Evaluasi Tingkat Pencemaran Tanah Oleh Beberapa Logam Berat Di Desa Tanjung Morawa-B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

(1)

EVALUASI TINGKAT PENCEMARAN TANAH OLEH BEBERAPA LOGAM BERAT DI DESA TANJUNG MORAWA-B KECAMATAN

TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh:

YOVITA SIMANGUNSONG 050303026

DEPARTEMEN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

EVALUASI TINGKAT PENCEMARAN TANAH OLEH BEBERAPA LOGAM BERAT DI DESA TANJUNG MORAWA-B KECAMATAN

TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh:

YOVITA SIMANGUNSONG 050303026/ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

DEPARTEMEN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Penelitian : Evaluasi Tingkat Pencemaran Tanah Oleh Beberapa Logam Berat Di Desa Tanjung Morawa-B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

Nama : Yovita Simangunsong Nim : 050303026 Departemen : Ilmu Tanah

Disetujui oleh:

Komisi Pembimbing

Jamilah, SP, MP Ir. Mukhlis, MSi Ketua Anggota

Mengetahui,

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MS Ketua Departemen Ilmu Tanah


(4)

ABSTRAK

Pencemaran tanah semakin meningkat sejalan dengan kemajuan teknologi dalam perindustrian yang berada dalam kawasan pemukiman dan pertanian saat ini. Limbah industri yang mengandung logam berat merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran tanah khususnya tanah sawah. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat pencemaran tanah oleh beberapa logam berat (Pb, Cd, Cu, dan Zn). Penelitian ini dilaksanakan di desa Tanjung Morawa B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Metode yang digunakan adalah metode Survey Grid dengan tingkat suvey semi detail (kerapatan pengamatan 1 sampel tiap 25 Ha) untuk mengetahui tingkat pencemaran tanah oleh logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn. Dari kegiatan survey ini menghasilkan peta yang mempunyai Skala 1 : 50.000.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar logam berat Pb, Cu dan Zn dalam tanah sawah masih dibawah ambang batas maksimum yang diperbolehkan dalam tanah. Sedangkan kandungan logam berat Cd pada tanah sawah sudah tergolong tinggi. Dalam air irigasi, diperoleh hasil bahwa kandungan logam berat Pb dan Cd yang sudah tergolong sangat tinggi sedangkan logam berat Cu dan Zn tergolong tinggi.


(5)

ABSTRACK

Soil contamination has increased in line with technological advances in industry who are in residential areas and agriculture today. Industrial waste containing heavy metals is one of the causes of pollution of rice land, especially land. Based on this study aims to evaluate the level of soil contamination by several heavy metals (Pb, Cd, Cu, and Zn). The study was conducted in the village of Tanjung Morawa district of Tanjung Morawa B Deli Serdang and Laboratory for Research and Technology Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan. Method used is survey Grid method with semi-detailed level (density of 1 sample each observation 25 ha) to determine levels of soil pollution by heavy metals Pb, Cd, Cu and Zn. This survey of the activities that have produced a map scale 1: 50,000.

Results showed that levels of heavy metals Pb, Cu and Zn in the rice land is still below the threshold of the maximum allowed in the ground. Whereas the content of heavy metals Cd on rice land is considered high. In the water of irrigation, obtain the result that the content of heavy metals Pb and Cd which are classified as very high and the heavy metals Cu and Zn is high.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Yovita Simangunsong, dilahirkan pada tanggal 15 Februari 1986

di Medan, dari bapak F. Simangunsong dan ibu S. Silitonga. Penulis merupakan putri pertama dari enam bersaudara.

Tahun 1998 penulis lulus dari SMU Swasta ST. Thomas 2, Medan dan pada tahun 2005 masuk ke Fakultas Pertanian Departemen Ilmu Tanah Universitas Sumatera Utara Medan melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih minat studi Konservasi Tanah dan Air.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah, sebagai asisten praktikum tidak tetap di Laboratorium Agrohidrologi dan Dasar Mineralogi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi ekstrauniversitas yaitu mengikuti Seminar dan Lokakarya Pengolahan dan Pembentukan Forum DAS Wampu Sei Ular yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Balai Pengolahan DAS Wampu Sei Ular pada tanggal 30 Oktober 2007, melaksanakan penanaman seribu pohon Pakam di bantaran sungai Bahorok dan ikut serta dalam kegiatan Safari Penyidikan Tanah di Kabupaten deli Serdang yang diselenggarakan oleh Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan April dan November 2008.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kebun Dusun Ulu PTPN III Kabupaten Simalungun pada bulan Juli-Agustus 2008.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya sehingga Penulis dapat meyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Tingkat Pencemaran Tanah Oleh Beberapa Logam Berat Di Desa Tanjung Morawa-B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang”.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang saya sayangi bapak dan mama yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini serta buat adik-adikku tercinta yang selalu setia mendukung dan mendoakan penulis. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Jamilah, SP, MP dan Bapak Ir. Mukhlis, MSi, selaku Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan banyak masukan berharga kepada penulis mulai dari menetapkan judul, melakukan penelitia, sampai pada ujian akhir.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Departemen Ilmu Tanah serta semua rekan mahasiswa stambuk 2005 yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terlebih buat sayangku Reliaman Saragih yang selalu banyak membantu, memberikan nasehat dan dorongan pada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, April 2009


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Tanah ... 5

Logam Berat ... 7

Pb ... 10

Cd ... 11

Cu ... 13

Zn ... 14

Evaluasi Lahan dan Metode Survey Tanah ... 15

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ... 17

Bahan dan Alat ... 17

Metode Penelitian ... 18

Pelaksanaan Penelitian ... 18

Peubah Amatan ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 20

Pembahasan ... 27

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34

Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kisaran Logam Berat Sebagai Pencemar Dalam Tanah dan Tanaman. ... 9

2. Kisaran Umum Konsentrasi Logam Berat pada Pupuk, Pupuk Kandang, dan Kompos (mg/kg). ... 10

3. Jenis-Jenis Batuan Induk Pembentuk Tanah yang Mengandung Logam Berat Pb ... 11

4. Konsentrasi Maksimum Unsur Potensial Meracun yang Diperbolehkan di Tanah Pertanian Sesudah Diberi Limbah Cair ... 12

5. Harkat Cu dalam Tanah ... ...13

6. Harkat Zn dalam Tanah ... 14

7. Hasil Pengukuran Logam Berat Pb dalam Tanah ... 20

8. Hasil Pengukuran Logam Berat Pb dalam Air ... 21

9. Hasil Pengukuran Logam Berat Cd dalam Tanah ... 22

10. Hasil Pengukuran Logam Berat Pb dalam Air ... 22

11. Hasil Pengukuran Logam Berat Cu dalam Tanah ... 23

12. Hasil Pengukuran Logam Berat Cu dalam Air ... 24

13. Hasil Pengukuran Logam Berat Zn dalam Tanah ... 25

14. Hasil Pengukuran Logam Berat Zn dalam Air ... 25

15. Hasil Pengukuran pH Tanah ... 26


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta Tingkat Pencemaran Pb Tanah Sawah di Desa Tanjung Morawa B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ... 27 2. Peta Tingkat Pencemaran Cd Tanah Sawah di Desa Tanjung Morawa B

Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ... 29 3. Peta Tingkat Pencemaran Cu Tanah Sawah di Desa Tanjung Morawa B

Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ... 30 4. Peta Tingkat Pencemaran Zn Tanah Sawah di Desa Tanjung Morawa B


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Peta Titik Pengambilan Sampel Tanah dan Air di Desa Tanjung Morawa B Kabupaten Deli Serdang. ... 36 2. Peraturan Pemerintah RI No.20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990


(12)

ABSTRAK

Pencemaran tanah semakin meningkat sejalan dengan kemajuan teknologi dalam perindustrian yang berada dalam kawasan pemukiman dan pertanian saat ini. Limbah industri yang mengandung logam berat merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran tanah khususnya tanah sawah. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat pencemaran tanah oleh beberapa logam berat (Pb, Cd, Cu, dan Zn). Penelitian ini dilaksanakan di desa Tanjung Morawa B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Metode yang digunakan adalah metode Survey Grid dengan tingkat suvey semi detail (kerapatan pengamatan 1 sampel tiap 25 Ha) untuk mengetahui tingkat pencemaran tanah oleh logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn. Dari kegiatan survey ini menghasilkan peta yang mempunyai Skala 1 : 50.000.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar logam berat Pb, Cu dan Zn dalam tanah sawah masih dibawah ambang batas maksimum yang diperbolehkan dalam tanah. Sedangkan kandungan logam berat Cd pada tanah sawah sudah tergolong tinggi. Dalam air irigasi, diperoleh hasil bahwa kandungan logam berat Pb dan Cd yang sudah tergolong sangat tinggi sedangkan logam berat Cu dan Zn tergolong tinggi.


