GERAKAN SOSIAL CYBERCOMMUNITY, STUDI PADA GERAKAN KOMUNITAS BLOGGER DAN FACEBOOKER MENDUKUNG PRITA MULYASARI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pada penghujung 2009 terjadi dua kasus yang mengemuka di masyarakat. Kasus tersebut adalah perseteruan antara Prita Mulyasari dengan Rumah Sakit Omni Internasional dan konflik antara lembaga penegak hukum, yakni Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan Polri. Kedua kasus tersebut menjadi sangat ramai diperbincangkan masyarakat, media cetak, televisi bahkan diperbincangkan secara intensif di dunia maya (cyberspace). Kasus tersebut juga mendapat respon begitu besar dari masyarakat, sebegitu besarnya sampai hampir menghabiskan seluruh energi bangsa sepanjang tahun 2009 dan menenggelamkan program 100 hari kabinet baru pemerintahan SBY (Dodi Yuniar dalam Puthut, 3:2010).
Kasus Prita bermula ketika ia menuliskan keluhan pelayanan RS Omni Internasional via email ke teman-teman tempat kerjanya. Dengan cepat email tersebut menyebar di dunia maya dan menjadi perbincangan publik. Karena itulah RS Omni Internasional akhirnya melaporkan Prita ke pihak berwajib dengan tuduhan pencemaran nama baik. Prita yang sempat masuk dalam tahanan, kalah dalam gugatan perdata dan harus mengganti kerugian RS Omni sebesar Rp. 204 juta rupiah (Dodi Yuniar dalam Puthut, 2:2010).
Segera setelah berita putusan perdata tersebut menyebar di masyarakat, muncul simpati publik terhadap Prita. Sampai-sampai beberapa pejabat publik dan beberapa elit partai politik berempati dengan memberikan bantuan finansial kepada Prita Mulyasari. Tak kurang dari anggota DPR, DPD dan beberapa
(2)
pengusaha merogoh kocek sebagai bentuk prihatin terhadap Prita (http://hariansib.com/?p=101958).
Kasus yang menimpa Prita Mulyasari versus RS Omni Internasional juga mendapat dukungan dari masyarakat maya. Saat itu, Pengguna internet dari kelompok Blogger dan Facebooker menggalang dukungan terhadap Prita Mulyasari. Beberapa saat kemudian, muncul dukungan lebih dari 138.000 Facebookers mendukung Prita Mulyasari melalui group “Dukung Prita Mulyasari” (lihat di http://www.Facebook.com/group.php?gid=81385199537).
Media massa, baik cetak maupun elektronik, juga tak henti-hentinya meng-ekspose kasus yang menimpa Prita Mulyasari tersebut. Hasilnya mencengangkan, muncul empati meluas kepada sosok Prita, hingga dia memiliki kekuatan luar biasa untuk berhadap-hadapan dengan korporasi dan Pengadilan yang telah menjeratnya dengan UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Solidaritas publik tersebut telah memukul telak RS Omni Internasional
Solidaritas yang terbangun melalui dunia maya tersebut memunculkan gerakan penggalangan koin untuk Prita yang dimobilisir oleh masyarakat, Aktivis HAM, aktivis perempuan dan media. Gerakan Koin Keadilan untuk Prita merebak di berbagai daerah. Puluhan kantong koin berhasil dikumpulkan dan hasilnya fantastis, mencapai lebih dari Rp 825 juta. Koin yang dianggap tidak berharga menjadi simbol perlawanan rakyat kecil terhadap kesewenangan dan ketimpangan hukum di Indonesia. Prita menjadi simbol perlawanan masyarakat terhadap ketidakadilan yang selama ini dirasakan dan dialami oleh masyarakat.
Di saat yang hampir bersamaan terjadi perseteruan antara KPK dengan Kepolisian. Kasus ini bermula saat KPK mencekal bos PT Masaro, Anggoro
(3)
Wijaya yang menjadi tersangka dan buron KPK dalam kasus dugaan suap anggota DPR dan pejabat Departemen Kehutanan. Terkait hal ini, Polri lalu menjerat dua Pimpinan KPK, yakni Candra M. Hamzah dan Bibit Samad Riyanto dengan pasal 23 UU 31/1999 tentang penyalahgunaan wewenang. Sehingga keduanya ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan oleh kepolisian dengan tuduhan pemerasan dan penyalahgunaan wewenang.
