2.5. Alat Pengukur Unsur Cuaca
Pada stasiun cuaca konvensional manual sering terjadi kehilangan data yang disebabkan oleh terlewatnya pengamatan, dan pengamat cenderung untuk
menutupi kesalahan dengan mengisi data dugaan mereka sendiri, hal tersebut dapat menyebabkan kesalahan dalam penyampaian informasi di kemudian hari.
Karena peralatan konvensional memiliki beberapa kekurangan dalam hal ketepatan waktu pengamatan maupun dari segi kesalahan manusia human error,
maka diperlukan rekayasa sistem pengembangan perangkat instrumentasi otomatis. Dengan adanya otomatisasi sistem instrumentasi meteorologi,
diharapkan akan mempermudah kerja manusia sebagai pengamat dan pengambilan keputusan yang cepat dan akurat. Ishadamy, 1984
Gambar 2.2. Sangkar cuaca dengan sensor manual.
Beberapa unsur cuaca yang diamati di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika adalah : Radiasi Matahari, Tekanan Udara, Suhu dan Kelembaban
Udara, Arah dan Kecepetan Angin, Curah Hujan, Penguapan. Penggunaan alat pengukur cuaca otomatis atau sering juga disebut AWS
Automatic Weather Station merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
kecermatan dalam pegukuran. Peralatan tersebut secara komersial telah tersedia di pasaran, antara lain produk dari Campbell Sceintific, Delta T Device, Vaisala,
Aandera Instrument, dan lain sebagainya. Pada dasarnya seperangkat AWS terdiri dari media perekam dan sensor-sensor cuaca. Untuk negara berkembang seperti
Indonesia kendala utama pemanfaatan alat jenis ini adalah harganya yang cukup mahal, apalagi dalam kondisi perekonomian saat ini barang impor menjadi cukup
mahal. Sehingga pengadaaan alat cuaca otomatis tersebut untuk memenuhi kebutuhan di setiap stasiun cuaca di Indonesia sulit dilakukan. Budianto, 2003
2.6. Perancangan Perangkat Keras
Secara umum bagian-bagian yang termasuk perancangan perangkat keras meliputi perakitan dan pemasangan sensor, pembuatan rangkaian elektronika serta
fasilitas pendukungnya. Rangkaian elektronika tersebut juga sering disebut dengan
sistem pengaturan
digital. Untuk menghasilkan sistem pengolahan data yang fleksibal terhadap
berbagai macam jenis sensor yang digunakan maka diperlukan peyetaraan- penyetaraan keluaran sensor. Umumnya keluaran yang dihasilkan oleh sensor
merupakan sinyal analog yang sangat kecil sehingga diperlukan penguat sinyal op-amp sebelum sinyal diubah menjadi bentuk digital. Ishadamy, 1984.
Dalam penelitian ini sensor cuaca yang memiliki keluaran besaran analog adalah sensor Suhu Udara, Kelembaban Udara, dan Radiasi Matahari. Untuk Suhu
Udara dan Kelembaban Udara Sensor diletakan di dalam sangkar meteo sedangkan sensor radiasi matahari diletakan di ruangan terbuka.
Pengukuran suhu sering dipakai sebagai dasar pengukuran unsur-unsur fisik alam karena suhu menggambarkan tingkatan energi materi baik padatan, gas
maupun cairan. Pengindera suhu setehnik elektronik yang umum dijumpai adalah kawat resistansi, termokopel serta semikonduktor. Semikonduktor yang bisa
dipakai adalah termistor, dioda, transistor serta integrated circuit IC. Berdasarkan karakter dasar elektroniknya, pengindera suhu elektronik dapat
Universitas Sumatera Utara
digolongkan menjadi 2 macam, yaitu pengindera yang nilai resistansinya berubah dan pengindera yang beda potensialnya dipengaruhi oleh suhu.
Nilai resistansi logam pada dasarnya berubah setehnik linier oleh perubahan suhu bahan. Untuk suatu kawat logam nilai resistansinya dipengaruhi
oleh panjang kawat serta diameternya. Untuk mendapatkan simpangan resistansi yang besar pengindera suhu dibuat dari kawat yang sangat halus diameter kecil
dan panjang, dan untuk membuat ukurannya tetap kecil maka kawat digulungdililit. Untuk pengukuran suhu udara pengindera ini tergolong baik
karena ketelitiannya dan kestabilan kalibrasi yang tinggi. Apabila ukuran sensor dapat dibuat kecil maka massa termalnya juga rendah sehingga sensitivitasnya
tinggicepat tanggap atas perubahan suhu. Pengukuran suhu dengan pengindera ini sangat akurat sehingga ideal untuk pengukuran suhu absolute.