(13)

ABSTRACK

Soil contamination has increased in line with technological advances in industry who are in residential areas and agriculture today. Industrial waste containing heavy metals is one of the causes of pollution of rice land, especially land. Based on this study aims to evaluate the level of soil contamination by several heavy metals (Pb, Cd, Cu, and Zn). The study was conducted in the village of Tanjung Morawa district of Tanjung Morawa B Deli Serdang and Laboratory for Research and Technology Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan. Method used is survey Grid method with semi-detailed level (density of 1 sample each observation 25 ha) to determine levels of soil pollution by heavy metals Pb, Cd, Cu and Zn. This survey of the activities that have produced a map scale 1: 50,000.

Results showed that levels of heavy metals Pb, Cu and Zn in the rice land is still below the threshold of the maximum allowed in the ground. Whereas the content of heavy metals Cd on rice land is considered high. In the water of irrigation, obtain the result that the content of heavy metals Pb and Cd which are classified as very high and the heavy metals Cu and Zn is high.


(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami (Veegha, 2008). Darmono (2001) menyatakan bahwa ada dua sumber utama kontaminasi tanah yaitu kebocoran bahan kimia organik dan penyimpanan bahan kimia dalam bunker yang disimpan dalam tanah, dan penampungan limbah industri yang ditampung dalam suatu kolam besar yang terletak di atas atau di dekat sumber air tanah.

Pencemaran tanah biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat

penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara

tidak memenuhi syarat (illegal dumping). Ketika suatu zat berbahaya/beracun

telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya (Veegha, 2008).

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah),

yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki


(15)

limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap

lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan

penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah (Wikipedia, 2009).

Limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran tanah berasal dari: pabrik, manufaktur, industri kecil, industri perumahan, bisa berupa limbah padat dan cair.

1. Limbah industri yang padat atau limbah padat yang adalah hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, ikan daging dll.

2. Limbah cair yang adalah hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat hasil dari proses industri pelapisan logam.

(Sadrach, 2008).

Limbah yang telah mencemari lingkungan akan membawa dampak yang merugikan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian secara langsung, apabila pecemaran tersebut secara langsung dan cepat dapat dirasakan akibatnya oleh manusia. Kerugian secara tidak langsung, apabila pencemaran tersebut mengakibatkan lingkungan menjadi rusak sehingga daya dukung lingkungan terhadap kelangsungan hidup manusia menjadi menurun. Kondisinya dapat lebih parah lagi apabila daya dukung lingkungan sudah tidak mampu lagi


(16)

menopang kebutuhan manusia, sehingga malapetaka bagi kehidupan manusia tidak terhindar. Sebagai contoh adalah kesuburan tanah sangat menurun sehingga mengganggu sektor pertanian yang berakibat menurunnya produksi pangan dan juga sumber air minum yang sehat sudah sulit didapatkan sehingga masyarakat kekurangan air untuk kebutuhan hidup sehari-hari (Sunu, 2001).

Pada dasarnaya kontaminasi logam dalam tanah pertanian bergantung pada: 1). Jumlah logam yang ada pada batuan tempat tanah terbentuk. 2). Jumlah mineral yang ditambahkan pada tanah sebagai pupuk. 3). Jumlah deposit logam dari atmosfer yang jatuh ke dalam tanah. 4). Jumlah yang terambil pada proses panen ataupun merembes ke dalam tanah yang lebih dalam (Darmono, 2001).

Logam Berat

Logam berat adalah komponen alamiah lingkungan yang mendapatkan perhatian berlebih akibat bahaya yang mungkin ditimbulkan. Bagaimanapun logam berat tersebut berbahaya terutama apabila diserap oleh tanaman, hewan atau manusia dalam jumlah besar. Namun demikian beberapa logam berat merupakan unsur esensial bagi tanaman atau hewan (Nugroho, 2001).

Karakteristik daripada logam berat adalah sebagai berikut: 1. memiliki spesifikasi graffiti yang sangat besar.

2. mempunyai nomor atom 22-34 dan 40-5- serta unsur-unsur lantanida dan aktinida.

3. mempunyai respon biokimia khas (spesifik) pada organisme hidup. (Palar, 2008).


(17)

Sedangkan menurut Darmono (1995) sifat logam berat sagatlah unik, yaitu tidak dapat dihancurkan secara alami dan cenderung terakumulasi dalam rantai makanan melalui proses biomagnifikasi. Pencemaran logam berat ini menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya:

1. Berhubungan dengan estetika (perubahan bau, warna dan rasa air). 2. Berbahaya bagi kehidupan tanaman dan binatang.

3. Berbahaya bagi kesehatan manusia.

4. Mengakibatkan kerusakan pada ekosistem.

Sebagian dari logam berat bersifat essensial bagi organisme air untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupanya, antara lain dalam pembentukan haemosianin dalam sistem darah dan enzimatik pada biota.

Sudarmaji, dkk (2008) mengatakan bahwa diantara semua unsur logam berat, Hg menduduki urutan pertama dalam hal sifat racunnya, dibandingkan dengan logam berat lainnya, kemudian diikuti oleh logam berat antara lain Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn.

Kandungan logam dalam tanah sangat berpengaruh terhadap kandungan logam pada tanaman yang tumbuh diatasnya, kecuali terjadi interaksi diantara logam itu sehingga terjadi hambatan penyerapan logam tersebut oleh tanaman. Akumulasi logam dalam tanaman tidak hanya tergantung pada kandungan logam dalam tanah, tetapi juga tergantung pada unsur kimia tanah, jenis logam, pH tanah, dan spesies tanaman (Darmono 1995).

Pemasok logam berat dalam tanah pertanian antara lain bahan agrokimia (pupuk dan pestisida), asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak, pupuk


(18)

organik, buangan limbah rumah tangga, industri, dan pertambangan (Alloway, 1995).

Tabel 1. Kisaran Logam Berat Sebagai Pencemar Dalam Tanah dan Tanaman.

Unsur Kisaran Kadar Logam Berat

Tanah Tanaman

As 0,1-40 ppm

0,1-5

B 2-100 30-75

F 30-300 2-20

Cd 0,1-7 0,2-0,8

Mn 100-4000 15-200

Ni 10-1000 1

Zn 10-300 15-200

Cu 2-100 4-15

Pb 2-200 0,1-10

Sumber: Soepardi, 1983 dalam Brachia, 2009.

Limbah yang biasa mengandung logam berat berasal dari pabrik kimia, listrik dan elektronik, logam dan penyepuhan elektro (electroplating), kulit, metalurgi dan cat serta bahan pewarna. Limbah padat pemukiman juga mengandung logam berat (Yong, et al, 1992). Pestisida juga memberikan masukan logam berat ke dalam tanah. Serapan pestisida oleh tanaman tergantung pada dosis pemberian pestisida, jenis tanah, dan kemampuan tanaman dalam menyerap pestisida (Charlena, 2004).

Pemisahan antara unsur yang beracun, yang berdaya guna atau bahkan yang diperlukan oleh tumbuhan tidak dapat dipilahkan secara jelas. Seperti halnya logam berat Fe, Cu dan Zn yang merupakan unsur hara mikro yang diperlukan oleh tumbuhan, namun dalam jumlah banyak akan bersifat racun. Logam Ni dan Cd juga dalam jumlah sedikit diduga menjalankan peran fisiologi penting dalam tumbuhan, namun dalam jumlah lebih banyak akan menjadi racun. Peran Pb sebagai hara tumbuhan juga belum diketahui. Unsur ini merupakan pencemar


(19)

kimiawi utama terhadap lingkungan dan sangat beracun bagi tumbuhan, hewan dan manusia (Mengel and Kirkby, 1987).

Tabel 2. Kisaran Umum Konsentrasi Logam Berat pada Pupuk, Pupuk Kandang, dan Kompos (mg/kg).

Unsur Pupuk Posfat

Pupuk Nitrat

Pupuk Kandang

Kapur Kompos

B 5-115 -

ppm

0,3-0,6 10 -

Cd 0,1-170 0,05-8,5 0,1-0,8 0,04-0,1 0,01-100 Co 1-12 5,4-12 0,3-24 0,4-3 - Cr 66-245 3,2-19 1,1-55 10-15 1,8-410 Cu 1-300 - 2-172 2-125 13-3580 Hg 0,01-1,2 0,3-2,9 0,01-0,36 0,05 0,09-21 Mn 40-2000 - 30-969 40-1200 - Mo 0,1-60 1-7 0,05-3 0,1-15 -

Ni 7-38 7-34 2,1-30 10-20 0,9-279 Pb 7-225 2-27 1,1-27 20-1250 1,3-2240 Zn 50-1450 1-42 15-566 10-450 82-5894 Sumber: Alloway, 1995.

Pb (Timbal)

Penyebaran logam timbal di bumi sangat sedikit. Jumlah timbal yang terdapat diseluruh lapisan bumi hanyalah 0,0002% dari jumlah seluruh kerak bumi. Jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kandungan logam berat lainnya yang ada di bumi (Palar, 2008). Selain dalam bentuk logam murni, timbal dapat ditemukan dalam bentuk senyawa inorganik dan organik. Semua bentuk Pb tersebut berpengaruh sama terhadap toksisitas pada manusia (Darmono, 2001).