Dalam jumpa pers, Pimpinan KPK, Bibit Samad Riyanto, menyatakan bahwa KPK berniat mengkaji keterkaitan Kabareskrim Mabes Polri Komjen. Pol. Susno Duadji dalam memuluskan upaya pencairan dana US$ 18 juta milik Boedi Sampoerna, bos PT Lancar Sampoerna Bestari di Bank Century melalui dua surat yang ditujukan pada Bank Century (Muhammad, 17:2009). Sebagai langkah penyidikan, KPK lalu melakukan penyadapan terhadap telepon Kabareskrim (Kompas, 16 Desember 2009).
Reaksi dari masyarakat pun bermunculan, terutama pasca diperdengarkan rekaman hasil penyadapan KPK terhadap Anggodo di Mahkamah Konstitusi (MK). Banyak kalangan mengkritik kebijakan Kepolisian tersebut. Penangkapan terhadap dua pimpinan aktif KPK tersebut dinilai terlalu berlebihan dan penuh dengan rekayasa. Banyak kalangan menilai penangkapan tersebut adalah upaya untuk membonsai KPK dan menghambat pemberantasan korupsi.
Dukungan terhadap KPK terjadi karena publik merasa bahwa KPK selama ini merupakan lembaga yang berprestasi dalam menangkap para koruptor. Tidak tanggung tangung, KPK telah berhasil menangkap koruptor dari banyak kalangan, baik itu bupati, walikota, gubernur angota DPR bahkan Kejaksaan Agung
(4)
(http://www.inilah.com/news/read/selamat-pagi-idonesia/2010/08/13/738451/kpk-dan-korupsi-dalam-sorotan/).
Prestasi KPK tersebut tentunya berbanding terbalik dengan kondisi Kejaksaan dan Kepolisian dimana keadilan hanyalah milik mereka yang memiliki uang. Begitulah persepsi miring masyarakat terhadap institusi Kejaksaan dan Kepolisian.
Solidaritas terhadap KPK tersebut memantik lahirnya koalisi masyarakat mendukung KPK. Koalisi LSM anti kriminalisasi lembaga KPK membentuk tim pembela untuk melawan tindakan kriminalisasi terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dukungan tersebut misalnya datang dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Transparancy International Indonesia (TII), Indonesian Corruption Watch (ICW) dan beberapa LSM yang concern terhadap pemberantasan korupsi (http://indonesiabicara.com/?p=2911).
Dukungan terhadap KPK juga datang dari media massa, baik cetak maupun elektronik, bahkan dukungan terhadap KPK pun datang dari komunitas Blogger, Facebooker dan media jejaring sosial lainnya. Mereka kemudian mengkonsolidasikan Cybercommunity dalam kelompok Facebook “Gerakan 1.000.000 Facebookers Dukung Chandra Hamzah dan Bibit Samad Riyanto”. Hasilnya Fantastis, dukungan publik terhadap KPK melalui group Facebook tersebut menembus angka satu juta orang (Dodi Yuniar dalam Puthut, 19-20:2010).
Kedua kasus tersebut merupakan fenomena menarik, yakni makin menguatnya kebebasan berdemokrasi di kalangan pengguna internet (Cybercommunity). Tak disangkal lagi, fakta menunjukkan inisiatif di situs
(5)
jejaring sosial Facebook telah memiliki gaung tersendiri dalam memperkuat tekanan publik. Lebih jauh dari itu, respon yang sebelumnya hanyalah berupa dukungan di dunia virtual dapat bertransformasi menjadi sebuah gerakan nyata di dunia non-virtual (Dodi Yuniar dalam Puthut, 22-23:2010)
Menurut Gun Gun Heryanto (Seputar Indonesia, Sabtu 7 November 2009), ada tiga hal yang membuat Cybercommunity menjadi kekuatan penekan yang mulai diperhitungkan. Pertama, munculnya era kesadaran kelompok public attentive yang kian adaptif dengan kemajuan ICT terutama terkait dengan dunia virtual. Kedua, komunitas virtual itu tak terbatasi (borderless) oleh keterpisahan tempat, waktu, ideologi, status sosial ekonomi maupun pendidikan. Ketiga, memungkinkan terbentuknya kesadaran kelompok terbagi (shared group conciousness).
