Aktivitas Self Care pada Pasien Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik Medan

(1)

Aktivitas

Self Care

pada Pasien Diabetes Melitus

di RSUP. H. Adam Malik Medan

SKRIPSI

Oleh Tetty G Siadari

111101033

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

Judul Penelitian : Aktivitas Self Care pada Pasien Diabetes Melitus di RSUP. H. Adam Malik Medan

Nama : Tetty G. Siadari

NIM : 111101033

Jurusan : Sarjana Keperawatan Tahun Akademik : 2014/2015

__________________________________________________________________

ABSTRAK

Self care (perawatan diri) adalah pelaksanan aktivitas individu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan. Jika aktivitas self care dapat dilakukan dengan efektif, maka akan dapat membantu individu dalam mengembangkan potensi dirinya. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan aktivitas self care pada pasien diabetes melitus di RSUP. H. Adam Malik Medan. Sampel yang diteliti sebanyak 83 orang dengan metode pengumpulan data Purpose Sampling dengan kriteria penelitian. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2015 dengan menggunakan kuesioner data demografi dan kuesioner aktivitas self care yaitu Denyes Self Care Practice Instrument-90 (DSCPI-90). Hasil penelitian didapatkan bahwa aktivitas self care pada pasien diabetes melitus masih belum baik dilihat rentangnya yang berada pada 37,78-88,33 dengan nilai rata-ratanya hanya mencapai 66,78. Artinya dari rentang 0-100%, pasien diabetes melitus hanya 66,78% dalam melakukan self care-nya. Saran untuk pelayanan kesehatan supaya memperhatikan pemenuhan kebutuhan self care pada pasien diabetes melitus demi mempertahakan kelangsungan dan kesejahteraan hidupnya. Diharapkan peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas self care pada pasien diabetes melitus.

__________________________________________________________________ Kata kunci: Self Care, Diabetes Melitus


(5)

Title of the Thesis : Self-Care Activities in Diabetes Mellitus Patients at RSUP Haji Adam Malik, Medan

Name of Student : Tetty G. Siadari Std. ID Number : 111101033

Department : S1 (Undergraduate) Nursing Academic Year : 2014-2015

ABSTRACT

Self-care is an individual activity which is related to the need for survival, health, and prosperity. If it can be performed effectively, it can help a person develop his own potency. The research used descriptive method which was aimed to describe self-care activity of diabetes mellitus at RSUP Haji Adam Malik, Medan. The samples were 83 respondents, taken by using purposive sampling technique. The data were gathered from May to June, 2015 by using questionnaires on demographic data and self-care activity, Denyes Self-Care Practice Instrument-90 (DSCPI-Instrument-90). The result of the research showed that self-care activity done by diabetes mellitus patients was not good; the span was on 37.78-88.33 at the mean value of 66.78 which indicated that from the span of 0-100%, diabetes mellitus patients were on 66.78% in doing their self-care activity. It is recommended that health care providers pay attention to the need for self-care in diabetes mellitus patients in order to survive and to maintain their prosperity. The next researchers should study on the factors which influence self-care activity in diabetes mellitus patients.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat, dan syukur bagi Allah atas segala kemurahan dan kasih setia-Nya yang menyertai penulis sehingga dalam menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Aktivitas Self Care pada Pasien Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik Medan”. Penulis merasakan sangat besar dan tidak terhitung penyertaan dan pertolongan-Nya sepanjang pengerjaan penelitian dan juga skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang membimbing dan mendukung saya dalam proses pengerjaan skripsi ini, sebagai berikut:

1. Dekan Fakultas Keperawatan USU, dr. Dedi Ardinata, M.Kes. Pembantu dekan I, Ibu Erniyati, S.Kp., MNS, pembantu dekan II, Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp., MNS, Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp., MNS. 2. Dosen pembimbing, Bapak Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes yang banyak

memberi bimbingan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Dosen penguji I, Ibu Rosina Tarigan, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB dan dosen Penguji II Ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep yang bersedia menguji saya dan memberikan masukan untuk perbaikan penyusunan skripsi ini.

4. Pimpinan dan seluruh staf RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. Juga


(7)

kepada responden yang menjadi subjek penelitian saya yang telah mendukung penyelesaian skripsi ini.

5. Ibunda tercinta saya Deminar Br. Silalahi serta serta abang dan kakak saya yang terus mendukung, memberikan perhatian, semangat dan mendoakan saya sepanjang pengerjaan skripsi ini.

6. Saudara-saudara Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) saya “OASIS”, adik -adik kelompok kecil dan juga rekan-rekan sepelayanan di UKM KMK USU. Terimakasih atas doa-doa dan motivasi yang kalian berikan.

7. Teman-teman seangkatan S1 Keperawatan 2011.

Biarlah kiranya kasih setia dan penyertaan Tuhan yang tetap memelihara kehidupan kita. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-baiknya. Penulis sangat mengharapkan adanya saran-saran yang bersifat membangun dan demi perbaikan di waktu yang akan datang. Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Juli 2015 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR SKEMA ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Self Care ... 5

2.1.1. Definisi Self Care ... 5

2.1.2. Faktor Kondisi Dasar yang Mempengaruhi Self Care. 5 2.1.3. Kebutuhan Self care ... 7

2.1.4. Kebutuhan Perawatan Diri Universal ... 8

2.2. Diabetes Melitus ... 14

2.2.1. Definisi Diabetes Melitus ... 14

2.2.2. KlasifikasiDiabetes Melitus... 15

2.2.3.Komplikasi Diabetes Melitus ... 17

2.2.4. Penatalaksanaan Diabetes Melitus ... 19

2.3. Self Care pada Pasien Diabetes Melitus ... 20

BAB III KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual ... 21

3.2. Definisi Operasional ... 22

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ... 23


(9)

4.2.1. Populasi ... 24

4.2.2. Sampel ... 24

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4.4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 25

4.5. Instrumen Penelitian ... 26

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 26

4.6.1. Uji Validitas... 26

4.6.2 Uji Reliabilitas ... 27

4.7. Metode Pengumpulan Data ... 27

4.8. Analisa Data ... 27

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 28

5.1.1. Karakteristik Responden ... 28

5.1.2. Aktivitas Self Care pada Pasien Diabetes Melitus di RSUP. H. Adam Malik Medan ... 30

5.2. Pembahasan ... 32

5.2.1. Data Demografi Responden ... 32

5.2.2. Aktivitas Self Care pada Pasien Diabetes Melitus di RSUP. H. Adam Malik Medan ... 35

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 39

6.2. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 41

LAMPIRAN ... 44

Lampiran 1. Informed Consent ... 45

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian ... 47

Lampiran 3. Etical Clearence ... 52

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Uji Reliabilitas ... 53

Lampiran 5. Surat Permohonan Izin Pengambilan Data ... 54

Lampiran 6. Surat Izin Uji Reliabilitas ... 55

Lampiran 7. Surat Izin Pengambilan Data ... 56

Lampiran 8.Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 57

Lampiran 9.Hasil Uji Reliabilitas ... 58

Lampiran 10.Master Data... 60

Lampiran 11.Taksasi Dana... 77

Lampiran 12. Jadwal Tentatif Penelitian ... 78


(10)

DAFTAR SKEMA

Halaman


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.2.1. Definisi Operasional ... 22 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi ... 29 Tabel 5.2. Aktivitas Self Care pada Pasien Daibetes Melitus di RSUP.

H.Adam Malik Medan ... 30 Tabel 5.3. Rata-rata Aktivitas Self Care pada Pasien Daibetes Melitus di


(12)

Judul Penelitian : Aktivitas Self Care pada Pasien Diabetes Melitus di RSUP. H. Adam Malik Medan

Nama : Tetty G. Siadari

NIM : 111101033

Jurusan : Sarjana Keperawatan Tahun Akademik : 2014/2015

__________________________________________________________________

ABSTRAK

Self care (perawatan diri) adalah pelaksanan aktivitas individu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan. Jika aktivitas self care dapat dilakukan dengan efektif, maka akan dapat membantu individu dalam mengembangkan potensi dirinya. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan aktivitas self care pada pasien diabetes melitus di RSUP. H. Adam Malik Medan. Sampel yang diteliti sebanyak 83 orang dengan metode pengumpulan data Purpose Sampling dengan kriteria penelitian. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2015 dengan menggunakan kuesioner data demografi dan kuesioner aktivitas self care yaitu Denyes Self Care Practice Instrument-90 (DSCPI-90). Hasil penelitian didapatkan bahwa aktivitas self care pada pasien diabetes melitus masih belum baik dilihat rentangnya yang berada pada 37,78-88,33 dengan nilai rata-ratanya hanya mencapai 66,78. Artinya dari rentang 0-100%, pasien diabetes melitus hanya 66,78% dalam melakukan self care-nya. Saran untuk pelayanan kesehatan supaya memperhatikan pemenuhan kebutuhan self care pada pasien diabetes melitus demi mempertahakan kelangsungan dan kesejahteraan hidupnya. Diharapkan peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas self care pada pasien diabetes melitus.

