3. Fungsi ekonomis mangrove, yaitu sebagai sumber bahan bakar kayu, arang,
lahan untuk kegiatan produksi pangan dan tujuan lain pemukiman, pertambangan, industri, infrastruktur, transportasi, rekreasi, bahan bangunan
balok, papan, serta bahan tekstil, makanan dan obat-obatan Gunarto, 2004.
Ekowisata Pengertian Ekowisata
Ekowisata harus terlebih dahulu dipahami melalui dua sisi yaitu :
1. Ekowisata dari Segi Konsep
Merupakan pariwisata bertanggung jawab yang dilakukan pada tempat-tempat alami, serta memberi kontribusi terhadap kelestarian alam dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat setempat TIES –
The InternationalEcotourism Society
dengan sedikit modifikasi.Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Ekowisata merupakan konsep pengembangan pariwisata yang
berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan alam dan budaya dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan,
sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat dan pemerintah setempat. Ekowisata memiliki banyak defenisi yang seluruhnya berprinsip pada pariwisata yang
kegiatannya mengacu pada lima elemen penting yaitu: 1.
Memberikan pengalaman dan pendidikan kepada wisatawan yang dapat meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap daerah tujuan wisata yang
dikunjunginya. Pendidikan diberikan melalui pemahaman akan pentingnya
pelestarian lingkungan, sedangkan pengalaman diberikan melalui kegiatan- kegiatan wisata yang kreatif disertai dengan pelayanan yang prima.
2. Memperkecil dampak negatif yang bisa merusak karakteristik lingkungan dan
kebudayaan pada daerah yang dikunjungi. 3.
Mengikut sertakan masyarakat dalam pengelolaan dan pelaksanaannya. 4.
Memberikan keuntungan ekonomi terutama kepada masyarakat lokal, untuk itu kegiatan ekowisata harus bersifat profit menguntungkan.
5. Dapat terus bertahan dan berkelanjutan.
2. Ekowisata dari Segi Pasar Kata ekowisata selalu mengacu pada bentuk kegiatan wisata yang mendukung
pelestarian. Ekowisata semakin berkembang tidak hanya sebagai konsep tapi juga sebagai produk wisata misalnya: paket wisata. Akhir-akhir ini, paket wisata dengan
konsep ”eko” atau ”hijau” menjadi
trend
di pasar wisata. Konsep ”kembali ke alam”
cenderung dipilih oleh sebagian besar konsumen yang mulai peduli akan langkah pelestarian dan keinginan untuk berpartipasi pada daerah tujuan wisata yang
dikunjunginya. Akomodasi, atraksi wisata maupun produk wisata lainya yang menawarkan konsep kembali ke alam semakin diminati oleh pasar.Pada
ekowisata,aktivitas wisatawan lebih berfokus pada pengamatan dan pemahaman mengenai alam dan budaya pada daerah yang dikunjungi dengan mendukung
kegiatan pelestarian serta lebih mengutamakan fasilitas dan jasa yang disediakan oleh masyarakat setempat.
Ekowisata di Indonesia
Tahun 2002 adalah tahun dimana dicanangkannnya Tahun Ekowisata dan Pegunungan di Indonesia. Berbagai
workshop
dan diskusi yang diselenggarakan pada tahun tersebut di berbagai daerah di Indonesia baik oleh pemerintah pusat maupun
daerah, dirumuskan 5 lima prinsip dasar pengembangan ekowisata di Indonesia yaitu:
1. Pelestarian Prinsip kelestarian pada ekowisata adalah kegiatan ekowisata yang dilakukan
tidak menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan dan budaya setempat. Salah satu cara menerapkan prinsip ini adalah dengan cara menggunakan sumber
daya lokal yang hemat energi dan dikelola oleh masyarakat sekitar. Tak hanya masyarakat, tapi wisatawan juga harus menghormati dan turut serta dalam pelestarian
alam dan budaya pada daerah yang dikunjunginya.Lebih baik lagi apabila pendapatan dari ekowisata dapat digunakan untuk kegiatan pelestarian di tingkat lokal. Misalnya
dengan cara sekian persen dari keuntungan dikontribusikan untuk membeli tempat sampah dan membayar orang yang akan mengelola sampah.