Sebagaimana bisa dilihat melalui www.internetworldstats.com, Pengguna internet di Indonesia pun kian hari kian banyak. Bahkan Indonesia kini menempati peringkat kelima di Asia dengan jumlah user lebih dari 30 Juta orang di bawah Cina, Jepang, India, Korea Selatan dan masih unggul atas Vietnam, Filipina, Pakistan, Malaysia dan Taiwan. Sebagian besar penggerak jejaring sosial berasal dari generasi muda terdidik (well-educated). Mereka menjadikan perkembangan internet sebagai salah satu instrumen jejaring sosial termasuk untuk mengkritisi berbagai hal.
Ada trend peningkatan signifikan dalam penggunaan situs jejaring sosial di masyarakat. Hal ini terlihat dari kian intensifnya penggunaan situs jajaring sosial yang kian beragam. Selain Facebook ada beberapa situs lain yang trend digunakan yakni: Twitter, Myspace, Windows Live Spaces, Friendster, Hi5,
(6)
Flicker, Orkut, Flixter, Multiply dan netlog. (http://finderonly.com /2009/08/26/mencari-nama-di-situs-jejaring-sosial-dengan-google/).
Dengan meningkatnya jumlah public attentive atau komunitas yang sudah berperhatian terhadap berbagai isu politik yang berkembang, maka kian hari Cybercommunity ini kian memiliki kekuatan signifikan.
Dalam konteks kasus kriminalisasi KPK dan Prita, Cybercommunity sukses menggugah kepedulian untuk melawan kuasa birokrasi. Cybercommunity mampu menyatukan identitas publik untuk mendukung KPK dan Prita. Bahkan lebih jauh lagi, mampu menggugah kesadaran dan semangat masyarakat untuk melawan dengan melakukan aksi-aksi massa dan gerakan sosial.
Melalui Internet pendukung Prita dan KPK tersebut, secara intensif melakukan propaganda secara terus menerus dengan mempresentasikan fakta dan data bahwa telah terjadi penindasan dan ketidakadilan. Cybercommunity juga selalu meng-update statusnya dengan pesan-pesan yang provokatif. Mereka terus menggugah kesadaran para pengguna internet lainnya untuk ikut merasakan apa yang sedang dialami oleh KPK dan Prita.
Selain itu, Cybercommunity juga terus menerus mencari pendukung dengan mengundang para pengguna internet lain untuk bergabung menjadi anggota group-group yang tersedia dalam beberapa situs jejaring sosial. Hingga tesis ini ditulis, anggota group Facebook Dukung Prita Mulyasari mencapai 138.251 dan pendukung KPK mencapai 1.373.695 orang.
Dalam sejarah gerakan sosial di Indonesia, fenomena menjadikan internet sebagai ruang artikulasi aspirasi dan alat untuk konsolidasi gerakan memang pernah terjadi pada saat rezim Orde Baru berkuasa. Menurut Krishna Sen dan
(7)
Davit T Hill, internet berperan besar bagi gerakan aktivis mahasiswa dan kelas menengah menjatuhkan rezim Soeharto, bahkan menurutnya signifikansi medium internet setara dengan medium radio yang menjadi pelopor dan alat penyebarluasan kabar proklamasi pada 1945 (Puthut, 27:2010).
Pada masa orde baru, Internet menjadi tempat media komunikasi elemen gerakan mahasiswa dalam melakukan gerakan bawah tanah melawan rezim yang otoriter dan represif. Namun karena kondisi teknologi IT saat itu belum se-massif perkembangan teknologi informasi di era mutakhir, sehingga IT hanya menjadi alat komunikasi antar para aktivis pro-demokrasi dengan sesama rekan gerakan. Tidak seperti media Facebook yang secara efektif menjadi media artikulasi aspirasi publik untuk mencari dukungan dan membentuk solidaritas sosial di masyarakat (Nezar Patria dalam Puthut, 26-27:2010).
Di era reformasi dan demokrasi di Indonesia, gerakan sosial kian menemukan momentumnya. Gerakan sosial tidak lagi dilakukan secara sembunyi, seperti yang dilakukan oleh aktivis pro-demokrasi di era Soeharto. Di era reformasi, mereka secara terbuka menyampaikan aspirasi dan secara langsung berani mengkritik kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak kepada masyakat dan kepentingan nasional. Ruang-ruang publik juga kian bebas dan cepat terbentuk di dunia maya terutama melalui media jejaring sosial semacam Web, Blog dan Facebook.