Semikonduktor yang berubah nilai resistansinya karena perubahan suhu disebut sebagai termistor. Nilai resistansi komponen ini ada yang meningkat
karena kenaikan suhu yaitu jenis PTC positive temperature coeficient dan ada yang bersifat kebalikannya yang disebut sebagai NTC negative temperature
coeficient. Simpangan perubahan resistansi dari semikonduktor relatif besar akan tetapi tidak linier sepanjang jangka pengukuran. Karena sifat ini maka
pengindera ini kurang sesuai untuk pengukuran suhu absolute akan tetapi sangat sesuai untuk mengukur perubahan suhu. Untuk pengukuran suhu yang cepat
tanggap diperlukan termistor yang ukuran fisiknya kecil Budianto Bregas dan C.Setiawan
Arif, 2003.
Untuk mendapatkan sinyal elektronik dari jenis pengindera yang berubah resistansinya diperlukan daya listrikarus listrik I. Sejumlah arus yang mengalir
melalui suatu bahan dengan resistansi R akan menyebabkan terukurnya beda potensial V diantara dua terminal pengindera, yang besarnya mengikuti hubungan
sebagai berikut, V volt = R ohm x I ampere 2.1
Untuk mendapatkan V yang sebanding dengan perubahan nilai R, arus I harus dijaga konstan. Nilai I ini harus diberikan sekecil mungkin supaya daya
listrik yang terbuang disipate dalam bentuk panas pada badan sensor self
Universitas Sumatera Utara
heating dapat diminimumkan. Besar daya listrik yang terjadi dalam bentuk panas mengikuti hubungan seperti berikut ini,
P watt = V volt x I ampere 2.2 Buangan panas perlu diperhitungkan dengan cermat khususnya untuk
pengukuran suhu udara. Suhu yang terdeteksi oleh sensor adalah suhu udara ditambah suhu badan sensor itu sendiri. Apabila laju perpindahan panas konvektif
dari sensor lebih rendah dibandingkan laju penambahan panas yang terjadi pada sensor maka suhu udara yang terukur menjadi lebih tinggi. Hal ini harus
dihindari demi keakuratan pengukuran. Ukuran sensor yang kecil dapat membantu mengurangi kesalahan ini karena rasio luasan permukaan sensor
terhadap volume udara yang lewat aliran udara menjadi semakin kecil. Dengan kata lain panas yang timbul pada sensor dengan cepat dapat diserap dan
dipindahkan oleh udara sekitarnya. Teknik untuk membuat arus listrik konstan dengan nilai yang rendah
sebelumnya agak sulit dilakukan orde mikroampere. Oleh karena itu teknik yang banyak dipublikasikan untuk sensor berdasarkan perubahan resistansi adalah
penggunaan jembatan Wheatstone Wheatstone bridge. Dalam teknik ini empat buah komponen yang bersifat resistive dirangkai seperti gambar berikut.
Gambar 2.3. Susunan empat buah komponen yang bersifat resistive Tegangan catu pada bridge perlu dibuat konstan dan nilainya relatif besar
orde Volt. Pada teknik ini perubahan resistansi pada salah satu komponen, dalam hal ini adalah sensor akan menyebabkan perubahan kesetimbangan
potensial sehingga menimbulkan beda potensial V out. V out akan berubah setehnik linier apabila perubahan resistansi sensor juga linier terhadap suhu.
Universitas Sumatera Utara
Untuk sensor termistor yang tidak linier, kompensasi dapat dilakukan dengan menambahkan resistor paralel terhadap sensor dengan nilai resistansi sebesar nilai
resistansi sensor termistor pada median jangkah pengukuran Budianto Bregas dan C.Setiawan Arif, 2003.
Pada umumnya sifat perpindahan elektronmuatan listrik pada bahan semikonduktor dipengaruhi oleh temperatur bahan. Untuk komponen
semikonduktor bahan silikon, tegangan maju forward voltage yang terjadi antara junction bahan P dan N nilainya dipengaruhi oleh suhu. Nilai nominal tegangan
maju ini adalah sekitar 600 mV pada suhu ruangan. Kenaikan suhu akan setehnik linier menurunkan tegangan maju sebesar 2 sampai 2.5 mv
o
C. Perubahan semakin besar apabila arus biasnya dibuat mendekati arus bias minimum. Ada
keuntungan dari pengoperasian dengan arus catu yang rendah, yaitu buangan panas sensor yang semakin kecil.