Soepardi (1983) dalam Charlena (2004) menjelaskan bahwa timbal (Pb) tidak akan larut ke dalam tanah jika tanah tidak masam. Pengapuran tanah mengurangi ketersediaan timbal (Pb) dan penyerapan oleh tanaman. Timbal akan diendapkan sebagai hidroksida fosfat dan karbonat.


(20)

Tabel 3. Jenis-Jenis Batuan Induk Pembentuk Tanah yang Mengandung Logam Berat Pb.

Jenis Batuan Pb

Ultra basalt

ppm 1-14 Basalt 3-6 Granit 18-24 Sabs dan Liat 20-23 Sabs Hitam 20-30 Pasir 10-12 Kapur 5-9 Sumber: Charlena, 2004.

Sudarmaji, dkk (2008) juga mengatakan bahwa secara alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001-0,001 µg/m3. Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan padi-padian dapat mengandung Pb, penelitian yang dilakukan di USA kadarnya berkisar antara 0,1-1,0 µg/kg berat kering. Logam berat Pb yang berasal dari tambang dapat berubah menjadi PbS (golena), PbCO3 (cerusite) dan PbSO4 (anglesite) dan ternyata golena merupakan sumber utama Pb yang berasal dari tambang. Logam berat Pb yang berasal dari tambang tersebut bercampur dengan Zn (seng) dengan kontribusi 70% kandungan Pb murni sekitar 20% dan sisanya 10% terdiri dari campuran seng dan tembaga.

Kandungan Pb total pada tanah pertanian berkisar antar 2-200 ppm (Nriagu, 1978). Kadar unsur Pb yang tersedia dalam tanah sangat rendah, tetapi dibutuhkan tanaman dalam jumlah sangat sedikit. Hasil analisis jaringan tanaman (rerumputan) pada masaa pertumbuhan aktif menunjukkan bahwa kandungan Pb berkisar dari 0,3-1,5 mg/kg bahan kering (Alloway, 1995).

Cd (Kadmium).

Logam Cd atau cadmium mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam. Seperti halnya unsur-unsur lainnya terutama golongan logam, logam Cd


(21)

mempunyai sifat fisika dan kimia tersendiri. Logam cadmium ini sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Penggunaan Cd dan persenyawaannya ditemukan dalam industri pencelupan, fotografi dan lain-lain (Palar, 2008).

Unsur Cd tanah terkandung dalam bebatuan beku sebesar 0,1–0,3 ppm, pada batuan metamorfik sekitar 0,1–1,0 ppm Cd, sedangkan pada bebatuan sedimen mengandung sekitar 0,3–11 ppm. Pada umumnya kandungan dalam tanah (tanah berasal dari hasil proses pelapukan dari bebatuan) 1,0 ppm atau lebih rendah (Alloway, 1995). Sudarmaji, dkk (2008) juga mengatakan bahwa sebagian besar cadmium dalam tanah berpengaruh pada pH, larutan material organik, logam yang mengandung oksida, tanah liat dan zat organik maupun anorganik. Rata-rata kadar cadmium alamiah dikerak bumi sebesar 0,1-0,5 ppm.

Tabel 4. Konsentrasi Maksimum Unsur Potensial Meracun yang Diperbolehkan di Tanah Pertanian Sesudah Diberi Limbah Cair.

Potensial Unsur Meracun

Maksimum konsentrasi yang diperbolehkan unsur meracun (mg/kg tanah kering)

pH 5,0-5,5 pH 5,5-6,0 pH 6,0-7,0 pH >7,0

Seng (Zn) 200 250 300 450 Tembaga (Cu) 80 100 135 200 Cadmium (Cd) 3 - - - Plumbum (Pb) 300 - - - Sumber: MAFF, 1993 dalam Sutanto, 2002.

Unsur Cd memiliki sifat kimia yang hampir sama dengan Zn terutama dalam proses penyerapan oleh tanaman dan tanah. Namun Cd lebih bersifat racun yang dapat mengganggu aktivitas enzim. Kadar Cd yang berlebihan dalam makanan dapat merusak fungsi ginjal sehingga mengganggu metabolisme Ca dan P, serta menimbulkan penyakit tulang (Mengel dan Kirkby, 1981).


(22)

Cu (Tembaga).

Unsur tembaga (Cu), seperti juga unsur-unsur mikro lainnya, bersumber dari hasil pelapukan/pelarutan mineral-mineral yang terkandung dalam bebatuan. Alloway (1995) mengemukakan bahwa ada 10 jenis bebatuan dan 19 mineral utama yang mengandung Cu. Kandungan Cu dalam bebatuan berkisar 2–200 ppm (Adrinao, 1986) dan dalam berbagai mineral berkisar 23–100%. Kebanyakan

Cu-mineral dalam bentuk kristal dan bentuk lainnya lebih mudah larut daripada Cu-tanah.

Penambahan Cu ke tanah melalui polusi dapat terjadi pada industri-industri tembaga, pembakaran batubara, pembakaran kayu, minyak bumi, dan buangan di area pemukiman/perkotaan. Unsur yang dapat terekstrak dapat mencapai 5–10 kali pada lahan di wilayah pedesaan. Kabel listrik tegangan tinggi dapat juga mengkontaminasi lahan di bawahnya selebar 20 m (Lahuddin, 2007). Tabel 5. Harkat Cu dalam Tanah.

Harkat ppm

Sangat Tinggi >200

Tinggi 75-200 Sedang 25-75 Rendah 15-25 Sangat Rendah < 15

Sumber: Rosmarkam dan Yuwono, 2002.

Kelebihan kadar Cu dalam tanah yang melewati ambang batas akan mejadi pemicu terjadinya keracunan khususnya pada tanaman. Kandungannya di dalam tanah antara 2 sampai 250 ppm, sedangkan dalam jaringan tanaman yang tumbuh normal sekitar 5-20 ppm Cu. Kondisi kritis dalam tanah 60-125 ppm, dan dalam jaringan tanaman 5-60 ppm Cu. Pada kondisi kritis pertumbuhan tanaman mulai terhambat sebagai akibat keracunan Cu (Alloway, 1995).


(23)

Zn (Seng).

Zn diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn++ dan dalam tanah alkalis mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn(OH)+. Seperti unsur mikro lain, Zn dapat diserap lewat daun. Kadar Zn dalam tanah berkisar antara 16-300 ppm, sedangkan kadar Zn dalam tanaman berkisar antara 20-70 ppm. Mineral Zn yang ada dalam tanah antara lain sulfida (ZnS), spalerit [(ZnFe)S], smithzonte (ZnCO3), zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO3 dan ZnSiO4) (Rioardi, 2009).

Penambahan logam Zn ke tanah melalui polusi umumnya terjadi di daerahdaerah industri peleburan bahan tambang seng. Penelitian-penelitian berdasarkan analisis contoh tanah berasal dari daerah industri logam menemukan kadar Zn sekitar 250–37200 mg/kg (di Inggris), 1665–4245 mg/kg (di Polandia), 400–4245 mg (di Rusia), 1310–1780 mg/kg tanah khususnya pada tanah tergenang di Jepang sedangkan kandungan total Zn tanah rataan hanya sekitar 50 mg/kg tanah. (Alloway, 1995).

Tabel 6. Harkat Zn dalam Tanah.

Harkat ppm

Sangat Tinggi >550

Tinggi 250-500 Sedang 50-250 Rendah 20-50 Sangat Rendah <20

Sumber: Rosmarkam dan Yuwono, 2002.

Untuk pertumbuhan, tanaman membutuhkan unsur Zn hanya dalam jumlah sedikit dibandingkan dengan unsur hara makro. Hal ini terlihat dari hasil analisis Zn pada jaringan tanaman berkisar 21–120 ppm dari bahan kering jaringan tanaman yang sehat, bila kandungan 11–25 ppm dikatakan rendah, di


(24)

bawah angka 10 ppm disebut kurang (defisien), dan tinggi atau berlebihan bila kandungan Zn di atas 71 atau 81 ppm (Lindsay, 1972).

Ketersediaan Zn dalam tanah dipengaruhi oleh pH tanah, kadar P dalam tanah, bahan organik tanah, adanya lempung dan penggenangan. Bila pH tinggi, maka ketersediaan Zn menurun. Sebaliknya, bila pH tanah rendah Zn tersedia meningkat. Kekahatan Zn umumnya terjadi pada pH tanah alkalis (pH tinggi).

Pemupukan tanah dapat menyebabkan perubahan pH tanah (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Evaluasi Lahan dan Metode Survey Tanah

Evaluasi Lahan adalah proses pendugaan atau estimasi potensi lahan untuk berbagai alternatif penggunaan dengan mendasarkan pada pembandingan persyaratan penggunaan lahan dengan kualitas lahan (Rayes, 2007).

Tujuan dari evaluasi lahan (land evaluation atau land assessment) adalah menentukan nilai potensi suatu lahan untuk tujuan tertentu. Usaha ini dapat

dikatakan melakukan usaha klasifikasi teknis bagi suatu daerah (Hardjowigeno, 2003).

