IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM FILM (Analisis Isi pada Film Preman In Love Karya Rako Prijanto)

Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Film
(Analisis Isi pada Film Preman In Love Karya Rako Prijanto)
 

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana ( S-1 ) 
 
 

 
 
 

Oleh:
LUKMANUL HAKIM
06220303
 

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

LEMBAR PENGESAHAN

Nama

: Lukmanul Hakim

NIM

: 06220303

Konsentrasi

: Audio Visual

Judul Skripsi : Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Film (Analisis Isi pada
Film Preman In Love Karya Rako Prijanto)


Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
dan dinyatakan LULUS

Pada hari : Jum’at
Tanggal : 6 Mei 2011
Tempat : Ruang 609

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama

: Lukmanul Hakim

Tempat, Tanggal Lahir


: Ponorogo, 21 Desember 1987

NIM

: 06220303

Jurusan

: Ilmu komunikasi

Fakultas

: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul :

Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Film
(Analisis Isi pada Film Preman In Love Karya Rako Prijanto)
adalah bukan karya ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya,
kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 25 April 2011
Yang menyatakan,

Lukmanul Hakim

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb,
Alhamdulillahi rabbil ‘aalamin,
Puji syukur kehadirat Allah SWT sang penguasa alam raya, salam
sejahtera bagi junjungan Nabi Muhammad SAW, karena hanya atas rahmat serta
hidayah-Nya sehingga skripsi ini bisa terselesaikan juga.
Skripsi ini disusun selain sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar
Sarjana (S-1), juga dengan maksud untuk memberikan referensi dan penjelasan
kepada para akademisi khususnya mahasiswa jurusan ilmu komunikasi, para
praktisi yang bergerak di bidang film, serta para penikmat film tentang

implementasi nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam sebuah film karya anak
bangsa.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi tantangan dan
kesulitan yang mana dukungan dan kemurahan hati yang telah diberikan oleh
berbagai pihaklah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Sugeng Winarno, MA selaku dosen wali dan pembimbing I, atas
kesediaan waktu mengarahkan dan membimbing dalam penelitian ini.
2. Ibu Dra. Juli Astutik, M.Si selaku pembimbing II, atas kesediaan waktu
mengarahkan dan membimbing dalam penelitian ini.
3. Seluruh dosen Ilmu Komunikasi UMM atas ilmu-ilmu bermanfaat yang
telah diberikan selama ini.

4. Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2006 UMM yang telah
memberikan informasi berupa data-data yang diperlukan penulis.
5. Ayahanda Drs. Jusuf Harsono, M.Si yang dengan sabar memberikan
bimbingan dan selalu memberi semangat melalui kisah-kisah inspiratifnya.
6. Ibunda Dyah Sri Pudjowati, S.Sos yang selalu sabar dan memberikan
semangat dukungan moral untuk menyeleseikan penelitian ini.
7. Adikku Insyira Yusdiawan Azhar sebagai sang inspirator.

8. Seluruh anggota Kine Klub UMM atas ilmu-ilmu sinematografinya selama
empat tahun ini.
9. Dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu, atas bantuan
dan dukungannya dalam menyelesaikan penelitian ini.
Peneliti menyadari apa yang telah ditulis masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kepada para pembaca dengan segala kerendahan hati penulis akan
menyambut baik setiap saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan berkah dan rahmat-Nya pada kita semua,
Amien.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Malang, 25 April 2011
Penulis,

Lukmanul Hakim

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

1

B. Rumusan Masalah

4

C. Tujuan Penelitian

4

D. Manfaat Hasil Penelitian


4

E. Tinjauan Pustaka

5

E.1. Film sebagai media massa

6

E.2. Pancasila sebagai Pandangan Hidup

13

E.3. Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat

16

E.4. Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam film


19

E.5. Analisis Isi

21

F. Kategorisasi

23

G. Metode Penelitian

29

G.1. Tipe Penelitian

29

G.2. Pendekatan Penelitian


29

G.3. Unit Analisis

30

G.4. Satuan Ukur

30

G.5. Teknik Pengumpulan Data

30

G.6. Teknik Perolehan Data

31

G.7. Uji Reliabilitas


32

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN
A. Sinopsis Film Preman In Love

33

B. Catatan Produksi

34

C. Pemain dan Kru Film Preman In Love

35

D. Profil MD Entertainment

35

E.

Profil Rako Prijanto

37

F.

Profil Tora Sudiro
39

G. Profil Vincent Rompies

41

H. Profil Fanny Fabriana

43

BAB III PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Sajian Data

45

B. Analisis Isi Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam film

46

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan

65

B. Saran

67

DAFTAR PUSTAKA

69

LAMPIRAN
Lampiran 1.1. Pemain dan Kru Preman In Love

71

Lampiran 1.2. Expected Agreement Implementasi Nilai – Nilai Pancasila 77
Lampiran 1.3. Uji Reliabilitas

83

Lampiran 1.4. Hasil koding peneliti, koder I, dan koder II

85

Daftar Tabel
Tabel 1.1. Lembar koding untuk penelitian

31

Tabel 1.2. Frekuensi Kemunculan Implementasi Nilai-Nilai Pancasila

45

Tabel 1.3. Hasil Koding Sila Pertama

77

Tabel 1.4. Hasil Koding Sila Kedua

78

Tabel 1.5. Hasil Koding Sila Ketiga

79

Tabel 1.6. Hasil Koding Sila Keempat

80

Tabel 1.7. Hasil Koding Sila Kelima

81

Tabel 1.8. Total Expected Agreement Implementasi Nilai-Nilai Pancasila 82
Tabel 1.9. Hasil koding peneliti, koder I, dan koder II

