Respon Masyarakat Terhadap Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Di Kelurahan Pekan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang

(1)

RESPON MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) DI KELURAHAN PEKAN TANJUNG MORAWA KECAMATAN

TANJUNG MORAWA, KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara D

I S U S U N Oleh :

Fajar Utama Ritonga 040902007

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH P2KP (PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN) TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT DI KELURAHAN PEKAN TANJUNG MORAWA KECAMATAN TANJUNG MORAWA, KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara D

I S U S U N Oleh :

Fajar Utama Ritonga 040902007

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

ABSTRAK

PENGARUH P2KP (PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN) TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT DI KELURAHAN PEKAN TANJUNG MORAWA KECAMATAN TANJUNG MORAWA, KABUPATEN DELI SERDANG.

OLEH: FAJAR UTAMA RITONGA NIM: 040902007

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Program Penanggulanga Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Terhadap Tingkat kesejahteraan Masyarakat di Kelurahan Pekan Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang”. Skripsi ini terdiri dari atas enam BAB dengan jumlah halaman sebanyak 107 halaman. Masalah yang di bahas disini adalah sejauh mana pegaruh P2KP terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Pekan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan keadaan sebenarnya serta mengetahui respon masyarakat mengenai Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), khususnya di Kelurahan Pekan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yakni menggambarkan keadaan sebenarnya mengenai Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan serta mengetahui respon masyarakat terhadap program tersebut. Penelitiian ini dilakkukan di Kelurahan Pekan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.Sementara itu dalam pengambilan sampel, penulis menggunakan teknik proporsional sampling dengan perwalian berimbang, dengan jumlah sampel sebanyak 100 kepala keluarga, dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang terdiri dari observasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif

Hasil penelitian ini menyimpulkan antara lain: (1) Belum maksimalnya Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dalam usaha pengentasan kemiskinan yang dilakukan di Kelurahan Pekan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. (2) Masih banyak terdapat masalah dalam pengerjaan Program ini seperti: tidak transparansinya pelaksana program mengenai dana yang ada dan disalurkannya dana kepada masyarakat, kurang kompeten dan kurangnya pengalaman anggota fasilitator kelurahan dalam usaha pengorganisasian masyarakat dan pengembangan ekonomi serta lingkungan masyarakat setempat. (3) Tidak harmonisnya hubungan pelaksana program dengan Pemerintah Daerah (PemDa) Kabupaten Deli Serdang dalam mengentaskan kemiskinan dengan program P2KP, dikarenakan Pemerintah


(4)

Gerakan Deli Serdang Membangun.(4) Masih berharapnya masyarakat Kelurahan Pekan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang dengan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dalam hal pengentasan kemiskinan, jika program ini di evaluasi terlebih dahulu dan dilakukan pengawasan terhadap program ini.


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang atas berkat, kesehatan, pengetahuan, rahmat dan hidayah yang diberikan-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan, tak lupa pula penulis sampaikan seribu salam kepada Nabi Muhammad SAW, yang merupakan nabi akhir jaman yang telah menyampaikan ajaran agama Islam dan membawa umat manusia dari kegelapan, kebodohan menuju pengetahuan, penerangan sehingga menjadi orang-orang yang beruntung.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan penulis guna memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial, DI Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan . Dengan menyadari banyaknya kekurangan pada skripsi ini, penulis dengan berlapang dada dan penuh pengharapan menerima kritik dan saran dari berbagai pihak, guna memperbaiki skripsi ini di masa mendatang.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, baik bantuan yang diberikan berupa moriil, materiil, semangat, dan bahan-bahan pemikiran, serta diskusi-diskusi yang sangat membantu penulis dan menambah pengetahuan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan penulis sesuai dengan harapan. Dan secara khusus penulis ucapkan kepada:


(6)

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Edward Ridwan, M.SP, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan sumbangan penulisan, bimbingan, dan arahan serta diskusi yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Abangda Husni Thamrin, S, Sos, M.SP yang telah banyak membantu

penulis dalam sumbangan pemikiran dan diskusi yang sangat bermanfaat bagi penulis.

5. Abangda Agus Suriadi, S, Sos, M.Si, yang memberikan sumbangan pemikiran serta diskusi kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

6. Abangda M. Darta Sitepu, S.Sos, yang telah memberikan saran serta masukan kepada penulis.

7. Bapak H. Syaiful Achyar, S.pd, selaku Lurah Kelurahan Pekan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Kelurahan Pekan Tanjung Morawa.

8. Abangda Yon Yantje Ginting, S. Sos, yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan sumbangan pemikiran dan informasi kepada penulis dalam pengerjaan skripsi.


(7)

9. Teristimewa untuk kedua orang tua saya Bapak Mohd. Tahir Ritonga, S.pd dan Ibu Yusmayati, Y.S, yang telah membesarkan. Mengasuh, mendidik, memberikan semangat, materi, dan do’a yang begitu banyak kepada penulis, yang jasa- jasa mereka tidak akan pernah dilupakan.

10.Teristimewa juga bagi adik saya, Faisal Ritonga, yag telah memberikan semangat dan motivasi, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

11.Teristimewa buat seluruh kawan-kawan yang telah banyak membantu memberikan sumbangan pemikiran, semangat, pengetahuan kepada penulis, antara lain: Erlangga.W.Pane, S.Sos, Anggiat G.T.J.M, S,Sos, AftaNickelsen Sipayung, Agung Putra Bangsa, Bang Batara Manihuruk, S.E, Suriono, S.Sos, Dedek Ardiansyah Siregar, Aidil Amin Ritonga, Mimin Satria, dan seluruh anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU, yang namanya tidak bisa saya sebutksn satu persatu. (HIDUP KESSOS)

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak, semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua, AMIN.

Medan, Oktober 2008

Penulis Fajar Utama Ritonga


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……… I

ABSTRAK ……… IV

DAFTAR ISI ……… V

DAFTAR BAGAN ……… VI

DAFTAR TABEL ……… VII

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang. ………... ……1

1.2. Perumusan Masalah. ……….. …... 10

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian. ……….. …...10

1.4. Sistematika Penulisan. ……….12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Program. ………13

2.2. Kemiskinan. ……….14

2.3. Teori-teori Berkaitan. ………...17

2.4. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan……18

2.5. Kesejahteraan Sosial. ………...34

2.6. Kerangka Pemikiran. ………41


(9)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian. ………47

3.2. Lokasi Penelitian. ……….47

3.3. Populasi dan Sampel. ………...48

3.4. Teknik Pengumpulan Data. ………..49

3.5. Teknik Analisa Data. ………...50

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELIIAN 4.1. Keadan Geografis Kelurahan Pekan.T.M .………...51

4.2. Sejarah Kelurahan Pekan T.M………..51

4.3. Deskripsi Demografi Kelurahan Pekan T.M. …………...52

4.4. Sarana dan Fasilitas Kelurahan Pekan T.M. ..…………..59

BAB V ANALISIS DATA 5.1. Identitas Responden. …..………..65

5.2. Pengetahuan Responden Tentang P2KP. ……….70

5..3. Respon Masyarakat. ………90

5.4. Hasil dan Manfaat. ………...95

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan. ………...103

6.2. Saran. ………..104

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Kerangka Pemikiran. ……….,,43 Bagan 2. Struktur Pemerintahan Kelurahan Pekan Tanjung Morawa

Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli


(11)

DFTAR TABEL

TABEL 1 Distribusi Rumah Tangga Kelurahan Pekan Tanjung Morawa

Berdasarkan Lingkungan. ………...52

TABEL 2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin. ………53

TABEL 3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia. ………54

TABEL 4 Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian. ………55

TABEL 5 Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan. ………..56

TABEL 6 Distribusi Penduduk Menurut Agama. ………..57

TABEL 7 Distribusi Penduduk Menurut Suku. ……….58

TABEL 8 Distribusi Sarana Pendidikan. ………...59

TABEL 9 Distribusi Sarana Peribadatan. ………..60

TABEL 10 Distribusi Sarana Olah Raga. ………61

TABEL 11 Distribusi Sarana Kesehatan. ………62

TABEL 12 Distribusi Sarana-Sarana Lainnya. ………63

TABEL 13 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia. ……….65

TABEL 14 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama. ……….66

TABEL 15 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku. ………67

TABEL 16 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ………..68

TABEL 17 Karakteristik Responden Berdasarkan Mata Pencaharian …………68

TABEL 18 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan/bln ………69

TABEL 19 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran/bln …………...70

TABEL 20 Tahu tidaknya Responden Tentang P2KP ……….70


(12)

TABEL 23 Pengetahuan Responden Tentang Program Diberikan P2KP. ……..72 TABEL 24 Pengetahuan Responden Tentang BKM. ………..73 TABEL 25 Pengetahuan Responden Tentang Fasilitator Kelurahan. …………..74 TABEL 26 Pengetahuan Responden Tentang Relawan Masyarakat. …………..74 TABEL 27 Pengetahuan Responden Tentang Partiaipasi Masyarakat. ………...75 TABEL 28 Pengetahuan Responden Tentang Rapat Yang di Gelar. …………..75 TABEL 29 Pengetahuan Responden Tentang Rapat Yang di Ikuti. ………76 TABEL 30 Pengetahuan Responden Tentang Pembelajaran Menyusun Rencana

Mengatasi Kemiskinan. ……….77 TABEL 31 Pengetahuan Responden Tentang Komunitas Belajar Kelurahan…..78 TABEL 32 Pengetahuan Responden Tentang Bantuan Langsung Masyarakat…78 TABEL 33 Pengetahuan Responden Dana Penanggulangan Tepadu. ………….79 TABEL 34 Pengetahuan Responden Tentang DANA Batuan Replikasi. ……...80 TABEL 35 Pengetahuan Responden Tentang Bantuan Dana Yang Diberikan....81 TABEL 36 Pengetahuan Responden Tentang Hasil Dari Dana Bantuan……….82 TABEL 37 Pengetahuan Responden Tentang Peran PemDa………...83 TABEL 38 Distribusi Responden Tentang Peran PemDa dalam P2KP………...84 TABEL 39 Distribusi Responden Tentang Pembangunan Fisik, Sarana……….86 TABEL 40 Distribusi Responden Tentang Pembangunan Ekonomi………87 TABEL 41 Distribusi Responden Tentang Pembangunan Sosial………88 TABEL 42 Distribusi Responden Tentang Intensitas Waktu P2KP………89 TABEL 43 Distribusi Responden Tentang Usaha Pengentasan Kemiskinan yang


(13)

TABL 44 Distribusi Responden Tentang Usaha Pengentasan Kemiskinan Yang Dilakuakn P2KP Dalam Bidang Pengembangan Daya Sosial……...91 TABEL 45 Distribusi Responden Tentang Usaha Pengentasan Kemiskinan Yang

Dilakuakn P2KP Dalam Bidang Pengembangan Ekonomi………...92 TABEL 46 Distribusi Responden Tentang Usaha Pengentasan Kemiskinan Yang

Dilakukan P2KP Dalam Bidang Pengembangan Lingkungan……...93 TABEL 47 Distribusi Responden Tentang Bantuan Langsung Masyarakat, Dana

Replikasi, Dana Paket. ………..94 TABEL 48 Distribusi Responden Tentang Peran Pemerintah Daerah Dalam

Membantu P2KP. ………..95 TABEL 49 Distribuusi Responden Hasil yang Dilakukan Program

Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). ……….96 TABEL 50 Distribusi Responden Setelah Adanya P2KP. ………...97 TABEL 51 Distribusi Responden Setelah Adanya P2KP Dalam Hal Pertambahan

Pendapatan Masyarakat. ………...98 TABEL 52 Diatribusi Responden Setelah Adanya P2KP Dalam Hal Perbaikan

Lingkungan Pemukiman Masyarakat. ………..99 TABEL 53 Distribusi Responden Setelah Adanya P2KP Dalam Hal

Penegmbangan Nilai-Nilai Sosial Masyarakat. ………..100 TABEL 54 Distribusi Responden Setelah Adanya P2KP Dalam Hal Perbaikan

Sarana dan Infrastruktur. ……….101 TABEL 55 Distribusi Responden Tentang P2KP Untuk Kedepannya. ……….102


(14)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

ABSTRAK

PENGARUH P2KP (PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN) TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT DI KELURAHAN PEKAN TANJUNG MORAWA KECAMATAN TANJUNG MORAWA, KABUPATEN DELI SERDANG.