Metode survey tanah ada beberapa macam, salah satu diantaranya adalah metode survey grid. Pada metode survey ini terdapat skema pengambilan contoh tanah secara sistematik yang dirancang dengan mempertimbangkan kisaran spasial autokorelasi yang diharapkan. Jarak pengamatan dibuat secara teratur pada jarak tertentu untuk menghasilkan jalur segi empat (rectangular grid) di seluruh daeah survey. Pengamatan tanah dilakukan dengan pola teratur (interval titik pengamatan berjarak sama pada arah vertikal dan horizontal). Jarak pengamatan


(25)

tergantung dari skala peta. Rayes (2007) juga mengatakan bahwa survey sangat cocok diterapkan pada daerah yang posisi pemetanya sukar ditentukan dengan pasti. Selain itu survey ini sangat dianjurkan pada survey intensif (detail-sangat detail) dan penggunaan hasil interpretasi foto udara sangat terbatas (misalnya pada daerah dengan konfigurasi permukaan kurang beragam/daerah yang relatif datar) atau di daerah yang belum ada foto udaranya.


(26)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah adalah bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan. Manusia dan hewan hidup dari tumbuhan dan sebagian besar makanan kita berasal dari permukaan tanah, walaupun memang ada tumbuhan dan hewan yang hidup di laut. Sebagaimana pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun merupakan akibat kegiatan manusia. Pencemaran tanah bisa disebabkan limbah domestik, limbah industri, dan limbah pertanian

Perkembangan industri akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu menimbulkan masalah pencemaran lingkungan. Pencemaran selalu memiliki dampak buruk bagi kelangsungan hidup setiap makhluk hidup di bumi ini. Seperti yang dikatakan Kurnia dan Sutrisno (2009) bahwa pembangunan kawasan industri di daerah-daerah pertanian produktif menyebabkan berkurangnya luas lahan, air tanah, badan air/sungai, dan pencemaran tanah, serta terganggunya kenyamanan dan kesehatan manusia dan makhluk hidup lain. Ini merupakan masalah awal dari ekosistem yang rusak akibat dari perkembangan industri. Karena itu penting sekali untuk mengetahui tingkat pencemaran tanah sehingga tindakan pencegahan ataupun penanggulangan dapat dilakukan.

Selain itu gangguan keseimbangan ekosistem dapat menyebabkan menurunnya produktivitas lahan/tanah, dan kualitas hasil/produk pertanian akibat tercemarnya sumberdaya tanah, air/badan air dan tanaman. Kondisi ini


(27)

mengharuskan dilakukannya pengelolaan lingkungan pertanian yang tepat, terarah dan akurat. Oleh sebab itu, identifikasi dan karakterisasi sumber penyebab kerusakan dan pencemaran, serta analisis permasalahan yang terjadi di lapangan merupakan langkah strategis dalam pengelolaan lingkungan pertanian.

Sisa buangan industri pada dasarnya mengandung logam-logam berat seperti Hg, Cr, Cd, Pb, Cu dan Zn dan lain-lain. Logam-logam inilah yang kemudian mencemari tanah dan lingkungan apabila ketersediaannya di dalam tanah ataupun di lingkungan ini melebihi batas optimal yang diperbolehkan. Hal ini disebabkan karena logam-logam tersebut dapat menjadi racun bagi tanaman. Seperti yang dikatakan oleh Suganda, dkk (2002) bahwa tanah yang terkena limbah zat kimia dalam konsentrasi di atas ambang batas, mungkin tidak sakit meskipun mengandung unsur/senyawa kimia atau logam berat yang berbahaya. Namun bila tanah tersebut ditanami, maka tanaman tersebut akan mengakumulasi unsur/senyawa yang berbahaya, sehingga dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia dan hewan yang mengkonsumsi produk tersebut.

Logam kadmium (Cd) misalnya, merupakan salah satu jenis logam berat berbahaya karena berisiko tinggi terhadap pembuluh darah dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal (Mursyidin, 2006). Logam timbal (Pb) yang terserap oleh ibu hamil akan berakibat pada kematian janin dan kelahiran prematur, berat lahir rendah bahkan keguguran (Arifin, 2008). Sedangkan logam Cu dan Zn merupakan unsur hara mikro yang esensial dimana dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah sedikit, jika berlebih pada tumbuhan akan mengakibatkan keracunan dan ini juga mengakibatkan dampak yang tidak langsung bagi manusia (Rioardi, 2009).


(28)

Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa kelebihan unsur logam berat dalam tanah sangatlah berbahaya. Dengan demikian perlu dilakukan suatu tindakan evaluasi lahan yang tercemar guna mengetahui tingkat pencemaran yang terjadi di suatu kawasan industri.Perlunya mengetahui tingkat pencemaran logam berat dikawasan industri pada dasarnya dapat mengantisipasi kerugian-kerugian yang dapat ditimbulkannya kapan saja. Khususnya pada kawasan industri yang dibangun dekat dengan areal pertanian.

Berdasarkan data Statistik Pekerjaan Umum (2005) menyatakan bahwa desa Tanjung Morawa B memiliki luas lahan sekitar 620 Ha dimana sekitar 120 Ha merupakan lahan sawah dan 500 Ha lahan bukan sawah (pemukiman dan industri). Kawasan industri Tanjung Morawa cukup mewakili suatu kawasan yang memiliki areal pertanian dan pemukiman yang sekaligus dikelilingi oleh perindustrian. Dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan evaluasi lahan tercemar logam berat di kawasan Tanjung Morawa ini.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi tingkat

pencemaran tanah oleh logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn di desa Tanjung Morawa-B kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai dasar untuk mengetahui tingkat pencemaran tanah di kawasan industri Tanjung Morawa.


(29)

- Sebagai dasar untuk mengetahui kadar logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn dalam tanah di kawasan industri Tanjung Morawa.

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(30)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjung Morawa-B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat 30 mdpl dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan April 2009 sampai dengan November 2009.

Bahan dan Alat

Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Peta Topografi skala 1:50.000, Peta Desa Tanjung Morawa B skala 1:5.000, sampel tanah dan air untuk dianalisis, plastik tempat sampel tanah, kertas label untuk tanda sampel tanah dan air, spidol permanen untuk menulis tanda sampel pada label, karet gelang untuk mengikat sampel tanah yang telah dibungkus plastik, botol plastik sebagai tempat sampel air dan bahan kimia untuk analisis di laboratorium.

Alat

Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah bor tanah untuk mengambil sampel tanah, dan GPS (Global Possition System) untuk mengetahui titik koordinat pengambilan sampel tanah serta alat-alat untuk analisis dilaboratorium.


(31)

Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan adalah metode Survey Grid dengan tingkat suvey semi detail (kerapatan pengamatan 1 sampel tiap 25 Ha) untuk mengetahui tingkat pencemaran tanah oleh logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn. Dari kegiatan survey ini menghasilkan peta yang mempunyai Skala 1 : 50.000.

Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan

Tahap persiapan meliputi diskusi dengan dosen pembimbing, pengumpulan data dalam bentuk deskripsi mengenai daerah penelitian, pengumpulan tinjauan literatur, pembuatan peta pengambilan sampel tanah dengan metode grid.

b. Pelaksanaan

 Penentuan lokasi pengambilan contoh tanah.

Dilakukan pemboran (boring) pada daerah yang telah digridkan.

Mencatat titik koordinat boring, longitude, latitude dan ketinggian tempat dengan menggunakan GPS (Global Position System).

 Pengambilan sampel tanah pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm.

 Pengambilan sampel air di saluran air sekunder.

 Dilakukan analisis sampel tanah dan air di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan berupa logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn.


(32)

Peubah Amatan

- Pb dengan menggunakan metode ekstraksi HNO3 dan HCl.

- Cd dengan menggunakan metode ekstraksi HNO3 dan HCl.

- Cu dengan menggunakan metode ekstraksi HNO3 dan HCl.


(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari analisis tanah dan air yang berupa logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn serta pH tanah dan air yang dilakukan diperoleh hasil dengan nilai yang bervariasi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pencemaran yang terjadi juga bervariasi. Adapun hasil analisis yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

Logam Pb

Hasil analisis tanah pada Tabel 7 menunjukkan bahwa kadar logam berat Pb dalam tanah sawah masih dalam batas maksimum. Meskipun demikian perlu diperhatikan bahwa jika tidak dilakukan pengawasan terhadap sumber pencemar maka ada kemungkinan kandungan Pb tersebut meningkat dan melewati ambang batas yang dapat mencemari tanah dan tanaman yang tumbuh diatasnya khususnya tanaman padi.

Tabel 7. Hasil Pengukuran Logam Berat Pb dalam Tanah.

No Nilai (ppm) Kriteria*

1 2 3 4 5 6 7 8 16,77 15,90 19,17 22,55 30,69 27,98 21,05 31,26 Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi

*Sumber: Soepardi (1983) dalam Barchia, 2009.

