai dari cara
pandang wartawan dalam melihat realitas sosial yang terjadi, pemakaian dan
pemilihan kata serta kalimat, dipahami sebagai dari strategi wartawan dalam
mengemas teks. Selain itu, bagaimana kognisi wartawan terhadap KPK dan
POLRI yang diberitakannya turut pula mempengaruhi wartawan dalam menulis
berita tentang objek yang ia uraikan.
Berdasarkan uraian di atas, muncul keingintahuan penulis tentang
bagaimana kontruksi media online Kompas.com dan Republika.co.id dalam
memberitakan tentang polemik KPK dan POLRI pasca penetapan calon kandidat
Budi Gunawan sebagai tersangka. Alasan pemilihan kedua Kompas.com dan
Republika.co.id sebagai media objek penelitian adalah karena Kompas.com dan
Republika.co.id memiliki jangkauan yang b erskala nasional, dan merupakan
salah satu media online terbesar yang ada di Indonesia. Selain itu kedua media ini
memiliki kedekatan (proximity) dengan pembacanya yang ada di Indonesia.
Disamping itu, media ini sangat menarik di teliti, karena pada dasarnya jika kita
melihat background kedua media ini sudah berbeda sehingga dari perbedaan itu
9
akan muncul sebuah informasi / pemberitaan yang berbeda. Maka pemilihan
media online Kompas.com dan Republika.co.id ini memberi nilai tambahan
tersendiri untuk dilakukan penelitian lebih dalam.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini pada dasarnya adalah kajian bagaimana media online
Kompas.com dan Republika.co.id dalam membingkai polemik KPK dan POLRI
pasca penetapan calon kandidat Budi Gunawan sebagai tersangka. Karenanya
untuk mempermudah penelitian ini, penulis membuat rumusan masalah sebagai
berikut:
“Bagaimana Kompas.com dan Republika.co.id membingkai polemik KPK dan
POLRI pasca penetapan calon kandidat Budi Gunawan sebagai tersangka?”
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang dipaparkan di atas, serta agar
peneliti lebih terarah maka perlu ditetapkan tujuan penelitian, yaitu untuk
mengetahui konstruk atau frame pers dalam berita tentang polemik KPK dan
POLRI pasca penetapan calon kandidat Budi Gunawan sebagai tersangka.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Akademis
1) Untuk menguji tentang keperpihakan dan kebijakan media online
Kompas.com dan Republika.co.id dalam pemberitaan polemik KPK dan
POLRI pasca penetapan calon kandidat Budi Gunawan sebagai
tersangka.
10
2) Menambah dan melengkapi objek penelitian ilmu komunikasi melalui
penelitian kebijakan redaksional media online dalam pembritaan polemik
KPK dan POLRI.
3) Sebagai pertimbangan untuk penelitian lain dan memotivasi penelitian
lain dalam melakukan penelitian baru dalam lingkup ilmu komunikasi.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada
masyarakat bahwa media masa merupakan salah satu tempat yang bisa
menjadi kontrol sosial serta menjadi tempat / sarana untuk belajar politik.
Namun demikian, masyarakat sendiri juga dapat menilai objektivitas
pemberitaan, serta mengontrol perkembangan media massa yang ada, agar
tidak melenceng dari kode etik jurnalis.
11
PASCA PENETAPAN CALON KAPOLRI BUDI GUNAWAN
(Analisis Framing pada Kompas.com dan Republika.co.id
Periode 10 Januri 2015 – 30 Januari 2015)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyarat untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana (S1)
RIZKI DWI PUTRA DARMAWAN
201110040311338
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama
: Rizki Dwi Putra Darmawan
NIM
: 201110040311338
Jurusan
: Ilmu Komunikasi
Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul Skripsi :
KONTRUKSI MEDIA ONLINE TENTANG POLEMIK
KPK VS POLRI PASCA PENETAPAN CALON KAPOLRI
BUDI GUNAWAN (Analisis Framing pada Kompas.com dan
Republika.co.id Periode 10 Januri 2015 – 30 Januari 2015)
Disetujui,
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
: Rizki Dwi Putra Darmawan
Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan
: Ilmu Komunikasi
Judul
: KONTRUKSI MEDIA ONLINE TENTANG POLEMIK KPK
VS POLRI PASCA PENETAPAN CALON KAPOLRI BUDI
GUNAWAN
(Analisis
Framing
pada
Kompas.com
dan
Republika.co.id Periode 10 Januri 2015 – 30 Januari 2015)
Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Sripsi Prodi Ilmu
Komunikasi FISIP dan dinyatakan LULUS sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Ikom)
Pada tanggal 31 Desember 2015
Dihadapan Dewan Penguji
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertandatangan di bawahini:
Nama
: Rizki Dwi Putra Darmawan
Tempat, tanggallahir : Malang, 26 Juni 1993
NIM
: 201110040311338
Jurusan
: Ilmu Komunikasi
Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah (skripsi) dengan judul:
KONTRUKSI MEDIA ONLINE TENTANG POLEMIK KPK VS POLRI
PASCA PENETAPAN
CALON KAPOLRI BUDI GUNAWAN (Analisis
Framing pada Kompas.com dan Republika.co.id Periode 10 Januri 2015 – 30
Januari 2015)
Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun
seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya
dengan benar.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai ketentuan
yang berlaku.