2. Pendidikan Kegiatan pariwisata yang dilakukan sebaiknya memberikan unsur pendidikan.
Ini bisa dilakukandengan beberapa cara antara lain dengan memberikan informasi menarik seperti nama dan manfaat tumbuhan dan hewan yang ada di sekitar daerah
wisata, dedaunan yang dipergunakan untuk obat atau dalam kehidupan sehari-hari,
atau kepercayaan dan adat istiadat masyarakat lokal. Kegiatan pendidikan bagi wisatawan ini akan mendorong upaya pelestarian alam maupun budaya.
3. Pariwisata Pariwisata adalah aktivitas yang mengandung unsur kesenangan dengan
berbagai motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu lokasi.Ekowisata juga harus mengandung unsur ini. Oleh karena itu, produk dan jasa pariwisata yang ada di
daerah kita juga harus memberikan unsur kesenangan agar layak jual dan diterima oleh pasar.
4. Ekonomi Ekowisata juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat terlebih lagi
apabila perjalanan wisata yang dilakukan menggunakan sumber daya lokal seperti transportasi, akomodasi dan jasa pemandu. Ekowisata yang dijalankan harus
memberikan pendapatan dan keuntungan profit sehingga dapat terus berkelanjutan. Untuk dapat mewujudkan hal itu, yang penting untuk dilakukan adalah memberikan
pelayanan dan produk wisata terbaik dan berkualitas. Untuk dapat memberikan pelayanan dan produk wisata yang berkualitas, akan
lebih baik apabila pendapatan dari pariwisata tidak hanya digunakan untuk kegiatan pelestarian di tingkat lokal tetapi juga membantu pengembangan pengetahuan
masyarakat setempat, misalnya dengan pengembangan kemampuan melalui pelatihan demi meningkatkan jenis usaha atraksi yang disajikan di tingkat desa.
Karakteristik Ekowisatawan
Secara khusus, pengunjung ekowisata mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Menyukai lingkungan dengan daya tarik utama adalah alam dan budaya
masyarakat lokal serta mereka juga biasanya mencari pemandu informasi yang berkualitas.
2. Kurang memerlukan tata krama formal
amenities
dan juga lebih siap menghadapi ketidaknyamanan, meski mereka masih membutuhkan pelayanan
yang sopan dan wajar, sarana akomodasi dan makanan yang bersih. 3.
Sangat menghargai nilai-nilai
high value
dan berani membayar mahal untuk suatu daya tarik yang mempesona dan berkualitas.
4. Menyukai daya tarik wisata yang mudah dicapai dengan batasan waktu tertentu
dan mereka tahu bahwa daya tarik alami terletak di daerah terpencil Wiharyanto, 2007.
Ekowisata Mangrove
Ekosistem mangrove dengan tumbuhan yang rimbun dan mempunyai berbagai biota merupakan salah satu tempat rekreasi atau wisata yang nyaman. Pada
ekosistem mangrove dapat dipilih sebagai salah satu tempat untuk olahraga petualangan, memancing, berperahu,
tracking
, dan berburu. Namun untuk menjadikan ekosistem mangrove sebagai lingkungan yang nyaman dan menarik bagi
wisatawan, maka harus dilindungi dan direhabilitasi agar terlihat asli dan direhabilitasi agar terlihat asli dengan berbagai flora dan faunanya Kordi 2012.
Menurut Dahuri 1998 diacu oleh Wiharyanto 2007, alternatif pemanfaatan hutan mangrove yang paling memungkinkan tanpa merusak ekosistem hutan
mangrove meliputi : penelitian ilmiah
scientific research
, pendidikan
education
, dan rekreasi terbatasekowisata
limited recreationecotourism
. Minimal 20 dari total area dari suatu zona pesisir harus disediakan sebagai zona preservasi.
Jalur hijau
green belt
mangrove seperti tertera dalam UU No. 241992 adalah salah satu bentuk zona preservasi. Selanjutnya pemanfaatan hutan mangrove
untuk rekreasi merupakan terobosan baru yang sangat rasional diterapkan di kawasan pesisir karena manfaat ekonomis yang dapat diperoleh tanpa mengeksploitasi
mangrove tersebut. Selain itu, hutan rekreasi mangrove dapat menyediakan lapangan pekerjaan dan menstimulasi aktivitas ekonomi masyarakat setempat, sehingga
diharapkan kesejahteraan hidup mereka akan lebih baik. Dari segi kelestarian sumberdaya, pemanfaatan hutan mangrove untuk tujuan rekreasi akan memberikan
efek yang menguntungkan pada upaya konservasi mangrove karena kelestarian kegiatan rekreasi alam di hutan mangrove sangat bergantung pada kualitas dan
eksistensi ekosistem mangrove tersebut.