OLEH: FAJAR UTAMA RITONGA NIM: 040902007

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Program Penanggulanga Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Terhadap Tingkat kesejahteraan Masyarakat di Kelurahan Pekan Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang”. Skripsi ini terdiri dari atas enam BAB dengan jumlah halaman sebanyak 107 halaman. Masalah yang di bahas disini adalah sejauh mana pegaruh P2KP terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Pekan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan keadaan sebenarnya serta mengetahui respon masyarakat mengenai Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), khususnya di Kelurahan Pekan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yakni menggambarkan keadaan sebenarnya mengenai Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan serta mengetahui respon masyarakat terhadap program tersebut. Penelitiian ini dilakkukan di Kelurahan Pekan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.Sementara itu dalam pengambilan sampel, penulis menggunakan teknik proporsional sampling dengan perwalian berimbang, dengan jumlah sampel sebanyak 100 kepala keluarga, dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang terdiri dari observasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif

Hasil penelitian ini menyimpulkan antara lain: (1) Belum maksimalnya Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dalam usaha pengentasan kemiskinan yang dilakukan di Kelurahan Pekan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. (2) Masih banyak terdapat masalah dalam pengerjaan Program ini seperti: tidak transparansinya pelaksana program mengenai dana yang ada dan disalurkannya dana kepada masyarakat, kurang kompeten dan kurangnya pengalaman anggota fasilitator kelurahan dalam usaha pengorganisasian masyarakat dan pengembangan ekonomi serta lingkungan masyarakat setempat. (3) Tidak harmonisnya hubungan pelaksana program dengan Pemerintah Daerah (PemDa) Kabupaten Deli Serdang dalam mengentaskan kemiskinan dengan program P2KP, dikarenakan Pemerintah Daerah mempunyai visi dan misi sendiri dalam mengentaskan kemiskinan yaitu


(15)

Gerakan Deli Serdang Membangun.(4) Masih berharapnya masyarakat Kelurahan Pekan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang dengan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dalam hal pengentasan kemiskinan, jika program ini di evaluasi terlebih dahulu dan dilakukan pengawasan terhadap program ini.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan adalah sesuatu hal yang sangat tidak mengenakkan, tidak ada orang yang mau menjadi miskin baik dari segi materi maupun non materi. Setiap orang menginginkan kehidupan yang layak, sehingga dia dapat menjalankan kehidupannya dengan wajar, tanpa rasa yang tidak mengenakkan, minder, malu dan sebagainya sehingga menggangu fungsi sosial orang tersebut.

Berbicara masalah kemiskinan, secara harfiah kemiskinan berasal dari asal kata miskin yang mempunyai arti tidak berharta benda, dalam pengertian yang lebih luas kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara individu, keluarga, maupun kelompok, sehingga kondisi ini rentan untuk menimbulkan permasalah lain.

Kemiskinan telah ada sejak dahulu kala, pada masa dahulu masyarakat dikatakan miskin karena kurang atau tidak mempunyai makanan, tidak mempunyai tempat tinggal yang layak, tidak mempunyai pekerjaan yang tetap dan penghasilan yang bagus. Pada masa sekarang kemiskinan menjadi masalah yang semakin kompleks, masyarakat dikatakan miskin bukan hanya karena kurang atau tidak mempunyai makanan, tidak punya tempat tinggal yang layak, maupun pekerjaan dan penghasilan yang baik saja. Tetapi juga masyarakat dikategorikan miskin jika tingkat pendidikannya rendah, kesehatannya buruk, susah mendapatkan akses ke dunia luar, minim informasi dan sebagainya.


(17)

pada tataran gejala-gejala yang tampak terlihat dari luar atau di tataran permukaan saja, yang mencakup multidimensi, baik dimensi politik, sosial, ekonomi, aset dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari dimensi-dimensi dari gejala-gejala kemiskinan tersebut muncul dalam berbagai bentuk, seperti antara lain (Rahadi dkk, 2005:1):

1. Dimensi Politik , sering muncul dalam bentuk tidak dimilikinya wadah organisasi yang mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat miskin, sehingga mereka benar-benar tersingkir dari proses pengambilan keputusan penting yang menyangkut diri mereka. Akibatnya, mereka juga tidak memiliki akses yang memadai ke berbagai sumber daya kunci yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan hidup mereka secara layak, termasuk akses informasi;

2. Dimensi Sosial sering muncul dalam bentuk tidak terintegrasikannya warga miskin ke dalam institusi sosial yang ada,terinternalisasikannya budaya kemiskinan yang merusak kualitas manusia dan etos kerja mereka, serta pudarnya nilai-nilai kapital sosial;

3. Dimensi Lingkungan sering muncul dalam bentuk sikap, perilaku, dan cara pandang yang tidak berorientasi pada pembangunan berkelanjutan sehingga cenderung memutuskan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang kurang menjaga kelestarian dan perlindungan lingkungan serta permukiman;

4. Dimensi Ekonomi muncul dalam bentuk rendahnya penghasilan sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sampai batas yang layak; dan 5. Dimensi Aset, ditandai dengan rendahnya kepemilikan masyarakat miskin ke

berbagai hal yang mampu menjadi modal hidup mereka, termasuk aset kualitas sumberdaya manusia (human capital), peralatan kerja, modal dana, hunian atau perumahan, dan sebagainya.


(18)

Akar permasalahan dari banyaknya masalah yang terjadi adalah kemiskinan, baik itu masalah ekonomi, hukum, sosial, budaya dan sebagainya, sedikit banyaknya dipenngaruhi oleh kemiskinan.

Hal ini dapat kita saksikan dengan jelas dan ada disekitar kita, contohnya saja jika kita melihat acara kriminal di televisi yang mengangkat kasus pencurian, tersangka yang diamankan polisi selalu mengatakan alasannya mencuri karena tidak mempunyai uang untuk biaya hidup, biaya untuk isteri melahirkan, biaya anak sekolah dan sebagainya yang alasannya tidak jauh dari kemiskinan, belum ditambah lagi kasus busung lapar yang terjadi hampir disetiap daerah beberapa bulan terakhir ini yang sering diangkat media teelevisi. .

Bukti lainnya, Di Makassar Sulawesi Selatan, seorang wanita hamil meninggal dunia karena tidak mampu untuk membeli beras, (Kompas, 3 Maret 2008). Hal yang sangat mencengangkan bagi kita semua, bangsa yang besar dan kaya yang mempunyai kekayaan SDA dan SDM masih mempunyai masalah kemiskinan yang sampai merenggut jiwa.

Indonesia adalah negara kaya raya, yang memiliki kekayaan yang melimpah ruah baik itu dari segi SDA, maupun SDM, tetapi rakyatnya masih banyak hidup dibawah garis kemiskinan. Disaat krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1998, merupakan awal kehancuran bangsa ini, yang menyebabkan krisis multi dimensi yang gelombangnya sangat panjang dan berdampak luas serta mendalam, sehhingga menambah angka kemiskinan di Indonesia, maka wajarkah pada saat itu bertambah banyak orang yang menjadi miskin di Indonesia. Hal ini diperparah lagi dengan kebijakan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM)di tahun 2005, yang menyebabkan bertambahnya tingkat kemiskinan di Indonesia.

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2004 adalah sebanyak 36,3 juta jiwa, dan tahun 2005 meningkat menjadi 70 juta jiwa penduduk Indonesia yang masih hidup


(19)

Berdasarkan pendataan masyarakat miskin oleh badan pusat statistik (BPS) dan badan koordinasi keluarga berencana nasinal (BKKBN), memperkirakan jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai angka 62 juta jiwa atau sekitar 28,44 persen dari total penduduk di Indonesia yang mencapai angka 218 juta jiwa pada tahun 2005, jumlah penduduk miskin tersebut didapatkan berdasarkan hasil pendataan sementara BPS yang memperkirakan jumlah rumah tanga miskin di Inndonesia yang mencapai angka 15,5 juta kepala keluarga.(http://www.bkkbn.go.id)

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato kenegaraan di sidang paipurna DPR tanggal 16 Agustus 2005, menyatakan bahwa angka kemiskinan telah berhasil dikurangi dari 30,44 persen pada tahun 1999, menjadi 16 persen pada tahunn 2005, tetapi pernyataan Presiden SBY tersebut tidak disetujui anggota DPR, menurut mereka data yang dipaparkan Presiden SBY adalah data kemiskinan sebelum kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), dan jika pemerintah menaikkan lagi harga BBM pada Juni 2008 nanti, sudah dapat dipastikan jumlah penduduk miskin di Indonesia akan semakin bertambah banyak, sementara itu data yang didapat BAPEMMAS SUMUT, menyatakan bahwa sedikitnya terdapat penduduk miskin di Sumatera Utara berjumlah 1.980.000 jiwa dari jumlah keseluruhan penduduk di Sumatera Utara yang mencapai 12.061.632 jiwa pada bulan Mei 2006.(http/:www. Tempo interaktif.go.id)

Kemiskinan tidak hanya terjadi pada negara dunia ke tiga tetapi juga terjadi pada negara industri maju. Hampir di setiap negara berkembang memiliki penduduk miskin yang sangat banyak dan sangat sulit menikmati hasil dari pembangunan, sementara itu ada sekelompok kecil masyarakat yang hidup dengan kemewahan dan meguasai hampir sekuruh sektor fasilitas dari pembangunan itu sendiri.


(20)

dilihat dari jumlah penduduk miskin yang masih tinggi dan ketidak berdayaan masyarakat miskin dalam bersaing dan menjalani kehidupan ini.

