diperhitungkan cara menyambung dan menghubungkan kayu sehingga sambungan dapat menyalurkan gaya yang bekerja padanya.
Selain gaya yang bekerja atau beban yang dipikul oleh sambungan yang menggunakan batang kayu adalah timbulnya sesaran. Sesaran merupakan
pergeseranperpindahan alat sambung dari kedudukan semula akibat beban yang bekerja. Beberapa Negara menetapkan batasan sesaran sambungan berbeda-beda,
Amerika Serikat menetapkan batasan sesaran sebesar 0,38 mm, Australia menetapkan batasan sesaran sebesar 0,80 mm dan Indonesia menetapkan batasan
sesaran sebesar 1,50 mm.
2.2 Sambungan dengan Paku
Paku adalah logam keras berujung runcing, umumnya terbuat dari baja, yang digunakan untuk melekatkan dua bahan dengan menembus keduanya. Paku
umumnya ditembuskan pada bahan dengan menggunakan palu atau nail gun yang digerakkan oleh udara bertekanan atau dorongan ledakan kecil. Pelekatan oleh
paku terjadi dengan adanya gaya gesek pada arah vertikal dan gaya tegangan pada arah lateral. Ujung paku kadang ditekuk untuk mencegah paku keluar kembali.
Alat sambung paku sering dijumpai pada struktur dinding, lantai dan rangka. Paku tersedia dalam bentuk dan ukuran yang bermacam-macam.
Umumnya diameter paku berkisar antara 2,75 mm sampai dengan 8 mm dengan panjang berkisar antara 40 mm sampai 200 mm. Angka kelangsingan paku nilai
banding antara panjang terhadap diameter sangat tinggi sehingga mudahnya paku membengkok saat dipukul. Agar terhindar dari pecahnya kayu, pemasangan paku
dapat didahului dengan membuat lubang penuntun dengan diameter 0,9D untuk kayu dengan berat jenis di atas 0,6 dan yang berdiameter 0,75D untuk kayu
dengan berat jenis di bawah atau sama dengan 0,6 Awaludin 2005. Menurut Wiryomartono 1977 konstruksi kayu yang menggunakan paku
memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut: a.
Harga paku yang murah sehingga dapat meminimalkan biaya konstruksi keseluruhan.
b. Sesaran yang terjadi dalam sambungan kecil.
c. Dalam pembuatan konstruksi beserta sambungannya tidak diperlukan
tenaga ahli.
d. Pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat.
e. Perlemahan kayu karena paku-paku kecil.
Berdasarkan PKKI 1961 syarat-syarat dan cara perhitungan sambungan paku adalah sebagai berikut:
a. Tampang melintang paku yang digunakan dapat berbentuk bulat, persegi
atau beralur lurus. b.
Kekuatan paku tidak tergantung dari besar sudut antara gaya dan arah serat kayu.
c. Ujung paku yang keluar dari sambungan sebaiknya dibengkokkan tegak
lurus arah serat, asal pembengkokan tersebut tidak akan merusak kayu. d.
Apabila dalam satu baris lebih dari sepuluh batang maka kekuatan paku harus dikurangi dengan 10 dan jika lebih dari 20 batang maka kekuatan
paku harus dikurangi 20. e.
Pada sebuah sambungan paling sedikit harus menggunakan 4 batang paku. Menurut Thelandersson dan Hans 2003, terdapat tiga faktor utama yang
cenderung mempengaruhi kekuatan sambung yang menggunakan alat sambung tipe dowel paku atau baut yaitu:
a. Kemampuan lentur alat sambung. Kemampuan melentur ini sangat
tergantung dari diameter dan kekuatan bahankayu dan alat sambungnya. b.
Kemampuan melekat atau mengikat alat sambung ke dalam kayu solid atau kayu komposit. Kekuatan mengikat tersebut tergantung dari kerapatan
kayu dalam mencengkeram pakubaut. Dengan demikian, terdapat kaitan langsung dengan luas permukaan diameter dan panjang alat sambung
yang masuk ke dalam kayu. c.
Kekuatan withdrawal terutama pada alat sambung yang memiliki permukaan yang tidak halus.
2.3 Sambungan dengan Pasak