Perancangan Buku Ilustrasi Cerita Klasik Little Red Riding Hood

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI

CERITA KLASIK LITTLE RED RIDING HOOD

DK 26313 / Tugas Akhir Semester II | 2013 – 2014

Oleh :

Mochamad Haris Triadi 52111007

Program Studi Desain Grafis

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

(3)

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Mochamad Haris Triadi

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 17 Januari 1993

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Pria

Alamat Lengkap : Jl. Lembur Tegal No. 177 RT/RW 04/04

Ds. Pamekaran Kec. Soreang Kab. Bandung 40912

Telepon : 085722539650

Pendidikan Formal

 Universitas Komputer Indonesia | Desain Grafis D3 | 2011-2014  Sekolah Menengah Kejuruan 1 Angkasa | Teknik Komputer Jaringan | 2007-2010  Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Soreang 2004-2007  Sekolah Dasar Negeri Cibogor 2 1998-2004

Pendidikan Non Formal

 Armidale English College 2005-2011

Pengalaman Bekerja

Juli 2009 - Agustus 2009 : Praktek Kerja Industri di PT. INTI


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ....i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ....ii

KATA PENGANTAR....iii

ABSTRAK ....iv

ABSTRACT ....v

DAFTAR ISI....vi

DAFTAR GAMBAR ....viii

DAFTAR LAMPIRAN ......x

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ...1

I.2 Identifikasi Masalah...3

I.3 Rumusan Masalah ...3

I.4 Batasan Masalah ...4

I.5. Tujuan Penelitian...4

BAB II ILUSTRASI DONGENG LITTLE RED RIDING HOOD II.1 Pengertian Dongeng ...5

II.2 Ilustrasi Dongeng ...6

II.3 Sejarah Little Red Riding Hood...………...9

II.4 Sinopsis Kisah Little Red Riding Hood...………....10

BAB III PERANCANGAN BUKU DONGENG ILUSTRASI LITTLE RED RIDING HOOD III.1 Strategi Perancangan ...12

III.1.1 Pendekatan Komunikasi ...,,12

III.1.2 Pendekatan Verbal ...13

III.2. Strategi Kreatif ...13

III.3. Strategi Media ...14


(6)

III.3.2. Media Pendukung ...14

III.4. Strategi Distribusi...15

III.5 Konsep Visual ...15

III.5.1. Gaya Visual ...15

III.5.2 . Format Desain ...16

III.5.3. Tata Letak...17

III.5.4. Tipografi...18

III.5.4. Warna ...19

III.5.6 Karakter ...21

III.5.6.1. Little Red Riding Hood ...22

III.5.6.2. Nenek ...22

III.5.6.3. Serigala ...23

III.5.6.4. Ibu ...23

III.5.7 Setting ....24

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA IV.1 Media Utama ...25

IV.1.1 Pra Produksi ...25

IV.3. Teknis Cetak ...30

IV.3.1. Buku Ilustrasi (Media Utama) ...30

IV.3.2. Isi Buku ...31

IV.4. Media Promosi ...34

IV.4.1. Poster ...34

IV.4.2. Pembatas Buku ...35

IV.4.3. Sticker ...35

IV.4.4. Web Banner ...35

IV.4.5. Tote Bag...36

DAFTAR PUSTAKA...37

LAMPIRAN ........38 DAFTAR RIWAYAT ...


(7)

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Tim Redaksi KBBI PB. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Keempat).

Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Nurgiyantoro, B. (2005). Sastra Anak, Pengantar Pemahaman Dunia Anak.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Danandjaja, J. (1984). Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain Lain. Jakarta: Pustaka Grafitipers.

Kusmiyati, A.R., Pudjiastuti, S., &Suptandar, P. ( 1999 ). Teori Dasar Disain

Komunikasi Visual. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Internet:

Fang, Z. (1996). "Illustrations, Text, and the Child Reader: What are Pictures in Children's Storybooks for?,". Tersedia

di:http://scholarworks.wmich.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1280&conte xt=reading_horizons

Orenstein, C. (1966). Little Red Riding Hood uncloaked: Sex morality, and the evolution of a fairytale. Tersedia di:

https://scholarworks.iu.edu/dspace/bitstream/handle/2022/2367/34%281-2%29%20142-145.pdf?sequence=1


(8)

KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT., Pencipta dan Pemelihara alam semesta, shalawat serta salam semoga terlimpah bagi Muhammad SAW., keluarga dan para pengikutnya yang setia hingga akhir masa.

Atas rahmat Allah SWT., akhirnya Penulis dapat menyelesaikan penulisan Perancangan Ilustrasi Dongeng Little Red Riding Hood. Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan Tugas Akhir pada program studi Desain Grafis di Universitas Komputer Indonesia.