85

DAFTAR PUSTAKA

Budiyono, Kabul, 2009, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi.
Bandung: Penerbit Alfabeta
Krippendorff, Klaus. 1991. Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta
: Rajawali Pers.
Krissantono, (ed), 1976, Pandangan Presiden Soeharto Tentang Pancasila.
(Cet.2). Jakarta: CSIS
Mardalis, 2007. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, (Cet.9). Jakarta:
Bumi Aksara
Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Cet.7). Bandung:
PT. Remaaja Rosdakarya
Nurudin, M.Si, 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada
Partanto, Pius. A dan M. Dahlan Al Barry, 2001, Kamus Ilmiah Populer.
Surabaya: Arkola
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah, 2008. Metode Penelitian
Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, (Ed.4). Jakarta: PT RajaGarfino Persada
Pratista, Himawan, 2008. Memahami Film (Cet.I), Yogyakarta: Homerian Pustaka
Sani, Asrul, 1990, Perkembangan Film Indonesia dan Kualitas Penonton, Prisma.
No. 5, Tahun XIX 1990, Jakarta
Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Srijanti, et al., 2009, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi:
Mengembangkan Etika Berwarga Negara (Ed. 3). Jakarta: Salemba
Empat
Widagdo, M. Bayu dan Winastwan Gora S, 2007. Bikin Film Indie Itu Mudah.
Yogyakarta: C.V Andi Offset
Wimmer, Roger D. & Joseph R. Dominick. 2000, Mass Media Research. An
Introduction. London.: Wadsworth Publishing Company

Draft Rancangan UU Perfilman Tahun 2006
UU Tahun 2009 Tentang Perfilman. 2010. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Yustisia

Non Literatur
Sofa, Metode Analisis Isi, Reliabilitas, dan Validitas dalam Metode Penelitian
Komunikasi, dalam: http://massofa.wordpress.com/2008/01/28/metodeanalisi-isi-reliabilitas-dan-validitas-dalam-metode-penelitiankomunikasi/. diakses pada tanggal 26 maret 2010 jam 19.52 wib
Vidani, Peter dalam: http://ayonana.tumblr.com/post/390644418/definisi-film.
diakses pada tanggal 26 maret 2010 jam 19.45 wib
http://id.wikipedia.org/wiki/Fanny_Fabriana. diakses hari senin tgl 11 oktober
2010 pukul 19.28 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Rako_Prijanto. diakses hari senin tgl 11 oktober 2010
pukul 19.24 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Tora_Sudiro. diakses hari senin tgl 11 oktober 2010
pukul 19.22 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Vincent_Ryan_Rompies. diakses hari senin tanggal
11 oktober 2010 pukul 19.26 WIB
http://www.filmpendek.com/film-preman-in-love/3879. diakses pada tanggal 18
April 2010 jam 21.12 WIB
http://www.mdentertainment.net/. diakses hari senin tanggal 11 oktober 2010
pukul 19.34 WIB
http://www.sofyanr.com/film-perjoeangan-tempo-doeloe.html. diakses hari senin
pada tanggal 9 Mei 2011 jam 22.30 WIB

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masih tertancap dengan jelas dalam ingatan bangsa Indonesia, lahirnya
semangat persatuan seluruh rakyat Indonesia dalam perjuangannya membentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setelah melewati proses yang panjang
dalam memperoleh kemerdekaan, maka lahirlah ideologi bangsa Indonesia yang
dinamakan Pancasila. Pancasila merupakan satu-satunya pandangan hidup yang
dapat pula mempersatukan bangsa Indonesia.
Namun tidak tahu berawal dari apa, dari mana, dan sejak kapan,
masyarakat Indonesia semakin bergerak melangkah jauh meninggalkan apa yang
menjadi ideologinya dan lupa akan wajah bangsa sendiri. Pancasila yang
merupakan ideologi bangsa semakin lama semakin menjadi berwarna buram.
Nilai-nilai Pancasila yang digagas oleh para pejuang, kurang diimplementasikan
dengan baik, padahal Pancasila sudah menjadi ideologi bangsa dan negara sejak
tahun 1945. Keadaan ini ternyata sudah terjadi sejak masa orde lama.
Gambaran tentang implementasi nilai-nilai Pancasila dalam perjalanan
pemerintahan sejak orde lama sampai era reformasi menunjukkan masyarakat
Indonesia belum sepenuhnya memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai
Pancasila di negara ini. Hal ini memunculkan suatu pertanyaan tentang masih
berlakukah Pancasila atau bahkan pertanyaan yang lebih ekstrem adalah masih

1

adakah Pancasila itu di Negara Kesatuan Republik Indonesia pada saat setelah
dibuat sampai saat ini.
Kondisi nyata saat ini yang dihadapi negara salah satunya adalah
munculnya ego kedaerahan. Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan diantara
sesama warga bangsa saat ini ditandai dengan adanya konflik di beberapa daerah.
Berbagai konflik yang terjadi dan telah banyak menelan korban jiwa antar sesama
warga negara dalam kehidupan masyarakat, seolah-olah kehidupan yang dilandasi
oleh nilai-nilai Pancasila yang lebih mengutamakan kerukunan telah hilang dari
kehidupan masyarakat Indonesia.
Sangat

menarik

apabila

implementasi

nilai-nilai

Pancasila

yang

merupakan satu-satunya ideologi yang dianut bangsa Indonesia dimasukkan ke
dalam sebuah sebuah media massa baik berupa cetak ataupun elektronik.
Perkembangan media massa yang didukung perkembangan teknologi komunikasi
bisa dikatakan sudah pada tahap sangat pesat dan serba canggih, sangat
memungkinkan terjadinya hal tersebut. Fungsi dari media massa itu sendiri sama
dengan fungsi komunikasi massa. Jay Black dan Frederick C. Whitney (dalam
Nurudin, 2007:64) mengatakan bahwa fungsi komunikasi massa adalah sebagai to
inform (menginformasikan), to entertain (memberi hiburan), to persuade
(membujuk), transmission of the culture (transmisi budaya).
Alexis S. Tan (dalam Nurudin, 2007:65) mengatakan bahwa fungsi
komunikasi massa adalah, memberi informasi, mendidik, mempersuasif,
menyenangkan, memuaskan kebutuhan komunikan (menghibur). Dalam kaitannya
dengan hal ini, film dapat digunakan sebagai sarana untuk menginformasikan apa