__________________________________________________________________ Kata kunci: Self Care, Diabetes Melitus


(13)

Title of the Thesis : Self-Care Activities in Diabetes Mellitus Patients at RSUP Haji Adam Malik, Medan

Name of Student : Tetty G. Siadari Std. ID Number : 111101033

Department : S1 (Undergraduate) Nursing Academic Year : 2014-2015

ABSTRACT

Self-care is an individual activity which is related to the need for survival, health, and prosperity. If it can be performed effectively, it can help a person develop his own potency. The research used descriptive method which was aimed to describe self-care activity of diabetes mellitus at RSUP Haji Adam Malik, Medan. The samples were 83 respondents, taken by using purposive sampling technique. The data were gathered from May to June, 2015 by using questionnaires on demographic data and self-care activity, Denyes Self-Care Practice Instrument-90 (DSCPI-Instrument-90). The result of the research showed that self-care activity done by diabetes mellitus patients was not good; the span was on 37.78-88.33 at the mean value of 66.78 which indicated that from the span of 0-100%, diabetes mellitus patients were on 66.78% in doing their self-care activity. It is recommended that health care providers pay attention to the need for self-care in diabetes mellitus patients in order to survive and to maintain their prosperity. The next researchers should study on the factors which influence self-care activity in diabetes mellitus patients.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap orang menginginkan kesehatan yang optimal dalam mencapai tingkat kesejahteraan individu sepanjang kehidupannya. Orem dengan jelas mengatakan bahwa untuk mencapai tingkat kesehatan optimal tersebut seseorang harus melakukan self care baik pada orang yang sehat maupun sedang sakit.Self care (perawatan diri) adalah pelaksanan aktivitas individu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan. Jika perawatan diri dapat dilakukan dengan efektif, maka dapat membantu individu dalam mengembangkan potensi dirinya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan beberapa faktor lainnya (Orem, 1995).

Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer & Bare, 2001). Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius dan terus berkembang secara global dan menambah angka morbiditas, mortalitas, dan ketunadayaan dini yang signifikan, serta kehilangan tahun kehidupan yang potensial (Chang, Daly, & Elliot, 2009).

Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insiden dan prevalensi diabetes melitus di penjuru dunia. WHO (2010) menyatakan bahwa pada tahun 2004 lebih dari 220 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes melitus dan diperkirakan akan meningkat dua


(15)

kali lipat antara tahun 2005 sampai 2030. Hampir 80% diabetes melitus terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Persatuan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) pada tahun 2011 juga menyatakan bahwa Indonesia kini telah menduduki rangking keempat jumlah penyandang diabetes terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan India.

Berdasarkan survei yang pernah dilakukan pada tahun 2010, di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan, diperoleh data jumlah pasien diabetes melitus pada bulan September-Oktober sebanyak 648 orang dan beberapa telah mengalami komplikasi (Siboro, 2010). Pada tahun 2011 sampai 2012 terdapat 375 pasien rawat inap dengan diagnosis diabetes melitus. Sedangkan untuk rawat jalan pada tahun 2013 terdapat 7023 kunjungan pasien diabetes melitus (Restu, 2012).

Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup sehingga dapat mengancam kesejahteraan hidup maupun jiwa penderitanya apabila tidak ditangani dengan cara yang tepat (PERKENI, 2011). Diabetes melitus harus dikelola dengan baik dan pihak yang terkait di dalam pelaksanaannya tidak hanya dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain, tetapi juga melibatkan peran pasien dan keluarga sangat penting (PERKENI, 2011). Masalah-masalah yang mungkin timbul dan dialami oleh penderitanya dapat diminimalkan dengan pelaksanaan self careyang baik.Ada beberapa kebutuhanself care yang secara umum dibutuhkan oleh seseorang bik sehat maupun sakit selama siklus hidupnya untukmeningkatkan maupun mempertahankan kondisi yang seimbang yang meliputi kebutuhan akan pemenuhan udara, air, makanan, eliminasi, istirahat, dan interaksi sosial serta


(16)

menghadapi resiko yang mengancam kehidupan (Orem, 1995). Pelaksaan self care yang dilakukan didalam memenuhi tuntutan kebutuhannya selaku penyandang diabetes akan sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan penderitanya yang dapat semakin memburuk dan dapat menyebabkan komplikasi sebagai dampak lanjutan yang dapat membahayakan.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang aktivitas self care pada pasien diabetes melitus di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana aktivitas self care pada pasien diabetes melitus di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aktivitas self care pada pasien diabetes melitus di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi praktik keperawatan, pendidikan keperawatan, institusi bersangkutan, dan penelitian keperawatan.

1. Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini menyediakan informasi tambahan mengenai aktivitas self care pada pasien diabetes melitus untuk memberikan intervensi keperawatan yang tepat bagi pasien diabetes melitus.


(17)

Hasil penelitian ini menyediakan informasi mengenai aktivitas self care pada pasien diabetes melitus sehingga dapat menjadi bahan informasi dan rujukan bagi mahasiswa keperawatan dalam meningkatkan pengetahuannya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya secara spesifik mengenai aktivitas self care pada pasien diabetes melitus dan menambah wawasan tentang gambaran aktivitas self care pada pasien diabetes melitus.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Self Care

2.1.1. Definisi Self Care

Self care (perawatan diri) merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu yang dilaksanakan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejateraannya. Jika dilakukan secara efektif, upaya self care (perawatan diri) dapat memberi kontribusi bagi integritas struktural fungsi dan perkembangan manusia. Normalnya, orang dewasa akan peduli dan mau merawat dirinya sendiri dengan sukarela, sedangkan bayi, lansia dan orang sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas self care-nya (Orem, 1995).

2.1.2. Faktor- faktor Kondisi Dasar yang Mempengaruhi Self Care

Ada beberapa faktor kondisi dasar yang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan dan kemampuan seseorang untuk melakukan perawatan diri. Faktor kondisi dasar ini adalah faktoryang mempengaruhisemua orang. Faktor-faktor dasar tersebut adalah sebagai berikut:

a. Usia


(19)

c. Kondisiperkembangan

Kondisi perkembangan yang dimaksud mencakup kondisi seseorangbaik secara fisik,fungsional, kognitifmaupun kondisi tingkatpsikososialnya. d. Kondisi kesehatan

Hal ini mencakup kondisikesehatanseseorang pada saat ini danmasa laluserta persepsi mereka tentangkesehatan nya secara pribadi.

e. Orientasisosial budaya

Hal ini meliputi sistemyang saling terkaitdarilingkungan sosialseseorang, keyakinanspiritual, hubungansosial danfungsikesatuan keluarga.

f. Sistemperawatan kesehatan

Hal ini mencakup sumber dayadi manaperawatan kesehatandapat diaksesdan tersedia untukseseorangsebagaimodalitasdiagnostik danpengobatan.

g. Faktorsistemkeluarga

Hal ini mencakup peranataupun hubunganantaranggota keluarga danorang lainyang cukup berpengaruh, dan peranmasing-masing orangdalam keluarganya.

h. Polahidup

Hal ini mencakup kegiatan yang biasa dilakukanseseorang dalam kehidupannya sehari-hari.


(20)

Hal ini meliputi pengaturantempatseseorangbiasanyamelakukanperawatan diri, dan lingkungan rumah yang ditempatinya.

j. Sumber daya yang tersedia

Hal yang dimaksud mencakup termasukkondisi ekonomi, tenaga, badan ataulembagaserta waktu yang tersedia (Orem, 1995).

2.1.3. Kebutuhan Self Care

Orem mengklasifikasikan pemenuhan kebutuhan self care dalam 3 bagian kebutuhan, yaitu:

1. Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri universal) yaitu kebutuhan yang umumnya dibutuhkan oleh manusia selama siklus kehidupannya seperti kebutuhan fisiologis dan psikososial termasuk pemenuhan kebutuhan udara, air, makanan, proses eliminasi normal, keseimbangan antara waktu sendiri dan interaksi sosial, keseimbangan antara pelaksanaan aktivitas dan istirahat, pencegahan bahaya bagi kehidupan, fungsi dan kesejahteraan manusia, serta upaya meningkatkan fungsi dan perkembangan individu dan kelompok sosial sesuai dengan potensi, keterbatasan, dan keinginan untuk normal (Orem, 1995). Kebutuhan akan perawatan diri ini sifatnya umum bagi setiap manusia. Hal ini dibutuhkan manusia untuk perkembangan dan pertumbuhan, penyesuaian terhadap lingkungan dan hal lainnya yang berguna bagi kelangsungan hidupnya (Asmadi, 2008).

2. Development self care requisites (kebutuhan perawatan diri pengembangan) yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan pertumbuhan manusia


(21)

dan proses perkembangannya, kondisi, peristiwa yang terjadi selama variasi tahap dalam siklus kehidupan misalnya pada bayi prematur dan pada masa kehamilan serta kejadian-kejadian yang dapat berpengaruh buruk terhadap perkembangan seseorang. Kebutuhan perawatan diri pengembangan berguna untuk meningkatkan proses perkembangan sepanjang siklus hidup (Orem, 1995).

3. Health deviation self care requisites (kebutuhan perawatan diri akibat penyimpangan kesehatan), yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan genetik atau keturunan, kerusakan struktur manusia, kerusakan atau penyimpangan cara, struktur norma, penyimpangan fungsi atau peran dengan pengaruhnya, diagnosa medis dan penatalaksanaan terukur beserta pengaruhnya, dan integritas yang dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk melakukan self care (Orem, 1995).

2.1.4 Universal Self Care Requisites (Kebutuhan Perawatan Diri Universal)

Menurut Orem ada delapan kebutuhan self care secara umum yang dianjurkan pada laki-laki, wanita, dan anak-anak:

1. Pemeliharaan dalam kecukupan udara 2. Pemeliharaan dalam kecukupan air 3. Pemeliharaan dalam kecukupan makanan

4. Perlengkapan dalam perawatan yang berhubungan dengan proses eliminasi

5. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat


(22)

7. Pencegahan adanya resiko ataupun bahaya terhadap kehidupan, fungsi, dan kebahagiaan.

8. Peningkatan fungsi manusia dan perkembangan dalam kelompok masyarakat berdasarkan kemampuan manusia, keterbatasan keterampilan dan keinginan manusia pada umumnya (Orem, 1995). Kedelapan syarat ini mewakili tindakan yang akan menuntun kondisi internal dan eksternal individuuntuk mempertahankan struktur dan fungsi tubuh dan mendukung pengembangan dan pematangan individu. Ketika perawatan diri ini dipenuhi secara efektif maka akan memberikan kesejahteraan yang maksimal bagi individu tersebut (Orem, 1995).