Komponen elektronik yang bisa dipakai adalah dioda silikon dan transistor silikon. Pada transistor bahan P dan N diambil dari pin basis dan pin emittor.
Untuk pengukuran suhu udara jenis transistor dan dioda yang baik dipakai adalah komponen yang kemasannya kecil. Hal ini berhubungan dengan kecepatan sensor
untuk mencapai kesetimbangan termal. Kekurangan penggunaan sensor ini adalah sulit mendapatkan komponen yang karakternya seragam meskipun dioda
dari jenis yang sama.
Jadi untuk membuat beberapa sensor suhu, masing-masing sensor harus dikalibrasi sendiri. Untuk meningkatkan ketelitian pengukuran, simpangan
tegangan maju dapat diperbesar dengan penguat sinyal. Berikut ini adalah gambar dioda silikon yang dibias maju forward biased dan sinyal V out yang
berubah karena perubahan suhu Budianto Bregas, 2003. Teknik elektronik yang lebih maju untuk mengindera suhu adalah dengan
memanfaatkan integrated circuit IC sensor suhu. Salah satu yang relatif mudah didapat adalah produk National Semiconductor, yaitu IC LM35. IC ini memiliki
Universitas Sumatera Utara
tanggapan linier sebesar 10 mV o
C dengan tingkat ketepatan hingga 0.25 o
C pada suhu kamar. Keluaran tegangan sebanding langsung terhadap suhu dalam satuan
derajat Celcius, misalnya keluaran 300 mV artinya temperatur sensor adalah 30,0
o
C. Dalam proses pembuatannya melibatkan proses pemotongan presisi wafer
silikon dengan berkas laser sehingga keseragaman kalibrasi telah terjamin. Pengoperasian pada range jangkah pengukuran -55 sampai +150
o C tingkat
kesalahannya maksimum 0.75 o
C spesifikasi pabrik. Apabila arus catu yang diberikan relatif kecil 60
A maka kenaikan suhu karena pemanasan sendiri self heating pada keadaan udara diam hanya sebesar 0.08C
o . Kemasan
komponen ini adalah standar TO-92 dengan diameter sekitar 5mm.
Dari sifat-sifat diatas IC tersebut cukup ideal untuk dapat dimanfaatkan untuk pengukuran suhu udara. Untuk aplikasi pengukuran kelembaban udara
dengan metoda psikrometrik yang membutuhkan aspirasi natural, ukuran sensor suhu masih terlalu besar sehingga kemasan plastik IC dapat diperkecil dengan
jalan mengikis kemasan TO-92 sekecil mungkin tanpa mengganggu bagian dalam elektroniknya. Pengecilan ukuran sensor dapat meningkatkan tanggapan waktu
sehingga sensor lebih cepat mencapai titik keseimbangan Budianto Bregas, 2003.
Untuk pengukuran skala mikro ukuran sensor masih terlalu besar karena respon waktunya menjadi besar. Pengindera suhu yang juga memberikan keluaran
beda potensial adalah kawat termokopel. Pada prinsipnya termokopel adalah dua macam kawat logam yang berbeda yang disambungkan. Apabila terjadi
perbedaan suhu diantara kedua titik sambungannya junction maka akan timbul gaya gerak listrik ggl beda potensial diantara dua ujungnya. Gejala ini pertama
ditemukan oleh Seebeck sehingga disebut sebagai Seebeck effect. Kawat termokopel yang populer adalah kombinasi kawat tembaga dan
konstantan. Besar koefisien Seebeck untuk kombinasi kawat termokopel ini
Universitas Sumatera Utara
adalah sekitar 40 mikrovolt
o
C. Nilai ini termasuk kecil sehingga untuk mendapatkan pengukuran yang cukup teliti diperlukan penguat sinyal.
Karena prinsip kerjanya berdasarkan pengukuran beda suhu, maka untuk pengukuran suhu absolut salah satu titik sambungan harus dianggap sebagai suhu
panutan referrence. Teknik yang biasa dipakai adalah dimasukkan es atau titik panutan diukur suhunya dengan sensor elektronik lain IC LM 35. Teknik
pengukuran kombinasi antara termokopel dengan semikonduktor merupakan tehnik yang paling ideal untuk pengukuran
skala mikro.