2

saja nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila karena dilihat dari salah satu
fungsi film yaitu to inform (menginformasikan) maka termasuk media massa.
Apalagi untuk sekarang, keberadaan film di masyarakat sudah menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dan bisa dibilang sebuah kebutuhan wajib yang harus
dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat.
Namun nada kritikan dilontarkan oleh Asrul Sani, Wakil Ketua Dewan
Film Nasional (dalam Prisma. No. 5. 1990) bahwa di Indonesia ini popularitas
film Indonesia sama dengan popularitas petai. Jika petai dikenal dengan baunya
yang busuk, maka perfilman di Indonesia barangkali lebih tepat film Indonesia
populer karena keburukan-keburukannya.
Namun tidak semua film karya anak bangsa bisa dikatakan buruk. Contoh
saja film Laskar Pelangi karya sutradara Riri Riza, yang di dalamnya banyak
memuat pesan-pesan sosial yang dikemas ringan dan patut di contoh paling tidak
dari para penikmat film itu sendiri. Lalu ada juga film G 30/S PKI karya Arifin C.
Noer, yang di dalamnya mengandung implementasi nilai-nilai Pancasila. Film ini
menceritakan tentang pemberontakan Gerakan 30 September oleh PKI (Partai
Komunis Indonesia) yang ingin mengganti ideologi negara berdasarkan Pancasila
dengan ideologi yang lain. Tidak dipungkiri lagi dua film yang bergenre drama
tersebut sangat kental dengan implementasi nilai-nilai Pancasila. Namun hal itu
sudah terlalu biasa karena film-film tersebut bisa dibilang merupakan drama yang
serius. Tidak heran jika banyak muatan pesan moral nilai-nilai Pancasila yang
disuguhkan secara apik. Lain halnya apabila film yang di apresiasi adalah film
bergenre komedi.

3

Seperti salah satu film karya anak bangsa garapan sutradara Rako Prijanto
berjudul Preman In Love yang diproduksi oleh MD Entertainment. Dan yang
menjadi fokus pada penelitian ini adalah film yang bergenre komedi tersebut.
Suatu hal yang unik jika di dalam film bergenre komedi seperti film Preman In
Love di dalamnya berisikan implementasi nilai-nilai Pancasila. Film ini dapat
dikatakan mayoritas berisi komedi-komedi yang konyol. Jika dilihat dengan
sekilas, film ini dapat dikatakan jauh dari apa yang dinamakan implementasi nilainilai Pancasila. Peneliti beranggapan bahwa semua film tidak terkecuali film
komedi bias tersisipkan pesan-pesan moral. Dan anggapan awal adalah film ini
mengandung implementasi nilai-nilai Pancasila yang mudah dipahami untuk
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Film ini mengisahkan tentang seorang bernama Sahroni yang awalnya
preman dan meresahkan warga kampung. Namun di akhir cerita, Sahroni terpilih
menjadi kepala desa. Di dalam perjuangannya itu Sahroni menampilkan pesanpesan moral yang menjadi implemenatsi nilai-nilai Pancasila sebagai contoh saja
ketika

Sahroni

berani

mengeluarkan

pernyataan

yang

kurang

lebih

menggambarkan bahwa dia percaya dan takwa hanya kepada Allah SWT. Dengan
pernyataan itu, apa yang dilakukan sahroni sudah termasuk ke dalam
implementasi nilai-nilai Pancasila yang terdapat dalam Sila ke-1 butir 1 yang
berbunyi bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaaannya
kepada Tuhan Yang Maha Esa.

4

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian pada Film Preman In Love Karya Rako Prijano Produksi MD
Entertainment tentang implementasi nilai-nilai Pancasila dalam Film.

B. Rumusan Masalah
Berapa frekuensi kemunculan isi pesan yang mengandung implementasi nilainilai Pancasila dalam Film Preman In Love karya Rako Prijanto Produksi MD
Entertainment ?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui frekuensi kemunculan isi pesan dan menjelaskan secara
detail scene yang mengandung implementasi nilai-nilai Pancasila dalam Film
Preman In Love karya Rako Prijanto Produksi MD Entertainment baik berupa
audio maupun visual.

D. Manfaat hasil penelitian
Manfaat akademis:
1. Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan tambahan referensi
kepada mahasiswa jurusan ilmu komunikasi khususnya konsentrasi
audio visual dalam membuat desain produksi film-film yang akan
dibuat khususnya yang bertemakan implementasi nilai-nilai Pancasila.
2. Hasil penelitian dapat bermanfaat memperkaya kajian jurusan ilmu
komunikasi yang berkonsentrasi audio visual, khususnya mengenai

5

film sebagai salah satu media komunikasi massa. Dan juga diharapkan
mampu menjadi sebuah rujukan bagi peneliti di jurusan ilmu
komunikasi selanjutnya yang melakukan penelitian sejenis.
Manfaat praktis:
1. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan referensi analisis isi dalam
audio visual khususnya film.
2. Hasil penelitian dapat memberikan gambaran memahami sebuah film.
Dan juga sebagai informasi, masukan dan pengetahuan kepada prkatisi
dan audiens film tentang implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
film.

E. Tinjauan Pustaka
E.1. Film sebagai media massa
Dalam komunikasi massa, ada banyak bentuk media yang bisa disebut
media massa salah satunya film. Nurudin dalam bukunya menjelaskan, “dari
sekian banyak definisi bisa dikatakan media massa bentuknya antara lain media
elektronik (televisi, radio), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, dan
film (Nurudin, 2007:4-5).
Menurut draft rancangan UU Perfilman Tahun 2006 Bab 1 Pasal 1 poin 1,
yang dimaksud dengan film adalah karya cipta seni budaya yang merupakan
media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarakan asas sinematografi
dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan atau bahan
hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui

6

proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara,
yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan.
Sedangkan dalam UU Perfilman Tahun 2009 Bab 1 Pasal 1 poin 1, yang
dimaksud dengan film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial
dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi
dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan. Film itu sendiri memiliki
banyak fungsi yang bisa dimanfaatkan masyarakat.
Dalam UU No.8 Tahun 1992 tentang perfilman, dirumuskan beberapa
fungsi film antara lain:
1. Fungsi pelestarian dan pengembangan nilai budaya.
Fungsi pelestarian dan pengembangan nilai budaya dalam film
dilakukan dalam upaya untuk:
a. melestarikan puncak-puncak kebudayaan yang terdapat di daerah
sebagai dasar kebudayaan bangsa
b. memajukan usaha pengembangan dari unsur-unsur tradisional
sesuai dengan keadaan jaman.
c. melakukan inovasi yang menguntungkan dan tidak bertentangan
dengan jalur pembangunan budaya tanpa meninggalkan unsur
tradisional.
d. tidak menolak unsur-unsur asing yang dapat memperkaya dan
melengkapi kebudayaan nasional secara positif.
e. Sebagai sarana hiburan, film berperan sebagai media kultur
edukatif