Partisipasi Masyarakat Setempat
Partisipasi masyarakat akan timbul, ketika alambudaya itu memberikan manfaat langsungtidak langsung bagi masyarakat. Agar bisa memberikan manfaat
maka alam budaya itu harus dikelola dan dijaga. Begitulah hubungan timbal balikantara atraksi wisata, pengelolaan manfaat yang diperoleh dari ekowisata dan
partisipasi. Partisipasi masyarakat penting bagi suksesnya ekowisata di suatu daerah
tujuan wisata. Hal ini bisa dimulai dari diri kita sendiri. Jangan terlalu berharap pemerintah akan melakukan semua hal karena kita juga memiliki peranan yang sama
dalam melakukan pembangunan di daerah kita. Partisipasi dalam kegiatan pariwisata akan memberikan manfaat langsung bagi kita, baik untuk pelestarian alam dan
ekonomi. Bila kita yang menjaga alam tetap lestari dan bersih, maka kita sendiri yang akan menikmati kelestarian alam tersebut, bila kita berperan dalam kegiatan
pariwisata, maka kita juga yang akan mendapatkan manfaatnya secara ekonomi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias Selatan, 2009.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian inidilakukan di Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Juni
– Juli 2013.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera, alat tulis, buku identifikasi mangrove, GPS
Global Positioning System
. Bahan yang digunakan yaitu kuisioner, vegetasi mangrove dan data masyarakat. Gambar alat dan bahan
disajikan pada Lampiran 1.
Lokasi Penelitian
Peta lokasi penelitian Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai berada pada titik koordinat 3
o
34’69” LU dan 99
o
7’16,6” BT Gambar 2. Lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 2.
Gambar 2. Lokasi Penelitian google earth
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengambilan data dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: 1 Melakukan survey lapangan, 2 Wawancara dan pemberian kuisioner pada
masyarakat, 3 Studi literatur. Kegiatan observasi lapangan dan wawancara disajikan
pada Lampiran 3.
Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung observasi di lapangan, dengan melakukan pengukuran potensi hutan mangrove dan
melakukan wawancara langsung dengan pengunjung, masyarakat, dan pihak-pihak terkait. Komposisi dan jenis data yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi dan jenis data Muhaerin, 2008
No. Kelompok Jenis Data
Aspek-Aspek Jenis Data
Primer Sekunder
1 Faktor Fisik
Geografi √
Topografi √
Demografi √
√ Aksesbilitas
√ √
Kondisi Fisik √
√ Pasang surut
√ √
2 Faktor Sosial
Masyarakat Identitas
umur, jenis
kelamin, pendidikan,
dan pekerjaan
√ Persepsi,
pemahaman dan
harapan √
Pengunjung Persepsi,
pemahaman dan
keinginan √
3 Faktor biologi
Vegetasi mangrove kerapatan
√ √
Objek biota
mangrove √
√
4 Faktor lainnya
Isu-isu yang
berkembang √
Kebijakan pengelolaan
√
a. Metode Pengamatan Ekosistem mangrove Lokasi yang ditentukan untuk pengamatan vegetasi mangrove harus dapat
mewakili setiap zona mangrove yang terdapat di wilayah kajian Bengen, 2001. Data vegetasi mangrove yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Penentuan
lokasi stasiun pengamatan di kawasan mangrove Desa Sialang Buah dilakukan dengan menentukan perwakilan dari setiap zonasi yang bisa dilihat dari peta
hasil interpretasi citra SPOT tahun 2006. Selain dengan sistem perwakilan, penentuan lokasi stasiun pengamatan juga mempertimbangkan apakah suatu lokasi
memungkinkan dilakukannya sampling atau tidak. Berdasarkan kedua pertimbangan tersebut, didapatkan 3 stasiun dan 12 plot.