Pemeliharaan terhadap kecukupan udara, air, dan makanan dengan memberikan individu sesuai dengan bahan yang dibutuhkan untuk metabolisme dan menghasilkan energi. Penyediaan perawatan yang efektif terkait dengan proses eliminasi dan pengaturan serta kontrol yang efektif terhadap proses pembuangan sisa tubuh atau kotoran sperti urin atau feses (Orem, 1995).

Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat mengontrol pengeluaran energi, mengatur rangsangan lingkungan, dan menyediakan berbagai tindakan untuk pemenuhan minat dan bakat, sehingga dapatmerasakan kesejahteraan dari aktivitas dan istirahat tersebut (Orem, 1995).

Pemeliharaan keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial memberikan kondisi yang penting untuk meningkatkan pengetahuan individu dari lingkungan sosial, nilai-nilai, dan menimbulkan harapan hidup dan pencapaian rasa aman. Kesendirian akan mengurangi jumlah tekanan dari lingkungan sosial


(23)

dan tuntutan untuk berinteraksi secara sosial dan akan memberikan kondisi yang kondusif bagi individu untuk bersantai atau melakukan rekreasi secara pribadi. Berinteraksi dengan sosial akan memberikan kesempatan bagi individu untuk bertukar ide atau pemikiran dengan individu lain dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial juga sangat penting untukpencapaian kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan bagi individu (Orem, 1995).

Pencegahan terhadap bahaya kehidupan, fungsi, dan kesejahteraan juga memberi kontribusi yang cukup baik untuk memelihara integritas manusia dan meningkatkan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Meningkatkan fungsi dan perkembangan serta mencegah kondisi yang merupakan bahaya internal yang dapat menghalangi perkembangan kehidupan individu. Hal ini juga akan meningkatkan kondisi yang mengarahkan individu untuk merasakan dan mengetahui keutuhannya sebagai individu, kebebasan dan tanggung jawabnya sebagai manusia (Orem, 1995).

Orem pada tahun 1995, mengatakan bahwa pengaturan umum tindakan untuk memenuhi delapan syarat perawatan diri universal ini antara lain:

1. Pemeliharaan kecukupan air, udara, dan makanan

a. Mengambil dalam jumlah yang diperlukan untuk fungsi normal disesuaikan dengan faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi kebutuhan untuk mempertahakan integritas dan fungsi tubuh.


(24)

c. Menikmati dan merasakan pengalaman yang menyenangkan ketika bernapas, minum dan makan tanpa adanya gangguan.

2. Penyediaan pelayanan terkait dengan proses eliminasi

a. Mewujudkan dan memelihara kondisi internal dan eksternal yang diperlukan untuk pengaturan proses pembuangan sisa yang tidak diperlukan tubuh.

b. Mengelola proses eliminasi termasuk perlindungan organ dan proses yang terlibat dalam pembuangan kotoran, misalnya menjaga dan memelihara keutuhan kandung kemih dan usus besar dalam proses eliminasi secara normal.

c. Memberikan perawatan yang bersihpada bagian tubuh setelah melakukan eliminasi.

d. Merawat lingkungan yang diperlukan untuk mempertahankan kondisi sanitasi yang baik.

3. Pemeliharaan keseimbangan aktivitas dan kegiatan lainnya

a. Memilih aktivitas yang dapat merangsang dan menjaga keseimbangan gerakan fisik, respon afektif, upaya intelektual, dan interaksi sosial . b. Mengenali dan memperhatikan kesempatan dan waktu yang tepat untuk

istirahat dan melakukan aktivitas.

c. Menggunakan kemampuan pribadi, kepentingan, dan nilai-nilai serta norma-norma budaya yang dianjurkan sebagai dasar untuk pengembangan pola istirahat dan aktivitas.


(25)

4. Pemeliharaan keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial

a. Menjaga kualitas dan keseimbangan diperlukan dalam pengembangan hak pribadi dan hubungan sosial yang mendorong efektivitas fungsi individu secara utuh.

b. Membina ikatan sikap, cinta, dan persahabatan kepada orang lain, efektif mengelola rangsangandalam memberdayakan orang lain untuk tujuan pribadi, mengabaikan individualitas integritas dan haknya.

c. Menyediakan kondisi sosial yang hangat dan kedekatan yang penting untuk melanjutkan pengembangan dan penyesuaian diri individu terhadap orang lain.

d . Meningkatkan aspekhak secara individu maupun keanggotaan kelompok atau komunitas.

5. Pencegahan terhadap ha-hal yang dapat membahayakanhidup, fungsi, dan kesejahteraan hidup.

a. Waspada terhadap jenis bahaya yang mungkin terjadi terhadap diri sendiri.

b. Mengambil tindakan untuk mencegah kejadian yang dapat menyebabkan perkembangan situasi yang berbahaya bagi diri individu yang bersangkutan.

c. Melindungi diri dari situasi berbahaya ketika bahaya tersebut tidak bisa dihilangkan.

d. Mengontrol situasi berbahaya untuk menghilangkan bahaya bagi kehidupan atau kesejahteraan pribadinya.


(26)

6. Promosi atau peningkatan konsep diri yang normal

a. Mengembangkan dan mempertahankan konsep diri yang realistis.

b. Mengambil tindakan untuk mendorong perkembangan manusia pada tahap-tahap tertentu.

c. Mengambil tindakan untuk mempertahankan dan mempromosikan integritas struktur dan fungsi manusia sebagai individu.

d. Mengidentifikasi dan mengetahui penyimpangan dari struktur manusia secara utuh dan norma-norma fungsional.

Secara aplikatif hal yang dapat dilakukan dalam memenuhi kedelapan kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut: pemenuhan kebutuhan akan udara dapat dilakukan dengan baik misalnya bernapastanpapenggunaanperalatanoksigen pada12-18kalipermenit(dewasa). Pemenuhan kebutuhan akan air dan makanan misalnya dengan minumenam sampai delapangelasair setiap haridengan menggunakankelompok makananyang telah disarankan(dewasa). Pemenuhan kebutuhan akan eliminasi, misalnya mandisetiap hari. Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan istirahat yaitu dengan melakukan latihanselama minimal 30menit setiap harinya,setidaknya 5 kalidalam minggu, dan tidur8jam setiap malam. Pemenuhan kebutuhan untuk waktu menyendiri maupun interaksisosial yaitu dengan berinteraksi terhadap anggota keluarga danteman-temansetiap harinya, serta meluangkanwaktu untuk menyendiriselama satu jamsetiap harinya. Pemenuhan akan kebutuhan pencegahan terhadapbahaya maupun peningkatankesejahteraandapat dilakukan denganmenghindari makananyang tinggi lemakdan gula, berhenti merokok, serta menggunakansabuk


(27)

pengamansetiap kali berada dalamkendaraan yang bergerak. Secara normalnya jugadapatsecara verbalmenjelaskanpersepsi mengenaidiri sendiridan tingkatkompetensi yang dimiliki(Dennis, 1997).

2.2. Diabetes Melitus

2.2.1. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2001). Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price & Wilson, 2005).

Menurut Kumar, Abbas, Fausto, Robbins, dan Cotran (1999), diabetes melitus bukanlah suatu penyakit tunggal tetapi merupakan sekelompok gangguan metabolisme yang secara umum didasari oleh hiperglikemia. Hiperglikemia ini merupakan akibat dari kerusakan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.

Pusat Diabetes dan Lipid RSCM/FKUI (2007) menyatakan bahwa penyakit diabetes melitus atau yang lebih dikenal dengan penyakit kencing manis

adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar glukosa darah yang tinggi yang disebabkan oleh jumlah hormon insulin kurang atau jumlah insulin cukup bahkan kadang lebih , tetapi kurang efektif atau resistensi insulin. Riyadi dan Sukarmin (2008) juga menambahkan bahwa diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang melibatkan kelainan metabolisme


(28)

karbohidrat, protein, dan lemak dan berkembangnya komplikasi makrovaskuler dan neurologis.

2.2.2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi diabetes melitus yang utama adalah:

a. Tipe I: Diabetes melitus tergantung insulin (insulin dependent diabetes mellitus)

Kurang lebih 5-10% penderita mengalami diabetes tipe ini, yaitu yang tergantung pada insulin. Pada tipe ini sel-sel beta pankreas yang dalam keadaan normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh suatu proses otoimun. Sehingga penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Biasanya terjadi pada usia muda (<30 tahun). Cenderung mengalami ketosis jika tidak memiliki insulin. Biasanya penderita bertubuh kurus pada saat didiagnosis, dengan penurunan yagn baru saja terjadi (Smeltzer, 2001).

b. Tipe II: Diabetes melitus tidak tergantung insulin (non insulin dependent diabetes mellitus)

Kurang lebih 90-95% penderita mengalami diabetes tipe II, yaitu diabetes tidak tergantung insulin. Diabetes tipe ini terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Tipe ini bisa terjadi pada semua usia, biasanya diatas 30 tahun dan obesitas. Mayoritas penderita mengendalikan kadar glukosa darahnya melalui penurunan berat badan.