yang

mampu

merangsang

penonton

untuk

7

mengembangkan pemikiran dan logika dalam menentukan sikap
dan tindakan atas dasar berbagai pilihan dan pengalaman
sebagaimana diperagakan dalam alur cerita.
2. Fungsi informasi
Film lebih bisa menyajikan informasi yang matang dalam konteks
yang relatif lebih utuh dan langka. Pesan-pesan film tidak bersifat
topical dan terputus-putus tetapi dapat ditunjang oleh pengembangan
masalah yang tuntas. Dalam penyelenggaraan film suatu kode etik
produksi film akan lebih langka dan sempurna jika memperhatikan
aspek-aspek film sebagai sumber informasi. Masalah etika informasi,
film tidak dipandang semata-mata dari isi dan tema cerita film, tetapi
juga menyangkut juga totalitas film sebagai media.
3. Fungsi pendidikan
Film adalah suatu jenis teknologi komunikasi yang dapat digunakan
untuk

mendukung

proses

belajar

mengajar,

dan

dalam

menyebarluaskan nilai-nilai edukatif dan kebudayaan baik dalam
maupun luar sekolah bagi masyarakat yang dijadikan sasaran.
Sekalipun tidak secara langsung menghubungkan anak didik dengan
objeknya, film dengan gambar hidupnya menjadi perantara yang dapat
disistematiskan untuk tujuan-tujuan khusus yang memudahkannya
mengerti suatu permaslahan. Dalam pembuatan film harus tercipta
mekanisme hubungan timbal balik antara dunia pendidikan dan
masyarakat perfilman agar jelas film-film apa yang sebaiknya dibuat.

8

4. Fugsi ekonomi
Keseluruhan kegiatan pembuatan film merupakan lapangan pekerjaan
sebagai mata pencaharian bagi masyarakat yang tentunya akan
memberikan penghasilan bagi kehidupan masyarakat perfilman. Dari
sisi usaha perfilman memberikan keuntungan bagi pemerintahan dapat
memberikan pemasukan di bidang perpajakan dan devisa dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan masyarakat
Sedangkan dalam draft rancangan UU Perfilman Tahun 2006 Bab III
Fungsi dan Lingkup Pasal 4, fungsi film adalah sebagai pelestarian dan
pengembangan nilai budaya, hiburan, informasi, pendidikan, perekat budaya,
kritik sosial dan ekonomi. Lalu menurut UU Perfilman Tahun 2009 Bab II Bagian
Ketiga Pasal 4 film mempunyai fungsi sebagai budaya, pendidikan, hiburan,
informasi, pendorong karya kreatif, dan ekonomi.
Jika dilihat dari content, secara umum film dibagi menjadi tiga jenis yaitu,
film dokumenter, film fiksi, dan film eksperimental. Film dokumenter adalah film
yang di dalamnya menceritakan kehidupan seseorang yang dianggap unik,
seorang tokoh, suatu peristiwa yang dianggap penting, atau bisa juga
menceritakan tentang sebuah lokasi. Dalam film dokumenter, cerita yang diangkat
merupakan sebuah kenyataan dan bukan sebuah cerita rekayasa atau fiktif. Dalam
penggarapannya, film dokumenter harus menggunakan subyek asli yang diangkat
misalnya harus menggunakan set dan lokasi yang sama dengan set dan lokasi
yang asli.

9

Film fiksi adalah film yang dibuat lewat sebuah karangan yang fiktif.
Dalam bukunya “Memahami Film”, Pratista menjelaskan bahwa film fiksi “
berbeda dengan film dokumenter, film fiksi terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film
fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta memiliki
konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak awal. Tapi film fiksi sering kali
diangkat dari kejadian nyata” (Pratista, 2008:4-8).
Sedangkan film eksperimental bisa dikatakan film yang abstrak. Dalam
film eksperimental tidak memiliki plot seperti yang ada pada film fiksi. Film
eksperimental biasanya dibuat sesuai dengan ide pembuat tanpa memperhatikan
audien yang akan melihat film itu nanti ketika sudah jadi. Jenis film ini biasanya
sulit untuk dimengerti secara langsung oleh audiens karena banyak film
eksperimental yang berbentuk abstrak. Contoh dari film eksprimental adalah video
art.
Selain dibagi beberapa jenis, film juga dibagi beberapa genre. Dalam
bukunya, Pratista menjelaskan dalam film, genre dapat didefinisikan sebagai jenis
atau klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola sama
(khas) seperti setting, isi dan subjek cerita, tema, struktur cerita, aksi atau
peristiwa, periode, gaya, situasi, ikon, mood, serta karakter. Beberapa genre film
antara lain action / laga, comedy / humor, roman / drama, mistery / horor (2008:48).
Penjelasan yang sama tentang pembagian genre film, dikemukakan oleh
Widagdo dalam bukunya yang berjudul “Bikin Film Indie Itu Mudah” (2007:2627). Pembagian genre film menurut Widagdo antara lain:

10

1. Action / Laga
Film yang bertema laga dan mengetengahkan perjuangan hidup
biasanya di bumbui dengan keahlian setiap tokoh untuk bertahan
dalam pertarungan hingga akhir cerita. Kunci sukses dari genre film
tersebut

adalah kepiawaian sutradara untuk

menyajikan aksi

peertarungan secara apik dan detail, seolah penonton ikut merasakan
ketegangan yang terjadi.
2. Comedy / humor
Comedy atau humor adalah jenis film yang mengandalkan kelucuan
sebagai faktor penyajian utama. Genre jenis tersebut tergolong paling
disukai dan bisa merambah semua usia segmentasi penonton. Namun
ada kesulitan dalam menyajikan. Jika kurang waspada, komedi yang
ditawarkan bisa terjebak dalam humor yang slapstick, yakni terkesan
memaksa penonton untuk menertawakan kelucuan yang dibuat-buat.
Salah satu kunci suksesnya adalah meminta tokoh humoris yang sudah
dikenal masyarakat untuk memerankan suatu tokoh dalam film,
layaknya saat menghibur penonton.
3. Roman / drama
Roman atau drama adalah genre yang populer di kalangan masyarakat
penonton film. Faktor perasaan dan realitas kehidupan nyata
ditawarkan dengan senjata simpati dan empati penonton terhadap
tokoh yang diceritakan. Kunci utama kesuksesan film genre roman
atau drama adalah dengan mengangkat tema klasik tentang