Malang, 4 Desember 2015
Yang menyatakan,
Rizki Dwi Putra Darmawan
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI
1. Nama
: Rizki Dwi Putra Darmawan
2. NIM
: 201110040311338
3. Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
4. Jurusan
: Ilmu Komunikasi
5. Konsentrasi
: Jurnalistik
6. Judul Skripsi : KONTRUKSI MEDIA ONLINE TENTANG POLEMIK
KPK VS POLRI PASCA PENETAPAN CALON KAPOLRI BUDI
GUNAWAN (Analisis Framing pada Kompas.com dan Republika.co.id
Periode 10 Januari 2015 - 30 Januari 2015)
7. Pembimbing : 1. Nasrullah, S.sos., M.Si
2. Nurudin, S.sos., M.Si
8. Kronologi Bimbingan
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
KONTRUKSI MEDIA ONLINE TENTANG POLEMIK KPK VS POLRI
PASCA PENETAPAN CALON KAPOLRI BUDI GUNAWAN (Analisis
Framing pada Kompas.com dan Republika.co.id Periode 10 Januari 2015 - 30
Januari 2015).
Terselesaikan tugas akhir ini, maka peneliti patut mengucapkan syukur
dan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu selama proses
pengerjaan tugas akhir ini hingga selesai. Berkat jasa dan dukungan tersebut,
akhirnya pengerjaan tugas akhir ini dapat terselesaikan.
Ucapan terimakasih, peneliti sampaikan kepada :
1. Allah SWT atas limpahan berkat dan rahmat-Nya, sehingga peneliti
diberi kekuatan dan kemudahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Nabi besar Muhammad SAW yang meneladani dan menjadikan acuan
peneliti untuk terus memperbaiki diri.
2.Bapak Dr. Muhadjir Effendy, MAP selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Malang (UMM). Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMM. Bapak
Sugeng Winarno, M.A selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
(Ikom) FISIP UMM.
3.Bapak Nasrullah,M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak
Nurudin,M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa memberi
arahan, perhatia dan bimbingan serta meluangkan waktu hingga
terselesaikannya penelitian ini.
4. Segenap Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan
segala ilmunya kepada mahasiswa, khususnya peneliti.
5. Kedua orang tua peneliti ibu dan ayah, Hj. Munawaroh dan H. Karsuwi
yang tak hentinya selalu mendoakan, mendukung, membimbing, dan
memberisemangat untuk menyelesaikan pendidikan akademik setinggitingginya.Tidak ada rasa terimakasih yang bisa peneliti berikan salah
satunya dengan menyelesaikan studi S.Ikom ini dan membuat bangga ibu
dan ayah dengan prestasi lain sebagai ucapan terimakasih ananda. I love
you so much ibu ayah.
6. Saudara- saudara peneliti yang tidak bisa aku sebut satu persatu, yang
tidak ada bosannya selalu mendukung dan
memberikan
doa
untuk
kelancaran perkuliahan dan penulisan tugas akhir peneliti.
7. UMM Creative Team : Pak Nasrullah, Pak Subehan, Ibu Rina, Mas
Rino yang selalu memberi semangat untuk selalu mendukung dan
memberikan arahan untuk kelancaran penulisan tugas akhir peneliti. Serta
terimakasih Ilmu serta pengalamannya selama peneliti menjadi bagian dari
humas UMM.
8. Teman-teman Partime Humas Dan Iro UMM : Mbk aida, Selia, Rere,
Nana, Gilang dan Mas Fathur terimakasih sudah dipertemukan pernah
mengenal dengan kalian semua semoga yang belum lulus segera menyusul
wisuda, amin.
9. Teman-teman iFive : Sule, Peyek, Ovi, Ninda kalian sungguh luar bisa,
senang sekali rasanya selama kulia bisa mengenal kalian, banyak
kenangan yang mungkin itu sulit untuk peneliti lupakan. Terlebih buat
Ninda yang selalu peneliti repotkan untuk bertanya masalah skripsi,
terimakasih juga semangatnya akhirnya penelitian ini selesai.
10. JUFOC : Terimakasih banyak buat Ketua Jufoc 2007 Mas Tuit yang
sudah merekomendasikan sejak jaman SMA untuk gabung dengan Jufoc,
berkat beliau peneliti bisa mengenal dan ikut bagian dari keluarga besar
Jufoc. Sekali lagi terimakasih banyak buat jufoc, berkat jufoc peneliti tak
ada hentinya untuk selalu berprestasi dan selalu berkarya, terlebih temanteman jufoc semuannya anggkatan 2011 yang tidak bisa peneliti sebutkan
satu persatu.
11. Terimakasih banyak Mas Naef, Mbak Tantri yang selama ini selalu
memberi support peneliti untuk menyelesaikan tugas akhir ini serta
semangatnya untuk selalu memberi motivasi.