Peneliti berpendapat bahwa fenomena gerakan sosial Cybercommunity merupakan fenomena gerakan sosial mutakhir yang menarik untuk diteliti lebih jauh. Peneliti menemukan beberapa artikel yang membahas peran internet dalam gerakan sosial. Salah satu artikel tersebut adalah tentang gerakan sosial oleh para
(8)
biksu di Burma yang terjadi pada tahun 2007 (Mridul Chowdhury, 2008), gerakan perlawanan terhadap FARC di Colombia pada tahun 2008 (http://pulsepolitics.com), dan peran Facebook dalam gerakan sosial yang terjadi di Iran pada 2009 untuk memprotes hasil pemilu yang dianggap penuh dengan kecurangan (Elham Gheytanchi and Babak Rahimi from http://www.opendemocracy.net/article/email/the-politics-of-Facebook-in-iran).
Namun demikian, penulis tidak menemukan pembahasan teoritis terkait dengan fenomena situs jejaring sosial dalam konteks gerakan sosial mutakhir. Beberapa artikel yang telah penulis baca hanya memberikan gambaran umum tentang fenomena menguatnya konsolidasi demokrasi di dalam dunia maya termasuk di dalamnya tentunya peran situs jejaring sosial Facebook.
Peneliti merasa tertarik untuk melakukan kajian lebih mendalam terkait dengan menguatnya peran Cybercommunity dalam ranah gerakan sosial. Secara khusus, gerakan Cybercommunity dalam membela Prita menjadi fenomena sosial yang sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut. Sejauh pengetahuan peneliti, belum ada Group Facebook yang bergenre gerakan sosial di Indonesia yang memiliki anggota sebanyak group Facebook pendukung KPK tersebut. Dan belum ada gerakan Cybercommunity melalui Facebook di Indonesia yang mampu melahirkan gerakan sosial seperti yang terjadi pada kasus Prita Mulyasari. Selain itu, dalam sejarah pergerakan sosial di Indonesia, Gerakan sosial Cybercommunity melalui media Internet oleh komunitas Blogger dan Facebooker baru kali ini terjadi dan terbukti ampuh.
Cybercommunity dalam konteks kasus Prita mampu menjadikan internet sebagai media konsolidasi opini dan sekaligus media konsolidasi gerakan sosial
(9)
pembelaan terhadap Prita baik berupa advokasi hukum maupun penggalangan koin sebagai solidaritas terhadap kasus yang dihadapi oleh Prita. Fenomena munculnya gerakan sosial Cybercommunity inilah yang akan menjadi objek penelitian ini.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan kenyataan di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana proses gerakan sosial Cybercommunity yang dilakukan oleh komunitas Blogger dan Facebooker untuk mendukung Prita Mulyasari?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses gerakan sosial oleh Cybercommunity yang dilakukan oleh komunitas Blogger dan Facebooker untuk mendukung Prita Mulyasari.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif dalam dunia akademik terutama terkait dengan teori gerakan sosial Cybercommunity. Di samping itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi peneliti lain khususnya terkait dengan studi tentang teori dan wacana gerakan sosial Cybercommunity, serta penelitian-penelitian lebih lanjut tentang fokus penelitian ini.
(10)
GERAKAN SOSIAL
CYBERCOMMUNITY,
STUDI PADA GERAKAN KOMUNITAS BLOGGER DAN
FACEBOOKER MENDUKUNG PRITA MULYASARI
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 2
Magister Sosiologi
Oleh: M. Aliyulloh Hadi
NIM: 08250007
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011
(11)
HALAMAN PERSETUJUAN
GERAKAN SOSIAL CYBERCOMMUNITY,
STUDI PADA GERAKAN KOMUNITAS BLOGGER DAN FACEBOOKER MENDUKUNG PRITA MULYASARI
Yang diajukan Oleh: M. ALIYULLOH HADI
NIM: 08250007
Telah disetujui Oleh:
Tanggal: 17 Januari 2011 Tanggal: 06 Desember 2010
Dr. Wahyudi, M. Si Nurudin, S. Sos., M. Si
(12)
GERAKAN SOSIAL CYBERCOMMUNITY,
STUDI PADA GERAKAN KOMUNITAS BLOGGER DAN FACEBOOKER MENDUKUNG PRITA MULYASARI
TESIS
Dipersiapkan dan disusun oleh M. ALIYULLOH HADI
NIM: 08250007
Telah dipertahankan di depan Penguji Pada tanggal 02 Februari 2011
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Pembimbing I Anggota Penguji
Dr. Wahyudi, M. Si Dr. Vina Salviana DS, M. Si
Pembimbing II Anggota Penguji
Nurudin, S. Sos., M. Si Drs. Muslimin Mahmud, M. Si
Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Sosiologi Komunikasi Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang
(13)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan penulis, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 20 Januari 2011
(14)
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan mengucapkana Alhamdulillahirobbil alamin, penulis sangat bersyukur atas rampungnya penyusunan Tesis ini. Semoga Alloh selalu membimbing dan memberikan yang terbaik bagi kita semua. Amien
Namun demikian, penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Tesis yang berjudul GERAKAN SOSIAL CYBERCOMMUNITY, STUDI PADA
GERAKAN KOMUNITAS BLOGGER DAN FACEBOOKER
MENDUKUNG PRITA MULYASARI, merupakan sebuah karya yang membutuhkan saran dan kritik seluas-luasnya agar karya tersebut lebih dekat dengan sempurna.