Untuk dapat memperdayakan kegiatan produktif masyarakat miskin, dan meningkatkan posisi bargaining (tawar) mereka terhadap semua bentuk eksploitasi dan superordinasi, maka yang harus dilakukan adalah kemudahan ekonomi yang memihak pada masyarakat miskin,. Kemudahan dalam hal mengakses ekonomi seperti proses dalam meminjam uang pada bank yang tidak berbelit-belit, merupakan salah satu kesempatan emas untuk mengentaskan masalah kemiskinan. Sedangkan yang dimaksud dengan peluang-peluang sosial adalah upaya untuk membangun investasi sosial melalui program-program pemberdayaan sosial. Dan kemudian berusaha serta meningkatkan kesempatan masyarakat miskin untuk melakukan mobilitas sosial ekonomi secara vertikal melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar dan program penguatan dan kemandirian masyarakat, seperti kebutuhan akan pendidikan yang layak, kesehatan yang memadai, bahkan pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam melakukan partisipaasi politik.

Terkait dengan itu semua maka dibuatlah program pengentasan kemiskinan, yang dinamakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Program ini mengedepankan strategi pemberdayaan masyarakat yang berbasis institusi lokal, karena dianggap suatu program penanggulangan kemiskinan akan berjalan dan bertahan jika program tersebut meenggunakan metode partisipasi masyarakat dan keinginan masyarakat yang akan dilakukan pengentasan kemiskinan, bukannya menerapkan program yang mengedepankan keinginan penguasa dan perencana program tersebut.

Hakikat dari pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), ini adalah untuk mengentaskan kemiskinan, dan mewujudkan proses perubahan masyarakat


(21)

dan peguatan dengan mendukung kemandirian masyarakat.

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan merupakan suatu upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia, Pertama kali program penanggulangan kemiskinan di perkotaan dilaksanakan pada tahun 1999-2004 di 6 propinsi, yang tersebar di wilayah Pantura Jawa, kabupaten dan kota Bandung, D. I Yogyakarta, Kabupaten dan Kota Malang, dengan lokasi sasaran 2.621 kelurahan.

Program Penanggulangann Kemiskinan di Perkotaan yang ke dua dilaksanakan dari tahun 2004-2008 di 13 propinsi yang tersebar di Pulau Kalimantan (kecuali Kalimantan Timur), Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Pulau Jawa bagian selatan dengan lokasi sasaran 2.059 kelurahan.

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan yang ke tiga dilaksanakan dari tahun 2005-2011 di 15 propinsi yang tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Irian Jaya Barat, dan Papua, dengan lokasi sasaran 1.726 kelurahan.

Di Sumatera Utara program ini dijalankan disetiap kabupaten dan kecamatan yang memiliki penduduk miskin, penduduk miskin yang berada di kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota tetap mendapatkan giliran dari program P2KP tersebut hanya saja dalam prosesnya membutukan waktu, jadi di Sumatera Utara sendiri disetiap kabupaten/kotanya ada yang sudah mendapatkan dan menjalankan program ini, ada juga yang belum.

Kabupaten Deli Serdang salah satu kabupaten yang mendapatkan dan telah menjalankan program P2KP, disetiap daerah kecamatan dan kelurahannya ada yang telah


(22)

menjalankan P2KP seperti didaerah Kelurahan Pekan Tanjung Morawa, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Di tempat itu telah berjalan P2KP pada tahap pertama.

Secara geografis, kelurahan pekan kecamatan Tanjung Morawa terletak didaerah Kabupaten Deli Serdang yang merupakan salah satu kabupaten dari propinsi Sumatera Utara, masyarakat yang majemuk dapat ditemui disana baik dari etnis, suku, agama, mata pencaharian, serta agama dan aliran kepercayaan ada disana. Pada umumnya masyarakat disana masih hidup dalam garis kemiskinan dengan pendapatan antara Rp.10.000-25.000/hari. Hal ini dikarenakan mata pencaharian masyarakat yang memiliki profesi sebagai buruh pabrik, petani, tukang becak, pedagang, dan sebagainya, tetapi kebanyakan dari masyarakat disana bekerja sebagai buruh di pabrik dan menjadi petani di atas lahan sendiri atau bekerja di lahan orang lain. Kondisi sosial yang mewarnai kehidupan masyarakat sudah mulai terasa hilang. Nilai-nilai budaya seperti gotong-royong, sudah mulai tersisihkan dan nilai-nilai budaya, sosial lainnya akan juga bergeser sesuai dengan perkebangan jaman.

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu harapan masyarakat disetiap daerah miskin yang mendapatkan program ini untuk dapat keluar dari garis kemiskinan. Bagaikan secercah harapan dalam kegelapan yang dapat memberikan keterangan pada ujung jalan yang panjang dan gelap. Banyak program-program pemerintah yang belum atau tidak berhasil dalam mengentaskan kemiskinan seperti IDT, BLT, dan sebagainya yang membuat masyarakat bosan dan marah karena program tersebut berjalan hanya setengah-setengah. Kebanyakan program-program sebelumnya dijalankan atas keinginan penguasa atau orang-orang yang berpengaruh, bukannya atas dasar kepentingan masyarakat yang menjalankan program tersebut sehingga program tersebut tidak berjalan dengan baik dan tidak diterima oleh masyarakat.

Program ini pada intinya mengedepankan partisipasi dan kebutuhan masyarakat yang menjalankan program tersebut, dengan demikian masyarakat dapar berperan secaa aktif dan


(23)

mandiri untuk mengedepankan apa yang menjadi kebutuhan paling mendesak dan harus segera diberikan solusinya.

Sebenarnya, yang mengajukan proposal dari P2KP tersebut adalah masyarakat yang bersangkutan yang menerima program tersebut. Biasanya masyarakat berembuk dan memperioritaskan kebutuhan apa yang kira-kira paling mendesak dan harus diberikan solusinya. Hal ini dilakukan oleh Badan Keswadayaan Masarakat (BKM) dan fasilitator Kelurahan (Fas Kel) dalam rembug masyarakat atau sering dikenal dengan Forum Group Discution (FGD). Tapi pada kenyataannya dalam program yang dijalankan dimasyarakat yang mendapatkan P2KP, lebih mengutamakan pada pembangunan fisik seperti pembetonan jalan atau gang yang masih terbuat dari tanah, atau pembangunan jembatan dan sarana-sarana fisik lainnya.

Karakteristik kemiskinan yang telah disebutkan pada halaman sebelumnya dan krisis ekonomi yang masih menimbulkan dampak yang tiada henti ini, telah menyadarkan semua pihak bahwa pndekatan yang digunakan selama ini dalam mengentaskan kemiskinan dinilai belum efektif dan perlu diperbaiki, yaitu kearah pengokohan kelembagaan masyarakat. Keberdayaan lembaga masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun organisasi masyarakat, yang dapatkan aspirasi sertlam memperjuangkan hak kaum miskin., yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi, serta kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan politik di tingkat lokal.

Penguatan kelembagaan masyarakat yang dimaksud terutama juga dititikberatkan pada upaya penguatan perannya sebagai motor penggerak dalam melembagakan dan membudayakan kembali nilai-nilai kemanusiaan serta kemasyarakatan (nilai-nilai dalam prinsip P2KP), sebagai nilai-nilai utama yang melandasi aktivitas penanggulangan


(24)

tidak ada lagi kelompok masyarakat yang masih terjebak pada lingkaran kemiskinan, yang pada gilirannya antara lain diharapkan juga dapat tercipta lingkungan kota dengan perumahan yang lebih baik didalam pemukiman yang lebih responsif, dan dengan sistem sosial masyarakat yang lebih mandiri melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Setelah melihat program yang berjalan pada tahap pertama di kelurahan Pekan Tanjung Morawa, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul penelitian tentang “Pengaruh Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Kelurahan Pekan Tanjung Morawa, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang).

1.2. Perumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan , maka dapat diambil perumusan masalah yaitu: Sejauh mana pengaruh program penanggulangan kemiskinan di perkotaan terhadap (P2KP) terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di kelurahan Pekan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang.

1.3. Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah :

1. untuk mengetahui dan menggambarkan keadaan sebenarnya tentang program P2KP dalam mengentaskan kemiskinan di perkotaan, khususnya di Kelurahan Pekan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan ( P2KP ) di Kelurahan Pekan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

1.4. Manfaat Penelitian.


(25)

yang jelas. Adapun manfaat dari penelitian aini adalah

1. Secara subyektif, bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan penulis menulis karya ilmiah dalam menganalisa permasalahan dilapangan.

2. Secara metodologis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian ilmu sosial sebelumnya, khususnya dalam budang Ilmu Kesejahteraan Sosial.

3. Secara teoritis, penelitian inidiharapkan dapat menambah pengetahuan ataupun informasi tentang seberapa besar pengaruh P2KP dalam membantu mengentaskan kemiskinan di perkotaan.

4. Secara akademis, penelitian ini diharapkan ddapat menyumbangkan khasanah ilmiah dan kepstakaan baru dalam penelitian-penelitian ilmu sosial.

5. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah dalam menjalankan program pengentasan kemiskinan khususnya program P2KP.


(26)

1.5. Sistematika Penulisan.

Sistematika dalam penulisan ini adalah Bab I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan penelitian. Bab II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang teori-teori, yang erat kaitan dengan masalah dan objek yang akan diteliti, diantaranya : pengertian P2KP, kemiskinan, pengertian kesejahteraan sosial, kerangka pemikiran, definisi konsep, dan definisi operasional

Bab III : METODE PENELITIAN.

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menggambarkan lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti Bab V . : ANALISA DATA


(27)

analisisnya. Bab VI :PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran , yang peneliti lakukan sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program di muat berbgai aspek, disebutkan dalam P5D (IV:43) bahwa di dalam setiap program dijelaska mengenai:

a. Tujuan kegiatan yang akan dicapai

b. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan

c. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui d. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan

e. Stategi pelaksanaan

Melalui program, maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasianalkan.Program pada dasarnya merupakan kumpulan proyek-proyek yang bertujuan untuk mencapai keseluruhan sasaran kebijaksanaan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan Cheema (1981 : 8)

A programme is collection of interrelated project designed to harmonize and integrate various action and activities for achieving overral policy objectives” ( Suatu program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara integraft untuk mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan.


(28)

Menurut Charles O. Jones (1991 : 296) pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengidentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu :

a. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan ataupun sebagai pelaku program

b. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang bisa juga didentifikasi melalui anggaran.

c. Program memilki identitas tersendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik

Program terbaik di dunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas, yakni : sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi sulosi terbaik.(Drs. Sudirman, M.SP)

2.2. Kemiskinan

Secara harfiah kemiskinan berasal dari asal kata miskin yang mempunyai arti tidak berharta benda, dalam pengertian yang lebih luas kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidak mampuan baik secara individu, keluarga, maupun kelompok, sehingga kondisi ini rentan untuk menimbulkan permasalah lain.

Kemiskinan sebagai suatu kondisi fisik sosial dengan sikap mental yang berlanngsung cukup lama sehingga membentuk budaya miskin, dimana pola hidup tersebut membentuk sikap/perilaku yang lama-kelamaan membentuk nilai-nilai khusus tentang masalah kemiskinan.