12. BESTARI UMM : Terimakasih untuk pengalam di dunia media cetak
yang di berikan. Teman-teman yang luar biasa dengan bakat dan ilmu
yang dimiliki, menjadikan peneliti mendapat banyak pengalaman yang
berharga selama bergabung menjadi anggota newspaper kampus UMM.
13. seluruh pihak yang membantu yang tidak bisa disebutkan oleh peneliti
satu persatu. Terimakasih untuk kontribusi yang luar biasa untuk kemajuan
peneliti.
Tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak guna perbaikan di masa mendatang.
Malang, 4 Desember 2015
Peneliti
Rizki Dwi Putra Darmawan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI …………………………………. ii
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………….. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS …………………………………….. iv
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI …………………………… v
KATA PENGANTAR ………………………………………………….. vi
DAFTAR ISI …………………………………………………………… ix
DAFTATAR GAMBAR ……………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………… xii
ABSTRAK …………………………………………………………….... xiii
ABSTRACT …………………………………………………………...... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………10
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………..10
1.4 Kegunaan Penelitian ……………………………………………….10
1.4.1 Kegunaan Akademis …………………………………….10
1.4.2 Kegunaan Praktis ……………………………………......11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Komunikasi Massa dan Kontruksi Media…………………………..12
2.2 Media Massa………………………………………………………...13
2.3 Media Baru…………………………………………………………..16
2.4 Pengaruh Isi Media Massa…………………………………………..21
2.5 Kontruksi Realitas Sosial……………………………………………23
2.6 Tahapan Kontruksi………………………………………………….24
2.7 Kontruksi Realitas Sosial Pada Media……………………………...26
2.8 Kontruksi Berita……………………………………………………..29
2.9 Nilai Berita…………………………………………………………..31
2.10 Framing…………………………………………………………….34
2.10.1 Konsep Framing……………………………………………...34
2.10.2 Model Framing………………………………………….........36
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian…………………………………….38
3.2 Dasar Penelitian……………………………………………………...39
3.3 Unit Penelitian……………………………………………………….39
3.4 Tahapan Analisis…………………………………………………….41
BAB IV GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN
4.1 Republika.co.id………………………………………………...…….48
4.1.1 Sejarah Republika Online………………………………………..49
4.1.2 Filosofi Republika Online………………………………………..52
4.1.3 Profit Pembaca……………………………………………………53
4.1.4 Struktur Redaksi…………………………………………………..54
4.1.5 Rubrikasi Republika.co.id………………………………………..54
4.2 Kompas.com…………………………………………………………..57
4.2.1 Sejarah Kompas.com……………………………………………..57
4.2.2 Kompas.com………………………………………………………59
4.2.3 Visi dan Misi………………………………………………………59
4.2.4 Profit Pembaca…………………………………………………….60
4.2.5 Struktur Organisasi Kompas.com…………………………………60
4.2.6 Rubrikasi Kompas.com……………………………………………61
4.2.7 Alamat Redaksi…………………………………………………....62
BAB V PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Sintaksis………………………………………………………………..63
5.1.1 Kapolri Hormati Keputusan Hukum KPK…………………………64
5.1.1.1 Kompas.com…………………………………………………...64
5.1.1.2 Republika.co.id………………………………………………...66
5.1.2 Kronologi Budi Gunawan Menjadi Tersangka…………………….68
5.1.2.1 Kompas.com……………………………………………………68
5.1.2.2 Republika.co.id…………………………………………………70
5.1.3 Relawan Dua Jari Ancam Demo Jokowi Jika Melantik……………73
5.1.3.1 Kompas.com……………………………………………………73
5.1.3.2 Republika.co.id…………………………………………………75
5.1.4 Jokowi Tersandera Kepentingan Partai…………………………….77
5.1.4.1 Kompas.com……………………………………………………78
5.1.4.2 Republika.co.id…………………………………………………80
5.1.5 PDIP Bantah Budi Gunawan Titipan Mega………………………...82
5.1.5.1 Kompas.com…………………………………………………….82
5.1.5.2 Republika.co.id………………………………………………….85
5.2 Skript…………………………………………………………………….87
5.2.1 Kapolri Hormati Keputusan Hukum KPK………………………….87
5.2.1.1 Kompas.com…………………………………………………….87
5.2.1.2 Republika.co.id………………………………………………….89
5.2.2 Kronologi Budi Gunawan Menjadi Tersangka……………………...91
5.2.2.1 Kompas.com……………………………………………………..91
5.2.2.2 Republika.co.id…………………………………………………..93