Dalam Proses Penulisan ini, banyak sekali pihak yang berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini, izinkan penulis mengucapkan beribu terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hamidi, M. Si (alm), yang sejak awal menjadi pembimbing Utama dalam penulisan Tesis ini, meski beliau keburu dipanggil yang Maha Kuasa sebelum Tesis ini dapat dirampungkan. Semoga Alloh SWT, memberikan tempat yang terbaik di sisi-Nya. Amien
2. Dr. Wahyudi, M. Si, yang berkenan menjadi Pembimbing Utama. Penulis mengucapkan terima kasih atas berbagai saran dan masukannya, terutama dalam hal penguatan kajian teoritik pada penelitian ini.
3. Nurudin, S.sos., M. Si, yang memberikan semangat dan menggelorakan jiwa progresif dan dinamis untuk sesegera mungkin dapat menyelesaikan penulisan penelitian ini. Penulis mengucapkan terima kasih atas dorongan dan kemudahan yang telah diberikan sehingga Tesis ini dapat dirampungkan.
4. Dra. Vina Salviana DS, M. Si, yang berkenan memberikan dukungan dan mempermudah penulis dalam menempuh ujian Tesis ini.
5. Komunitas Blogger Indonesia yang ada di rumah Wetiga.com/politikana.com. yang dengan antusias merespon penelitian ini, dengan meluangkan waktu dan pikiran untuk menjawab pertanyaan pertanyaan penelitian, sehingga penulis dengan mudah mendapatkan gambaran dan data-data penting yang sangat diperlukan dalam penelitian tesis ini. Secara khusus saya sampaikan terima kasih
(15)
kepada Presiden Blogger Indonesia, Bung Enda Nasution, Pak Mualim Sukethi (Creator Group “Dukung Prita Mulyasari”), Bang Harry Sufehmi (Tokoh Blogger dan IT Konsultant Indonesia), serta teman-teman Blogger Indonesia lainnya. 6. Bapak, Ibu dan istriku yang terus mendukung baik moril maupun materiil,
sehingga penulis dapat melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Terima kasih atas do’a dan kasih sayang yang telah kalian berikan.