Ilmuwan sosial mengaitkan konsep kemiskinan dengan konsep kelas, stratifikasi sosial, struktur sosial dan bentuk-bentuk definisi sosial lainnya (Soetomo ; 117). Hal yang


(29)

juga dijumpai dalam pengukuran kemiskinan , konsep tentang taraf hidup atau “lefel of living” misalnya tidak cukup hanya melihat tingkat pendapatan, akan tetapi juga perlu melihat tingkat pendidikan, kesehatan, perumahan dan kondisi sosial yang lain.

Indikator dominant dari kemiskinan juga dapat dilihat dari aspek non ekonomis sebagai indikator yang dominant. Pembangunan ini dikehendaki agar pembangunan dilihat dari aspek manusianya (improvement of human life) dengan demikian pembangunan seharusnya diperuntukkan bagi semua pihak dan semua lapisan masyarakat, serta paling tidak mengandung tujuan:

1. Memperbaiki hal-hal yang berkaitan dengan penopang hidup warga masyarakat. 2. Memperbaiki kondisi sosial kehidupan yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan

harga diri.

3. Adanya kebebasan termasuk didalamnya kebebasan dari penindasan, ketidakadilan, kesengsaran serta kemelaratan (Goulet, dalam Soetomo. 1995 ; 118)

Boedi Somedi menyatakan untuk memberi pemahaman konseptual terdapat 2 pengertian kemiskinan:

1. Secara kualitatif yaitu kemiskinan merupakan suatu kondisi yang didalamnya hidup manusia yang tidak bermartabat atau hidup manusia yang tidak layak sebagai manusia.

2. Secara kuantitatif yaitu kemiskinan merupakan suatu kondisi dimana hidup manusia serba kekurangan atau dengan bahasa lazim disebut tidak berharta benda (Mardimin, 1996 ; 20)

Di dalam membicarakan masalah kemiskinan kita akan menemukan beberapa istilah kategoritatif kemiskinan seperti:

1. Kemiskinan absolut yaitu seseorang yang dikatakan miskin apabila tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya untuk memelihara fisiknya dan untuk dapat bekerja . 2. Kemiskinan relatif yaitu kemiskinan yang muncul jika kondisi seseorang atau


(30)

3. Kemiskinan struktural yaitu kemiskinan yang timbul akibat adanya suatu kekuatan yang berada diluar seseorang atau sekelompk orang yang membelengu, yang memaksa seseorang atau sekelompok orang tersebut agar tetap menjadi miskin.

4. Kemiskinan situasional yaitu kemisinan yang terjadi jika seseorang atau sekelompok orang tinggal didaerah yang tidak menguntungkan misalnya daerah yang tanahnya tidak subur, oleh karenanya menjdi miskin.

5. Kemiskinan kultural yaitu kemiskinan yang dikarenakan budaya atau kultur masyarakat setempat yang menghhendaki tetap miskin

Dari pengalaman yang luas melalui keterlibatannya dalam program pembangunan desa dibeberapa negara Asia dan Afrika, Chamber megemukakan dimensi yang lebih luas berkaitan dengan masalah kemiskinan didaerah pedesaan. Berbagai dimensi dikatakan saling berkaitan satu sama lain dalam posisi memperkokoh kondisi kemiskinan itu sendiri. Oleh sebab itu dia mengatakannya dengan perangkap kemiskinan yang esiensinya tidak berbeda dengan lingkaran kemiskinan. Faktor-faktor yang membentuk jaringan yaitu perangkap kemiskinan tersebut adalah kemiskinan, kelemahan fisik, isolasi, kerentanan dan ketidakberdayaan, diantara kelima faktor tadi, kemiskinan ditunjuk sebagai faktor yang sangat menentukan (Soetomo, 1995 : 121).

Pelajaran yang dapat dipetik dari tulisan Chamber tersebut adalah bahwa pemahaman dan penanganan masalah kemiskinan tidak bisa tidak melibatkan banyak aspek terutama ekonomis, sosiologis, psikologis, dan politis.

Untuk memahami kemiskinan lebih lanjut perlu diketahui dan ditelusuri latarbelakangnya , dengan mengetahui latar belakang kemiskinan akan lebih mudah diidentifikasi sifat, keluasan, dan kedalaman masalah.

Banyak pakar pembangunan yang membuat pengertian dan faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan salah satunya adalah Oskar Lewis menyatakan latar belakang


(31)

kemiskinan adalah buta huruf, pendidikan rendah, hidup berkekurangan, tempat tinggal menyedihkan, kemiskinan turun menurun (structural), sistem perekonomian yang berorientasi pada keuntungan bukan prientasi prestasi dan hadirnya kelas dominant, sementara itu Badan Pusat Statistik ( BPS ) memberikan definisi kemiskinan, seseorang/keluarga dikatakan miskin apabila memiliki kategori sebagai berikut:

1. Luas bangunan kurang dari 8m2 per ubin atau semen

2. Jenis lantai hunian bukan berasal dari keramik, teraso, tegel, ubin atau semen. 3. Tidak memiliki fasillitas jamban /wc

4. Komsumsi lauk pauk tidak bervariasi

5. Tidak mampu membeli pakaian minimal 1 set pertahun untuk setiap anggota keluarga 6. Tidak memiliki aste rumah tangga seperti lemari

Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia Ibu Siti Fadilah Supari, mengatakan kriteria pokok kelluarga miskin adalah suami isteri tidak bekerja, tidak bisa makan dua kali sehari, tidak memiliki biaya berobat ke puskesmas, dan tidak memiliki uang untuk pendidikan anak.

2.3. Teori-Teori yang berkaitan

1. Teori Smit yaitu Time is Money (Waktu adalah Uang)

“Apabila waktu dapat dimanfaatkan secara maksimal maka dengan sendirinya akan terjadi transformasi modal sekaligus dengan kegiatan peningkatan kterampilan kerja”

Maksud dari teori ini adalah jika kita dapat mengunakan waktu dengan seefesien mungkin, maka kita dapat mengumpulkan nilai-nilai yan dapat menghasilkan modal, dan menjadikannya sebagai krativitas dalam bertindak dengan demikian kita akan dapat menjalankan kehidupan ini dengan sebaik-baiknnya tanpa ketergantungan bantuan dari orang lain, dan kemiskinanpun dapat dientaskan.


(32)

Dengan menggunakan teori ini dan mengaitkannya dengan permasalahan yang ingin diteliti, maka diharapkan nantinya akan digunakan teori ini untuk membantu mnyelesaikan masalah kemiskinan dengan cara menghargai waktu dan menggunakannya dengan seefisien mungkin agar tercipta kesempatan untuk mengumpulkan nilai-nilai dan mejadikannya sebagai modal dalam kehidupan, dan semoga budaya malas yang melekat dengan kemiskinan akan menjadi berkurang bahkan hilang.

2. Harrod dan Domar, Merumuskan bahwa “tingginya pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya investasi dan tabungan” dengan asumsi bahwa masalah pembangunan pada dasarnya merupakan masalah untuk memecahkan segala kekurangan kaeena kemiskinan.

Pendapat dari ahli ekonomi ini dapat digunakan dalam penelitian ini dekarenakan dalam menyelesaikan permasalahan kemiskinan bukan hanya aspek sosialnya saja yang dibenarkan melainkan juga banyak aspek lainnya seperti aspek ekonomi, sosial, psikologis, budaya, dan sebagainya. Dengan demikian jika, kita ingin mengentaskan kemisinan tentunya kita juga ingin menaikkan taraf hidup masyarakat, yang kesemuanya itu tidak terlepas dari faktor ekonomi dalam hal ini investasi dan tabungan.

3. Teori Abraham Maslow, tentang Hierarki kebutuhan (Tingkatan kebutuhan) yaitu:

1. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, udara dan sebagainya, dimana jika kebutuhan ini tidak dapat terpenuhi akan menyebabkan efek yang sangat fatal bahkan menyebabkan kematian.


(33)

2. Kebutuhan akan rasa aman, setelah manusia mendapatkan kebutuhan fisiolagis maka ia akan mencari tempat yang aman bagi dirinya yang jauh dari ancaman yang dapat menyakiti dirinya

3. Kebutuhan akan cinta, yaitu kebutuhan akan mencintai dan dicintai. Hal ini dapat terjadi jika kebutuhan pertama telah terpenuhi, maka seseorang akan mencari cinta dan erusaha untuk dicintai.

4. Kebutuhan akan harga diri dan rasa hormat. Kebutuhan ini tercipta karena manusia itu telah memenuhi kebutuhan yang pertama dan kedua, jadi setiap orang ingin mendapatkan kehormatan dan penghargaan diri yang tinggi dari orang lain.

5. Kebutuhan akan Aktualisasi diri, yaitu kebutuhan akan mengekspresikan dan mengeksploitasi dirinya sedalam-dalamnya, hal ini hanya dapat terjadi jika urutan-urutan kebuthan ini telah dipenuhi. Demana dalam tahap ini seseorang atau kelompok orang telah mencapai puncak dari kehidupan.

Hubungan teori ini dengan penelitian ini adalah dengan menggunakanteori ini maka kita dapat mengetahui tingkatan kebutuhan masyarakat, dan apa yang sebenarnya diinginkan masyarakat, dengan demikian program yang dijalankan akan kena sasaran karena menggunakan keinginan dari masyarakat tersebut.

4. Pendekatan metode Community Organitation and Community Develovement (Pengembangan Organisasi dan Pengembangan Masyarakat)

Melalui pendekatan ini diharapkan nantinya masyarakat akan mandiri dan mampu menyuarakan aspirasi dan apa yang menjadi kebutuhannya. Misalnya dengan pendekatan pengembangan organisasi disini nantinya akan menguatkan peran dari lembaga atau organisasi yang ada di masyarakat setelah terbentuknya partisipasi dari masyarakat akan


(34)

pentingnya organisasi bersama ini, selanjutnya diberikan penguatan-penguatan yang akan menjadikan organisasi itu sebagai wadah penampungan segala aspirasi dan kebutuhan masyarakat, dengan demikian nantinya diharapkan setelah c agent keluar dari msyarakat tersebut, masyarakat itu akan mampu menyelesaikan permasalahannya sendiri secara mandiri dan madani.

Begitu juga dengan pengembangan masyarakat, diharapkan nantinya pendekatan ini akan mampu menjadikan masyarakat yang berkemampuan dan berkeswadayaan agar mampu menjalankan kehidupan secara mandiri, dan dapat menangani permasalahannya sendiri. 2. 4. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP).

P2KP adalah suatu program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun “gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan”, yang bertumpu pada nilai-nilai luhur dan prinsip-prinsip universal. (Buku Pedoman Umum P2KP-3, Edisi Oktober 2005).

Program P2KP yag dimulai sejak pada tahu 1999, pada awalnya dilaksanakan dalam rangka menanggulangi kemiskinan sebagai akibat krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 dan kemudian berkembang menjadi krisis multi dimensi., pendekatan P2KP dilandasi oleh kesadaran bahwa akar masalah kemiskinan dan kekurang berhasilan dalam penbangunan adalah akibat kondisi masyarakat yang belum berdaya. Ketidak berdayaan tercermin dalam sikap masa bodoh, tidak perduli, tidak percaya diri, mengandalkan bantuan pihak luar untuk mengatasi masalahnya, tidak mandiri, serta memudarnya orientasi moral dan nilai-nilai kemaanusiaan dan prinsip-prinsip kmasyarakatan serta prinsip pembangunan berkelanjutan.