(29)

Penderita juga kemungkinan memerlukan insulin dalam waktu yang pendek atau panjang untuk mencegah hiperglikemia. Ketosis jarang terjadi, kecuali bila dalam keadaan stres atau menderita infeksi (Smeltzer, 2001).

c. Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya

Diabetes tipe ini berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu, hiperglikemik terjadi karena penyakit lain seperti penyakit pankreas, hormonal, obat atu bahan kimia, endokrinopati, kelainan reseptor insulin, sindroma genetik tertentu (Smeltzer, 2001).

d. Diabetes melitus gestasional (gestational diabetes mellitus)

Tipe ini merupakan intoleransi glukosa yang terjdi selama kehamilan, biasanya terjadi pada trimester kedua atau ketiga. Hali ini disebabkan oleh hormon yang disekresikan plasenta dan menghambat kerja insulin. Risikonya terjadi komplikasi perinatal di atas normal, khususnya bayi yang secara abnormal berukuran besar (Smeltzer, 2001).

e. Tipe gangguan intoleransi glukosa (impaired glukosa tolerance), yaitu tipe yang tidak dapat memenuhi kriteria diabetes melitus yang telah dijelaskan sebelumnya, tetapi tes toleransi glukosanya memerlihatkan kelainan. Penderitanya tidak menunjukkan tanda atau gejala (asimtomatis). Penderitanya tidak dapat digolongkan sebagai penderita diabetes, namun tetap dianggap berisiko lebih tinggi terhadap diabetes. Kebanyakan penderita mengalaminya selama bertahun-tahun, namun


(30)

ada juga yang spontan kembali dalam kedaan normal, tetapi setiap tahunnya 1-5% dari penderita dengan gangguan intoleransi glukosa dapat berlanjut menjadi diabetes (Price & Wilson, 2005).

2.2.3. Komplikasi Diabetes Melitus

Kompikasi diabetes melitus dibagi menjadi dua kategori yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis ( Price & Wilson, 2005).

1. Komplikasi Akut

a. Koma hipoglikemia

Koma hipoglikemia terjadi karena pemakaian obat-obatan diabetik yang melebihi dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah. Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk ke dalam sel.

a. Ketoasidosis diabetik (KDA)

Kadar insulin yang menurun menyebabkan hiperglikemia dan glukosa berat, penurunan lipogenesis, peningkatan lipolisis, peningkatan oksidasi asam lemak bebas, disertai pembentukan benda keton. Peningkatan benda keton dalam darah menyebabkan ketosis. Peningkatan produksi keton meningkatkan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria juga dapat menyebabkan diuresis osmotik yang berakibat pada dhidrasi dan kehilangan elektrolit. Hai ini dapat menyebabkan penderita mengalami hipotensi dan mengalami syok. Akhirnya penurunan


(31)

penggunaan oksigen otak menyebakan pasien koma bahkan sampai meninggal.

b. Koma hiperosmolar nonketotik

Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan sketrasel yang banyak diekskresi lewat urin.

2. Komplikasi Kronik

Komplikasi vaskular jangka panjang dari diabetes melibatkan pembuluh- pembuluh kecil, sedang, dan besar.

a. Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetik, dan nefropati diabetik. Perubahan mikrovaskuler ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan pembuluh darah sekitar. Nefropati terjadi karena perubahan mikrovaskuler pada struktur dan fungsi ginjal yang menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal. Retinopati terjadi karena adanya perubahan protein dalam retina yang mengakibatkan gangguan penglihatan.

b. Makroangiopati mengenai pembuluha darah besar, pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi dan pembuluh darah otak. Perubahan pembuluh darah besar dapat menyebabkan aterosklerosis. Jika mengenai arteri perifer maka dapat megakibatkan insufisiensi vaskular perifer dan gangren pada ekstremitas serta insufisiensi serebral dan stroke. Jika yang terkena adalah arteri koronaria dan aorta, maka dapat mengakibatkan angina dan infark miokardium.


(32)

Akumulasi orbital di dalam jaringan dan perubahan metabolik mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun. Kehilangan sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.

d. Kaki diabetik

Perubahan makroangiopati, mikroangiopati, dan neuropati menyebabkan perubahan pada ekstremitas bawah. Komplikasinya dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, gangren, penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saraf sensorik dapat menunjang terjadi trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang mengakibatkan gangren.

2.2.4.Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan kembali aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas penderita (Smeltzer, 2001). Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes yaitu diet, latihan, pemantauan, terapi farmakologis ( jika diperlukan), dan pendidikan.

2.3.Self Care pada Pasien Diabetes Melitus

Selamiharja dalam Sihombing (2008) mengatakan bahwa setiap orang bisa terkena penyakit diabetes melitus baik pada usia tua maupun pada usia muda. Diabetes melitus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun


(33)

dengan pemeliharaan dan perawatan yang baik, setiap penderita dapat menjalani kehidupan secara normal.

Diabetes melitus harus dikelola dengan baik dan pihak yang terkait di dalam pelaksanaannya tidak hanya dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain, tetapi juga melibatkan peran pasien dan keluarga sangat penting (PERKENI, 2011). Pasien diabetes melitus harus bertanggung jawab dalam pelaksanaan terapi setiap harinya (Smeltzer, 2001).

Self care (perawatan diri) adalah pelaksanan aktivitas individu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan. Jika perawatan diri dapat dilakukan dengan efektif, maka dapat membantu individu dalam mengembangkan potensi dirinya (Orem, 1995). Dalam melakukan perawatan diri yang baik ada yang dinamakan self care demand yaitu adanya tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat (Hidayat, 2008).

Djaja dalam Sihombing (2008) mengatakan bahwa perawatan diabetes secara mandiri berarti berusaha untuk hidup dalam hidup senormal mungkin seperti pada orang nondiabetes, sehingga penderitanya perlu menjaga kadar glukosa dalam darah utnuk mencegah komplikasi panjang.Hal ini juga yang menjadi tuntutan bagi penderita diabetes yang harus dilakukannya dalam melakukan perawatan diri sehingga dengan pemenuhan kebutuhan tersebut dapat mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraannya.


(34)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep dalam penelitian ini mendeskripsikan tentang aktivitas self carepada pasien diabetes melitus. Penderita diabetes perlu melakukan self care terhadap diabetes melitus agar dapat menjalani kehidupannya secara normal. Secara skematis kerangka penelitian tersebut digambarkan sebagai berikut:

Skema 3.1.1. Kerangka konsep penelitian aktivitas self care pada pasien diabetes melitus

Aktivitas self caresecara umum: 1. Pemeliharaan dalam kecukupan air, udara, dan makan.

2. Perawatan terhadap proses eliminasi. 3. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat

4. Pemeliharaan keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial 5. Pencegahan terhadap risiko yang mengancam/membahayakan hidup 6. Peningkatkan fungsi dan konsep diri yang normal

Pasien Diabetes Melitus


(35)

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.2.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Opeasional Alat Ukur Hasil Ukur

Skala

1. Aktivitas self care pasien diabetes melitus

Kemampuan pasien pasien diabetes memenuhi kebutuhan self care secara umum:

Aktivitas self caresecara umum:

1. Pemeliharaan dalam kecukupan air, udara, dan makan.

2. Perawatan terhadap proses eliminasi. 3. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat 4. Pemeliharaan keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial

5. Pencegahan terhadap risiko yang

mengancam/membahayaka n hidup

6. Peningkatkan fungsi dan konsep diri yang normal

Mengguna kan kuesioner yang berjumlah 18 pernyataan dengan mengisi jawaban mulai dari 0 sampai dengan 100, sesuai dengan yang dilakukan oleh pasien.


(36)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi aktivitas self care pada pasien diabetes melitus di RSUP H. Adam Malik.

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti. Populasi penelitian ini adalah pasien diabetes melitus yang melakukan kontrol penyakitnya di RSUP H. Adam Malik. Dari hasil survei peneliti sebelumnya pada tahun 2011 sampai 2012 terdapat 375 pasien rawat inap dengan diagnosis diabetes melitus. Sedangkan untuk rawat jalan pada tahun 2013 terdapat 7023 kunjungan pasien diabetes melitus (Restu, 2012). 4.2.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagin yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel pada penelitian ini berjumlah 83 orang pasien diabetes melitus yang melakukan kontrol ke RSUP H Adam Malik dan memenuhi kriteria inklusi. Adapun kriteria inklusi sampel yang diteliti adalah (1) sudah didiagnosis menderita diabetes melitus, (2) pasien diabetes melitus rawat jalan, (3) belum mengalami luka diabetik (4) bersedia menjadi responden.


(37)

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode pengambilan sampel purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan kehendak peneliti berdasarkan kriteria inklusi sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah ditentukan.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP H Adam Malik Medan. Peneliti memilih rumah sakit ini sebagai tempat penelitian karena di RSUP H Adam Malik didapatkan populasi yang mencukupi untuk penelitian. Penelitian ini dilakukan pada 11 Mei 2015 sampai dengan 11 Juni 2015.

4.4. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian diterima dan disetujui oleh Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari direktur RSUP H Adam Malik. Kemudian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya penelitian kepada responden. Saat melakukan penelitian, peneliti menghargai hak kebebasan setiap orang. Artinya tetap memberikan kebebasan kepada responden dalam menentukan dirinya apakah bersedia untuk menjadi responden penelitian. Peneliti tetap menghormati pilihan responden jika tidak bersedia menjadi responden. Setelah itu peneliti memberikan surat persetujuan (informed consent) antara peneliti dan responden setelah mengerti akan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Pada saat penelitian, responden diberi kesempatan untuk bertanya tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Pada lembar penelitian, nama responden juga tidak dicantumkan (anonimity) dan hanya


(38)

menggunakan inisial agar memberi jaminan kepada responden bahwa data yang didapat akan dijaga kerahasiaannya (confidentiality). Semua data yang diperoleh dari responden digunakan hanya untuk penelitian saja.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Denyes Self-Care Practice Instrument (DSCPI-90)( Denyes. M (1980) dalam Tomey & Aligood, 2002) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari kuesioner demografi, riwayat penyakit diabetes melitus, dan kuesioner aktivitas self care pasien diabetes melitus.