5.2.3 Relawan Dua Jari Ancam Demo Jokowi Jika Melantik……………..95
5.2.3.1 Kompas.com……………………………………………………..95
5.2.3.2 Republika.co.id ………………………………………………….97
5.2.4 Jokowi Tersandera Kepentingan Partai……………………………...99
5.2.4.1 Kompas.com……………………………………………………..99
5.2.4.2 Republika.co.id ………………………………………………...101
5.2.5 PDIP Bantah Budi Gunawan Titipan Mega……………………….102
5.2.5.1 Kompas.com…………………………………………………...102
5.2.5.2 Republika.co.id………………………………………………...104
5.3 Tematik…………………………………………………………………105
5.3.1 Kapolri Hormati Putusan KPK………………………………...…...106
5.3.1.1 Kompas.com……………………………………………………106
5.3.1.2 Republika.co.id…………………………………………………108
5.3.2 Kronologi Budi Gunawan Menjadi Tersangka……………………..109
5.3.2.1 Kompas.com……………………………………………………109
5.3.2.2 Republika.co.id…………………………………………………111
5.3.3 Relawan Dua Jari Ancam Demo Jokowi Jika Melantik……………113
5.3.3.1 Kompas.com…………………………………………………....114
5.3.3.2 Republika.co.id…………………………………………………115
5.3.4 Jokowi Tersandera Kepentingan Partai…………………………….117
5.3.4.1 Kompas.com……………………………………………………117
5.3.4.2 Republika.co.id…………………………………………………119
5.3.5 PDIP Bantah Budi Gunawan Titipan Mega………………………..120
5.3.5.1 Kompas.com……………………………………………………120
5.3.5.2 Republika.co.id…………………………………………………123
5.4 Retoris…………………………………………………………………..124
5.4.1 Kapolri Hormati Putusan KPK……………………………………..125
5.4.1.1 Kompas.com……………………………………………………125
5.4.1.2 Republika.co.id…………………………………………………126
5.4.2 Kronologi Budi Gunawan Menjadi Tersangka……………………..128
5.4.1.1 Kompas.com…………………………………………………….128
5.4.1.2 Republika.co.id…………………………………………………129
5.4.3 Relawan Dua Jari Ancam Demo Jokowi Jika Melantik……………131
5.4.3.1 Kompas.com……………………………………………………131
5.4.3.2 Republika.co.id…………………………………………………132
5.4.4 Jokowi Tersandera Kepentingan Partai…………………………….133
5.4.4.1 Kompas.com……………………………………………………133
5.4.4.2 Republika.co.id…………………………………………………134
5.4.5 PDIP Bantah Budi Gunawan Titipan Mega………………………..135
5.4.5.1 Kompas.com……………………………………………………135
5.4.5.2 Republika.co.id…………………………………………………137
5.6 Faktor Yang Mempengaruhi Kontruksi Berita…………………………142
5.6.1 Ideologi dan Sudut Pandang Dalam Mempengaruhi Kontuksi
Berita……………………………………………………………………...143
5.6.2 Labeling dalam Mempengaruhi Kontruksi Pemberitaan…………..144
5.6.3 Narasumber Sebagai Pembentuk Kontruksi Pemberitaan………….145
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan……………………………………………………………..147
6.2 Saran……………………………………………………………………148
6.2.1 Saran Akademis…………………………………………………….148
6.2.2 Saran praktis………………………………………………………..149
DAFTAR PUSAKA……………………………………………………………150
LAMPIRAN
DAFTAR PUSAKA
Ardial. 2014. Paradigma Dan Model Penelitian Komunikasi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Barus, Sedia Willing. 2010. Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta:
Erlangga.
Budianto, Heri, Hamid, Farid. 2010. Ilmu Komunikasi Sekarang dan Tantangan
Masa Depan. Jakarta: Kencana.
Baran, Stanley J. 2008. Pengantar Komunikasi Massa Melek Media dan Budaya.
Jakarta: Erlangga.
Chong, Dennis & Drucman, James N. 2007. Framing Theory. Deparment of
Political Science: Nortwestern University.
Eriyanto. 2011. Analisis Framing: Kontruksi, Ideology dan Politik Media,
Yogyakarta: LKis.
Flew, Terry. 2005. New Media. United Kingdom: Oxford University Press.
Haryanto, Igtanus. 2006. The New York Times Menulis Berita TanpaTakut atau
Memihak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi Suaatu Pengantar. Bandung Rosda.
McQuail, Denis. 2010. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika.
McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta: Salemba
Humanika.
Nasrullah, Rulli. 2014. Teori dan Riset Media Siber. Jakarta: Kencana
Prenada Media.
Nurudin. 2014. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja Grafindo.
Prassante, K.Cristoper. 2008. Journalism. Jakarta: Prenanda Media Group.
Scheutele. Dietram A. 1999. Framing as Theory Of Media. International
Communication Association.
Shoemaker, P. J. dan S. D. Reese. 1996. Mediating The Message Second Edition
New York: Longman Publishers USA.