(35)

yang lebih efektif melalui pendekatan pemberdayaan atau proses pembelajaran masyarakat dan peguatan dengan mendukung kemandirian masyarakat.

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan suatu upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia, Pertama kali Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan pada tahun 1999-2004 di 6 propinsi, yang tersebar di wilayah Pantura Jawa, kabupaten dan kota Bandung, D. I Yogyakarta, Kabupaten dan Kota Malang, dengan lokasi sasaran 2.621 kelurahan.

Program penanggulangann kemiskinan di perkotaan yang ke dua dilaksanakan dari tahun 2004-2008 di 13 propinsi yang tersebar di Pulau Kalimantan (kecuali Kalimantan Timur), Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Pulau Jawa bagian selatan dengan lokasi sasaran 2.059 kelurahan.

Program penanggulangan kemiskinan di perkotaan yang ke tiga dilaksanakan dari tahun 2005-2011 di 15 propinsi yang tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Irian Jaya Barat, dan Papua, dengan lokasi sasaran 1.726 kelurahan.

Pemahaman terhadap akar penyebab masalah kemiskinan tersebut memang sangat disadari sangatlah penting, karena program-program yang selama ini dilakukan pemerintah seperti BLT, IDT, dinilai belum mengenai akar permasalahan kemiskinan, hal ini menyadarkan kita bahwa penanggulangan kemisikinan yang bersifat parsial, sektoral, dan charity, mengakibatkan salah sasaran, menciptakan benih-benih fragmentasi sosial, dan melemahkan modal sosial masyarakat (gotong royong, musyawaah, keswadayaan, dll), melemahnya modal sosial pada gilirannya mendorong pergeseran perubahan perilaku masyarakat yang semakin jauh dari semangat kemandirian, kebersamaan dan kepedulian unttuk mengatasi persoalannya secara mandiri, bersama dan berkelanjutan, namun


(36)

tidak cukup, diperlukan prakarsa dan dukungan pelaku pembangunan lokal lainnya, seperti PemDa, pengusaha dan kelompok peduli lainnya (LSM, profesional, dsb.) Prakarsa dan sukungan tersebut didorong melalui jalinan kemiteraan antara masyarakat dengan para pelaku pembangunan termasuk PemDa untuk berkembangnya proses intereraksi sebagai upaya untuk menciptakan gerakan bersama (collective action), dalam penanggulangan kemiskinan dalam rangka mendorong kemandirian untuk pengembangan lingkungan pemukiman yang berkelanjutan.

2.4.1 Visi,Misi, Nilai dan Prinsip P2KP.

Adapun yang menjadi visi dari P2KP adalah: terwujudnya masyarakat yang madani, maju, mandiri dan sejahtera, dengan lingkungan pemukiman yang sehat, berjati diri dan produktif., misi P2KP adalah: Bersama membangun kemandirian, masyrakat madani yang mampu menjalin kebersamaan dan sinergi dengan pemerintah maupun kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan secara efektif dan mampu mewujudkan terciptanya pengembangan lingkungan pemukiman yang produktif, sehat, tertata, berkelanjutan, nilai yang dipakai dalam P2KP adalah: Kejujuran, dapat dipercaya, ikhlas/kerelawanan, adil, kesetaran dan kesatuan, dalam keragaman, Prinsip-prinsip di alam P2KP antara lain, prinsip kemasyarakatan yaitu Demokrasi, partisipatif, transparansi, akuntabilitas, desenteralisasi.


(37)

2.4.2 Konsep Dasar P2KP.

Meningkatkan modal sosial Meningkatkan kapasitas pembangunan agar tercipta masyarakat efektif agar tercipta lingkungan yang lestari


(38)

Entry poin:

TRANSFORMASI SOSIAL DI MASYARAKAT

Meningkatkan kapasitas ekonomi agar tercipta masyarakat lokal yang produktif

2.4.3 Tujuan, Sasaran, dan Strategi.

Didalam menjalankan program-programnya tentu Pemerintah menginginkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan, ada pun tujun dari P2KP antara lain:

1. Terbangunnya lembaga masyarakat yang memilki kharakter :

a. Berbasis nilai-nilai universal kemanusiaan dan berdasar prinsip-prinsip Daya

Lingkungan Daya Sosial

Pemberdayaan

Manusia

Daya Ekonomi


(39)

kemasyarakatan

b. Berorientasi pada pembangunan berkelanjutan, yang aspiratif, representatif,. c. Mengakar dan mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin. d. Mampu menyuarakan harapan masyarakat miskin dalam proses pengambilan

keputusan.

e. Mampu menjadi wadah masyarakat bersinergi dalam penyelesaiaan permasalahan yang ada di wilayahnya.

2. Meningkatkan akses masyarakat miskin perkotaan kepada pelayanan sosial, prasarana dan sarana serta pendanaan (modal), membangun kerja sama dan kemiteraan sinergi ke berbagai pihak terkait, dengan menciptakan kepercayaan pihak-pihak terkait tersebut terhadap lembaga masyarakat (BKM)

3. Mengedepankan peran Pemerintah Kabupaten/Kota agar mampu memenuhi kebutuhan masyarakat miskin melalui pengokohan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) di wilayahnya, dan kemiteraan dengan masyarakat serta kelompok peduli setempat.

4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar mampu secara mandiri untuk mengembangkan lingkungan pemukiman yang berkelanjutan.

5. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan mendorong kelompok perduli untuk bekerja sama dengan organisasi masyarakat setempat agar tumbuh gerakan bersama untuk terwujudnya sinergi dalam menanggulanngi kemiskinan.

2.4.4 Sasaran dari P2KP yaitu:


(40)

adalah keluarga miskin (sesuai dengan kemiskinan masyarakat setempat yang telah disepakati bersama).

2. Pemeintah Daerah: yaitu perangkat pemerintah dari tingkat kota/kabupaten, kecamatan dan kelurahan.

3. Para pihak lainnya: yaitu seluruh pihak terkait seperti LSM, dunia usaha, perguruan tinggi/cendikiawan, dan lain-lain.

Strategi yang digunakan oleh P2KP ialah: Proses pembelajaran untuk transformasi sosial secara bertahap dari masyarakat miskin menuju tatanan masyarakat madani melalui:

1. Pembelajaran nilai-nilai universal yaitu meningkatlan pemahaman masyarakat akan nilai-nilai kemanusiaan untuk membangun modal sosial masyarakat agar mampu mandiri dalam menanggulangi kemiskinan.

2. Pembangunan bertumpu pada kelompok, yaitu mendorong masyarakat untuk membentuk kelompok agar mempunyai kekuatan lebih untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang dihadapi dan mempunyai wadah organisasi untuk memudahkan melakukan kemiteran dengan pihak luar.

3. Pembelajaran TRIDAYA, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat untuk melakukan perencanaan pembangunan yang menyeluruh (sosial, ekonomi, dan prasarana lingkungan) untuk penanggulangan kemiskinan dan terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan.

4. Pengembangan kapasitas

Dengan membangun kemampuan masyarakat untuk menyiapkan rencana-rencana kegiatan dalam kerangka penanggulagan kemiskinan, melalui upaya mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi maupun kemandirian masyarakat.


(41)

sejak dari proses perencanaan dalam menyusun strategi dan program penanggulangan kemiskinan di daerah, hingga pelaksanaan yang terpadu antara dana pemerintah dan swadaya masyarakat.

6. Penguatan jaringan kemiteraan, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat untuk membangun jaringan kemiteraan dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan akses yang diperlukan untuk penanggulangan kemiskinan.

7. Pengembangan lingkungan pemukiman, yaitu mingkatkan kemampuan masyarakat untuk lebih mandiri dalam pembangunan lingkungan pemukiman yang berkelanjutan untuk menciptakan tata kehidupan dan pemukiman yang sehat, berjati diri dan produktif.

2.4.5 Komponen Program dan Bantuan Teknis

Setiap program yang telah atau pun sedang dijalankan oleh P2KP adalah program-program yang telah memiliki kualitas yang terbaik bagi masyarakat, ini dikarenakan setiap program yang sedang atau telah dijalankan merupakan hasil dari keputusan masyarakat besama-sama dengan pihak terkait untuk menentukan hal-hal apa saja yang dibutuhkan masyarakat itu dan tentunya program ini merupakan kebutuhan yang dirasakan sangat perlu oleh masyarakat bukannya dari pemerintah, dalam pelaksanaannya, P2KP berorientasi pada beberapa komponen yang direaliasasikan ke dalam bentuk pelaksanaan pendampingan pada masyarakat ada pun yang menjadi komponen-komponen proram dari P2KP adalah:


(42)

1. Pengembagan masyarakat dan penguatan peran Pemerintah Daerah., yang dimaksud disini ialah komponen pengembangan masyarakat di tingkat kelurahan mencakup rangkaian kegiatan dari mulai membanngun kesadaran kritis masyarakat, pengorganisasian, sampai kegiatan perencanaan artisipatif melalui penyusunan Program Jangka Menengah Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis) di tingkat kelurahan dan membangun komunitas belajar kelurahan yang pelaksanannya didampingi oleh fasilitator kelurahan, sedangkan komponen penguatan peran PemDa mencakup kegiatan peningkatan kapasitas TKPKD, membangun komunitas belajar perkotaan, termasuk fasilitas penyiapan SPKD dan PJM Pronangkis tingkat kota yang pelaksanaannya difasilitasi oleh Konsultan Manajemen Wilayah (KMW)

2. Relawan-relawan masyarakat yaitu pribadi-pribadi dari warga masyarakat setempat yang bersedia secara ikhlas mengorbankan sebagian waktu, tenaga, pikiran, bahkan materi, maupun pengorbanan lainnya untuk mengabdikan diri bagi perjuangan memperbaiki taraf hidup dan harkat serta martabat masyarakat miskin serta masyarakat rentan (anak yatim piatu, orang jumpo, korban bencana), keberadaan relawan untuk membantu masyarakat, terutama warga miskin, agar mampu melakukan prose pembelajaran dan menjadi motor penggerak bagi tercapainya kemandirian masyarakat. Relawan mendapatkan pendampingan serta penguatan kapasitas, melalui berbagai kegiatan yang diselenggarakan Tim Fasilitator.

3. Fasilitator Kelurahan (Fas Kel)

Fasilitator kelurahan adalah badan yang dibentuk oleh tim konsultan manajemen wilayah untuk membantu masyarakat sekitar dalam menumbuhkan dan mengembangkan nilai, partisipasi, serta membantu dalam menyusun kebutuhan-kebutuhan apa yang mendesak dan harus segera dipenuhi.