Kuesioner data demografi meliputi umur, jenis kelamin, agama, suku, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Kuesioner riwayat penyakit diabetes melitus yang dikaji adalah tipe diabetes melitus dan ada tidaknya luka diabetes. Kuesioner aktivitas self care yang digunakan untuk mengeksplorasi dan menggambarkan pemenuhan kebutuhan aktivitas self care pasien diabetes melitus.Jumlah pernyataan ada 18 butir dengan menggunakan skala 0 sampai dengan 100. Total skor aktivitas self care adalah 0-100. Skor tertinggi adalah 100dan skor terendah 0. Artinya, semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin baik self care yang dilakukan.

4.6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

4.6.1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2013). Sebuah intrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat


(39)

mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Uji validitas instrumen tidak dilakukan karena instrumen sudah baku.

4.6.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya dan diandalkan (Arikunto, 2013).

Uji reliabilitas dilakukan pada 30 orang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan uji Cronbach’s Alpha. Hasil uji reliabilitas yang didapatkan r hasil kuesioner adalah 0,836. Hal ini dinyatakan reliabel karena nilai reliabilitasnya > 0,70 (Polit, Beck, & Hungler, 1996).

4.7. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan. Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan direktur RSUP H. Adam Malik. Kemudian peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden dan memberi informed consentuntuk mendapatkan persetujuan sebagai responden penelitian. Peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari penelitian sebelum dilakukan wawancara.


(40)

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara lansung kepada responden yang diteliti dengan menggunakan kuesioner. Setelah responden menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembar kuesioner, peneliti memeriksa kelengkapannya. Selanjutnya data dikumpulkan untuk dianalisa.

4.8. Analisa Data

Data dianalisa dengan cara diperiksa terlebih dahulu atau dilakukan editing untuk memeriksa apakah pertanyaan dalam kuesioner telah diisi sesuai petunjuk, setelah itu diberi tanda kode (coding) terhadap pertanyaan yang telah diajukan untuk mempermudah tabulasi. Data yang telah ditabulasi untuk data demografi dan kuesioner aktivitas self care, hasilnya disajikan berdasarkan tabel distribusi frekuensi dengan sistem komputerisasi.


(41)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai aktivitas self care yang telah dilaksanakan peneliti pada 11 Mei hingga 11 Juli 2015 terhadap 83 orang pasien diabetes melitus sebagai responden di RSUP H. Adam Malik Medan. Penyajian data dalam penelitian ini ditampilkan secara deskriptif yaitu aktivitas self care pada pasien diabetes melitus.

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah pasien diabetes melitus yang datang kontrol kesehatan ke RSUP H. Adam Malik Medan dengan jumlah responden 83 orang. Adapun karakteristik responden yang diteliti meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan tipe penyakit diabetes melitus yang diderita.

Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.1 dengan jumlah responden 83 orang dan komposisi mayoritas responden berusia 41-60 tahun sebanyak 42 orang (50,6%), berjenis kelamin perempuan sebanyak 44 orang (53,3%), beragama Kristen Protestan sebanyak 50 orang (60,2%), bersuku Batak sebanyak 68 orang (81,9%), berpendidikan SMU/Sederajat sebanyak 38 orang (45,8%), bekerja tidak tetap sebanyak 29 orang (34,9%), berpenghasilan >Rp3.000.000,- sebanyak 45 orang (54,2%) dan menderita diabetes melitus tipe 2 sebanyak 81 orang (97,6%).


(42)

Tabel 5.1 Frekuensi dan persentase demografi pasien diabetes melitus di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Mei hingga hingga Juni 2015 (n=83 orang).

Data Demografi Frekuensi (f) Persentase (%)

Usia

18-40 tahun 41-60 tahun 61 tahun ke atas

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Agama Islam Kristen Protestan Katolik Suku Batak Melayu Jawa Aceh Lain-lain Pendidikan SD SMP SMU/Sederajat Perguruan Tinggi Penghasilan <Rp1.000.000,- Rp1.000.000- Rp3.000.000,- >Rp3.000.000,- Pekerjaan PNS/TNI/POLRI Karyawan Wiraswasta Buruh/Petani Tidak tetap Pensiunan Tipe DM Tipe 1 Tipe 2 4 42 37 39 44 28 50 5 68 2 11 1 1 4 8 38 33 25 13 45 15 2 12 1 29 24 2 81 4,8 50,6 44,6 47,0 53,0 33,7 60,2 6,0 81,9 2,4 13,3 1,2 1,2 4,8 9,6 45,8 39,8 30,1 15,7 54,2 18,1 2,4 14,5 1,2 34,9 28,9 2,4 97,6


(43)

5.1.2.Aktivitas Self Care pada Pasien Diabetes Melitus di RSUP H.Adam Malik Medan

Hasil penelitian menunjukkan aktivitas self care pada pasien diabetes melitus di RSUP H. Adam Malik berada dalam rentang 37,78-88,33 pada skala 0-100, dengan total rata-rata 66,78. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Aktivitas Self Care pada Pasien Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik Medan (n=83)

Variabel Rata-rata Rentang

Aktivitas self care 66,78 37,78-88,33

Self care yang paling baik secara umum dilakukan adalah menindaklanjuti keputusan tentang kesehatannya yaitu 92,35%, sedangkan yang paling rendah adalah mengambil waktu untuk sendiri (solitude time) yaitu 44,46%. Dapat dilihat pada tabel 5.3.


(44)

Tabel 5.3 Rata-rata Aktivitas Self Care pada Pasien Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik Medan (n=83 orang).

No Pernyataan Rata-rata

1. Berapa persen waktu anda untuk melakukan hal-hal yang baik bagi kesehatan anda?

65% 2. Berapa persen waktu anda untuk menjaga kesehatan anda? 64,94% 3. Berapa persen waktu anda untuk menindaklanjuti keputusan

tentang kesehatan anda?

92,35% 4. Berapa persen waktu anda menunda melakukan hal-hal yang

baik untuk kesehatan anda?

20,72% 5. Berapa persen waktu anda untuk sarapan pagi? 91,57% 6. Berapa persen waktu anda untuk memakan makanan yang anda

rasa perlu untuk kesehatan anda?

64,46% 7. Berapa persen waktu anda untuk makan dengan diet yang

seimbang?

63,98% 8. Berapa persen waktu anda untuk melakukan ha-hal demi

mempertahankan dan mendapatkan gizi yang baik?

64,04% 9. Berapa persen waktu anda untuk melakukan hal-hal agar anda

memperoleh sejumlah aktivitas yang anda rasa perlu untuk kesehatan anda?

59,52% 10. Berapa persen waktu anda untuk melakukan hal-hal agar anda

memperoleh waktu istirahat yang cukup demi kesehatan anda?

69,16% 11. Berapa persen waktu anda untuk melakukan hal-hal demi

menjaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitas?

50,24% 12. Berapa persen waktu anda untuk melakukan hal-hal dimana

anda memperoleh waktu yang cukup untuk menyendiri demi kesehatan anda?

44,46% 13. Berapa persen waktu anda untuk melakukan hal-hal dimana

anda memperoleh waktu bersama dengan orang lain demi kesehatan anda?

57,95% 14. Berapa persen waktu anda untuk melakukan hal-hal demi

mempertahankan atau mencapai keseimbangan antara menyendiri dan bersama orang lain?

46,87% 15. Berapa persen waktu anda untuk melakukan hal-hal demi

menjaga agar kandung kemih dan usus anda tetap normal?

69,34% 16. Berapa persen waktu anda untuk melakukan hal-hal demi

menjaga keselamatan diri anda?

87,53% 17. Ketika anda sedang stres, berapa persen waktu anda untuk

melakukan hal-hal yang dapat menghilangkan rasa stres tersebut?

62,17% 18. Berapa persen waktu anda untuk melakukan hal-hal yang

membantu anda untuk “menjadi orang yang serba bisa” sebagai seorang pribadi?


(45)

5.2. Pembahasan

Pembahasan pada penelitian ini menjelaskan tentang makna hasil penelitian dan membandingkan dengan penelitian sebelumnya atau dengan literatur yang ada. Pembahasan hasil penelitian menjelaskan tentang karakteristik demografi dan aktivitas self care pada pasien diabetes melitus di RSUP H. Adam Malik Medan.

5.2.1 Data Demografi Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden berada pada usia 41-60 tahun (50,6%). Menurut Orem (1995), usia merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan aktivitas self care dan usia dewasa merupakan usia yang cukup matur untuk seorang individu peduli serta bertanggungjawab atas dirinya sendiri termasuk dalam hal melaksanakan aktivitas self care. Responden yang 50,6% merupakan usia yang dewasa (matur). Kusniawati (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin meningkat usia, maka self care pada pasien diabetes melitus semakin menurun, akan tetapi hal ini tidak terlalu kuat dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan self care pada pasien diabetes melitus. Prasetyo (2012) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan kegiatan self care. Maka dalam hal ini usia tidak terlalu berpengaruh terhadap aktivitas self care yang dilakukan oleh responden. Kemungkinan hal ini dipengaruhi hal lain misalnya status kesehatan dan kondisi penyakit yang sedang diderita oleh responden, yakni diabetes melitus. Orem (1995) juga menjelaskan bahwa status dan kondisi kesehatan juga mempengaruhi seseorang dalam melakukan aktivitas self care-nya.


(46)

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden adalah perempuan yaitu 44 orang (53,3%). Penelitian yang dilakukan oleh Kusniawati (2011) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan aktivitas self care pada pasien diabetes melitus. Berbeda dengan Sousa et al(2005) dalam Kusniawati menyatakan bahwa perempuan tampak lebih peduli terhadap pemeliharaan kesehatannya terlihat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas self care pada perempuan lebih baik daripada laki-laki. Kusniawati (2011) menambahkan bahwa laki-laki maupun perempuan memiliki tanggung jawab yang sama dalam melakukan aktivitas self care-nya dan klien yang memiliki motivasi yang kuat akan mendorong individu tersebut untuk melakukan hal-hal yang baik untuk memelihara kesehatannya. Challagan (2005) mengatakan bahwa perempuan lebih peduli dan lebih mampu dalam melakukan self care.