11

permasalahan manusia yang tak pernah puas mendapatkan jawaban.
Mungkin masalah cinta remaja, perselisihan antara menantu dan orang
tua, atau juga perjalanan manusia untuk mencapai cita-citanya, dan
sebagainya.
4. Mistery / horror
Mistery atau humor adalah sebuah genre khusus dunia perfilman.
Dikatakan genre khusus karena meskipun cakupannya sempit dan
berkisar pada hal yang itu-itu saja, tetapi genre itu cukup mendapatkan
perhatian dari penonton. Hal tersebut disebabkan keingintahuan
manusia pada sebuah dunia yang membuat mereka selalu bertanyatanya tentang apa yang sebenarnya terjadi di dunia lain tersebut. Kunci
suksesnya terletak pada cara mengemas dan menyajikan visualisasi
hantu dan konstruksi dramatic skenario. Selain itu, alur cerita juga
harus masuk akal sehingga tidak ada ganjalan dan sanggahan penonton
sesudah pemutaran film.
Dalam film terdapat unsur-unsur yang mempengaruhi, yaitu audio dan
visual. Audio dalam film dapat berupa dialog, musik, dan efek suara. Dialog
adalah bahasa komunikasi verbal yang digunakan semua karakter di dalam
maupun di luar cerita film (narasi). Dalam perkembangannya, beberapa teknik
dialog juga telah dimungkinkan seperti monolog dan overlapping dialog. Musik
dalam film yaitu lagu atau ilustrasi yang digunakan untuk menambah kesan
dramatisasi film. Musik itu sendiri dapat merupakan bagian dari cerita filmnya
atau dapat pula terpisah dari cerita filmnya. Sedangkan efek suara sering

12

diistilahkan dengan noise. Semua suara tambahan selain dialog, lagu, serta musik
adalah efek suara.
Visual dalam film adalah setiap gambar yang menjadi bagian dalam film
contohnya adalah adegan atau akting seorang talent. Selain itu visual dalam film
dapat juga berupa animasi atau juga visual effect.
E.2. Pancasila sebagai Pandangan Hidup
Dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Kewarganegaraan di
Perguruan Tinggi” (2009:21), Srijanti menerangkan bahwa istilah “Pancasila”
pertama kali dapat ditemukan dalam buku “Sutasoma” karya Mpu Tantular yang
ditulis pada zaman Majapahit yaitu pada abad ke-14. Dalam buku Sutasoma itu
istilah Pancasila diartikan sebagai perintah kesusilaan yang jumlahnya ada lima
atau bisa disebut dengan istilah Pancasila karma dan buku itu berisikan lima
larangan untuk melakukan kekerasan, mencuri, berjiwa dengki, berbohong,
mabuk akibat minuman keras.
Pendapat tentang adanya Pancasila sejak zaman Majapahit juga
diungkapkan oleh Budiyono dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Pancasila
untuk Perguruan Tinggi” (2009:12), mengatakan bahwa Mpu Tantular dalam
bukunya Sutasoma pernah menyebutkan istilah Bhinneka Tunggal Ika, tanhana
dharma mangriwa, yang berarti berbeda-beda namun tetap satu, tak ada peraturan
yang bersifat dualisme.
Sedangkan istilah “sila” itu sendiri dapat diartikan sebagai aturan yang
melatarbelakangi perilaku seseorang atau bangsa, kelakuan atau perbuatan yang
menurut adab (sopan santun), dasar adab, akhlak, dan moral (Srijanti,2009:21).

13

Dan untuk isi Pancasila yang resmi dan sah secara yuridis sejak tanggal 18
Agustus 1945 dan masih dipergunakan di Indonesia sampai saat ini sebagai
berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin olek hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Selain menjadi satu-satunya dasar negara, Pancasila juga menjadi satusatunya ideologi yang dianut bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi atau
pandangan hidup bangsa Indonesia sangat penting untuk membentuk suatu negara
menjadi kokoh. Karena dengan adanya pandangan hidup, Negara mempunyai arah
yang jelas yang berujung pada suatu kebaikan dan kebenaran. Tanpa adanya suatu
pandangan hidup yang kuat, negara Indonesia akan mudah dikendalikan dan
terombang-ambing seperti kehilangan arah.
Menurut Budiyono dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Pancasila
Untuk Perguruan Tinggi” (2009:46), Pancasila sebagai pandangan hidup dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Pancasila sebagai pandangan hidup berarti Pancasila digunakan
sebagai pedoman hidup, pedoman untuk bersikap dan bertingkah laku
dalam kehidupan sehari-harinya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara

14

b. Pancasila sebagai pandangan hidup adanya sejak dahulu, ia tumbuh
dan berkembang bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya
bangsa Indonesia itu sendiri
c. Pancasila sebagai pandangan hidup mempunyai sanksi sosial atau
sanksi moral
d. Pancasila sebagai pandangan hidup sudah tidak mungkin dipisahkan
dari kehidupan bangsa Indonesia, karena sudah merupakan “Jiwa dan
Kepribadian Bangsa Indonesia”.
Masih dalam bukunya, “Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi” (2009:23-24), Srijanti juga menjelaskan fungsi dan peranan Pancasila
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang antara lain berisi:
1. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia.
2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia.
3. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.
4. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.
5. Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia.
6. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan bangsa
Indonesia.
7. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.
8. Pancasila sebagai moral pembangunan.
9. Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.
Bahkan Soeharto yang pada saat masih menjabat sebagai Presiden
Republik Indonesia dalam sebuah seminar yang diselenggarakan oleh Angkatan