(43)

4. Badan kesewadayaan masyarakat (BKM)

BKM adalah Lembaga pimpinan kolektif representative masyarakat kelurahan/desa, wadah masyarakat untuk bersinergi dan menjadi lembaga kepercayaan milik masyarakat berlandaskan nilai-nilai universal. Setiap keputusan BKM dilakukan secara kolektif melalui mekanisme rapat anggota BKM dengan menjunjung tinggi musyawarah mufakat sebagai norma utama dalam seluruh proses penngambilan keputusan.

a) Proses pembentukan BKM

Proses pembentukan BKM disahului FGD refeleksi lembaga masyarakat berbasis nilai dan identifikasi profil lembaga-lembbaga yang ada melalui Rembug warga untuk merefleksikan dan mengevaluasi lembaga-lembaga yang telah ada di desa/kelurahan, Rembug warga tingkat kelurahan mengandung dua opsi putusan : merevitalisasi dan memampukan lembaga masyarakat yang telah ada sebagai BKM dan membentuk lembaga baru sebagai BKM

b) Keanggotaan BKM

Anggota-anggota pimpinan kolektif BKM tidak di gaji atau menerima upah secara rutin. Kesempatan dan kepercayaan dari masyarakat merupakan imbalan yang tidak ternilai harganya untuk dapat berbuat baik terhadap sesama khususnya kaum miskin. Angota-angota BKM dipilih oleh seluruh utusan-utusan warga setempat dengan kriteria kualitas sifat kemanusiaan atau perbuatan baiknya. Mekanisme pemilihan tanpa kampanye, tanpa pencalonan, dan dilakukan secara tertulis dan rahasia.

c) Struktur organisasi BKM

BKM memiliki alat kelengkapan orgaisasi sebagai pelaksana keputusan BKM yang terdiri dari kesekretariatan (sekretariat) yang menngkoordinir Unit Pengelola


(44)

Keuangan (UPK), Unit Pengelola Lingkungan (UPL), yang mengkoordinasikan pembangunan prasarana lingkungan, dan Unit Pengelola Sosial (UPS) yang mengkoordinasikan para relawan dalam Kelompok Belajar Kelurahan/Desa selain mengkoordinasikan kegiatan sosial.

5. Perencanaaan partisipatif menyusun program penanggulangan kemiskinan (Pronangkis). Penyusunan PJM Pronangkis adalah substansi utama dalam perencanaan pronangkis. Perencanaan partisipatif di buat dengan mempertimbangkan hasil-hasil pemetaan swadaya yang telah dilakukan masyarakat, keterpaduan dengan rencana dan program kelurahan maupun kebijakan PemDa setempat. Pronangkis berisikan:

a. Dokumen dan setrategi penanggulangan kemiskinan, yakni visi, misi dan setrategi penanggulagan kemiskinan di kelurahan setempat.

b. Rencana Jangka Menengah penaggulangan kemiskinan, yakni dalam jangka waktu 3 tahun

c. Rencana Tahunan (Renta) yang berisi rencana detail investasi tahunan

sumber dana swadaya masyakat, APBD, ataupun channeling dengan perbankan. PJM dan Renta Pronangkis tidak boleh sebagai prasyarat untuk memperoeh dana bantuan P2KP, namun sebgai media pembelajaran masyarakat untuk menysun program bersama. Muatan PJM dan Renta Pronangkis bukan hanya berisikan daftar kegiatan yang didanai sumber dana BLM P2KP.

6. Komunitas belajar kelurahan

BKM menjadi motor penggerak dalam membangun forum pembelajaran dalam membentuk Komunitas Belajar Kelurahan (KBK), yang di pelopori para relawan setempat. Sebagai wadah melembagakan dan menumbuhkembangkan proses pembelajaran masyarakat, melalui diskusi-diskusi, kajian-kajian refleksi, best practice


(45)

dan tukar pikiran mengenai berbagai persoalan kemiskinan dan upaya penanggulangannya agar lebih efektif dan berbasis nilai-nilai universal, hasil-hasil dari kajian KBK menjadi masukan bagi BKM untuk meningkatkan kinerjanya dan juga menjadi masukan bagi pemerinah Kota/Kabupaten.

7. Forum Komunikasi antar BKM (FKA BKM)

Untuk saling menunjang proses belajar dan fungsi kontrol sosial, BKM juga membangun forum pembelajaran di tingkat Kecamatan dan Kota/Kabupaten dalam bentuk FKA BKM. BKM memegang peranan strategis sebagai media perencanaan dari bawah (bootom up planning). FKA BKM tinngkat Kabupaten berfungsi penting dalam bersinergi dengan Pemda dan KBP dalam menyusun SPKD (Stratrgi Penanggulangan Kemiskinan Daerah)

8. Bantuan langsung masyarakat (BLM), yaitu dana stimulant yang diberikan kepada masyarakat kelurahan untuk proses pembelajaran pelaksanaan TRIDAYA sesuai dengan PJM Pronangkis yang telah disepakati seluruh warga. Tujuan uutamanya adalah membuka akses masyarakat miskin ke sumber daya yang dapat langsung digunakan, sehingga kelompok penerimanya haruslah masyarakat miskin yang kriterianya ditetapka n sendiri oleh seluruh warga kelurahan. Jumlah bantuan yang diberikan berkisar antara 100-500 juta rupiah per kelurahan yang besarnya tergantung jumlah penduduk total kelurahan bersangkutan.

9. Dana penanggulangan kemiskinan terpadu (PAKET) yaitu dana pendamping untuk pelaksanaan kegiatan yang dibiayai bersama pemerintah kabupaten/kota dengan masyarakat dan disalurkan langsung kepada kelompok kemiteraan yang dibentuk bersama, Tujuannya memberikan pengalaman peraktis untuk peroses pembelajaran membangun jaringan kemiteraan, diharapkan dengan terlembaganya kemiteraan diantara seluruh pelaku ditingkat kabupaten


(46)

(Pemerintah-Masyarakat-KelompokPerduli), maka penanggulangan kemskinan dapat menjadi gerakan bersama, jumlah bantuan yang diberikan sebesar 4,5-7,5 Milyar Rupiah per Kabupaten/Kota.

10. Dana Replikasi adalah dana pendamping untuk perluasan cakupan wilayah yang akan dilakukan pemerintah kota/kabupaten, tujuannya aalah untuk mendorong pemerintah kabupaten/kota dalam melaksanakan pr- poor, jumlah bantuan yang diberikan sebesar 75-255 juta rupiah per kelurahan.

11. Dana pengembangan ligkungan pemukiman (Neighborhood Develovment) adalah dana stimulant yang diberikan kepada masyarakat kelurahan untuk belajar menyiapkan program dan rencana tindak kemiteraan dengan tujuan utama mendorong kemandirian masyarakat untuk menciptakan tatanan kehidupan dalam lingkungan hunian yang sehat.

2.4.6 Lokasi Sasaran.

Pertama kali program penanggulangan kemiskinann di perkotaan dilaksanakan pada tahun 1999-2004 di 6 propinsi, yang tersebar di wilayah Pantura Jawa, kabupaten dan kota Bandung, D I Yogyakarta, Kabupaten dan Kota Malang, dengan lokasi sasaran 2.621 kelurahan.

Program penanggulangann kemiskinan di perkotaan yang ke dua dilaksanakan dari tahun 2004-2008 di 13 propinsi yang tersebar di Pulau Kalimantan (kecuali Kalimantan Timur), Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Pulau Jawa bagian selatan dengan lokasi sasaran 2.059 kelurahan.

Program penanggulangan kemiskinnan di perkotaan yang ke tiga dilaksanakan dari tahun 2005-2011 di 15 propinsi yang ersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Irian Jaya Barat, dan Papua, dengan lokasi sasaran 1.726 kelurahan.


(47)

Tabel 1 Lokasi Sasaran P2KP

P2KP 1 P2KP 2 P2KP3

PROPINSI 6 13 15

KAB/KOTA 64 80 96

KECAMATAN 681 210 229

KELURAHAN 2621 2059 1726

2.5 Kesejahteraan Sosial

2.5.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial

Secara harfiah kesejahteran sosial mengandung makna yang luas dan mencakup dan mencakup berbagai segi pandangan atau ukuran-ukuran tertentu tentang suatu hal yang menjadi cirri utama dari pengertian tersebut. Kesejahteraan berasal dari kata sejahtera, berawalan kata ke dan berakhiran an. Sejahtera berarti aman sentosa, sedangkan kesejahteraan berarti suatu keadaan sejahtera, aman, keselamatan, ketemteraman dan kemakmuran.

Sosial berasal dari bahasa latin yaitu “socius” yang mempunyai arti kawan atau teman, manusia adalah mahluk sosial, ini dikarenakan di dalam kehidupannya manusia tidak bisa hidup sendirian, selalu mempunyai teman dan kawan, dan membina hubungan tersebut sehingga sedemikian harmonis. Menurut DR. J. A Ponsioen, dikutip dari T. Sumarnonugroho 1982), dikutip dari Rani Simarmata “seminar proposal 2004” istilah sosial memiliki arti yang berbeda-beda yaitu:

1. Sosial diartikan sebagai suatu indikasi dari pada kehidupan bersama makhluk manusia, misalnya dalam kebersamaan ras, berfikir, bertindak, dan dalam hubungan antar manusia.


(48)

2. Istilah sosial pada abad ke 19 mempunyai konotasi yang berbeda, lebih sentimental dan karena itu mmenjadi agak kabur seperti istilah yang agak serupa yang dikaiitkan dengan persoalan kemiskinan dan keterlantaran irang . Meskipun demikian dari konotasi ini kemudian berkembang dalam segala arah yang bersangkut paut dengan pembaharuan masyarakat yang bertujuan menanggulangi kemiskinan dan keterlantaran.

Pengertian kata sosial selanjutnya mungkin dilandasi oleh kenyataan bahwa kesemuanya bersangkutan “orang dalam masyarakat”, yang kesemuanya menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial dan tidak melulu mahluk ekonomi atau lainnya.

Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik. Beberapa definisi yang mendukung pengertian ini antara lain dikemukakan oleh Gertrude Wilson, Walter Fridlander, Elizabeth Wickenden, atau pun hasil dari pra-komfrensi kelompok kerja konfrensi internasional bidang kesejahteraan sosial XV (XVth International conference on social welfare)

1. Gertrude Wilson

“Social Welfare is an organized concern of all people for all people

(Kesejahteraan Sosial adalah perhatian yang terorganisir daari semua orang untuk semua orang)

2. Walter Fridlander.

“Social Wellfare is organized system of social service’s and institutions, designed to aid individuals and group to attain satisfying atandarts of life ana health”

(Kesejahteran Sosial adalah sistem yang terorganisasi dari institusi dan pelayanan sosial, yang dirancang untuk membant indiidu atau pun kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang lebih memuaskan).


(49)

3. Elizabeth Wickenden

“Social Welfare includes those laws, programs, benefits, and services, which assure of strengthen provivions for meeting social needs recognized to the well-being of the population and the better fungtionig of the social order

(Kesejahteraan sosial termasuk didalamnya adalah peraturan perundang-undangan, program, tunjangan dan pelayanan yang menjamin atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang berdasarkan dari masyarkat serta menjaga ketemteraman dalam masyarakat)

4. Pre-conference Working Commite For the XV International Conference of Social Welfare.

“Social welfare is all the organized social arrangement which have as their direct and primary objective the well-being of people on social context. It includes the broad range of policies and services which are concernedwith various aspects of people live their income, security, health, housing, education, recreation, cultural, traditions, etc”.

(Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya, Didalamnya tercakup pula kebijakan dan pelayanan yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, keamanan, kesehatan, perumahan, pendidikan, rekreasi teradisi, budaya dan sebagainya)

Dari ke empat definisi diatas, dapat diambil kesimpulan pengertian bahwa kesejahteraan sosial merupakan berbagai upaya yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu di bidang fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi, ataupun kehidupan spiritual.

Kesejahteraan sebagai suatu kondisi (keadaan dapat dilihat dari rumusan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1947, tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahtraan sosial pasal 2 ayat1:


(50)

“Kesejahteraan Sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenhuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi, diri keluarga dan masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak dan asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila”.

Rumusan di atas menggambarkan kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi (keadaan), sedangkan pengertian kesejahteraan sosial yang lain adalah kesejahteraan sosial sebagai suatu ilmu, ilmu kesejahteraan sosial masih merupakan salah satu ilmu yang baru dimana perkembangannya baru dimulai pada aal abad ke 20 ini dan salah satu ciri dari ilmu kesejahteraan sosial adalah upaya pengembangan metodologi (termasuk didalamnya aspek strategis dan teknik) utuk menangani berbagai macam masalah sosial, baik di tingkat individu, kelompok, maupun masyarakat (baik lokal, regional, ataupun internasional).

2.5.2 Usaha kesejahteraan Sosial.

Perhatian masyarakat atas taraf kehidupan yang lebih baik dari warganya diwujudkan dengan penyediaan berbagai bentuk usaha kesejahteraan sosial yang konkret. Usaha kesejahteraan sosial mengacu pada program, pelayanan, dan berbagai kegiatan yang secara konkret (nyata) berusaha menjawab semua kebutuhan ataupun masalah yang dihadapi oleh anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial itu sendiri dapat diarahkan kepada individu, keluarga, kelompok ataupun komunitaa yang menyangkut kesejahteraan sosial warga masyarakat. Oleh karena itu dua terminologi ini sulit untuk dipisahkan antara satu dengan yang lainnya (inseperable) dan sering kali digunakan secara tukar-menukar (interchangeably) Berdasarkan terminologi tersebut terlihat bahwa usaha kessejahteraan sosial seharusnya merpakan upaya yang konkret (nyata) baik yang bersifat langsung (direct service) ataupun tidak langsung (indirect service) , sehingga apa yang dilakukan dapat dirasakan


(51)

sebagai upaya yang benar-benar ditujukan untuk menngani masalah ataupun kebutuhan yang dihadapi oleh warga masyarakat, dan bukan sekedar program pelayanan ataupun kegiatan yang lebih dititik beratkan kepada upaya menghidupi organisasi sendiri ataupun menjadikan sebagai “panggung” untuk sekedar mengekspresikan penampilan diri dalam suatu lembaga.

Usaha kesejahteraan sosial dibutuhkan karena pada berbagai negara terdapat warga masyarakat yang mempunyai kebutuhan dan masalah yang di luar kemampuan mereka untuk mengaatasinya. Hal ini tentunya ditunjang dengan perkembangan di dunia, bahwa kesejahteraan sosial dan juga usaha kesejahteraan sosial telah diterima dan diakui masyarakat industri modern sebagai salah satu fungsi guna membantu masyarakat dalam mengatasi masalah mereka. Banyak masalah yang dihadapi warga masyarakat dewasa ini, bila dielusuri terkait dengan perubahan sosial yang terjadi secara cepat (termasuk didalamnya adalah efek dari urbanisasi dan industrialisasi).

Berbagai alasan maupun motivasi yang melandasi penyediaan berbagai usaha kesejahteraan sosial, tetapi secara umum menurt Thelma Lee Mendoza, ada tiga tujuan utama yang terkait dengan kesejahteraan sosial (yang pada umumnya berhubungan dengan upaya memperoleh sumberdaya yang sangat terbatas) yaitu:

1) Tujuan yang bersifat kemanusiaan dan keadilan sosial (humanitarian and social justice goals)

Tujuan kesejahteraan sosial ini berakar dari gagasan ideal demokratik mengenai keadilan sosial, dan hal ini berasal dari keyakinan bahwa setiap manusia mempunyai hak untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki. Meskipun potensi tersebut kadang kala tertutup karena adanya hambatan fisik, sosial, ekonomi, psikis, dan berbagai faktor lainnya yang menghambat dirinya untuk mengenali potensi yang ia miliki. Berdasarkan tujuan ini, usaha kesejahteraan sosial banyak diarahkan kepada upaya pengidentifikasian kelompok yang paling tidak mendapat perhatian, kelompok


(52)

yang paling mempunyai ketergantungan, kelompok yang paling ditelantarkan, ataupun kelompok yang tidak mampu menolong dirinya sendiri, dan menjadikan mereka kelompok sasaran dalam kaitan dengan upaya menjembatani sumber daya yang langka.

2) Tujuan yang terkait dengan pengendalian sosial (Social Control Goals)

Tujuan ini berdasarkan pemahaman bahwa kelompok yang tidak diuntungkan, kekurangan, ataupun tidak terpenuhi kebutuhannya dapat melakukan “serangan” (baik secara individu ataupun kelompok) terhadap masyarakat (terutama yang sudah mapan). Oleh karena itu masyarakat tersebut harus berupaya untuk “mengamankan” diri dari sesuatu yang dapat mengancam kehidupan, kepemilikan ataupun stabilitas politik yang sudah berjalan, “Ancaman” seperti ini biasanya dimunculkan oleh kelompok yang kurang mempunyai kesempatan atau sumber daya untuk mendapatkan taraf hidup yang memadai.

3) Tujuan yang Terkait Pembangunan Ekonomi (Economic Development Goals)

Tujuan pembangunan ekonomi memperioritaskan kepada program-program yang dirancang untuk meningkatkan produksi barang dan pelayanan yang dapat diberikan, ataupun berbagai sumber daya lain yang dapat memberikan sumbangan terhadap pembangunan ekonomi. Beberapa contoh dari usaha kesejahteraan sosial yang searah dengan tujuan pembangunan ekonomi adalah :

a. Beberapa tipe usaha kesejahteraan sosial yang secara langsung memberikan sumbangan terhadap peningkatan produktivitas individu, kelompok ataupun masyarakat, seperti usaha kesejahteraan sosial yang memberikan pelaanan konseling pada generasi muda yang bekerja di bidang industri agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan bidang kerjanya. Usaha kesejahteraan sosial yang memfokukan pada penyediaan fasilitas dan pelayanan kesejahteraan pekerja, usaha


(53)

kesejahteraan sosial yang memberikan pelayanan rehablitasi pekerja yang menderita cacat, pelatihan para pengangguran dan sebagainya.

b. Jenis usaha kesejahtraan sosial yang berupaya untuk mencegah atau meminimalisir hambatan (beban) yang dapat dihadapi oleh para pekerja yang masih produktif. Misalnya saja hambatan yang dapat ditimbulkan oleh anak-anak mereka yang masih kecil, anak-anak yang menderita cacat ataupun kelainan, orang tua yang sudah lanjut usia, dan sebagainya. Lembaga yang menjalankan usaha kesejahteraan sosial seperti ini antara lain tempat penitipan anak, panti lanjut usia, klinik kesehatan, ataupun panti rehabilitasi.

c. Jenis usaha kesejahteraan sosial yang memfokuskan pada pencegahan dampak negatif urbanisasi dan industrialisasi pada kehiidupan keluarga dan masyarakat, atau membantu mereka agar dapat mengidentifikasikan dan mengembangkan “pemimpin” dari suatu komunitas lokal. Misalnya saja, usaha kesejahteraan sosial yang bergerak dibidang pelayanan pendidikan kehidupan keluarga (family life education services), program pelatihan kepemimpinan ataupun berbagai jenis pelayanan yang digunakan untuk pelayanan komunitas.

Dalam kaitan dengan bidang kesejahteraan sosial, ada beberapa karakteristik usaha kesejahteraan sosial masa kini, yaitu :

1.Menanggapi kebutuhan manusia

2.Usaha kesejahteraan sosial yang diorgansir guna menangapi kompleksitas masyarakat perkotaan yang modern.

3. Kesejahteraan sosial mengarah kespesalisasi, sehingga lembaga kesejahteraan sosialnya juga lebih menjadi tersepesialisasi.


(54)

Pembangunan bidang kesejahteraan sosial di Indonesia yang bertanggung jawab adalah Departemen Sosial, secara asasi dan fundamental, Departemen Sosial memberikan patokan dan memberi arah dalam penyusunan dan pelaksanaan program-program pembangunan bidang kesejahteraan sosial. Sebagai patokan dan pemberi arah, disusun pula dasar pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang dalam pelaksanaannya menganut perinsip melanjutkan , menigkatkan, mengembangkan, memperbaiki serta memperbaharui segala hasil pembangunan bidang kesejaheraan sosial.

2.6 Kerangka Pemikiran

Program P2KP yang dimulai sejak pada tahu 1999, pada awalnya dilaksanakan dalam rangka menanggulangi kemiskinan sebagai akibat krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 dan kemudian berkembang menjadi krisis multi dimensi., pendekatan P2KP dilandasi oleh kesadaran bahwa akar masalah kemiskinan dan kekurang berhasilan dalam pembangunan adalah akibat kondisi masyarakat yang belum berdaya. Ketidak berdayaan tercermin dalam sikap masa bodoh, tidak perduli, tidak percaya diri, mengandalkan bantuan pihak luar untuk mengatasi masalahnya, tidak mandiri, serta memudarnya orientasi moral dan nilai-nilai kemaanusiaan dan prinsip-prinsip kemasyarakatan serta prinsip pembangunan berkelanjutan.

Pemahaman terhadap akar penyebab masalah kemiskinan tersebut memang sangat disadari sangatlah penting, karena program-program yang selama ini dilakukan pemerintah seperti BLT, IDT, dinilai belum mengenai akar permasalahan kemiskinan, hal ini menyadarkan kita bahwa penangglangan kemisikinan yang bersifat parsial, sektoral, dan charity, mengakibatkan salah sasaran, menciptakan benih-benih fragmentasi sosial, dan melemahkan modal sosial masyarakat (gotong royong, musyawarah, keswadayaan, dll), melemahnya modal sosial pada gilirannya mendorong pergeseran perubahan perilaku masyarakat yang semakin jauh dari semangat kemandirian, kebersamaan dan kepedulian untuk mengatasi persoalannya secara mandiri, bersama dan berkelanjutan, namun pendekatan


(55)

yang hsnya bertumpu pada masyarakat melalui proses pembelajaran saja ternyata tidak cukup, diperlukan prakarsa dan dukungan pelaku pembangunan lokal lainnya, seperti PemDa, pengusaha dan kelompok peduli lainnya (LSM, profesional, dsb.) Prakarsa dan dukungan tersebut didorong melalui jalinan kemitraan antara masyarakat dengan para pelaku pembangunan termasuk Pemda untuk berkembangnya proses intereraksi sebagai upaya untuk menciptakan gerakan bersama (collective action), dalam penanggulangan kemiskinan dalam rangka mendorong kemandirian untuk pengembangan lingkungan pemukiman yang berkelanjutan.