Hasil penenelitian ini juga menunjukkan bahwa 45,8% responden berpendidikan SMU/sederajat yaitu sebanyak 38 orang. Notoatmodjo (2003 dalam Prasetyo, 2012) pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain untuk mencapai suatu tujuan dalam hidup seseorang untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan seseorang. Pendidikan dapat memepengaruhi seseorang dalam perilaku termasuk pola hidupnya. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima dan memahami informasi yang diperoleh termasuk dalam mendapatkan informasi tentang kesehatannya dan dalam melakukan aktivitas self care, pendidikan cukup mempengaruhinya sebagiamana Shu, Wei, & Liu (2010) mengatakan bahwa


(47)

seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih baik dan lebih peduli dalam mengatur dan melakukan self care.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden berpenghasilan di atas Rp 3.000.000,-/bulan sebanyak 45 orang (54,2%). Penelitian yang dilakukan oleh Kusniawati (2011) mengatakan bahwa semakin meningkat sosial ekonomi maka semakin baik self care pada pasien diabetes melitus, namun hubungan itu tidak terlalu kuat dan kemungkinan dipengaruhi oleh faktor lain.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa responden menderita diabetes melitus tipe 2 yaitu sebanyak 81 orang (97,6%). Smeltzer (2001) mengatakan bahwa kurang lebih 90-95% penderita diabetes mengalami diabetes melitus tipe 2, tidak tergantung insulin, dan biasanya terjadi pada usia diatas 30 tahun. Mayoritas penderita mengendalikan kadar glukosa darahnya melalui aktivitas fisik seperti olahraga. Penyakit ini juga merupakan penyakit kronis sehingga dibutuhkan perawatan yang kontiniu untuk tetap mempertahankan kadar glukosa darah. Orem (1995) menjelaskan bahwa status dan kondisi kesehatan juga mempengaruhi seseorang dalam melakukan aktivitas self care-nya.


(48)

5.2.2 AktivitasSelf Care pada Pasien Diabetes Melitus di RSUP H.Adam Malik Medan

Hasil penelitian aktivitas self care pada pasien diabetes melitus di RSUP H. Adam Malik Medan menunjukkan bahwa aktivitas self care pada pasien diabetes melitus masih belum terlalu baik dilihat rentangnya yang berada pada 37,78-88,33 dengan nilai rata-ratanya hanya mencapai 66,78. Artinya dari rentang 0-100%, pasien diabetes melitus hanya 66,78% dalam melakukan self care nya. Dashiff, McCaleb & Cull (2005) melakukan penelitian pada pasien remaja dengan diabetes melitus Tipe 1 mengatakan bahwa total rata-rata self care yang dilakukan berkisar antara 66,62-90 dengan rata-rata 75,37. Artinya remaja melakukan self care sekitar 75 % dari waktunya dan ditemukan bahwa terdapat self care yang positif pada remaja dengan diabetes melitus tipe 1. Callaghan (2005) mengatakan bahwa seseorang yang telah memiliki masalah kesehatan akan tampak lebih baik dalam melakukan self care dan lebih bertanggungjawab dalam memelihara kesehatannya secara umum. Namun berbeda dengan apa yang disampaikan Challaghan, pada penelitian ini ditemukan bahwa self care yang dilakukan masih belum baik meskipun responden sudah mengidap penyakit diabetes melitus. Hal ini juga kemungkinan dipengaruhi oleh banyak faktor sebagaimana Ariani (2011) juga mengatakan bahwa efikasi diri yang baik pada penderita diabetes melitus tipe 2 diperlukan untuk meningktkan kemandirian pasien dalam mengelola penyakitnya. Faktor lainnya juga sangat mempenangaruhi sebagaimana dikatakan Orem (1995) bahwa aktivitas self care dipengaruhi oleh beberapa faktor kondisi dasar.


(49)

Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh rata-rata bahwa bagian dari aktivitas self care yang paling sedikit dilakukan adalah mengambil waktu yang cukup untuk menyendiri (solitude time) demi mempertahankan kondisi kesehatannya dengan rata-rata 44,46%, dan dalam menjaga keseimbangan antara waktu untuk sendiri dan bersama orang lain 46,87%. Dennis (1997) mengatakan bahwa untuk solitude maupun social interaction, selain pada waktu tidur pada malam hari seseorang membutuhkan interaksi yang cukup bersama keluarga ataupun temannya setiap harinya dan untuk solitude membutuhkan waktu setidaknya 1 jam setiap harinya. Self care yang sangat rendah pada responden yang diteliti kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi penyakit yang sedang dialami oleh responden yang menderita diabetes melitus, dimana penderita diabetes harus melakukan aktivitas yang cukup untuk mempertahankan glukosa darahnya sebagaimana dikatakan oleh Djaja dalam Sihombing (2008). Peneliti juga berasumsi ada kemungkinan faktor lain yang mempengaruhi, seperti budaya dimana waktu untuk sendiri (solitude time), belum terlalu diperhatikan.

Berdasarkan hasil penelitian ini juga diperoleh data bahwa responden yang sedang mengalami penyakit diabetes melitus masih belum maksimal dalam melakukan pengaturan makanannya yaitu masih hanya sekitar 60%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Sihombing (2008) dan Gopichandran, Lyndon, Angel, Manayalil, Blessy, Alex, Kumaran, dan Balraj (2012) bahwa pasien diabetes melitus masih buruk dalam melakukan pengaturan makanannya. Sementara hal ini sangat berbahaya bagi penderita diabetes melitus karena akan dapat mengganggu kenormalan glukosa darahnya. Hastuti (2008)


(50)

juga mengatakan bahwa ketidakpatuhan dalam mengelola makanan pada diabetes melitus merupakan faktor risiko terjadinya komplikasi seperti ulkus diabetika.

Aktivitas self care pada pemenuhan aktivitas sehari-hari yang mendukung kesehatannya juga masih belum baik hanya sekitar 60%. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Sihombing (2008) dan Gopichandran, Lyndon, Angel, Manayalil, Blessy, Alex, Kumaran, dan Balraj (2012) juga menemukan bahwa penderita diabetes masih kurang baik dalam melakukan olahraga. Dennis (1997) mengatakan setidaknya 30 menit/hari seseorang harus melakukan olahraga untuk dapat memenuhi kebutuhan self care untuk meningkatkan kesehatannya. Hal ini juga sangat penting bagi responden yang saat ini sedang menderita penyakit diabetes melitus dan perlu melakukan olahraga untuk dapat membantu mengontrol kadar glukosa darahnya (Smeltzer, 2001).

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa aktivitas self care yang paling baik dilakukan adalah aktivitas self care dalam hal menindaklanjuti keputusan tentang kondisi kesehatannya yaitu dengan kontrol teratur 92,35%. Hal ini juga dipengaruhi oleh tuntutan dalam perawatan diabetes melitus yang harus rajin kontrol kesehatannya, pemeriksaan dan pengontrolan rutin terhadap gula darah (Smeltzer, 2001). Callaghan (2005) juga mengatakan bahwa seseorang yang telah memiliki masalah kesehatan akan tampak lebih baik dalam melakukan self care dan lebih bertanggungjawab dalam memelihara kesehatannya secara umum. Berbeda dengan penelitin yang dilakukan oleh Saifunurmazah (2013) bahwa pasien diabetes melitus masih kurang dalam melakukan pengobatan seperti kontrol ataupun memeriksakan kesehatannya. Selain itu juga Orem (1995)


(51)

mengatakan bahwa tersedianya fasilitas kesehatan juga mempengaruhi aktivitas ini, dipengaruhi juga dengan faktor ekonomi yang cukup untuk selalu dapat melakukan kontrol kesehatan sebagiamana ditemukan bahwa responden berpenghasilan lebih dari Rp 3.000.000,-/bulan sebanyak 45 orang (54,2%).


(52)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data, dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai aktivitas self care pada pasien diabetes melitus di RSUP H. Adam Malik Medan.

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian aktivitas self care pada pasien diabetes melitus di RSUP H. Adam Malik Medan menunjukkan bahwa aktivitas self care pada pasien diabetes melitus masih belum terlalu baik dilihat rentangnya yang berada pada 37,78-88,33 dengan nilai rata-ratanya hanya mencapai 66,78. Artinya dari rentang 0-100%, pasien diabetes melitus hanya 66,78% melakukan self care nya.

6.2.Saran

1.1.Pelayanan Keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data bahwa pasien diabetes masih hanya 66,78% dalam melakukan perawatan dirinya, ini masih belum baik mengingat penderita diabetes yang harus melakukan perawatan terhadap dirinya yaitu dalam hal pemenuhan self care secara umum . Disarankan agar hasil penelitian ini menjadi suatu bahan referensi dalam pelayanan kesehatan dalam memberikan intervensi keperawatan yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan self care untuk tetap mempertahankan bahkan meningkatkan kesejahteraan kesehatan pasien diabetes melitus.


(53)

1.2.Pendidikan Keperawatan

Diharapakan hasil penelitian ini menjadi informasi tambahan dalam mengkaji aktivitas self care pada pasien diabetes melitus sehingga perlu diberi penekanan materi pada saat proses belajar mengajar tentang pemenuhan self care yang baik.