Sobur, Alex. 2012. Analisis Teks Media. Bandung: Rosda.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Tamburaka, Apriadi. 2012. Agenda Setting Media Massa. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Nonbuku
http://kuliahsosiologi.blogspot.co.id/2010/10/meaning-of-methodology-neuman2000.html
http://www.scribd.com/doc/12617911/Sejarah-Berdirinya-Pers-Islamis-danHarian-Republika#scribd
http://inside.kompas.com/about-us
http://profile.print.kompas.com/sejarah/
http://tentangsejarah1.blogspot.co.id/2014/05/sejarah-berdirinya-hariankompascom.html
http://terinspirasikomunikasi.blogspot.co.id/2013/03/level-pengaruh-hirarki-isimedia.html
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sudah tidak menjadi rahasia lagi, pengisian sebuah jabatan pimpinan
tinggi di pemerintah kerap menjadi permainan sang pemimpin. Aparatur sipil
negara yang lemah posisinya, mau tidak mau harus harus meninggalkan
profesionalismenya. Berbagai cara dilakukan untuk hanya untuk menyenangkan
pemimpin, hanya untuk menjadi seorang pejabat. Menjelang berakhirnya masa
jabatan atau setelah terpilih menjadi menteri / kepala lembaga atau kepala daerah,
pergantian pejabat pimpinan tinggi di kementrian / lembaga / pemerintah daerah
(pemda) adalah hal yang biasa disaksikan oleh publik.
Di level pemerintahan pusat menteri/kepala lembaga biasanya mengganti
Sekretaris Jendral, Direktur Jendral, Deputi atau pimpinan tinggi utama dan
pratama lainnya. Adapun di daerah, kepala daerah memilih orang-orang baru
menduduki jabatan kepala dinas atau pimpinan tinggi lainnya. Proses pergantian
gerbong pinti gebong memang lumrah sering terjadi ketika pemimpin pucuknya
juga baru. Alasan peergantian yang sering diungkap bahwa pergantian adalah
sebuah rotasi yang biasa dilakukan di pemerintahan. Rotasi merupakan sebuah hal
rutin dalam sebuah organisasi atau didalam sebuah birokrasi. Namun, di balik itu,
publik sebenarnya juga sudah mengetahui para pejabat baru tersebut
sesungguhnya merupakan orang-orang dekat menteri/kepala lembaga/kepala
daerah. Karena itu, tidak heran jika mereka yang terpilih bukanlah orang yang
tepat dan kompeten di posisinya, karena dasarnya kedekatan. Bahkan, tidak jarang
terjadi integritas atau status orang-orang baru tersebut dia baikan begitu saja.
1
Tidak peduli mereka sedang bermasalah dengan hukum, menjadi tersangka
terutama dalam kasus-kasus korupsi, terdakwa atau residivis dari satu kasus
hukum, mereka tetap saja dipilih oleh sang pemimpin.
Seperti kasus Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kepolisian
Republik Indonesia (POLRI) yang akhir-akhir ini menjadi sorotan publik dimana
Pada tanggal 13 Januari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan calon
tunggal Kapolri, Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka kasus korupsi terkait
suap dan gratifikasi ketika menjadi pejabat di Mabes Polri. Penetapan Budi
Gunawan sebagai tersangka diumumkan tepat sebelum Budi Gunawan akan
menjalani fit and proper test sebagai calon tunggal Kapolri. Melalui sidang
paripurna tanggal 15 Januari, DPR menyetujui Komisaris Jenderal Budi Gunawan
sebagai kepala Polri untuk menggantikan Jenderal (Pol) Sutarman meskipun Budi
Gunawan telah ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi. Menurut KPK Budi
Gunawan disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau b, Pasal 5AYAT 2, DAN
Pasal 11 atau 12 B Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1
ke- 1 KUH Pidana. Semenjak status Budi Gunawan sebagai tersangka banyak
kemungkinan pencalonan untuk menjadi pucuk pimpinan di korps Bayangkara
terancam gagal.
Pada tanggal 23 Januari, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi
Bambang Widjoyanto ditangkap Badan Reserse Kriminal Polri setelah ditetapkan
sebagai tersangka kasus dugaan pemberian keterangan palsu di Mahkamah
Konstitusi saat sidang sengketa pemilihan Bupati Kota Waringin Barat,
Kalimantan Tengah. Kasus yang terjadi di tahun 2010 tersebut melibatkan
pasangan Ujang Iskandar-Bambang Purwanto serta Sugianto-Eko Sumarno,
2
dimana Bambang Widjojanto menjadi kuasa hukum pasangan Ujang IskandarBambang Purwanto. Di tengah situasi yang jauh dari menguntungkan ini, yang
ditunggu adalah sikap tegas presiden Jokowi untuk memutuskan secara tegas agar
tidak adanya gesekan antara KPK dan POLRI.
Dalam kasus ini bisa disimpulkan bahwa mulai semakin terang saja.
Pihak siapa yang mencurigai siapa, siapa mendendam siapa dan siapa yang
berhasil membalas dendam atau berhasil membalas. Kasus Budi Gunawan ini
merupakan serangan bertubi-tubi ke KPK, ini adalah masalah yang sangat berat
dan sangat kompleks, meskipun mengancam keutuhan bangsa dan mengganggu
stabilitas politik tetapi dengan timbulnya masalah ini banyak masyarakat yang
merasa pesimis dengan upaya Jokowi untuk menyelesaikan masalah besar ini
secara independt. Dengan dibantunya oleh tim 9 yang merupakan bentukan dari
Presiden Joko Widodo untuk mendamaikan kisruh dua institusi hukum yaitu
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polisi Republik Indonesia (POLRI) ,
secara tegas tim 9 menolak dengan dilantinya Budi Gunawan Sebagai Kapolri.