Akhirnya, Semoga Tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Amien
Malang, 20 Januari 2011
(16)
x DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II : LANDASAN TEORI 2.1.Prilaku kolektif (Collective Behaviour) ... 10
2.2.Tindakan/Aksi kolektif (Collective Behaviour) ... 12
2.3.Gerakan Sosial ... 14
2.3.1. Aliran Gerakan Sosial ... 18
2.3.1.1. Teori Gerakan Sosial Klasik ... 18
2.3.1.2. Teori Gerakan Sosial Kontemporer ... 20
2.2.1.2.1. Teori Gerakan Sosial Baru ... 20
2.2.1.2.2. Teori Mobilisasi Sumberdaya ... 23
2.3.2. Tahapan Gerakan Sosial ... 24
2.4.Technological Determination dan Public Sphare Theory ... 25
2.5.Kerangka Teori yang Digunakan dalam Penelitian ... 29
BAB III : METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian ... 32
3.2. Informan Sasaran Penelitian ... 34
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 36
3.4. Teknik Analisis Data ... 38
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ... 40
4.1.1.Cybercommunity ... 40
4.1.1.1. Blogger ... 42
4.1.1.2. Facebook ... 45
4.2. Latar Belakang Kasus Prita Mulyasari ... 48
4.3. Proses Gerakan Sosial Cybercommunity ... 61
4.3.1. Fase Konsolidasi Gerakan ... 62
4.3.2. Fase Aksi Gerakan ... 74
(17)
xi BAB V : DISKUSI TEORITIS
5.1. Kajian Teori dan Hasil Penelitian ... 82 BAB VI : PENUTUP
5.1. Kesimpulan ... 89 5.2. Saran ... 90
APPENDIX
1. Data-data Informan dan Wawancara 2. Dokumn-dokumen Penelitian
(18)
xii
No. Daftar Gambar Halaman
2.1. Model Teori Gerakan Sosial Cybercommunity ... 31
4.1. Blogger ... 43
4.1. Statistik Pengguna Facebook ... 46
4.2. Facebook ... 48
4.3. Prita Saat di Pengadilan ... 49
4.4. Badge Dukungan terhadap Prita ... 65
4.5. Group Facebook ”Dukung Prita Mulyasari” ... 66
4.6. Blog Koin Keadilan ... 74
4.7. Group Facebook ”Onliners Tak Bisa Dibungkam ... 80
(19)
DAFTAR LAMPIRAN 1. Quesioner Blogger
(20)
DAFTAR PUSTAKA
Ardison Muhammad (2009). Serangan Balik Pemberantasan Korupsi, Surabaya: Liris.
Bernard Raho (2007). Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prestasi Pustaka.
Burhan Bungin (2006). Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigm, Dan Diskursus Teknologi Komunikasi Di Masyarakat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Charles Tilly (1978). From Mobilization to Revolution. Amerika Serikat: Addition-Wesley Publishing Company.
Deddy Mulyana (2004). Komunikasi Efektif, Suatu Pendekatan Lintas Budaya, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Deddy Mulyana (2005). Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Denzin, Norman K. Dan Lincoln Yvonna S. Ed. (1994). Handbook of Qualitative Research, London, Fage Publication.
Eriyanto (2005). Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media.Yogyakarta: LkiS.
Farley, John E (1992). Sociology. New Jersey: Prentice.
F. Budi Hardiman (2009a). Kritik Ideologi, Menyikap Pertautan Pengetahuan Dan Kepentingan Bersama Jurgen Habermas, Yogyakarta: 2009.
………..,(2009b). Menuju Masyarakat Komunikatif, Yogyakarta:
Kanisius.
Hadari Nawawi (1987). Metodologi penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajahmada University Press.
Hafied Cangara (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hamidi (2010). Metode Penelitian Kualitatif, Malang: UMM Press.
J Lexy Moleong (2006). Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya. Jalaluddin Rahmat (2004). Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
(21)
John Fiske (1990). Cultural and Communication Studies, Yogyakarta: Jalasutra. Koentjaraningrat (1990). Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta:
Gramedia.
Maurice Duverger (2007). Sosiologi Politik, Jakarta: Rajawali Press.
Mansour Fakih (2001). Runtuhnya Teori Pembangunan, Yogyakarta: Insist Press. Mansour Fakih (1996). Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial, Pergolakan
Ideology LSM Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Neil J. Smelser (1962). Theory of Collective Behaviour. New York. The Free Press.
Noer Fauzi (2005). Memahami Gerakan-Gerakan Rakyat Dunia Ketiga, Yogyakarta: Resist Book.
Puthut EA (editor), (2010). Oposisi Maya, Yogyakarta: Insist Press. Robert Mirsel (2004). Teori Pergerakan Sosial, Yogyakarta: Resist Book. Rafael Raga Maran (2007). Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: Rineka Cipta. Soekanto, Suryono (1982). Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Sutaryo (2005). Sosiologi Komunikasi, Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.
Sumadi Suryabrata (1995). Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajagrafindo Persada. Wahyudi (2005). Formasi dan Struktur Gerakan Sosial Petani, Malang: UMM
Press.
(22)
Sumber Lainnya:
http://daynishurnal.wordpress.com (akses Juni 2010). http://www.fathurin-zen.com/?p=93 (akses juli 2010).
http://gugling.com/sejarah-Blogger-blogspot.html (akses Oktober 2010).
http://beda-ajah.blogspot.com/2010/03/sejarah-Blogger-blogspot.html (akses Oktober 2010).
http://www.rickyeka.com/keistimewaan-Blogger.html (akses Oktober 2010).
http://us.detikinet.com/read/2010/08/18/141859/1422624/398/pesta-Blogger-2010-tak-hanya-untuk-kalangan-Blogger/ (akses Oktober 2010). http://www.ayongeblog.com/komunitas-Blogger/ (akses Oktober 2010). http://koinkeadilan.com (akses Oktober 2010).
http://www.facebook.com/group.php?gid=81385199537 (akses Oktoter 2010) Kompas, 16 Desember 2009.