1.3.Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi untuk penelitian selanjutnya secara spesifik mengenai aktivitas self care pada pasien diabetes melitus. Penelitian lebih lanjut sebaiknya meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas self care pada pasien diabetes melitus.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Y. (2011). Hubungan antara Motivasi dengan Efikasi Diri Pasien DM Tipe 2 dalam Konteks Asuhan Keperawatan di RSUP. H. Adam Malik Medan. (Tesis). Depok: Universitas Indonesia. Diakses pada 24 Juli 2015 dari http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282755-T+Yesi+Ariani.pdf Arikunto, S.(2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Callaghan, D. (2005). Basic Cinditioning Factors’ Influences on Adolescents’ Healthy Behaviors, Self-Efficacy, And Self-Care. Diakses pada 14 Juli 2013 dari http://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/01460860601087156 . Chang, E., Daly, J., Elliot, D.(2009). Patofisiologi: Aplikasi pada Praktik

Keperawatan. Jakarta: EGC.

Dashiff, C.J, McCaleb, A, Cull, V. (2005). Self-Care of Young Adolescents With Type 1 Diabetes. Diakses pada tanggal 14 Juli 2015 dari

http://dx.doi.org/10.1016/j.pedn.2005.07.013.

Dennis, C. (1997). Self-care deficit theory of Nursing: Concepts and applications. St. Louis: Mosby.

Gopichandran, V., Lyndon, S., Angel, M. K., Manayalil., Blessy, Alex, Kumaran & Balraj.(2012). Diabetes Self Care Activities: A community-based survey in urban southern India. The National Journal of India 2012 Vol 25. No. 1. Diakses pada 15 Oktober 2014.

Hastuti, RT. (2008). Faktor-faktor Risiko Ulkus Diabetika pada Penderita

Diabetes Mellitus (Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta). (Tesis). Semarang. Universitas Diponegoro. Diakses pada 24 Juli 2015 dari

http://eprints.undip.ac.id/18866/1/Rini_Tri_Hastuti.pdf.

Hidayat, A. A.(2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Kumar, V., Abbas, K. A, Fausto, N.(1999). Robbins and Cotran Pathologic Basis Disease. China: Elsevier Saunders.

Kusniawati. (2011). Analisis Faktor yang Berkontribusi terhadap Self Care Diabetes pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Tangerang. (Tesis). Depok: Universitas Indonesia.


(55)

Notoatmodjo, S.(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Orem, D.E.(1995). Nursing Concept of Practice, Fifth Edition. USA: Mosby-Year Book.

Perkeni.(2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe

2 di Indonesia 2011. Jakarta: Perkeni.

https://www.academia.edu/Download. Diakses pada 15 Oktober 2014. Persatuan Rumah Sakit Indonesia (PERSI).(2011). RI Rangking Keempat Jumlah

Penderita Diabetes Terbanyak Dunia. Jakarta: PERSI.

http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?catid=23&mid=5&nid=618. Diakses pada 13 Oktober 2014.

Polit, D., F., Hugler, B., P. (1996). Essential of Nursing Research: Methods Apraissal, and Utilization. USA: Lippincott-Raven Publisher.

Prasetyo, A.S,. (2012). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Self Care Management pada Asuhan Keperawatan Pasien Hipertensi di RSUD Kudus. (Tesis). Depok: Universitas Indonesia.

Price, S. A., Wilson, L.M.(2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Pusat Diabetes dan Lipid RSCM/ FKUI.(2007). Hidup Sehat dengan Diabetes: Panduan Bagi Penyandang Diabetes, Keluarga dan Petugas Kesehatan. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Restu. (2012). Prevalensi Anemia pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Pada tahun 2012. http://repository usu.ac.id/handle/123456789/40473. Diakses pada 17 November 2014.

Riyadi, S., Sukarmin.(2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu. Saifunurmazah, D. (2013). Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus dalam Terapi

Olahraga dan Diet. (Skripsi). Semarang: Universitas Negeri Semarang. Di akses pada 24 Juli 2015 dari http://lib.unnes.ac.id/17487/1/1550408022.pdf. Shu, Y., Pan, W., Liu, H. (2010). Self-management Practice of Chinese

Americans with type 2 Diabetes. Diakses pada tanggal 19 Juli 2015 dari

http://onlinelibrary.wiley.com/enhanced/doi/10.1111/j.1442-2018.2010.00524.x/.

Siboro, Junita.I.L.(2010). Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus tentang Komplikasi Diabetes Melitus di RSUP Haji Adam Malik Medan. Skripsi.


(56)

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20597. Di akses pada 17 November 2014.

Sihombing, J.(2008). Perawatan Mandiri Klien dengan Diabetes Melitus di Puskesmas Medan Johor. Skripsi. Fakultas Keperawatan USU.

Smeltzer, C.S, Bare, G. B.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.

Sulistria, Y. M.(2013). Tingkat Self Care Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol 2, No. 2. Diakses pada 14 Oktober 2014.

Tomey, A.M, Aligood, M.R. (2002). Nursing Theorists and Their Work. USA: Mosby.

World Health Organization. (2010).

Diabetes.http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/. Diakses pada 13 Oktober 2014.


(57)

(58)

(59)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Akitivitas Self Care pada Pasien Diabetes Melitus di RSUP H Adam Malik

Medan

Saya yang bernama Tetty G. Siadari dengan NIM 111101033 adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas self care pasien diabetes melitus. Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan. Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan bapak/ibu menjadi responden dalam penelitian ini.

Saya mengharapkan tanggapan atau jawaban yang ibu/bapak berikan sesuai dengan pendapat ibu/bapak sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Semua informasi yang bapak/ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian.

Partisipasi dalam penelitian ini bersifat sukarela, bapak/ibu dapat menerima maupun menolaknya menjadi responden saya tanpa sanksi apapun. Jika ibu/bapak bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, silahkan ibu/bapak menandatangani kolom di bawah ini.

Atas perhatian ibu/ bapak saya ucapkan terimakasih.

Tanggal: Tanda tangan:


(60)

Kuesioner Penelitian

Kode: Tanggal:

Petunjuk pengisian : Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda contreng (√) pada tempat yang disediakan, semua pertanyaan harus diisi dan tiap pertanyaan diisi dengan jawaban sesuai dengan konsisi yang sebenarnya.

Data Demografi

1. Nama (inisial) :

2. Usia :...tahun 3. Jenis Kelamin:

( ) Laki-laki ( ) Perempuan 4. Agama/ Kepercayaan:

( ) Islam ( ) Hindu

( ) Kristen Protestan ( ) Budha ( ) Khatolik ( ) lain-lain 5. Suku:

( ) Batak ( ) Aceh

( ) Melayu ( ) Lain-lain ( ) Jawa

6. Tingkat Pendidikan:

( ) Tidak Sekolah ( ) SMU ( ) Perguruan Tinggi


(61)

7. Pekerjaan:

( ) PNS/ TNI/ POLRI ( ) Buruh/ Petani ( ) Karyawan ( ) Tidak tetap ( ) Wiraswasta

8. Penghasilan

( ) < Rp 1.000.000,-

( ) Rp 1.000.000,- - Rp 3.000.000,- ( ) > Rp 3. 000.000,-

Riwayat Kesehatan:

1. Tipe DM: ( )Tipe I ( )Tipe II


(62)

Kuesioner Aktivitas Self Care

Petunjuk Umum

A. Isilah nomor untuk jawaban yang paling tepat dari setiap pertanyaan B. Tidak ada jawaban yang benar atau salah

C. Silahkan tulis komentar jika ada

D. Untuk semua pertanyaan tentang kesehatan anda, jawablah berdasarkan apa manfaat kesehatan bagi anda.

Petunjuk:

Isi nomor 0 sampai 100 untuk jawaban yang paling tepat. 0 = tidak pernah sama sekali; 100 = setiap saat. Sedangkan nomor-nomor diantaranya berarti jawaban anda dari tidak samasekali sampai setiap saat. Buatlah seperti garis dari 0 sampai 100, dan nomor-nomor lainnya ada diantaranya seperti ini:

/////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////

0 50 100

_____1. Berapa persen waktu anda untuk melakukan hal-hal yang baik bagi kesehatan anda?

_____2. Berapa persen waktu anda untuk menjaga kesehatan anda?

_____3. Berapa persen waktu anda untuk menindaklanjuti keputusan tentang kesehatan anda?


(63)

_____4. Berapa persen waktu anda menunda melakukan hal-hal yang baik untuk kesehatan anda?

_____5. Berapa persen waktu anda untuk sarapan pagi?

_____6. Berapa persen waktu anda untuk memakan makanan yang anda rasa perlu untuk kesehatan anda?

_____7. Berapa persen waktu anda untuk makan dengan diet yang seimbang? _____8. Berapa persen waktu anda untuk melakukan ha-hal demi mempertahankan

dan mendapatkan gizi yang baik?

_____9. Berapa persen waktu anda untuk melakukan hal-hal agar anda memperoleh sejumlah aktivitas yang anda rasa perlu untuk kesehatan anda?

____10. Berapa persen waktu anda untuk melakukan hal-hal agar anda memperoleh

waktu istirahat yang cukup demi kesehatan anda?

____11. Berapa persen waktu anda untuk melakukan hal-hal demi menjaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitas?

____12. Berapa persen waktu anda untuk melakukan hal-hal dimana anda memperoleh waktu yang cukup untuk menyendiri demi kesehatan anda? ____13. Berapa persen waktu anda untuk melakukan hal-hal dimana anda


(64)

____14. Berapa persen waktu anda untuk melakukan hal-hal demi mempertahankan atau mencapai keseimbangan antara menyendiri dan bersama orang lain?

____15. Berapa persen waktu anda untuk melakukan hal-hal demi menjaga agar kandung kemih dan usus anda tetap normal?

____16. Berapa persen waktu anda untuk melakukan hal-hal demi menjaga keselamatan diri anda?

____17. Ketika anda sedang stres, berapa persen waktu anda untuk melakukan hal-hal yang dapat menghilangkan rasa stres tersebut?