Pada Tabel 7 berdasarkan Soepardi, 1983 dalam Brachia (2009) yang menyatakan bahwa kadar maksimum Pb dalam tanah pertanian adalah 2-200 ppm (Tabel. 1) dan juga MAFF, 1993 dalam Sutanto, (2002) menyatakan bahwa kadar


(34)

maksimum Pb dalam tanah pertanian adalah 300 ppm (Tabel. 4), maka dapat dilihat bahwa kandungan logam berat Pb tertinggi pada sampel tanah 8 dan 5 dengan nilai sebesar 31,26 ppm dan 30,69 ppm dapat digolongkan dalam kriteria yang tinggi sedangkan kandungan yang terendah terdapat pada sampel tanah 2 dan 1 dengan nilai sebesar 15,90 ppm dan 16,77 ppm masuk dengan kriteria rendah.

Dari hasil analisis air irigasi pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa kandungan logam berat Pb dalam air irigasi sudah melewati ambang batas maksimum yang diperbolehkan dalam air yang akan digunakan untuk keperluan pertanian dan termasuk dalam keriteria yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa air yang digunakan sebagai air irigasi untuk mengairi sawah sudah tidak baik lagi dan ini sangat berbahaya bagi tanah dan tanaman khususnya tanaman padi karena dapat segera mencemari tanah sekaligus tanaman padinya.

Tabel 8. Hasil Pengukuran Logam Berat Pb dalam Air.

No Nilai (ppm) *Kriteria

A 3.512 Sangat Tinggi B 3.037 Sangat Tinggi C 2.075 Sangat Tinggi D 3.099 Sangat Tinggi *Sumber: PP. No. 20 Th. 1990.

Pada Tabel 8 juga dapat dilihat bahwa pada sampel air D yang mimiliki kandungan logam berat Pb tertinggi dengan nilai 3,512 ppm. Namun demikian semua nilai kandungan logam berat Pb ini termasuk dalam kriteria yang sangat tinggi menurut PP. No. 20 Th. 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air yaitu keriteria kualitas air golongan D (Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian).


(35)

Logam Cd

Hasil analisis tanah pada Tabel 9 berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa kadar logam berat Cd dalam tanah sawah sudah melewati ambang batas maksimum. Dengan demikian ada kemungkinan tanaman padi yang tumbuh diatasnya dapat tercemar oleh logam berat Cd.

Tabel 9. Hasil Pengukuran Logam Berat Cd dalam Tanah.

No Nilai (ppm) Kriteria*

1 2 3 4 5 6 7 8 22,96 23,66 27,26 14,36 13,84 21,17 28,19 25,40 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi *Sumber: MAFF, 1993 dalam Sutanto, (2002).

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa logam berat Cd tertinggi terdapat pada sampel tanah 7 dengan nilai 28,19 ppm. MAFF, 1993 dalam Sutanto, (2002) menyatakan bahwa kandungan logam berat Cd yang diperbolehkan dalam tanah pertanian adalah sebesar 3 ppm (Tabel 4), sedangkan dari hasil analisis tanah diperoleh hasil kandungan logam berat yang sangat tinggi. Dengan demikian hasil analisis dapat dikriteriakan dalam kategori yang sangat tinggi.

Tabel 10. Hasil Pengukuran Logam Berat Pb dalam Air.

No Nilai (ppm) Kriteria*

A 1.481 Sangat Tinggi B 1.129 Sangat Tinggi C 1.315 Sangat Tinggi D 1.423 Sangat Tinggi *Sumber: PP. No. 20 Th. 1990.

Hasil analisis air irigasi pada Tabel 10 menunjukkan hal yang sama seperti logam berat Pb, yaitu bahwa kandungan logam berat Cd dalam sampel air irigasi juga tergolong dalam kriteria yang sangat tinggi menurut kriteria PP. No. 20 Th.


(36)

1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air yaitu keriteria kualitas air golongan D (Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian). Hal ini juga yang merupakan salah satu hal yang menyebabkan kandungan logam berat tanah juga meningkat selain sumber-sumber pencemar yang lainnya.

Logam Cu

Hasil analisis tanah pada Tabel 11 berdasarkan Rosmarkam dan Yuwono (2002) menunjukkan bahwa kadar logam berat Cu dalam tanah sawah sangat bervariasi. Dari yang kriteria sangat rendah hingga kriteria yang tinggi. Dalam hal ini kandungan logam berat Cu dalam tanah tidak melewati batas maksimum yang diperbolehkan dalam tanah namun pada sampel tanah 4 memiliki kandungan logam berat Cu tertinggi dengan nilai sebesar 190,77 ppm dan ini menunjukkan nilai yang mendekati batas maksimum.

Tabel 11. Hasil Pengukuran Logam Berat Cu dalam Tanah.

No Nilai (ppm) Kriteria*

1 2 3 4 5 6 7 8 8,01 49,40 68,57 190,77 114,77 77,83 142,87 150,77 Sangat Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi *Sumber: Rosmarkam, 2005.

Dari Tabel 11 juga dapat dilihat bahwa pada sampel tanah 4 hingga 8 memiliki nilai Cu total dengan nilai yang tertinggi. Dalam Rosmarkam dan Yuwono (2002) dikatakan bahwa harkat Cu dalam tanah adalah 200 ppm, dengan demikian sampel tanah 4 hingga 8 tergolong dalam kriteria tinggi. Sampel tanah 4 memiliki kandungan yang tertinggi dengan nilai 190,77 ppm. Sedangkan nilai terendah terdapat pada sampel tanah 1 yaitu bernilai 8,01 ppm.


(37)

Hasil analisis air irigasi pada Tabel 12 menunjukkan bahwa kandungan logam berat Cu dalam air irigasi sudah melewati batas maksimum yang diperbolehkan terkandung dalam air yang dapat digunakan untuk pertanian yaitu kriteria kualitas air golongan D menurut PP. No. 20 Th. 1990 yaitu sekitar 0,2 mg/l.

Hal ini menandakan bahwa air irigasi yang digunakan untuk mengairi sawah sudah dapat membahayakan bagi tanah dan tanaman karena dapat menjadi sumber pencemar. Kandungan terendah terdapat pada sampel air irigasi C dengan nilai sebesar 0.702 ppm. Nilai ini tetap menunjukkan kandungan logam berat Cu dalam air yang tinggi.

Tabel 12. Hasil Pengukuran Logam Berat Cu dalam Air.

No Nilai (ppm) *Kriteria

A 1.080 Tinggi

B 1.526 Tinggi

C 0.702 Tinggi

D 1.319 Tinggi

*Sumber: PP. No. 20 Th. 1990. Logam Zn

Hasil analisis tanah pada Tabel 10 berdasarkan Rosmarkam dan Yuwono (2002) menunjukkan bahwa kadar logam berat Zn masih dibawah ambang batas maksimum logam berat yang diperbolehkan dalam tanah. Namun demikian pada sampel tanah 4 terlihat bahwa kandungan logam Zn mencapai 292,43 ppm, nilai ini menunjukkan nilai yang termasuk dalam kriteria yang tinggi. Oleh karena itu perlu tindakan pengawasan terhadap sumber pencemar yang ada agar keberadaan logam berat Zn tidak melewati ambang batas maksimum yang diperbolehkan dalam tanah.

Dari Tabel 13 menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) yang menyatakan bahwa harkat Zn dalam tanah adalah 250-500 ppm (Tabel 6). Dengan demikian


(38)

dapat dilihat bahwa pada sampel tanah 4 yang menunjukkan kandungan logam berat Zn tertinggi yaitu 292,43 ppm sudah tergolong dalam kriteria yang tinggi. Untuk nilai yang terendah dan kriteria rendah terdapat pada sampel tanah 1 dengan nilai 33,63 ppm.

Tabel 13. Hasil Pengukuran Logam Berat Zn dalam Tanah.

No Nilai (ppm) Kriteria*

1 2 3 4 5 6 7 8 33,65 93,29 114,67 292,43 92,09 103,95 80,49 210,62 Rendah Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang *Sumber: Rosmarkam, 2005.

Hasil analisis pada Tabel 14 menunjukkan bahwa kandungan logam berat yang tertinggi terdapat pada sampel air irigasi D dan C dengan nilai masing-masing adalah 2,282 ppm dan 2,126 ppm. Menurut PP. No. 20 Th. 1990 tentang kriteria kualitas air golongan D untuk penggunaan pertanian bahwa nilai kandungan

logam berat Zn pada air irigasi sampel D dan C sudah melewati ambang batas maksimum

dalam air yaitu sebesar 2 mg/l. Dengan demikian air irigasi tersebut tergolong dalam

kriteria yang tinggi, namun tidak terlalu parah karena kandungannya tidak terlalu jauh

melampaui ambang batas maksimum yang diperbolehkan dalam air untuk penggunaan

pertanian.

Tabel 14. Hasil Pengukuran Logam Berat Zn dalam Air

No Nilai (ppm) *Kriteria

A 1.900 Sedang

B 0.285 Rendah

C 2.126 Tinggi

D 2.282 Tinggi


(39)

Hasil analisis tanah pada Tabel 15. menunjukkan nilai pH tanah yang masam hingga sangat masam. Sedangkan untuk pH air irigasi pada Tabel 16 menunjukkan nilai pH yang rendah.