2.7 Bagan Kerangka Pemikiran


(56)

2.8 Definisi Konsep dan Definisi Operasional 2.8.1 Definisi Konsep

Konsep adalah abstraksi yang dibentuk untuk menggenarilisasikan hal-hal yang bersifat khusus. Singarimbun menyatakan bahwa kerangka konsep merupakan definisi untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial ataupun alami (singarimbun 1989 : 24). Konsep penelitian ini sangat diperlukan agar tidak menimbulkan kekacauan atau

Kesejahteraan Masyarakat Meningkat Konsep TRIDAYA:

• Daya Sosial • Daya

Lingkungan • Daya Ekonomi

• Masyarakat Madani dan Mandiri • Mampu Menyuarakan Aspirasi

Kelompok

• Mampu Merencanakan Program Penanggulangan Kemiskinan

• Penguatan Peran PEMDA

• Pembangkitan Partisipasi Masyarakat

• Perbaikan Kondisi dan Peningkatan Taraf Hidup

• Penumbuhan Kemampuan Masyarakat Untuk Berkembang secara mandiri


(1)

c. Sering mengikuti rapat/diskkusi d. Tidak mengikuti rapat/diskusi

20. Berapa kali anda mengikuti rapat atau diskusi yang dilaksanakan? a. satu (1) kali dalam satu (1) bulan

b. satu kali (1) dalam tiga (3) bulan. c. satu kali (1) dalam enam (6) bulan

d. Tidak pernah ada rapat e. Hanya satu (1) kali

f. Lainnya sebutkan (………)

21. Apakah anda mengetahui masyarakat setempat diajarkan cara untuk menyusun rencana mengatasi kemiskinan dan mengaspirasikan keinginan? a. Tahu

b . Tidak tahu c. Tidak mau tahu

22. Apakah anda tahu tentang komunitas belajar kelurahan yang diselenggarakan oleh pelaksanaan Perogram Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)?

a. Tahu b . Tidak tahu c. Tidak mau tahu

23. Apakah anda mengetahui tentang Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang diberikan kepada masyarakat oleh Perogram Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)?

a. Tahu b . Tidak tahu c. Tidak mau tahu

24. Apakah anda mengetahui Dana Penanggulangan Terpadu (PAKET) a. Tahu

b . Tidak tahu c. Tidak mau tahu

25. Apakah anda tahu bantuan dana replikasi? a. Tahu

b . Tidak tahu c. Tidak mau tahu


(2)

26. Apakah anda mengetahui seberapa besar dana yang diberikan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) seperti dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), Dana Penanggulangan Terpadu (PAKET), dana Replikasi dan Dana Pengembengan Lingkungan Hidup?

a. Tahu b . Tidak tahu c. Tidak mau tahu

27. Apakah anda mengetahui hasil yang digunakan dari dana yang diberikan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) seperti dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), Dana Penanggulangan Terpadu (PAKET), dana Replikasi dan Dana Pengembangan Lingkunagan Hidup?

a. Tahu b . Tidak tahu c. Tidak mau tahu

28. Apakah anda tahu Pemerintah Daerah (PEMDA) turut membantu masyarakat dalam membantu Program Penanggulangn Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)di tempat anda?

a. Tahu b . Tidak tahu c. Tidak mau tahu

29. Seperti apa peran Pemerintah Daerah dalam membantu Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkootaan (P2KP)di tempat anda?

a. Mempermudah masyarakat dalam pengurusan di kantor pemerintahan b. Membantu dalam memberikan dana langsung

c. Mengadakan kerja sama antara masyarakat dengan PemDa d. Membantu dan menjalin kerja sama masyarakat dengan dunia usaha

e. Lain-lain sebutkan (……….)

30. Apakah anda tahu masyarakat yang menerima bantuan P2KP mendapat bantuan dari jaringan kemiteraan seperti Bank, Koperasi, dan lain-lain?

a. Tahu b . Tidak tahu c. Tidak mau tahu

31. Bagaimana upaya P2KP dalam pembangunan lingkungan fisik sarana infrastruktur di tempat anda?

a. Membangun jembatan

b. Membeton/mengaspal jalan dan gang c. Membuat sarana mandi, cuci, kakus (MCK)


(3)

d. Membangun/memperbaiki drainase (parit? e. Membangun irigasi

f. Lain-lain sebutkan (………..)

32. Bagaimana upaya P2KP membantu dalam pembangunan dan pengembangan ekonomi?

a. Memberi pelatihan Usaha Kecil Menengah (UKM) b. Membantu memberikan pinjaman modal

c. Membantu dalam pendistribusian hasil kerajinan masyarakat d. Membantu perekonomian warga dengan membuka lapangan kerja e. A, B, C, D pernah dilakukan P2KP.

f. Lain-lain sebutkan (……….)

33. Bagaimana upaya P2KP membantu masyarakat ditempat anda dalam pembangunan di bidang sosial?

a. Melakukan musyawarah dengan warga tentang permasalahan yang terjadi

b. Mengajak warga berperan aktif dalam kegiatan P2KP

c. Memberikan pelatihan agar dapat menyuarakan kepentingan warga d. Membentuk kelompok masyarakat untuk aktif dalam P2KP

e. A, B, C, D pernah dilakukan P2KP

f. Lain-lain sebutkan (……….)

34. Sejauh pengetahuan anda seberapa sering Program Penanggulangan Kemiskinan membantu memecahkan masalah masyarakat dilingkungan anda dalam bidang sosial, ekonomi, lingkungan?

a. satu (1) kali dalam satu (3) bulan b. satu kali (1) dalam enqm (6) bulan. c. satu kali (1) dalam satu (1) tahun d. Tidak pernah

e. Hanya satu (1) kali

f. Lainnya sebutkan (……….)

35. Bagaimana Fasilitator Kelurahan (Fas kel) membantu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat dilingkungan anda?

a. Membantu dengan bermusyawarah dengan warga untuk menemukan solusi

b. Membantu warga dengan pelatihan-pelatihan

c.Membangun rasa kesatuan dan persaudaraan dalam memecahkan masalah

d. A. B, C, D pernah dilakukan P2KP.


(4)

36. Sejauh pengetahuan anda seberapa sering Fasilitator Kelurahan (Fas Kel) membantu memecahkan masalah masyarakat dilingkungan anda?

a. satu (1) kali dalam satu (3) bulan b. satu kali (1) dalam enqm (6) bulan. c. satu kali (1) dalam satu (1) tahun d. Tidak pernah

e. Hanya satu (1) kali

II. Respon masyarakat terhadap Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkootaan (P2KP).

37. Bagaimana pendapat anda mengenai usaha pengentasan kemiskinan yang dilakukan P2KP dalam bidang pengembangan daya sosial masyarakat, seperti aktifnya masyarakat dalam P2KP, munculnya semangat musyawarah, gotong royong dan sebagainya?

a. Berhasil

b. Kurang berhasil c. Tidak berhasil

38. Bagaimana pendapat anda mengenai usaha pengentasan kemiskinan yang dilakukan P2KP dalam pengembangan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat di tempat anda?

a. Berhasil

b. Kurang berhasil c. Tidak berhasil

39. Bagaimana pendapat anda mengenai usaha pengentasan kemiskinan yang dilakukan P2KP dalam pengembangan masyarakat dan perbaikan lingkungan hidup, perbaikan pemukiman masyarakat di tempat anda?

a. Berhasil

b. Kurang berhasil c. Tidak berhasil

40. Apa pendapat anda mengenai usaha yang dilakukan P2KP dalam hal mengembangkan kapasitas masyarakat seperti: kemampuan menyusun rencana penanggulangan kemiskinan, mengaspirasikan keinginan masyarakat?

a. Berhasil

b. Kurang berhasil c. Tidak berhasil

41. Apa pendapat anda mengenai Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), Dana Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET), Dana Replikasi, Dana


(5)

Pengembangan Linngkungan Hidup, yang dilakukan oleh P2KP dalam hal membantu masyarakat memecahkan masalah yang dihadapi?

a. Berhasil

b. Kurang berhasil c. Tidak berhasil

42. Apa pendapat anda mengenai peran Pemerintah Daerah (PEMDA) dalam membantu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat?

a. Berhasil

b. Kurang berhasil c. Tidak berhasil

43. Apa pendapat anda mengenai jaringan kemiteraan yang dilakukan oleh P2KP dalam membantu masyarakat memecahkan masalah yang sedang dihadapi?

a. Berhasil

b. Kurang berhasil c. Tidak berhasil

IV. Hasil dan manfaat yang dirasakan masyarakat dari Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)

44. Apakah yang anda rasakan dari Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) ?

a. Berhasil

b. Kurang berhasil c. Tidak berhasil

45. Apa pendapat anda setelah adanya Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di tempat anda?

a. Ada perubahan b. Kurang berubah c. Tidak ada perubahan

46. Bagaimana tanggapan anda mengenai pendapatan/penghasilan anda setelah adanya Program Penanggulangan Kemiskinan di tempat anda?

a. Ada perubahan b. Kurang berubah c. Tidak ada perubahan

47. Bagaimana tanggapan anda mengenai lingkungan pemukiman di tempat anda setelah adanya Prrogram Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)? a. Ada perubahan


(6)

c. Tidak ada perubahan

48. Bagaimana tanggapan anda mengenai nilai-nilai sosial masyarakat seperti gotong royong, musyawarah setelah adanya Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)?

a. Ada perubahan b. Kurang berubah c. Tidak ada perubahan

49. Bagaimana tanggapan anda mengenai infrastruktur seperti jalan, gang atau sarana lainnya, setelah adanya Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaaan (P2KP)?

a. Ada perubahan b. Kurang berubah c. Tidak ada perubahan

50. Bagaimana tanggapan anda mengenai upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan melalui Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkkotaan (P2KP) perlu dilanjutkan?

a. Dilanjutkan

b. Ditunda dulu dan dievaluasi c. Tidak dilanjutkan

51 Apa saja permasalahan yang terjadi selama Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), berlangsung ditempat anda?

……… ……… ……… ………

52. Apa pendapat dan saran anda mengenai upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan melalaui Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)?

……… ……… ……… ………


Dokumen yang terkait

Karakterisasi dan Klasifikasi Tanah Sawah di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

0 66 66

Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Intensitas Penggunaan Lahan Basah Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus : Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

0 35 110

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat –Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (PNPM-P2KP) Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

1 51 128

Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (Studi Pada Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa)

2 19 105

Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (Studi Pada Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa)

0 0 7

Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (Studi Pada Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa)

0 0 1

Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (Studi Pada Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa)

0 0 40

Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (Studi Pada Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa)

0 0 4

Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (Studi Pada Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa)

0 0 3

Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (Studi Pada Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa)

0 0 5