Pada setiap lokasi pengamatan, letakan petak-petak contoh plot berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10 x 10 m untuk tingkat pohon diameter
batang 4 cm, 5 x 5 m untuk tingkat pancang diameter batang 4 cm dan tinggi 1 m, 1 x 1 m untuk semai dan tumbuhan bawah tinggi 1 m. Data yang
diambil pada pengamatan ekosistem mangrove adalah jenis mangrove yang berada di dalam stasiun pengamatan serta jenis perakarannya, kemudian dilakukan
pengukuran diameter setiap pohon setinggi dada 1,3 meter yang berada di dalam stasiun serta pengamatan visual biota-biota yang berada di stasiun tersebut
Bengen, 2001. b. Metode Pengambilan Data Persepsi Masyarakat dan Pengunjung
Penentuan jumlah responden dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin, yaitu :
Keterangan: n
= ukuran sampel e = galat pendugaan 10
N = ukuran populasi
Metode pengambilan sampelresponden yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel tidak secara acak melainkan berdasarkan
pertimbangan tertentu
atau sengaja.
Pertimbangannya adalah
bahwa
sampelresponden tersebut bersifat spesifik, sehingga penentuannya harus dilakukan secara sengaja
purposive
. Dalam hal ini yang menjadi pertimbangan adalah responden masyarakat yang memanfaatkan ekosistem mangrove dan bersedia untuk
diwawancarai. Data yang dikumpulkan meliputi: 1. Data karakteristik responden umur, pendidikan formal, pekerjaan
2. Kegiatan Pemanfaatan Kawasan Desa Sialang Buah oleh Masyarakat 3. Pemahaman atau persepsi masyarakat tentang ekowisata mangrove
4. Keterlibatan Masyarakat Pertimbangan yang digunakan untuk menentukan responden pengunjung
adalah responden pengunjung yang berada di sekitar lokasi penelitian dan bersedia diwawancarai. Data yang dikumpulkan meliputi:
1. Data karakter responden umur, pendidikan, pendapatan, asal wisatawan 2. Pemahaman atau persepsi wisatawan tentang ekowisata, mangrove, kondisi
mangrove serta sarana dan prasarana 3. Keinginan untuk berwisata mangrove
Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen hasil studipenelitian, peraturan perundang-undangan dan data
pendukung lainnya. Sumber data berasal dari Pemerintahan Pusat atau Pemerintahan Daerah dari DinasInstansi terkait dengan penelitian, yaitu : Kantor
Kepala Desa Sialang Buah.
Analisis Data
1. Analisis Potensi Ekosistem Mangrove Data yang dikumpulkan meliputi: data mengenai jenis spesies, jumlah
individu, dan diameter pohon. Data-data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui kerapatan setiap spesies dan kerapatan total semua spesies.
a. Kerapatan Spesies Kerapatan spesies adalah jumlah individu spesies i dalam suatu unit area yang
dinyatakan sebagai berikut: Kerapatan Spesies = ni A
b. Kerapatan Total Kerapatan Total adalah jumlah semua individu mangrove dalam suatu unit
area yang dinyatakan sebagai berikut: Kerapatan Total = ∑n A
Keterangan: ni
: Jumlah total individu dari spesies i ∑n
: Jumlah total individu seluruh spesies A
: Luas area pengambilan contoh
2. Analisis Kesesuaian Ekologis Kegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan
potensi sumberdaya dan peruntukannya. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai objek wisata yang akan
dikembangkan. Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata pantai dan wisata bahari adalah Yulianda, 2007:
IKW = ∑ x 100
Keterangan: IKW : Indeks kesesuaian ekosistem untuk wisata mangrove Sesuai:
83, Sesuai Bersyarat: 50-83, Tidak Sesuai : 50. Ni
: Nilai parameter ke-i Bobot x Skor. Nmaks
: Nilai maksimum dari kategori wisata mangrove39. Penentuan kesesuaian berdasarkan perkalian skor dan bobot yang diperoleh
dari setiap parameter. Kesesuaian kawasan dilihat dari tingkat persentase kesesuaian yang diperoleh penjumlah nilai dari seluruh parameter. Kesesuaian wisata pantai
kategori wisata mangrove mempertimbangkan 5 parameter dengan 4 klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian wisata pantai kategori wisata mangrove antara lain:
ketebalan mangrove, kerapatan mangrove, jenis mangrove, pasang surut, dan obyek biota disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Parameter kesesuaian wisata pantai kategori wisata mangrove
No Parameter Bobot Kategori Baik
Skor Kategori
Cukup
Baik Skor Kategori
Cukup
Buruk Skor Kategori
Buruk Skor
1. Ketebalan