15

Darat tentang Pewarisan Nilai-Nilai ’45 kepada Generasi Muda TNI AD beserta
Aspek-Aspek yang bersangkutan dengan Ketahanan Nasional dengan tegas
menyatakan “Pancasila adalah kepribadian kita, adalah pandangan hidup seluruh
Bangsa Indonesia, pandangan hidup yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat,
menjelang dan sesudah proklamasi kemerdekaan kita. Oleh karena itu, Pancasila
adalah satu-satunya pandangan hidup yang dapat pula mempersatukan kita.”
(Krissantono, 1976:10).
E.3. Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat
Memahami

implementasi

nilai-nilai

Pancasila

dalam

kehidupan

masyarakat sangat penting dilakukan agar setiap warga negara dalam berpikir dan
bertindak berdasarkan etika yang bersumber dari Pancasila. Pancasila bagi bangsa
Indonesia merupakan pandangan hidup dan dasar negara (Srijanti, 2009:24).
Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat
masyarakat yang terkandung dalam Pancasila Sila ke-1 sampai Sila ke-5 sebagai
berikut:
1. Implementasi Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sila ini menghendaki setiap warga negara untuk menjunjung tinggi
agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Setiap warga
diharapkan mempunyai keyakinan akan Tuhan yang menciptakan
manusia dan dunia serta isinya (Srijanti, 2009:24).
Sedangkan menurut mantan Presiden Soeharto dalam Peringatan Haari
Lahirnya Pancasila, 1-6-1967 di Jakarta mengatakan, “Prinsip yang
terkandung pada Sila Pertama ini adalah bahwa “Ketuhanan Yang

16

Maha Esa, mengandung pernyataan pengakuan Bangsa Indonesia
terhadap adanya Tuhan.” (Krissantono, 1976:26).
2. Implementasi Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Sila kedua Pancasila mengandung makna warga negara Indonesia
mengakui adanya manusia yang bermartabat (bermartabat adalah
manusia memiliki kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dan harus
dipertahankan dengan kehidupan yang layak) (Srijanti, 2009:26).
Sedangkan menurut mantan Presiden Soeharto dalam Peringatan Haari
Lahirnya Pancasila, 1-6-1967 di Jakarta mengatakan, “Pada prinsipnya
Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, ingin menempatkan manusia
sesuai dengan harkat sebagai makhluk Tuhan” (Krissantono, 1976:39).
3. Implementasi Sila Ketiga: Persatuan Indonesia.
Sila Persatuan Indonesia merujuk pada persatuan yang utuh dan tidak
terpecah belah atau bersatunya bermacam-macam perbedaan suku,
agama, dan lain-lain yang berada di wilayah Indonesia (Srijanti,
2009:28).
Sedangkan menurut mantan Presiden Soeharto dalam Peringatan Hari
Lahirnya
hakekatnya

Pancasila,
Sila

1-6-1967
Persatuan

di

Jakarta

Indonesia

mengatakan,
mengandung

“Pada
prinsip

Nasionalisme, cinta Bangsa dan Tanah Air, menggalang terus
persatunan kesatuan Bangsa” (Krissantono, 1976:48).

17

4. Implementasi sila Keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Sila keempat ini mempunyai makna bahwa kekuasaan ada di tangan
rakyat, dan dalam melaksanakan kekuasaannya, rakyat menjalankan
sistem perwakilan (rakyat memilih wakil-wakilnya melalui pemilihan
umum) dan keputusan-keputusan yang diambil dilakukan dengan jalan
musyawarah yang dikendalikan dengan pikiran yang sehat, jernih,
logis, serta penuh tanggung jawab baik kepada Tuhan maupun rakyat
yang diwakilinya (Srijanti, 2009:30).
Sedangkan menurut mantan Presiden Soeharto dalam Peringatan Haari
Lahirnya Pancasila, 1-6-1967 di Jakarta mengatakan, “Sila Kerakyatan
yang dipimpin olh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaaratan /
perwakilan tidak lain adalah demokrasi. Demokraasi dalam arti umum
yaitu pemerintahan dari rakyaat, oleh rakyat, untuk rakyat. Hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan berarti, bahwa tindakan
bersama diambil sesudah ada keputusan bersama” (Krissantono,
1976:58-59).
5. Implementasi Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Sila ini mempunyai makna bahwa seluruh rakyat Indonesia
mendapatkan perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik,
ekonomi, kebudayaan, dan kebutuhan sepiritual rohani sehingga
tercipta masyarakat yang adil dan makmur (Srijanti, 2009:31).

18

Sedangkan menurut mantan Presiden Soeharto dalam Peringatan Haari
Lahirnya Pancasila, 1-6-1967 di Jakarta mengatakan, “Pada prinsipnya
Sila Keadilan sosial menghendaki adanya kemakmuran yang merata di
antara seluruh rakyat, bukan merata yang statis melainkan merata yang
dinamis dan meningkat “ (Krissantono, 1976:70).
Sedangkan Budiyono dalam bukunya “Pendidikan Pancasila Untuk
Perguruan Tinggi” (2009:157-158), memberi penjelasan bahwa pelaksanaan nilainilai Pancasila bisa dibedakan dalam dua bentuk pelaksanaan yaitu pelaksanaan
obyektif dan pelaksanaan subyektif. Pelaksanaan obyektif itu sendiri adalah
pelaksanaan yang dilakukan oleh penguasa negara yang berwenang dengan cara
menjabarkan Pancasila tersebut ke dalam Peraturan Perundang-undangan,
sedangkan untuk pelaksanaan subyektif adalah pelaksanaan yang harus dilakukan
oleh setiap warga negara Indonesia dan penduduk dengan cara mematuhi dan
melaksanakan peraturan perundang-undangan yang ada. Sebagai dasar negara
maka setiap warga negara wajib taat kepada semua peraturan yang bersumber
pada Pancasila yang berfungsi sebagai sumber dari segala sumber hukum.
E.4. Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam Film
Sejarah film tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia, mengatakan
bahwa film yang berbau implementasi nilai-nilai Pancasila banyak diproduksi
para sineas Indonesia pada rentang tahun 1970an sampai tahun 1990an. Ada
beberapa film besar tentang perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan
Negara Indonesia ini dari para penjajah yang bisa mengingatkan kita kembali
pada tempo dulu. Antara lain adalah film Janur Kuning di produksi pada tahun