Tabel 15. Hasil Pengukuran pH Tanah

Sampel Tanah Nilai pH Kriteria*

1 5.37 Masam

2 4.68 Masam

3 5.41 Masam

4 5.3 Masam

5 4.89 Masam

6 4.58 Masam

7 4.27 Sangat Masam 8 3.99 Sangat Masam *Sumber: Balai Penelitian Tanah (BPT), 2005.

Tabel 16. Hasil Pengukuran pH Air Irigasi

No Nilai pH *Kriteria

A 5.93 Rendah

B 5.42 Rendah

C 6.05 Rendah

D 5.90 Rendah

*Sumber: PP. No. 20 Th. 1990.

Salah satu faktor yang mempengaruhi ketersediaan logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn adalah pH tanah. Pada pH rendah ketersediaan logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn meningkat dan sebaliknya pada kondisi pH tinggi maka ketersediaan Pb, Cd, Cu dan Zn akan menurun.

Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa pH tanah rata-rata rendah. Dari hasil analisis logam berat jika dikaitkan dengan nilai pH tanah ini maka dapat dilihat bahwa kadar logam berat meningkat terutama yang paling mengalami peningkatan adalah unsur Cu dan Zn. Namun selain pH tanah masih banyak lagi faktor yang mempengaruhi penyerapan logam berat oleh tanaman seperti KTK dan bahan organik tanah. Kandungan total logam logam berat yang tinggi belum tentu menunjukkan tanaman yang tumbuh diatasnya juga akan mengandung


(40)

logam berat dengan konsentrasi yang tinggi karena bisa saja logam berat tersebut dalam bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman. Dengan demikian tidak akan terserap oleh tanaman. Namun demikian dengan kondisi tanah yang sewaktu-waktu dapat berubah maka kemungkinan tanaman untuk tercemar itu bisa saja.

Pembahasan

Kandungan Pb total tanah sawah yang diperoleh masih dalam batas wajar, yaitu masih dibawah ambang batas namun dalam kriteria yang tinggi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Nriagu (1978) bahwa kandungan Pb total pada tanah pertanian berkisar antar 2-200 ppm. Sedangkan dari hasil analisis tanah sawah yang dilakukan diperoleh hasil yang masih dibawah batas maksimum. Dengan demikian tanah belum dikatakan tercemar oleh logam berat Pb.

4 7 7 0 0 0

4 7 7 0 0 0

4 7 8 0 0 0

4 7 8 0 0 0

4 7 9 0 0 0

4 7 9 0 0 0

4 8 0 0 0 0

4 8 0 0 0 0

4 8 1 0 0 0

4 8 1 0 0 0

3 8 8 0 0 0 3 8 8 0 0 0

3 8 9 0 0 0 3 8 9 0 0 0

3 9 0 0 0 0 3 9 0 0 0 0

3 9 1 0 0 0 3 9 1 0 0 0

PETA TINGKAT PENCEMARAN Pb PADA TANAH SAW AH DI DESA TANJUNG MORAW A B

KABUPATEN DELI SERDANG

N

E W

S

200 0 200400600 Meters

DEPARTEM EN ILMU TANAH FAKULTAS PE RTANIAN UNIVERSITAS SUMATE RA UTAR A MEDAN

200 9

Desa Tj Morawa B Pemukiman Sungai Jalan Rendah Sedang Tinggi KETERANGAN:

Sudah Bukan Sawah

Gambar 1. Peta Tingkat Pencemaran Pb Tanah Sawah di Desa Tanjung Morawa B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

5

6,7 8

3,4


(41)

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa tanah sawah sampel 5 dan 8 yang mengandung kadar logam berat Pb tinggi. Hal ini disebabkan karena pada sekitar wilayah sawah sampel tersebut terdapat pabrik yang pembuangan limbahnya ke sungai irigasi sawah. Berdasarkan informasi dari masyarakat setempat diperoleh beberapa pabrik yang ada disekitar wilayah Tanjung Morawa B tersebut yang membuang limbahnya ke sungai yang digunakan masyarakat untuk mengairi sawahnya. Hal ini terbukti dari matinya ikan yang dipelihara masyarakat dalam kolam ikan yang airnya dari sungai irigasi tersebut. Adapun pabrik tersebut adalah pabrik pengolahan kayu, pabrik mie instan, pabrik sabun mandi dan sabun cuci, dan juga pabrik kelapa sawit. Sedangkan pada wilayah sampel tanah 8 terdapat pabrik KIM STAR yang juga pembuangannya mengarah kesungai yang digunakan untuk mengairi sawah masyarakat.

Selain itu penggunaan pupuk dan pestisida dengan dosis tinggi dan intensitas yang sering menambah pengaruh keberadaan logam berat pada tanah sawah tersebut. Penggunaan pupuk dan pestisida pada dasarnya untuk setiap petak sawah tidaklah sama, karena pemiliknya yang tidak seorang saja.

Pada hasil analisis air irigasi diperoleh hasil dengan kriteria yang berbeda dengan analisis tanah. Hasil analisis air irigasi menunjukkan kriteria yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena dalam air irigasi telah bercampur beberapa limbah pabrik yang ada disekitar wilayah Tanjung Morawa B ini.

Kandungan logam berat Pb dalam tanah yang lebih sedikit dibandingkan dengan kandungan logam berat Pb dalam air disebabkan karena logam berat dalam air sungai tidak langsung diserap oleh tanah seluruhnya, namun hanya sebagian saja yang tinggal dalam tanah dan sebagian lagi masih tinggal dalam air.


(42)

Kandungan cadmium dalam tanah berdasarkan hasil analisis menunjukkan angka yang cukup tinggi sebagai pencemar tanah. Sudarmaji, dkk (2008) mengatakan bahwa kandungan cadmium alamiah dikerak bumi hanya berkisar 0,1-0,5 ppm. Sedangkan untuk tanah pertanian dalam Sutanto (2002) dikatakan hanya 3 ppm yang dapat dibiarkan dalam tanah dan selebihnya akan bersifat meracun. Dari hasil analisis Tabel 8 dapat dilihat bahwa kandungan logam berat Cd sudah jauh melampaui batas maksimum dalam tanah karena itu dapat digolongkan dalam kriteria yang tinggi.

4 7 7 0 0 0

4 7 7 0 0 0

4 7 8 0 0 0

4 7 8 0 0 0

4 7 9 0 0 0

4 7 9 0 0 0

4 8 0 0 0 0

4 8 0 0 0 0

4 8 1 0 0 0

4 8 1 0 0 0

3 8 8 0 0 0 3 8 8 0 0 0

3 8 9 0 0 0 3 8 9 0 0 0

3 9 0 0 0 0 3 9 0 0 0 0

3 9 1 0 0 0 3 9 1 0 0 0

PETA TINGKAT PENCEMARAN Cd PADA TANAH SAWAH DI DESA TANJUNG MORAWA B

KABUPATEN DELI SERDANG

N

E W

S

200 0 200400600 Meters

DEPARTEM EN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTAR A MEDAN

2009

KETERANGAN:

Desa Tj Morawa B Sudah Bukan Sawah Tinggi

Pemukiman Sungai Jalan

Gambar 2. Peta Tingkat Pencemaran Cd Tanah Sawah di Desa Tanjung Morawa B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

Pencemaran ini sepenuhnya tidak hanya dari limbah industri, aktifitas manusia lainnya yang mendukung terjadinya pencemaran tanah adalah penggunaan pupuk dan pestisida. Untuk meningkatkan hasil pertanian penggunaan pupuk tidak dapat dihindari. Petani-petani didaerah ini semakin banyak yang menggunakan obat-obatan pertanian dengan harapan dapat


(43)

meningkatkan hasil produksinya yang maksimal tanpa mempertimbangkan akibat yang ditimbulkan pada tanaman dan lingkungan sekitarnya. Seperti yang dikatakan Charlena (2004), apabila pupuk tersebut digunakan secara terus menerus dengan dosis dan intensitas yang tinggi dapat meningkatkan Pb dan Cd yang tersedia dalam tanah sehingga meningkatkan serapan Pb dan Cd oleh tanaman.

Dalam air sungai irigasi yang digunakan masyarakat sebagai air irigasi untuk sawahnya juga dapat dilihat bahwa kandungan logam berat cadmium sangatlah tinggi. Untuk hal ini air sungai mengandung logam berat cadmium dengan konsentrasi yang lebih tinggi sehingga sangat mudah diserap oleh tanah.