Tim 9 yang diketuai oleh mantan ketua PP Muhammadiyah Syafii Maarif ini
memiliki lima rekomndasi unutuk Jokowi terkait kisru KPK vs POLRI, pertama
Presiden seyogyanya memberi kepastian terhadap siapapun penegak hukum yang
berstatus tersangka untuk mengundurkan diri dari jabatannya atau tidak
menduduki jabatan selama berstatus sebagai tersangka. Kedua, Presiden
disarankan tidak melantik calon Kapolri dengan status tersangka dan
mempertimbangkan kembali untuk mengusulkan calon baru. Ketiga, Presiden
disarankan untuk menghentikan segala upaya yang diduga merupakan
kriminaiisasi terhadap personil penegak hukum siapapun, baik Polri maupun
3
KPK. Keempat, Pesiden seyogyanya memerintahkan kepada Polri maupun KPK
untuk menegakkan kode etik terhadap pelanggaran etika profesi yang diduga
dilakukan oleh personil Polri maupun KPK. Kelima, Presiden diharapkan
menegaskan kembali komitmennya terhadap pemberantasan korupsi dan
penegakan hukum. Dengan adanya lima rekomndasi dari tim 9 itu publik tetap
berharap Presiden Jokowi bisa menyelesaikan masalah ini dengan secara
independent tanpa adanya campur tangan elit politik.
Kontruksi merupakan sebuah realitas yang dilakukan oleh media yang
dipergunakan oleh berbagai faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang
mempengharuhi pembuatan berita politik antara lain, pasar dan kenyataan Politik.
Sedang faktor internal yang mempengaruhi pembuatan teks tentang peliputan
politik adalah idealisme dan ideologi yang dianut, baik itu oleh media secara
keseluruhan maupun individu wartawannya (Hamad, 2004:4).
Didalam komunikasi politik, kontruksi realitas oleh media massa tersebut
menjadi sangat khas. Sebab cara sebuah media mengkontruksikan suatu pristiwa
politik akan memberi citra tertentu mengenai sebuah realita politik, yang bagi para
aktor dan partai politik, citra ini sangat berpengaruh untuk kepentingan politiknya.
Bagi media massa, secara mereka mengkontruksikan realitas politik, dapat
menjadi strategi menyimpan motif masing-masing media dibalik wacana yang
dibanggunnya (Hamad, 2004:11).
Sebagian masyarakat juga sudah mengetahui siapa dalang dibalik kasus
kisru KPK vs POLRI ini adalah partai politik. Namun demikian partai politik
yang mengusung Jokowi ini tak akan berhasil melakukan cara-cara tipu melihat
jika presidennya bukan Jokowi. Para elit politik sama halnya memanfaatkan jasa
4
Jokowi menjadi Presiden
lalu dengan kepolosan sosok Jokowi. Elit politik
dengan segala cara ditempuh dengan tujuan upaya orang-orang partai pengusung
Jokowi agar masuk pada lingkaran kabinetnya.
Jika kita flashback kembali kasus Cicak vs Buaya yang terjadi di era
SBY tahun 2009 silam. Berawal dari penyadapan KPK terhadap Kabareskrim
Polri Susno Duadji yang terlibat dalam kasus Century. Imbasnya, dua komisioner
KPK Bibit Riyanto dan Chandra Hamzah terkait suap yang dilakukan Antasari
Ashar (Ketua KPK yang juga tersangka pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen) dan
Anggoro Wijoyo (Direktur PT Masaro). Lalu di tahun 2012 juga terjadi kasus
yang sama ketika KPK menetapkan Inspektur Jendral Djoko Susilo sebagai
tersangka korupsi simulator SIM, komisoner KPK Novel Baswedan pun
ditangkap dengan tuduhan terlibat aksi penganiayaan berat saat masih bertugas di
Kepolisian Daerah Riau. Ketiga kasus yang melibatkan KPK dan Polri ini samasama memicu reaksi publik.
Dukungan terhadap KPK mengalir deras disela-sela perseteruan para elit
tersangka korupsi ini. Dukungan tersebut dilakukan atas kesimpulan upaya
pelemahan KPK untuk memberantas korupsi dengan mengkriminalisasi
komisionernya. Memang, sejauh ini hanya KPK yang paling menuai keberhasilan
menjerumuskan pelaku korupsi di antara lembaga-lembaga hukum yang ada.
Maka ketika KPK mengusik ketenangan para pelaku korupsi, pihak yang
kepentingannya terganggu dengan segera menghantam balik KPK. Terlepas dari
itu dapat dilihat bahwa elemen-elemen massa rakyat walaupun tidak terorganisir
dengan baik mampu bersatu dan mengarahkan massa yang masih mempercayai
KPK untuk menduduki gedung KPK melalui frame “antikorupsi”.