19

1979. film yang disutradarai oleh Alam Rengga Surawidjaja. Janur Kuning
menceritakan

perjuangan

pejuang

Indonesia

dalam

meraih

kembali

kemerdekaannya yang direbut oleh pasukan sekutu dan berhasil merebut kota
Yogyakarta selama 6 jam. Janur kuning adalah lambang yang dipakai para
pejuang sebagai tanda perjuangan saat itu (http://www.sofyanr.com/filmperjoeangan-tempo-doeloe.html).
Lalu ada Film Serangan Fajar produksi tahun 1981 yang disutradarai
Arifin C. Noer ini menampilkan beberapa fakta sejarah yang terjadi di daerah
Yogyakarta. Peristiwa-peristiwa patriotic itu di antaranya penaikkan bendera
Merah Putih di Gedung Agung, penyerbuan markas Jepang di Kota Baru,
penyerbuan lapangan terbang Maguwo dan seranagn beruntun di waktu fajar ke
daerah sekitar salatiga, Semarang. Dan film yang mengingatkan kita tentang
sejarah arek-arek Surabaya yang dipimpin oleh Bung Tomo saat merebut
kemerdekaan dari tangan Belanda yang dikenal dengan sebuah peristiwa 10
November yaitu film Soerrabaja’45 yang diproduksi pada tahun 1990
(http://www.sofyanr.com/film-perjoeangan-tempo-doeloe.html).
Menurut Irawanto dalam banyak penelitian tentang dampak film terhadap
masyarakat, hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami secara linier.
Artinya, film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan
muatan pesan (message) dibaliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya (Alex
Sobur, 2006: 127).
Dengan dasar itu, pesan sosial dan pesan moral yang dimasukkan ke dalam
film dapat tersampaikan ke masyarakat. Implementasi nilai-nilai Pancasila secara

20

otomatis juga bisa masuk ke dalam film. Dengan begitu sedikit demi sedikit
masyarakat dengan mudah memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai sosial
dan moral yang terkandung di dalam Pancasila . Bahkan UU Tahun 2009 Tentang
Perfilman Bab II Bagian Kedua Pasal 3 dengan jelas menerangkan tujuan dari
dibuatnya sebuah film antara lain sebagai berikut:
a. terbinanya akhlak mulia
b. terwujudnya kecerdasan kehidupan bangsa
c. terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa
d. meningkatnya harkat dan martabat bangsa
e. berkembangnya dan lestarinya nilai budaya bangsa
f. dikenalnya budaya bangsa oleh dunia internasional
g. meningkatnya kesejahteraan masyarakat
h. berkembangnya film berbasis budaya bangsa yang hidup dan
berkelanjutan.
E.5. Analisis Isi:
Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan
mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa.
Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol
coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi
interpretasi (Sofa, 2008).
Neuman menyebutkan “content analysis is a technique for gathering and
analyzing the content of text” (dalam Prasetyo, 2008). Pengertian isi dari teks ini
bukan hanya tulisan atau gambar saja, melainkan juga ide, tema, pesan, arti,

21

maupun simbol-simbol yang terdapat dalam teks, baik dalam bentuk tulisan
(seperti buku, majalah, surat kabar, iklan, surat resmi, lirik lagu, puisi, dan
sebagainya), gambar (misalnya film, foto, lukisan), atau pidato.
Krippendorff juga menjelaskan, ketika media massa elektronik semakin
menonjol, pendekatan ini memperluas ranah aplikasinya mencakup siaran radio,
film, dan televisi. Analisis isi jenis ini terus berkembang sampai kini dan
diterapkan untuk meneliti isi buku-buku ajar, serial komik, pidato, dan periklanan
(Krippendorff, 1991:4-5).
Penelitian ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan penelitian survei
dan eksperimen karena subjek penelitian adalah benda mati yang tidak bereaksi
dan peneliti dapat membandingkan dengan lebih mudah antara satu subjek dengan
subjek lainnya.
Neuman menjelaskan bahwa seorang peneliti dapat menerapkan prinsipprinsip penelitian survei, misalkan populasi dan penarikan sampel, kemudian
mengolah data, dan menampilkannya pada tabel atau grafik. Perbedaannya hanya
terdapat pada unit analisisnya. Jika pada penelitian survei digunakan unit analisis
individu, keluarga, atau masyarakat, pada penelitian analisis isi, unit analisisnya
dapat berupa majalah (Prasetyo, 2008:167-168).
Menurut Sofa dalam tulisannya yang berjudul “Metode Analisis Isi,
Reliabilitas, dan Validitas dalam Metode Penelitian Komunikasi” (Sofa, 2008),
Prosedur dasar pembuatan rancangan penelitian dan pelaksanaan studi analisis isi
terdiri atas 6 tahapan langkah, yaitu:

22

1. merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesisnya
2. melakukan sampling terhadap sumber-sumber data yang telah dipilih
3. pembuatan kategori yang dipergunakan dalam analisis
4. pendataan suatu sampel dokumen yang telah dipilih dan melakukan
pengkodean
5. pembuatan skala dan item berdasarkan kriteria tertentu untuk
pengumpulan data
6. interpretasi/ penafsiran data yang diperoleh.

F. Kategorisasi
Kategorisasi diperoleh dengan menggunakan butir-butir Pancasila yang berjumlah
45 untuk mempermudah dalam penelitian. 45 butir-butir Pancasila (Budiyono,
2009:153-156) antara lain:
1. Implementasi Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa.
Butir-butir implementasi sila pertama yaitu:
a. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaaannya
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Contohnya: secara sadar patuh melaksanakan perintah Tuhan Yang
Maha Esa.

23

c. Mengembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja sama
antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbedabeda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Contohnya: walaupun agama berbeda dapat bekerja sama dalam
bidang sosial, perekonomian dan keamanan lingkungan.
d. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Contohnya: saling bersilaturahim.
e. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayai dan diyakini.
f. Saling menghormati dan kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan.
Contohnya: setiap pemeluk agama tidak boleh mnghalangi ibadah
agama lain.
g. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang
lain.
2. Implementasi Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Butir-butir implementasi sila kedua yaitu:
a. Mengakui memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia, tanpa membeda-bedakan suku,

24

keturunan, agama, kepecayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
warna kulit dan sebagainya.
Contohnya: sesama manusia tidak saling melecehkan.
c. Saling mencintai sesama manusia.
Contohnya: sesama manusia punya rasa saling memiliki.
d. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
Contohnya: setiap manusia menjaga keseimbangan hak dan
kewajiban.
e. Tidak semena-mena terhadap orang lain. Semena-mena berarti
sewenang-wenang, berat sebelah, dan tidak berimbang.
f. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Contohnya: mengakui adanya masyarakat yang bersifat majemuk
(berbeda suku, agama, kekayaan, kepandaian, dan lain-lain).
g. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Contohnya: donor darah dan menyantuni anak yatim.
h. Berani membela kebenaran dan keadilan.
i.

Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia.

j.

Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama
dengan bangsa lain.

25

3. Implementasi Sila Ketiga: Persatuan Indonesia.
Butir-butir implementasi sila ketiga yaitu:
a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan serta keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara apabila
diperlukan.
Contohnya: bekerja keras membangun negara dan membayar
pajak.
c. Cinta tanah air dan bangsa.
Contohnya: meningkatkan prestasi di segala bidang.
d. Bangga sebagai bangsa Indonesia bertanah air Indonesia.
Contohnya: berani dan percaya diri sebagai warga negara
Indonesia.
e. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
f. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal
Ika.
g. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang
ber-Bhinneka Tunggal Ika.
4. Implementasi Sila Keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Butir-butir implementasi sila kempat yaitu:
a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.

26

Contohnya: masyarakat harus mengawasi wakil rakyat yang dipilih
lewat pemilu.
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
Contohnya: menghormati setiap perbedaan.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
e. Menghormati dan menjungjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
f. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
g. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi atau golongan.
h. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
i.

Keputusan yang diambil harus dapat dipertangungjawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat
martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

j.

Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai
untuk melaksanakan permusyawaratan.

27

5. Implementasi Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Butir-butir implementasi sila kelima yaitu:
a. Mengembangkan
mencerminkan

perbuatan-perbuatan
sikap

dan

yang

suasana

luhur

kekeluargaan

yang
dan

kegotongroyongan.
b. Bersikap adil.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Contohnya: tidak hanya mendahulukan hak-haknya seperti hak
hidup bebas, berserikat, perlakuan sama, kepemilikan, tetapi
menjaga kewajiban secara seimbang.
d. Menghormati hak-hak orang lain.
Contohnya: tidak egois dan tidak invidualisme.
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain .
f. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
Contohnya: pemerasan seperti perampokan, memberikan bunga
yang tinggi kepada peminjam terutama kalangan orang kecil dan
miskin, serta tidak memberikan upah yang layak kepada pekerja
terutama buruh dan pembantu rumah tangga.
g. Tidak bersikap boros dan tidak bergaya hidup mewah.
h. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
Contohnya: perbuatan merugikan kepentingan umum seperti
merusak telepon umum dan rambu-rambu lalu lintas.

28

i.

Suka bekerja keras.

j.

Menghargai karya orang lain.
Contohnya: tidak membajak karya orang lain.

k. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
Contohnya: mengembangkan kerja sama tim.

G. Metode Penelitian
G.1. Tipe Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan metode analisis
isi yang bersifat kuantitatif. Metode ini digunakan untuk mempermudah peneliti,
karena obyek yang diteliti adalah benda mati.
Penelitian dengan metode analisis isi memiliki kelebihan dibandingkan
dengan penelitian survei dan eksperimen karena subjek penelitian adalah benda
mati yang tidak bereaksi dan peneliti dapat membandingkan dengan lebih mudah
antara satu subjek dengan subjek lainnya (Prasetyo, 2008:167).
G.2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan

penelitian

ini

adalah

deskriptif

kuantitaif

dengan

menggunakan statistik. Dengan pendekatan penelitian ini, peneliti dapat
mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Penelitian ini tidak menguji hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan
informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti. Di dalamnya

29

terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis, dan menginterpretasikan
(Mardalis, 2007:26).
G.3. Unit Analisis
Unit analisis penelitian ini adalah 153 scene dalam film Preman In Love
karya Rako Prijanto. Dalam film yang berdurasi 83 menit 8 detik, setiap scene
akan di analisis dari sisi audio dan visual yang mengandung implementasi nilainilai Pancasila.
G.4. Satuan Ukur
Satuan ukur dalam penelitian ini adalah frekuensi kemunculan scene dan
total durasi yang mengandung unsur implementasi nilai-nilai Pancasila yang
sudah diuraikan dalam kategorisasi baik audio maupun visual dalam film Preman
In Love karya Rako Prijanto.
G.5. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Data primer
Data utama yang diperoleh langsung dari objek penelitian dengan cara
mengamati dan menganalisa data yang ada yaitu 2 keping VCD (Video
Compact Disk) film Preman In Love yang diproduksi oleh MD
Entertainment.
2. Data sekunder
Data pendukung yang diperoleh dari buku, majalah, surat kabar, atau
internet yang bisa digunakan sebagai referensi penunjang untuk kajian
pustaka dan dapat mendukung data primer.

30

G.6. Teknik Perolehan Data
Langkah pertama yang dilakukan dalam memperoleh data dalam
penelitian ini adalah melihat dan mengamati film Preman In Love untuk
memperoleh data berupa audio dan visual yang terdapat pada setiap scene yang
mengandung implementasi nilai-nilai Pancasila. Selanjutnya untuk mempermudah
pengkategorisasian, maka dibuat lembar koding seperti contoh dibawah.
Kemudian dari data-data yang masuk ke lembar koding akan dilakukan analisa
secara deskriptif.
Tabel 1.1
Lembar koding untuk penelitian

Scene

Sila
ke-1
A V

Implementasi Pancasila
Sila
Sila
Sila
ke-2
ke-3
ke-4
A V A V A V

Sila
ke-5
A V

Durasi waktu
IN
OUT

Keterangan:
Tabel diatas diisi dengan tanda
 = menandakan adanya implementasi nilai-nilai Pancasila pada
scene itu
= menandakan tidak adanya implementasi nilai-nilai Pancasila
pada scene itu

31

G.7. Uji Reliabilitas
Untuk melakukan uji reliabilitas, peneliti dibantu oleh dua orang coder
(orang yang melakukan pengkodingan) dalam pengkodingan data penelitian. Hal
ini dilakukan untuk menjaga reliabilitas dalam pengkategorisasian. Untuk
menghitung kesepakatan dari hasil penelitian para koder, peneliti menggunakan
rumus Holsty (Wimmer dan Dominick, 2000) sebagai berikut:

Keterangan:
CR

= Coefisien Reliability

M

= Jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua pengkode

N1, N2

= Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkode dan peneliti
dari hasil yang diperoleh, akan ditemukan observed agreement
yang diperoleh dari penelitian

32