Eko Prasetyo (2006). Gerakan Sosial Baru, Sebuah Pengantar, makalah dalam
“seminar dan lokakarya gerakan sosial” oleh Averoes, 2006.
Francis Lee (tanpa tahun), Internet And Public Opinion Toward Social Movement: Persuasion, Support Activation, And Opinion Radicalization, The Chinesse University of Hongkong,
(www.com.cuhk.edu.hk/conference/2010/abstract/Francis%20Lee.pdf). Habermas (1964). The Structural Transformation of The Public Sphere,
http://brightrising.com/pdf/week04/Jurgen%20Habermas%20-
%20Social%20Structures%20of%20the%20Public%20Sphere%20-%20The%20Structural%20Transformation%20of%20the%20Public%20Sp here.pdf.
John Perry Berlow (1996). Decclaration of Independence of Cyberspace, Retrieved juli 1 2010 from http://www.eff.org.
Mario Diani (1999). Social Movement Network Virtual and Real, Paper for the Conference "A New Politic?", CCSS, University of Brimingham, (www.nd.edu/~dmyers/cbsm/vol2/bgham99.pdf).
(23)
Mridul Chodhury (2008). The role of the internet in Burma's Saffron Revolution, Paper from Berkman Center for Internet & Society at Harvard University: America,
(http://cyber.law.harvard.edu/publications/2008/Role_of_the_Internet_in_B urmas_Saffron_Revolution)].
Sadikin (2005). Perlawanan Petani, Konflik Agraria dan Gerakan Sosial. Jurnal Analisis Sosial vol. 10, No. 1, 19-36.
Txema Ramirez de la Piscina (2007). Social Movement in the Public Sphare New form of communication arise and transgress old communication codes, (www.ehu.es/zer/zere1/ZERE_piscina.pdf).
Tae-hyun Kim (2000). The Impact of the Internet on Social Movement Organization’s Resource Mobilization Strategies, Thesis, the Degree Master of Arts the Graduate school of Ohio State University, (http://www. etd.ohiolink.edu/send-pdf.cgi/Kim%20Taehyun.pdf?acc_num...).
(1)
xii
No. Daftar Gambar Halaman
2.1. Model Teori Gerakan Sosial Cybercommunity ... 31
4.1. Blogger ... 43
4.1. Statistik Pengguna Facebook ... 46
4.2. Facebook ... 48
4.3. Prita Saat di Pengadilan ... 49
4.4. Badge Dukungan terhadap Prita ... 65
4.5. Group Facebook ”Dukung Prita Mulyasari” ... 66
4.6. Blog Koin Keadilan ... 74
4.7. Group Facebook ”Onliners Tak Bisa Dibungkam ... 80
(2)
DAFTAR LAMPIRAN 1. Quesioner Blogger
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Ardison Muhammad (2009). Serangan Balik Pemberantasan Korupsi, Surabaya: Liris.
Bernard Raho (2007). Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prestasi Pustaka.
Burhan Bungin (2006). Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigm, Dan Diskursus Teknologi Komunikasi Di Masyarakat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Charles Tilly (1978). From Mobilization to Revolution. Amerika Serikat: Addition-Wesley Publishing Company.
Deddy Mulyana (2004). Komunikasi Efektif, Suatu Pendekatan Lintas Budaya, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Deddy Mulyana (2005). Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Denzin, Norman K. Dan Lincoln Yvonna S. Ed. (1994). Handbook of Qualitative Research, London, Fage Publication.
Eriyanto (2005). Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media.Yogyakarta: LkiS.
Farley, John E (1992). Sociology. New Jersey: Prentice.
F. Budi Hardiman (2009a). Kritik Ideologi, Menyikap Pertautan Pengetahuan Dan Kepentingan Bersama Jurgen Habermas, Yogyakarta: 2009.
………..,(2009b). Menuju Masyarakat Komunikatif, Yogyakarta: Kanisius.
Hadari Nawawi (1987). Metodologi penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajahmada University Press.