5
Di negara penganut kapitalisme, melalui kekuasaan ekonomi dan politik
yang dimiliki segelintir orang korupsi merupakan cara yang paling efektif untuk
menumpuk modal dan memperkuat kekuasaan / jabatan. Melalui negara, mereka
lalu membangun struktur yang bersimpul satu sama lain untuk melindungi praktik
korupsi. Tak heran ketika akumulasi kapital mereka diputus, maka dengan
berbagai cara mereka menyerang pihak-pihak yang telah memutus akumulasi
kapital sambil terus berupaya menemukan sumber-sumber akumulasi baru yang
tentunya dengan membangun segenap kekuatan penopang melalui birokrasi,
korporasi dan oligarki. Itulah sebabnya korupsi tak pernah berkurang atau terkikis
habis sampai detik ini.
Bisah kita lihat kasus-kasus korupsi besar yang melibatkan petinggipetinggi negara seperti BLBI, Century, Hambalang, KPK, dan Polri yang hingga
sekarang tidak mampu menyeret nama-nama besar seperti Sri Mulyani, Megawati,
Budiono, bahkan mantan Presiden ke-6 SBY sekalipun. Hal ini pula jelas terlihat
dalam kasus Budi Gunawan mantan ajudan Megawati yang tidak memenuhi
persyaratan menjadi calon Kapolri karena sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Namun dengan mudahnya status “tersangka” Budi Gunawan diabaikan begitu saja
oleh DPR sehingga DPR tetap melanjutkan bahkan meloloskan fit and proper test
Budi Gunawan sebagai calon Kapolri. Kapitalisme selalu mempunyai cara untuk
menutupi sebuah kesalahannya, perlindungan terbaik bagi sebuah kapitalisme
adalah melalui label “demokrasi” yang diterapkan oleh banyak negara saat ini
termasuk Indonesia. Bahakan dinegara demokrasi seperti Indonesia saling
menyerang dan saling menghukum terjadi ketika kepentingan menjadi berbeda,
namun pada kenyataanya ketika berada pada koridor kepentingan yang sama
6
mereka tanpa malu saling bekerja sama satu sama lain. Sebab sebuah demokrasi
yang diusung kapitalisme bukanlah demokrasi yang mengarah pada kepentingan
rakyat, namun demokrasi dalm kepentingan para pemodal / elit politik.
Melalui institusi penegak hukum, korupsi menjadi hal yang tidak dapat
dihindari. Di Kepolisian, kasus rekening gendut melibatkan beberapa petinggi
kepolisian. Sebut saja Mathius Salempang, Susno Duadji, Sylvanus Yulian
Wenas, Bambang Suparno, Badrodin Haiti dan Budi Gunawan yang
dilaporkan PPATK tentang kasus mencurigakan di rekening perwira tersebut.
Lalu, ada mantan Ketua MK Akil Mokhtar. Sedangkan kasus korupsi di lembaga
negara pun tidak kalah banyaknya. Di Kementerian ESDM ada Jro Wacik,
Kementerian Pertanian ada Lufti Hasan, Kemenpora ada Andi Malarangeng dan
masih banyak lagi yang lainnya.
Korupsi memang menjadi bagian dari perlawanan rakyat karena
kapitalisme sangat berkepentingan dengan korupsi. Walaupun korupsi termasuk
dalam kategori kejahatan luar biasa (extraordinary crime), namun tidak ada
jaminan korupsi bisa dilenyapkan. Kesuksesan yang diperoleh lembaga
pemberantas korupsi dari waktu ke waktu itu hanyalah pada aspek “menghukum
si pelaku” bukan pada menghancurkan akar korupsi itu sendiri. Dalam artian baik
hukuman penjara maupun hukuman mati bukanlah solusi yang betul-betul ampuh
untuk menangani korupsi. Sebab, pemodal akan selalu memperbarui diri dan
memperluas jaringan, menemukan sumber-sumber baru agar kepentingan
modalnya tetap terjaga. Sekarang rakyat perlu mengetahuinya, terutama rakyat
kelas buruh sudah harus melihat dengan jelas kasus-kasus korupsi yang ada dan
7
bertebaran disekeliling yang sangat berhubungan erat dengan kepemilikan alat
produksi oleh kapitalis.
Melalui kekuatan kepemilikan alat produksinya akan terus berantai
hingga ke tingkatan kekuasaan yang paling bawah. Oleh karena itu, korupsi sudah
bukan hanya menjadi makanan para elit pemilik modal, tetapi juga sampai di
tingkatan RT maupun lingkup bekerjaan. Hal ini menggambarkan bahwa korupsi
tidak hanya harus diberantas di tingkatan atas, tetapi hingga bawah, perlu adanya
kesadaran bagi semua kalangan masyarakat agar upaya korupsi ditinggalkan.
Ibarat sebuah pohon, memangkas sebuah rantingnya saja tidak cukup, tetapi perlu
mencaput pohon hingga akarnya. Dan dari beberapa kasus ini rakyat harus sadar
bahwa selama sistem korupsi bawaan kapitalisme ini masih kuat tertancap di
negara Indonesia tercinta ini, maka selama itu pula korupsi tetap bertahan bahkan
mengakar dan selama itu juga kesejahteraan akan jauh dari rakyat.