Keuntungan dari sensor ini adalah, pertama sensor tidak perlu catu arus sehingga tidak ada buangan panas, kedua ukuran sensor dapat dibuat sangat kecil
mendekati ukuran diameter kawat sehingga cepat mencapai kesetimbangan termal dengan lingkungannya. Dibandingkan dengan sensor suhu elektronik lainnya
keluaran sensor ini sangat kecil sehingga penguatan sinyal yang diperlukan lebih tinggi dan Salah satu tehnik pengukuran kelembaban udara adalah menggunakan
metoda psikrometrik, yaitu metoda yang memerlukan pengukuran suhu dengan dua sensor, yaitu bola basah dan bola kering. Sensor suhu bola basah diperoleh
dengan menutup permukaan sensor dengan selapis bahan kain katun yang selalu basah. Bahan penutup dihubungkan dengan cadangan air yang dihubungkan
dengan benangtali katun sehingga selaput air yang menguap dapat selalu digantikan oleh air yang mengalir melalui sifat kapiler dari serat bahan katun
Budianto Bregas. 2003. Sensor suhu bola kering digunakan untuk mendapatkan suhu udara
sedangkan sensor bola basah digunakan untuk medapatkan nilai defisit tekanan uap air udara. Pengukuran suhu udara bola basah dapat menggambarkan
kandungan uap air karena selisihnya terhadap suhu bola kering sebanding dengan energi yang terserap sebagai panas laten pada proses penguapan selaput air pada
sensor. Apabila udara lingkungan kering defisit tekanan uap tinggi maka penguapan yang terjadi dari permukaan sensor makin banyak, hal ini
menyebabkan nilai pengukuran suhu bola basah makin rendah. Melalui pendekatan empiris nilai kelembaban relatif RH dapat dihitung dengan
persamaan-persamaan berikut,
Universitas Sumatera Utara
e
w
= 6.1078 x exp[17.239TbbTbb+273.3], 2.3 ea
= e
w
- 0.661 x Tbk - Tbb, 2.4 es
= 6.1078 x exp[17.239TbkTbk+273.3], 2.5 e dalam mb dan T dalam oC, sehingga
RH = ea es x 100 2.6 Teknik lain mengindera kelembaban udara setehnik elektronik adalah
menggunakan sensor kapasitor. Nilai kapasitor pada dasarnya tergantung dari luasan lempeng elektroda dan konstanta dielektrik dari bahan yang terdapat
diantara lempengan elektroda. Bahan dielektrik yang dipakai pada sensor ini berbahan dasar garam sehingga bersifat higroskopis. Nilai kapasitansi dari sensor
ini berbanding lurus dengan nilai RH, karena daya serap uap air bahan dielektriknya juga dipengaruhi oleh suhu udara.
Untuk mendapatkan sinyal keluaran dalam dalam satuan volt, sensor ini harus di catu dengan arus listrik bolak-balik dan dipasang dalam konfigurasi
jembatan Wheatstone. Untuk mendapatkan sensor kapasitif ini saat ini masih relatif sulit sehingga metoda psikrometrik lebih populer.
Pada saat pemasangan sensor suhu bola kering dan basah pengaruh langsung dari radiasi matahari harus dihindarkan akan tetapi aliran udara aspirasi
natural tidak boleh terhambat. Untuk itu sensor perlu ditempatkan pada sangkar cuaca mini. Bentuk sangkar cuaca yang populer berupa kisi-kisi berbentuk
lingkaran piringan yang terbuat dari bahan aluminium atau plastik yang tidak tembus cahaya.
Untuk mengindera pantehnikn radiasi surya dapat dilakukan dengan dua macam pendekatan. Pertama yang banyak dilakukan adalah menggunakan
medium pengubah energi radiasi menjadi energi termal. Tehnik lain adalah dengan mengukur energi foton yang jatuh pada semikonduktor yang peka foton.