____18. Berapa persen waktu anda untuk melakukan hal-hal yang membantu anda untuk “menjadi orang yang serba bisa” sebagai seorang pribadi?


(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

(71)

HASIL UJI RELIABILITAS

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,836 18

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Q1 1288,83 39446,006 ,604 ,818

Q2 1280,00 41763,793 ,479 ,826

Q3 1263,33 45804,023 ,038 ,844

Q4 1264,83 44847,385 ,128 ,842

Q5 1257,17 45220,144 ,353 ,834

Q6 1274,17 41532,902 ,460 ,826

Q7 1280,00 41967,241 ,421 ,828

Q8 1277,33 40365,057 ,618 ,818

Q9 1283,67 40482,644 ,504 ,824

Q10 1275,67 40508,161 ,591 ,820

Q11 1286,67 39857,471 ,702 ,815

Q12 1289,67 40227,471 ,438 ,829

Q13 1295,83 41974,282 ,366 ,832

Q14 1295,83 39629,454 ,537 ,822

Q15 1273,00 42213,103 ,464 ,827

Q16 1267,17 43211,523 ,270 ,836

Q17 1284,17 42226,006 ,325 ,834


(72)

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(73)

Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18

R1 50 70 100 100 100 50 50 30 30 100 30 30 50 20 80 80 90 100

R2 10 25 75 50 100 25 75 25 0 5 5 50 75 25 25 100 75 80

R3 100 80 90 20 100 80 60 100 100 100 70 100 80 80 100 100 80 100 R4 100 100 100 100 100 100 100 100 75 90 80 90 10 90 25 100 0 100 R5 10 80 100 95 90 50 30 50 40 80 80 90 10 90 90 100 20 90 R6 50 80 100 100 100 100 70 80 70 80 90 30 80 50 80 100 80 80 R7 100 100 100 100 100 100 100 75 50 75 75 25 50 50 75 90 90 80 R8 50 50 50 40 100 100 100 80 70 100 70 20 70 20 80 80 70 80 R9 90 100 100 100 100 100 100 100 80 100 100 90 95 100 100 100 100 100 R10 25 75 100 100 100 100 75 100 30 60 50 50 50 30 75 100 90 100 R11 100 100 100 100 100 100 100 100 75 75 75 100 75 75 100 100 100 100 R12 60 50 100 100 90 70 60 50 75 75 60 100 45 90 100 100 100 100 R13 50 50 100 100 100 50 100 50 50 25 50 25 25 75 100 50 50 50 R14 80 90 100 80 100 80 90 70 60 100 100 60 80 30 100 70 70 80 R15 90 75 100 100 100 75 50 75 100 75 50 0 90 25 100 10 75 100 R16 80 100 100 100 100 90 100 80 90 90 80 100 60 90 80 90 95 90 R17 60 70 80 80 100 75 60 100 100 75 75 50 50 20 75 80 70 80 R18 25 70 100 100 100 100 50 100 100 50 50 50 50 50 75 100 100 50 R19 50 70 100 50 80 50 50 70 80 80 70 80 50 60 80 100 50 80 R20 70 40 30 100 100 100 100 100 100 100 80 100 100 100 100 100 100 100 R21 60 100 100 100 100 100 60 70 60 40 40 20 40 10 80 20 20 30 R22 75 75 100 100 100 75 75 100 100 100 75 100 100 100 100 100 80 100


(74)

R24 60 80 70 100 100 80 80 80 100 80 80 70 80 100 90 100 80 80 R25 50 50 50 75 75 50 50 75 75 75 50 50 75 50 75 100 50 75 R26 100 100 100 100 100 100 75 80 80 90 80 50 50 50 80 90 60 80 R27 60 60 60 100 80 60 60 80 70 75 50 80 25 50 50 50 50 50 R28 50 50 100 100 75 100 25 25 25 75 50 75 25 50 50 100 75 50 R29 60 40 100 100 100 30 100 80 90 100 100 80 20 50 80 80 30 80 R30 75 75 100 70 100 90 60 80 70 75 50 50 60 50 80 100 50 80


(1)

RATA-RATA PER ITEM PERNYATAAN DARI

SCORE

RENDAH KE

TINGGI

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Q12 83 100,00 ,00 100,00 44,4578 2,67773 24,39527 Q14 83 80,00 10,00 90,00 46,8675 1,45637 13,26813 Q11 83 80,00 20,00 100,00 50,2410 1,58718 14,45986 Q13 83 100,00 ,00 100,00 57,9518 2,13598 19,45972 Q9 83 80,00 20,00 100,00 59,5181 2,37471 21,63464 Q17 83 100,00 ,00 100,00 62,1687 2,35698 21,47308 Q7 83 75,00 25,00 100,00 63,9759 1,73924 15,84527 Q8 83 75,00 25,00 100,00 64,0361 1,71735 15,64581 Q6 83 75,00 25,00 100,00 64,4578 1,77738 16,19267 Q2 83 80,00 20,00 100,00 64,9398 1,83929 16,75676 Q1 83 80,00 20,00 100,00 65,0000 1,87393 17,07230 Q10 83 90,00 10,00 100,00 69,1566 2,30597 21,00841 Q18 83 80,00 20,00 100,00 69,2169 1,55580 14,17405 Q15 83 80,00 20,00 100,00 69,3373 1,58918 14,47814 Q4 83 65,00 35,00 100,00 79,2771 1,95101 17,77455 Q16 83 80,00 20,00 100,00 87,5301 1,81290 16,51632 Q5 83 60,00 40,00 100,00 91,5663 1,50161 13,68032 Q3 83 50,00 50,00 100,00 92,3494 1,54361 14,06295 Valid N

(listwise)


(2)

DISTRIBUSI FREKUENSI RATA-RATA AKTIVITAS

SELF

CARE

SELURUH RESPONDEN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 37,78 1 1,2 1,2 1,2

43,06 1 1,2 1,2 2,4

49,17 1 1,2 1,2 3,6

53,06 1 1,2 1,2 4,8

53,89 1 1,2 1,2 6,0

55,00 1 1,2 1,2 7,2

56,67 2 2,4 2,4 9,6

57,78 2 2,4 2,4 12,0

58,89 3 3,6 3,6 15,7

60,00 1 1,2 1,2 16,9

60,28 2 2,4 2,4 19,3

61,67 3 3,6 3,6 22,9

62,22 3 3,6 3,6 26,5

62,78 3 3,6 3,6 30,1

63,06 1 1,2 1,2 31,3

63,33 3 3,6 3,6 34,9

63,61 1 1,2 1,2 36,1

63,89 1 1,2 1,2 37,3

64,17 1 1,2 1,2 38,6

65,28 1 1,2 1,2 39,8

65,56 3 3,6 3,6 43,4

66,11 5 6,0 6,0 49,4

66,67 1 1,2 1,2 50,6

67,50 1 1,2 1,2 51,8

67,78 1 1,2 1,2 53,0

68,33 1 1,2 1,2 54,2


(3)

70,56 1 1,2 1,2 66,3

70,83 1 1,2 1,2 67,5

71,11 2 2,4 2,4 69,9

71,67 4 4,8 4,8 74,7

72,22 2 2,4 2,4 77,1

72,78 2 2,4 2,4 79,5

73,06 2 2,4 2,4 81,9

73,33 1 1,2 1,2 83,1

73,61 1 1,2 1,2 84,3

73,89 2 2,4 2,4 86,7

74,44 2 2,4 2,4 89,2

75,00 1 1,2 1,2 90,4

76,67 2 2,4 2,4 92,8

79,17 1 1,2 1,2 94,0

79,72 1 1,2 1,2 95,2

80,56 1 1,2 1,2 96,4

82,22 1 1,2 1,2 97,6

82,78 1 1,2 1,2 98,8

88,33 1 1,2 1,2 100,0


(4)

TAKSASI DANA

1.

Proposal

a)

Biaya proposal penelitian

Rp 300.000,-

b)

Konsumsi seminar proposal

Rp 90.000,-

c)

Biaya terjemahkan kuesioner

Rp 100.000,

2.

Pengumpulan Data

a)

Biaya administrasi penelitian di RS

Rp 263.000,-

b)

Biaya surat etik penelitian

Rp 100.000.-

c)

Transportasi ke rumah Sakit

Rp 400.000.-

3.

Pembuatan Skripsi

a)

Pengadaan skripsi dan penjilidan

Rp 200.000,-

b)

Konsumsi sidang skripsi (Kampus dan RS)

Rp 300.000,-

c)

Lain-lain

Rp. 100.000,-


(5)

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Mengajukan

judul penelitian

2. Mereview topik

atau judul penelitian

3. Menetapkan

judul penelitian

4. Menyusun

Proposal

5. Mmenyerahkan

proposal

6. Sidang proposal

7. Revisi proposal

penelitian

8. Mengajukan izin

penelitian

9. Uji reliabilitas

10. Pengumpulan

data

11. Analisa data

12. Penyusunan

laporan skripsi

13. Pengajuan

sidang skripsi


(6)

RIWAYAT HIDUP

I.

Identitas

Nama

: Tetty G. Siadari

Tempat, Tanggal Lahir

: Tambunraya, 18 Agustus 1993

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Kristen Protestan

Alamat

: Jl. Jamin Ginting No 501A, Padang Bulan

Medan

No. HP

: 082361630602

Alamat e-mail

: tetty_siadari@yahoo.com

II.

Identitas Orangtua

Ayah

: Dirman Siadari

Ibu

: Deminar Sialalahi

III.

Riwayat Pendidikan

Tahun 1999-2005 SD Negeri No 174603 Unjur

Tahun 2005-2008 SMPN 1 Simanindo

Tahun 2008-2011 SMAN 1 Simanindo