Hafied Cangara (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hamidi (2010). Metode Penelitian Kualitatif, Malang: UMM Press.
J Lexy Moleong (2006). Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya. Jalaluddin Rahmat (2004). Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
(4)
John Fiske (1990). Cultural and Communication Studies, Yogyakarta: Jalasutra. Koentjaraningrat (1990). Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta:
Gramedia.
Maurice Duverger (2007). Sosiologi Politik, Jakarta: Rajawali Press.
Mansour Fakih (2001). Runtuhnya Teori Pembangunan, Yogyakarta: Insist Press. Mansour Fakih (1996). Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial, Pergolakan
Ideology LSM Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Neil J. Smelser (1962). Theory of Collective Behaviour. New York. The Free Press.
Noer Fauzi (2005). Memahami Gerakan-Gerakan Rakyat Dunia Ketiga, Yogyakarta: Resist Book.
Puthut EA (editor), (2010). Oposisi Maya, Yogyakarta: Insist Press. Robert Mirsel (2004). Teori Pergerakan Sosial, Yogyakarta: Resist Book. Rafael Raga Maran (2007). Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: Rineka Cipta. Soekanto, Suryono (1982). Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Sutaryo (2005). Sosiologi Komunikasi, Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.
Sumadi Suryabrata (1995). Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajagrafindo Persada. Wahyudi (2005). Formasi dan Struktur Gerakan Sosial Petani, Malang: UMM
Press.
(5)
Sumber Lainnya:
http://daynishurnal.wordpress.com (akses Juni 2010). http://www.fathurin-zen.com/?p=93 (akses juli 2010).
http://gugling.com/sejarah-Blogger-blogspot.html (akses Oktober 2010).
http://beda-ajah.blogspot.com/2010/03/sejarah-Blogger-blogspot.html (akses Oktober 2010).
http://www.rickyeka.com/keistimewaan-Blogger.html (akses Oktober 2010).
http://us.detikinet.com/read/2010/08/18/141859/1422624/398/pesta-Blogger-2010-tak-hanya-untuk-kalangan-Blogger/ (akses Oktober 2010). http://www.ayongeblog.com/komunitas-Blogger/ (akses Oktober 2010). http://koinkeadilan.com (akses Oktober 2010).
http://www.facebook.com/group.php?gid=81385199537 (akses Oktoter 2010) Kompas, 16 Desember 2009.
Eko Prasetyo (2006). Gerakan Sosial Baru, Sebuah Pengantar, makalah dalam “seminar dan lokakarya gerakan sosial” oleh Averoes, 2006.
Francis Lee (tanpa tahun), Internet And Public Opinion Toward Social Movement: Persuasion, Support Activation, And Opinion Radicalization, The Chinesse University of Hongkong,
(www.com.cuhk.edu.hk/conference/2010/abstract/Francis%20Lee.pdf). Habermas (1964). The Structural Transformation of The Public Sphere,
http://brightrising.com/pdf/week04/Jurgen%20Habermas%20-
%20Social%20Structures%20of%20the%20Public%20Sphere%20-%20The%20Structural%20Transformation%20of%20the%20Public%20Sp here.pdf.
John Perry Berlow (1996). Decclaration of Independence of Cyberspace, Retrieved juli 1 2010 from http://www.eff.org.
Mario Diani (1999). Social Movement Network Virtual and Real, Paper for the Conference "A New Politic?", CCSS, University of Brimingham, (www.nd.edu/~dmyers/cbsm/vol2/bgham99.pdf).
(6)
Mridul Chodhury (2008). The role of the internet in Burma's Saffron Revolution, Paper from Berkman Center for Internet & Society at Harvard University: America,
(http://cyber.law.harvard.edu/publications/2008/Role_of_the_Internet_in_B urmas_Saffron_Revolution)].
Sadikin (2005). Perlawanan Petani, Konflik Agraria dan Gerakan Sosial. Jurnal Analisis Sosial vol. 10, No. 1, 19-36.
Txema Ramirez de la Piscina (2007). Social Movement in the Public Sphare New form of communication arise and transgress old communication codes, (www.ehu.es/zer/zere1/ZERE_piscina.pdf).
Tae-hyun Kim (2000). The Impact of the Internet on Social Movement Organization’s Resource Mobilization Strategies, Thesis, the Degree Master of Arts the Graduate school of Ohio State University, (http://www. etd.ohiolink.edu/send-pdf.cgi/Kim%20Taehyun.pdf?acc_num...).