Pada prinsip termal, pantehnikn radiasi surya harus diterima oleh suatu permukaanlempengan yang menyerap seluruh pantehnikn radiasi. Suatu
permukaan yang kita lihat berwarna hitam menandakan bahwa mata kita tidak
Universitas Sumatera Utara
menerima pantulan radiasi spektrum gelombang tampak maupun spektrum gelombang elektromagnetik lainnya. Penyerapan energi radiasi oleh permukaan
mengakibatkan peningkatan suhu permukaan dan tentunya peningkatan suhunya berbanding lurus dengan energi pantehnikn radiasi yang jatuh di permukaan.
Dengan mengukur beda suhu antara permukaan yang berwarna “hitam” dengan permukaan yang berwarna “putih” maka perbedaan suhu yang terukur
adalah sebanding dengan pantehnikn energi radiasi surya. Pengindera radiasi surya dengan teknik ini biasa disebut sebagai solarimeter.
Teknik pengukuran suhu yang banyak dipakai untuk solarimeter adalah menggunakan termokopel yang dirangkaikan setehnik seri. Setiap termokopel
masing masing mengukur permukaan yang berwarna hitam dan putih. Dengan menggabungkan puluhan termokopel yang dihubungkan setehnik seri disebut
sebagai termopil maka keluaran tegangan solarimeter sudah cukup tinggi tanpa menggunakan
penguat sinyal.
Salah satu jenis solarimeter adalah tube-solarimeter. Alat ini adalah solarimeter yang mempunyai bentuk sensor memanjang dengan pelindung tabung
kaca. Termokopel termopil yang digunakan merupakan kombinasi kawat tembaga dan kawat konstantan. Untuk jenis tube-solarimeter tertentu dengan 60
termopil, faktor kalibrasi yang diperoleh adalah sekitar 15mVkWm 2
. Berikut ini adalah gambar salah satu jenis tube-solarimeter.
GAMBAR Jenis solarimeter lain suhu referensinya tidak diambil dari permukaan yang
berwarna putih, melainkan diambil dari bahan pejal dengan masa termal yang besar, yang letaknya tersembunyi dari pengaruh radiasi surya. Ukuran permukaan
sensor alat ini bisa dibuat kecil dengan termopil yang terkonsentrasi. Bentuk pelindung sensor dari kaca yang berbentuk kubah, sehingga alat ini biasa disebut
sebagai dome solarimeter Teknik penginderaan radiasi surya dengan semikonduktor dapat dilakukan
dengan LDR light dependent resistor, solar cell maupun CdSe cell. Komponen- komponen tersebut peka terhadap radiasi surya tetapi kepekaannya terbatas untuk
selang spektrum panjang gelombang tertentu. Untuk LDR nilai resistansinya
Universitas Sumatera Utara
sebanding dengan cahaya yang jatuh pada sensor. Untuk Solar cell dan CdSe cell arus listrik yang timbul berbanding lurus dengan energi foton yang jatuh pada
sensor. Dengan demikian untuk pengukuran total radiasi surya penggunaanya
perlu perhatian lebih. Kondisi pengkalibrasian sensor ini dengan alat yang mempunyai kepekaan spektrum panjang gelombangnya yang lebih lebar harus
diperhatikan. Apabila terjadi modifikasi spektrum panjang gelombang yang diterima sensor maka nilai kalibrasi alat tidak lagi berlaku. Misalnya untuk
pengukuran di bawah tajuk tanaman dimana spektrum gelombang hijau banyak berkuran Kecepatan angin diukur dengan alat yang disebut anemometer. Jenis
alat yang banyak dipakai adalah cup anemometer. Alat ini terdiri dari tiga buah mangkok cup yang terhubung melalui jari-jari terhadap poros yang dapat
berputar bebas.
Prinsip pengukuran pada alat ini adalah dengan menghitung jumlah putaran mangkok dalam satu periode waktu tertentu. Gerakan masa udara
dihitung berdasarkan jumlah putaran dan keliling lingkaran yang ditempuh mangkok. Mangkok dapat berbentuk kerucut atau setengah bola dari bahan yang
ringan plastik atau alumunium dan disambungkan pada poros putaran dengan batang jari-jari. Bantalan peluru kecil ball-bearing dipasang pada poros putaran
untuk mengurangi gaya gesekan. Untuk mendapatkan sinyal elektronik dari gerakan putaran maka pada poros putar dipasang sebuah magnet kecil. Pada
rumah poros putaran ditempatkan sebuah reed switch, yaitu sakelar mekanik yang aktif oleh medan magnet.