Dengan polemik kasus KPK vs POLRI saat ini peran media juga patut
dilihat, bagaimana suatu media mengkontruksi sebuah berita polemik saat ini.
Media sebagai mana fungsinya memberitakan sebuah realita yang ada lalu
merangkainya menjadi suatu informasi dan informasi tersebut disebarkan kepada
pembaca / khalayak. Kasus KPK vs POLRI ini merupakan salah satu kasus yang
besar selain kasus korupsi-korupsi lainnya yang ada, disini penulis beranggapan
bahwasanya media terkadang tidak memberitakan sebuah berita dengan fakta /
realita yang ada dilapangan. Namun media terkadang adanya pemihakan terhadap
salah satu subjek yang dominan, dimana kedekatan subjek memiliki keterkaitan
dengan pemilik media sehingga berita bisa dikontruksi secara baik.
8
Dari realitas-realitas tersebut, maka muncul pertanyaan dari peneliti,
tentang bagaimana Kompas.com dan Republika.co.id membingkai isi berita
polemik KPK dan POLRI pasca penetapan calon kandidat Budi Gunawan sebagai
tersangka serta bagaimana cara ke dua media membingkai kasus tersebut dalam
urainnya. Sebab dalam penulisan berita tersebut, tentu saja dipengaruhi oleh
banyak hal, hingga akhirnya dihasilkan suatu teks berita.
Penyampaian sebuah wacana dipengaruhi bagaimana kognisi wartawan
yang melakukan peliputan berita. Sebab kognisi wartawan dianggap turut
mempengaruhi pembentukan teks berita yang ditulisnya, dimulai dari cara
pandang wartawan dalam melihat realitas sosial yang terjadi, pemakaian dan
pemilihan kata serta kalimat, dipahami sebagai dari strategi wartawan dalam
mengemas teks. Selain itu, bagaimana kognisi wartawan terhadap KPK dan
POLRI yang diberitakannya turut pula mempengaruhi wartawan dalam menulis
berita tentang objek yang ia uraikan.
Berdasarkan uraian di atas, muncul keingintahuan penulis tentang
bagaimana kontruksi media online Kompas.com dan Republika.co.id dalam
memberitakan tentang polemik KPK dan POLRI pasca penetapan calon kandidat
Budi Gunawan sebagai tersangka. Alasan pemilihan kedua Kompas.com dan
Republika.co.id sebagai media objek penelitian adalah karena Kompas.com dan
Republika.co.id memiliki jangkauan yang b erskala nasional, dan merupakan
salah satu media online terbesar yang ada di Indonesia. Selain itu kedua media ini
memiliki kedekatan (proximity) dengan pembacanya yang ada di Indonesia.
Disamping itu, media ini sangat menarik di teliti, karena pada dasarnya jika kita
melihat background kedua media ini sudah berbeda sehingga dari perbedaan itu
9
akan muncul sebuah informasi / pemberitaan yang berbeda. Maka pemilihan
media online Kompas.com dan Republika.co.id ini memberi nilai tambahan
tersendiri untuk dilakukan penelitian lebih dalam.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini pada dasarnya adalah kajian bagaimana media online
Kompas.com dan Republika.co.id dalam membingkai polemik KPK dan POLRI
pasca penetapan calon kandidat Budi Gunawan sebagai tersangka. Karenanya
untuk mempermudah penelitian ini, penulis membuat rumusan masalah sebagai
berikut:
“Bagaimana Kompas.com dan Republika.co.id membingkai polemik KPK dan
POLRI pasca penetapan calon kandidat Budi Gunawan sebagai tersangka?”
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang dipaparkan di atas, serta agar
peneliti lebih terarah maka perlu ditetapkan tujuan penelitian, yaitu untuk
mengetahui konstruk atau frame pers dalam berita tentang polemik KPK dan
POLRI pasca penetapan calon kandidat Budi Gunawan sebagai tersangka.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Akademis
1) Untuk menguji tentang keperpihakan dan kebijakan media online
Kompas.com dan Republika.co.id dalam pemberitaan polemik KPK dan
POLRI pasca penetapan calon kandidat Budi Gunawan sebagai
tersangka.
10
2) Menambah dan melengkapi objek penelitian ilmu komunikasi melalui
penelitian kebijakan redaksional media online dalam pembritaan polemik
KPK dan POLRI.
3) Sebagai pertimbangan untuk penelitian lain dan memotivasi penelitian
lain dalam melakukan penelitian baru dalam lingkup ilmu komunikasi.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada
masyarakat bahwa media masa merupakan salah satu tempat yang bisa
menjadi kontrol sosial serta menjadi tempat / sarana untuk belajar politik.
Namun demikian, masyarakat sendiri juga dapat menilai objektivitas
pemberitaan, serta mengontrol perkembangan media massa yang ada, agar
tidak melenceng dari kode etik jurnalis.
11