4 7 7 0 0 0

4 7 7 0 0 0

4 7 8 0 0 0

4 7 8 0 0 0

4 7 9 0 0 0

4 7 9 0 0 0

4 8 0 0 0 0

4 8 0 0 0 0

4 8 1 0 0 0

4 8 1 0 0 0

3 8 8 0 0 0 3 8 8 0 0 0

3 8 9 0 0 0 3 8 9 0 0 0

3 9 0 0 0 0 3 9 0 0 0 0

3 9 1 0 0 0 3 9 1 0 0 0

PETA TINGKAT PENCEMARAN Cu PADA TANAH SAWAH DI DESA TANJUNG MORAWA B

KABUPATEN DELI SERDANG

N

E W

S

200 0 200400600 Meters

DEPARTEM EN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTAR A MEDAN

2009 Desa Tj Morawa B Pemukiman Sungai Jalan Sangat Rendah Sedang Tinggi KETERANGAN:

Sudah Bukan Sawah

Gambar 3. Peta Tingkat Pencemaran Cu Tanah Sawah di Desa Tanjung Morawa B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

Dari hasil analisis tanah diperoleh data yang menunjukkan kandungan logam berat Cu yang semakin tinggi pada sampel disebelah utara. Pada sampel tanah 4 terlihat nilai yang tertinggi, ini dikarenakan pada sekitar lahan sawah

4,8

1


(44)

tempat pengambilan sampel tanah tersebut terdapat pabrik-pabrik yang salah satunya adalah pabrik kayu. Dalam Lahuddin (2007) dikatakan bahwa penambahan Cu ke tanah melalui polusi dapat terjadi pada industri-industri yang salah satunya adalah industri pembakaran kayu, selain itu buangan masyarakat juga ikut menyumbang kandungan logam berat Cu ini.

Alloway (1995) menyatakan bahwa kandungan logam berat Cu dalam tanah antara 2 sampai 250 ppm. Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa pada sampel tanah 4 terdapat nilai tertinggi sekitar 190,77 ppm. Ini menunjukkan bahwa tanah sawah dalam waktu yang dekat ini jika tidak dilakukan tindakan pengawasan pada masyarakat sekitar desa Tanjung Morawa B maka kandungan logam berat Zn dapat saja semakin meningkat sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman padi yang tumbuh diatasnya.

Untuk hasil analisis air sungai irigasi diperoleh data logam berat Cu yang menunjukkan nilai dengan kriteria yang tinggi. Dengan demikian ada kemungkinan kandungan logam berat dalam tanah dapat meningkat dan menjadi toksik bagi tanaman akibat kandungan logam berat ini dalam air irigasi yang sudah tinggi.

Seperti halnya logam berat Pb dan Cd, logam berat Cu dapat terakumulasi dari pupuk dan pestisida yang digunakan masyarakat untuk peningkatan produsi tanamannya.

Dari hasil analisis tanah diperoleh data yang menunjukkan bahwa kandungan logam berat Zn masih dibawah ambang batas logam berat dalam tanah. Pada sampel tanah 4 terlihat kandungan logam berat Zn tertinggi dengan nilai 292,43 ppm. Rosmarkam dan Yuwono (2002) mengatakan bahwa kadar


(45)

senga (Zn) dalam kerak bumi sekitar 80 ppm, sedangkan dalam tanah berkisar antara 10-300 ppm. Nilai pada sampel tanah 4 menunjukkan bahwa kadar logam berat Zn sudah hampir mendekati batas kritis dalam tanah.

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa yang memiliki kandungan logam berat Zn tinggi hanya pada wilayah tengah yaitu sampel tanah 4. Hal ini kemungkinan disebabkan pada lokasi ini terdapat pabrik-pabrik khususnya pabrik kayu dan mie instan, seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa masyarakat mengatakan bahwa limbah pabrik tersebut di buang ke sungai irigasi yang mengairi sawah mereka. Selain itu sama halnya dengan logam berat Pb, Cd, dan Cu maka keberadaan logam berat Zn ini juga dipengaruhi oleh penggunaan pupuk dan pestisida dengan dosis dan intensitas yang tinggi oleh masyarakat senidiri.

4 7 7 0 0 0

4 7 7 0 0 0

4 7 8 0 0 0

4 7 8 0 0 0

4 7 9 0 0 0

4 7 9 0 0 0

4 8 0 0 0 0

4 8 0 0 0 0

4 8 1 0 0 0

4 8 1 0 0 0

3 8 8 0 0 0 3 8 8 0 0 0

3 8 9 0 0 0 3 8 9 0 0 0

3 9 0 0 0 0 3 9 0 0 0 0

3 9 1 0 0 0 3 9 1 0 0 0

PETA TINGKAT PENCEMARAN Zn PADA TANAH SAW AH DI DESA TANJUNG MORAW A B

KABUPATEN DELI SERDANG

N

E W

S

200 0 200400600 Meters

DEPARTEM EN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTAR A MEDAN

2009

Desa Tj Morawa B Pemukiman Sungai Jalan Rendah Sedang Tinggi KETERANGAN:

Sudah Bukan Sawah

Gambar 4. Peta Tingkat Pencemaran Zn Tanah Sawah di Desa Tanjung Morawa B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

Hasil analisis air diperoleh data yang memperlihatkan nilai Zn yang rendah hingga tinggi. Terlihat bahwa kandungan Zn dalam tanah tidak

5-8 4

1


(46)

sepenuhnya berasal dari air irigasi. Sebagaimana dikatakan sebelumnya bahwa sumber pencemar lain yang mendukung tingkat pencemaran tanah sawah ini adalah penggunaan pupuk dan juga pestisida oleh masyarakat guna meningkatkan produksi tanaman padi.

Kandungan logam berat dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor dan salah satunya adalah pH tanah. Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa pH tanah rata-rata rendah. Kondisi ini mendukung ketersediaan logam berat dalam tanah, baik itu logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn. Charlena (2004) mengatakan bahwa saat kondisi pH tanah dan KTK tanah rendah maka logam berat Pb akan terlepas dari ikatan tanah dan bergerak bebas ke dalam larutan tanah. Begitu pula dengan logam berat Cd yang tersedia pada tanah yang masam. Rosmarkam dan Yuwono (2002) mengatakan bahwa ketersediaan Zn dalam tanah dipengaruhi oleh pH tanah, dimana bila pH tanah tinggi maka ketersediaan Zn menurun. Begitu sebaliknya bila pH tanah rendah maka ketersediaan Zn meningkat.


(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kandungan logam berat Pb pada tanah sawah rata-rata masih dibawah ambang batas sedangkan pada air irigasi kandungan logam berat Pb sudah sangat tinggi.

2. Kandungan logam berat Cd pada tanah sawah sudah tergolong tinggi dan pada air irigasi sudah tergolong sangat tinggi.

3. Kandungan logam berat Cu pada tanah sawah masih di bawah ambang batas kritis kecuali pada sampel 4 yang sudah tergolong tinggi, sedangkan pada air irigasi kandungan logam berat Cu sudah tergolong tinggi.

4. Kandungan logam berat Zn pada tanah sawah masih dibawah ambang batas, namun kandungan logam berat Zn pada air sudah tergolong tinggi.

Saran

Sebaiknya dalam penelitian ini diakukan analisis terhadap tanaman sekitarnya agar dapat diketahui kandungan logam berat yang terserap oleh tanaman tersebut.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Adriano, D. C., G. M. Paulsen, and L. S. Murphy. 1986. Phosphorus-iron and phosphorus-zinc relationship in corn (Zea mays L.) seedlings as affected by mineral nutrition. Agron.

Alloway, B. J., 1995. Heavy Metals in Soils. 2nd Edition. Blackie Academic and Professional-Chapman and Hall. London-Wenheim-New York. Tokyo-Melbourne-Madras.

Arifin., 2008. Potensi Karbon Aktif Sebagai Media Adsorpsi Logam Berat timbal

(Pb) dan Kadmium (Cd). http://Blog pada WordPress.com. [7 April 2009].

Barchia, M. F., 2009. Sumber Polutan dan Logam Berat. http://www. faizbarchia.blogspot.com/.../sumber-polutan-dan-logam-berat.html. [10 Agustus 2009].

Charlena., 2004. Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) pada Sayur-Sayuran. Program Pascasarjana/S3/Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Darmono., 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo, Jakarta.

Kurnia, S dan T. Sutrisno., 2009. Pencemaran Tanah dan Dampaknya. http://www.google-pencemaran-tanah/telusur.com.[14 Maret 2009]

Lahuddin, M., 2007. Aspek Unsur Mikro Dalam Kesuburan Tanah. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Kesuburan Tanah pada Fakultas Pertanian. USU-Press. Medan.

Lindsay, W. L., 1972. Zinc in soils and plant nutition. Ad. in Agron.

Mengel, K. and E. A. Kirkby., 1987. Principle of Plant Nutrition. 4th Edition. International Potash Institude, Bern.

Mengel, Dr. Konrad and E. A. Kirby., 1981. Principles of Plant Nutrition. 3rd ed.International Potash Institute. P.O. Box, CH-3048 Worblaufen-Bern/Switzerland.


(49)

Mursyidin, Dindin, H., 2006. Menanggulangi Pencemaran Logam Berat. Email : dindinhm@yahoo.co.id. Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia – YCHI. [07 April 2009]

Nriagu, J. O., 1978. The Biochemistry of lead. Elsevier Biomedical Press.

Nugroho, B., 2001. Ekologi Mikroba Pada Tanah Terkontaminasi Logam Berat. Dalam Makalah Falsafah Sains (PPs 702). Program Pasca Sarjana / S3. Institut Pertanian Bogor.

Palar, H., 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Cet: 4. Rineka Cipta, Jakarta.