Teknik lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi gerakan adalah menggunakan hall sensor. Sensor ini merupakan semikonduktor yang
menghasilkan logic ketika di ekspos pada perubahan medan magnet. Kelebihan hall sensor dibandingkan dengan reed switch adalah respon waktunya sangat cepat
sehingga mampu mendeteksi putaran yang sangat tinggi. Penempatan sakelar disesuaikan dengan penempatan magnet sehingga setiap kali magnet melintas
gerakan ini terdeteksi dengan tertutupnya sakelar. Kondisi dari sakelar merupakan keluaran alat yang dikirimkan pada alat pembaca.
Universitas Sumatera Utara
Alat ini
melibatkan transducer mekanik, maka dalam pembuatan
konstruksinya perlu memperhatikan faktor gesekan pada rotor, bentuk, ukuran, dan massa cup anemometer. Karena bagian-bagian akan menentukan tingkat
kepekaan, kesalahan, dan ketelitian pengukuran bila pengindera kecepatan angin ini digunakan. Contoh konstruksi dari alat ini dapat dilihat dari gambar berikut,
Tehnik lain untuk mengukur kecepatan angin adalah menggunakan teknik pendinginan konvektif. Tehnik ini menggunakan sensor suhu yang dipanaskan
dengan tingkat energi tertentu sehingga suhu sensor sedikit lebih tinggi dari suhu udara lingkungan. Apabila terjadi gerakan massa udara maka sebagian panas
pada sensor akan terbawa oleh angin sehingga suhunya menurun. Penurunan suhu yang terukur dapat dikalibrasi dengan kecepatan angin.
Semua sensor suhu yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya dapat digunakan sebagai sensor kecepatan angin. Yang paling ideal tentunya sensor
suhu yang massa termalnya paling kecil. Yang banyak dijumpai adalah menggunakan kawat resistance sehingga alatnya dikenal sebagai hot-wire
anemometer. Keistimewaan alat ini adalah mampu mengukur gerakan udara yang sangat lemah, yang tidak mampu menggerakkan baling-baling sensor cup
anemometer. Arah angin diindera dengan alat yang disebut sebagai wind-vane. Alat ini
berupa penunjuk yang dapat berputar pada porosnya. Bentuk penunjuk dibuat tidak setimbang dengan membuat salah satu sisi mempunyai luasan yang lebar.
Dengan konstruksi ini posisi setimbang penunjuk akan sejajar dengan arah angin. Setehnik elektronik posisi penunjuk dapat dihubungkan dengan resistor variabel
potensiometer. Posisi putaran dari tuas potensiometer akan menentukan nilai resistansi
dari potensiometer.
Untuk penunjuk arah angin dengan penunjukan diskret misalnya 8 arah mata angin penggunaan sakelar peka medan magnet dapat digunakan. Jadi
keluaran alat ini berupa penunjukan sakelar yang tertutup yang diindikasikan oleh nyala lampu atau sinyal yang berupa kode digital. Berikut ini adalah gambar
konstruksi alat penunjuk arah angin., maka pengukuran dengan alat jenis ini kurang
sempurna.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengukur curah hujan teknik yang dipakai adalah dengan mengukur volume air hujan yang tertampung pada suatu penadah dengan luasan
tangkapan tertentu. Setehnik elektronik jumlahvolume air yang masuk dapat diukur menggunakan bejana berjungkit tipping bucket. Alat ini berupa jungkitan
dengan dua penampung air diletakkan di bawah corong. Jungkitan penampung ini apabila sudah penuh akan berjungkit untuk membuang air, dan gerakan ini akan
menempatkan penampung yang kosong di bawah corong setehnik bergantian. Sebuah magnet dipasang pada tengah jungkitan dan sebuah reed switch atau hall
sensor dipasang pada rumah poros jungkitan sehingga gerak berjungkit dari bejana penampung akan terdeteksi dengan tertutupnya sakelar sesaat. Status
terbuka dan tertutupnya sakelar merupakan keluaran dari alat ini. Dengan data diameter mulut penakar hujan dan volume
bejana berjungkit, maka penghitungan faktor kalibrasi dapat dilakukan. Setiap gerakan jungkitan setara dengan tinggi curah hujan yang dihitung dari volume air
yang mampu menjungkirkan posisi jungkitan dibagi dengan luasan penampang tangkapan. Ukuran yang umum satu kali junglitan setara dengan 0,5 mm hujan
Budianto Bregas, 2003.
2.7. Pengolahan Data Analog