Rayes, M. L., 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Rioardi., 2009. Unsur Hara Dalam Tanah (Makro dan Mikro). http://www.nasih.staff.ugm.ac.id/pnt3404/4%209417.doc.blora.org/foru m/blog.php.[21 April 2009].

Rosmarkam, A dan Yuwono, N. W., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta.

Sadrach, B., 2008. Pencemaran tanah dan dampaknya. http://www.walhijabar. blogspot.com.[18 April 2009].

Statistik Pekerjaan Umum Online., 2005. Tanjung Morawa. Luas Lahan di Desa. http://www.pu.go.id/infofantastik. [27 May 2009].

Sudarmaji , J. Mukono dan Corie I.P., 2008. Limbah Logam Berat B3. Sumber: JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN, VOL. 2, NO. 2 , JANUARI 14 2006: 129 -142. http://izul.i8.com/download/LimbahB3.pdf. [21 Februari 2009].

Suganda, H; Diah Setyorini; Harry Kusnadi; Ipin Saripin, dan Undang Kurnia., 2002. Evaluasi Pencemaran Limbah Industri Tekstil Untuk Kelestarian Lahan Sawah. Dalam Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan

Konversi Lahan Pertanian. Penyunting: Undang Kurnia, F. Agus, D. Setyorini, dan A. Setiyanto. Balai Penelitian Tanah, Bogor.

Sunu, P., 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. Penerbit PT Grasindo, Jakarta.

Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik. Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius, Yogyakarta.


(50)

Wikipedia., 2009. Limbah. http://www.wikimediafoundation.org/">Wikimedia Foundation, Inc</a>.[18 April 2009]

Worosuprojo, S., 2009 . Pengelolan Sumberdaya Lahan. Fakultas Geografi-UGM, Yogyakarta.

Yong, R. N; A. M. O. Mohamed and S. P. Warkwnting., 1992. Principles of Contaminant Taransport in Soils. Development in Geotechnical Engineering, 73. Elsevier. Amsterdam.


(51)

Lampiran

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

A. Daftar Kriteria Kualitas Air Golonagan A (Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu)

No Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan

A FISIKA

1 Bau - - Tidak berbau

2 Jumlah zat padat terlarut (TDS) mg/liter 1000

3 Kekeruhan NTU 5

4 Rasa - - Tidak berasa

5 Suhu 0C -

6 Warna Skala TCU 15

B KIMIA Kimia Anorganik

1 Air Raksa mg/liter 0,001

2 Aluminium mg/liter 0,2

3 Arsen mg/liter 0,05

4 Barium mg/liter 1,0

5 Besi mg/liter 0,3

6 Flourida mg/liter 0,5

7 Kadmium mg/liter 0,005

8 Kesadahan mg/liter CaCO3 500

9 Klorida mg/liter 250

10 Kromium valensi 6 mg/liter 0,05

11 Mangan mg/liter 0,1

12 Natrium mg/liter 200

13 Nitrat sebagai N mg/liter 10

14 Nitrit sebagai N mg/liter 1,0

15 Perak mg/liter 0,05

16 pH - 6,5-8,5 Batas min. dan maks.

17 Selenium mg/liter 0,01

18 Seng mg/liter 0,01

19 Sianida mg/liter 0,1

20 Sulfat mg/liter 400

21 Sulfida sebagai H2S mg/liter 0,005

22 Tembaga mg/liter 1,0

23 Timbal mg/liter 0,05

Kimia Organik

1 Aldrin dan dieldrin mg/liter 0,0007

2 Benzena mg/liter 0,01

3 Benzo (a) Pyrene mg/liter 0,00001

4 Chlordane (total isomer) mg/liter 0,0003

5 Chlordane mg/liter 0,03

6 2,4 D mg/liter 0,10

7 DDT mg/liter 0,03

8 Deterjen mg/liter 0,5

9 1,2 Dichloroethena mg/liter 0,01


(52)

B. Daftar Kriteria Kualitas Air Golongan B (Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum).

No Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan

A FISIKA

1 Suhu 0

C Suhu air Normal + 30C

2 zat padat terlarut mg/liter 1.000

B KIMIA Kimia Anorganik

1 Air Raksa mg/liter 0,001

2 Amonia bebas mg/liter 0,5

3 Arsen mg/liter 0,05

4 Barium mg/liter 1

5 Besi mg/liter 5

6 Flourida mg/liter 1,5

7 Kadmium mg/liter 0,018

8 Klorida mg/liter 600

9 Kromium valensi 6 mg/liter 0,05

10 Mangan mg/liter 0,5

11 Nitrat sebagai N mg/liter 10

12 Nitrit sebagai N mg/liter 1

13 Oksigen terlarut (DO) mg/liter - Air dipermukaan

dianjurkan > 6

14 pH - 5-9

15 Selenium mg/liter 0,01

16 Seng mg/liter 5

17 Sianida mg/liter 0,1

18 Sulfat mg/liter 400

19 Sulfida sebagai H2S mg/liter 0,1

20 Timbal mg/liter 1

21 Tembaga mg/liter 0,1

Kimia Organik

1 Aldrin dan dieldrin mg/liter 0,017

2 Chlordane mg/liter 0,003

3 DDT mg/liter 0,042


(53)

C. Daftar Kriteria Kualitas Air Golongan C (Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan).

No Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan

A KIMIA Kimia Anorganik

1 Air Raksa mg/liter 0,002

2 Amonia bebas mg/liter 0,02

3 Arsen mg/liter 1

4 Flourida mg/liter 1,5

5 Kadmium mg/liter 0,01

6 Klorin bebas mg/liter 0,003

7 Kromium valensi 6 mg/liter 0,05

8 Nitrit sebagai N mg/liter 0,06

9 Oksigen terlarut mg/liter - Disyaratkan > 3

10 pH - 6-9

11 Selenium mg/liter 0,05

12 Seng mg/liter 0,02

13 Sianida mg/liter 0,02

14 Sulfida sebagai H2S mg/liter 0,002

15 Tembaga mg/liter 0,02

16 Timbal mg/liter 0,03

Kimia Organik

1 BHC mg/liter 0,21

2 DDT mg/liter 0,002

3 Endrin mg/liter 0,004

4 Fenol mg/liter 0,001

5 Minyak dan Lemak mg/liter 1

6 Organofosfat dan Karbamat mg/liter 0,1

7 Surfactant mg/liter 0,2

B Radioaktivitas

1 Aktivitas Alfa (Gross Alpha Activity) Bq/liter 0,1


(54)

D. Daftar Kriteria Kualitas Air Golongan D (Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian serta usaha perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air)

No Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan

A FISIKA

1 Suhu 0C Suhu normal Sesuai dengan

kondisi setempat

2 Zat padat terlarut (TDS) mg/liter 2.000 Tergantung jenis

tanaman. Kadar tersebut untuk tanaman yang tidak peka.

3 Daya Hantar Listrik Mmhos/cm 2.250 Tergantung jenis

tanaman. Kadar tersebut untuk tanaman yang tidak peka. KIMIA Kimia Anorganik

1 Arsen mg/liter 0,005

2 Air Raksa mg/liter 1,0

3 Boron mg/liter 1,0

4 Kadmium mg/liter 0,01

5 Kobalt mg/liter 0,2

6 Kromium valensi 6 mg/liter 1

7 Mangan mg/liter 2,0

8 Na (garam alkali) mg/liter 60,0

9 Nikel mg/liter 0,5

10 pH - 5-9

11 Selenium mg/liter 0,05

12 Seng mg/liter 2

13 Sodium Absorption mg/liter 18 Tergantung jenis

tanaman. Kadar tersebut untuk tanaman yang tidak peka.

14 Tembaga mg/liter 0,2

15 Timbal mg/liter 1

16 Residual Sodium Carbonat (RSC) mg/liter 1,25-2,50 Maksimum 1,25

untuk tanaman peka; Maksimum 2,50 untuk tanam

kurang peka.

B Radioaktivitas

1 Aktivitas Alfa (Gross Alpha

Activity)

Bq/liter 0,1

2 Aktivitas Beta(Gross Beta Activity) Bq/liter 1,0


(55)

(56)

U

n

iv

e

r

s

ita

s

Su

m

a

te

r

a

U

ta

r


(57)

U

n

iv

e

r

s

ita

s

Su

m

a

te

r

a

U

ta

r


(58)

U

n

iv

e

r

s

ita

s

Su

m

a

te

r

a

U

ta

r


(59)

U

n

iv

e

r

s

ita

s

Su

m

a

te

r

a

U

ta

r


(60)

U

n

iv

e

r

s

ita

s

Su

m

a

te

r

a

U

ta

r


(1)

(2)

U

n

iv

e

r

s

ita

s

Su

m

a

te

r

a

U

ta

r


(3)

U

n

iv

e

r

s

ita

s

Su

m

a

te

r

a

U

ta

r


(4)

U

n

iv

e

r

s

ita

s

Su

m

a

te

r

a

U

ta

r


(5)

U

n

iv

e

r

s

ita

s

Su

m

a

te

r

a

U

ta

r


(6)

U

n

iv

e

r

s

ita

s

Su

m

a

te

r

a

U

ta

r