Dalam menyusun laporan ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangannya, hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Namun atas izin Allah SWT, juga berkat usaha, do’a, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang diterima penulis secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat melaksanakan dan membuat laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan yang dibuat ini masih jauh dari sempurna. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kami. Oleh karena itu, kami mohon maaf serta mohon kesediaan Bapak dan Ibu untuk menyampaikan saran-saran perbaikan seperlunya.

Bandung, Agustus 2014


(9)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Cerita dongeng atau cerita rakyat merupakan sebuah cerita yang berasal dari legenda atau mitos dari suatu daerah yang diceritakan turun termurun secara lisan, tidak tertulis dan meninggalkan pesan moral yang berharga bagi pembacanya dan telah ada sejak era kehidupan manusia bergulir.Setiap negara memiliki cerita dongengnya masing-masing, ceritanya pun biasanya berdasarkan adat istiadat yang ada dari negara tersebut.

Dari banyaknya cerita dongeng yang beredar dan dikenal luas, mungkin banyak yang hanya mengenal bahwa cerita dongeng tersebut diperuntukkan kepada anak-anak, namun tidak sedikit pula cerita dongeng yang diperuntukkan juga untuk kalangan dewasa atau bahkan cerita dongeng yang dikenal sebagai cerita anak adalah hasil saduran dari cerita untuk dewasa dengan mempertimbangkan unsur estetis dan juga segmentasinya.

Pada abad 19 dan 20, untuk menjangkau segmentasi semua kalangan, banyak elemen dari cerita dongeng yang ada diubah, sehingga ceritanya pun banyak yang berakhir bahagia, juga tidak terlalu banyaknya unsur kekerasan di dalamnya. Seperti dalam cerita dongeng Little Red Riding Hood, dalam salah satu rilisan, ada bagian dimana si Kerudung Merah meminum darah atau dalam rilisan Charles Perrault, ada salah satu adegan ketika si Kerudung Merah menanggalkan pakaiannya dan bersanding dengan si Serigala diatas ranjang. Banyak sekali perubahan yang dilakukan agar lebih layak diceritakan, khususnya untuk anak-anak, sehingga mengakibatkan pesan moralnya pun membias.

Kisah Little Red Riding Hood memiliki daya tariknya sendiri, selain telah banyak sekali rilisan yang beredar, kisah ini berhasil membuat banyak pengamat maupun ahli dari berbagai multi-disiplin ikut mengembangkan juga membahas mengenai kisah si gadis berkerudung merah ini. Salah satunya Catherine Orenstein, seorang


(10)

penulis beberapa surat kabar dan majalah di Amerika Serikat. Dalam bukunya, Little Red Riding Hood uncloaked: Sex morality, and the evolution of a fairytale,

Orenstein memaparkan, “Apa yang membuat Little Red Riding Hood begitu

menarik bagi para folklorist, feminis, psikoanalis, penyair, pengiklan, dan untuk itu membuat saya peduli? Jawabannya adalah bahwa di balik penampilan yang sederhana itu di bawah Jubah-nya -Little Red Riding Hood mencakup keprihatinan yang kompleks dan mendasar manusia.”

Hal yang diungkapkan Orenstein ini seakan menjadi jawaban dari mengapa banyak sekali pengamat dan para ahli dari berbagai multi-disiplin membahas kisah tersebut, dan salah satunya bagi para seniman. Kisah ini tidak luput dari perhatian para seniman. Salah satu seniman yang mengilustrasikan kisah Little Red Riding Hood adalah Gustave Doré pada tahun 1862. Para seniman-seniman ini mengintepretasikan pandangan mereka mengenai kisah ini, mengilustrasikannya dan menuangkannya kedalam bahasa visual. Bahasa visual yang dimaksud berupa karya seni rupa yang memaparkan pandangan seniman mengenai kisah maupun peristiwa yang sedang menjadi fokusnya yang diterjemahkan kedalam sebuah gambar ilustrasi.

Ilustrasi dalam bahasa latin adalah ‘ilustrare’ yang berarti menerangkan sesuatu. Menurut Kusmiati dalam Teori Dasar Desain Komunikasi Visual menyatakan,

“ilustrasi gambar adalah gambaran singkat alur cerita suatu cerita guna lebih

menjelaskan salah satu adegan”. Jika merunut pada pemaparan tersebut, secara

umum ilustrasi merupakan sebuah gambar yang lebih menjelaskan dan menerangkan secara singkat dari sebuah adegan, cerita maupun peristiwa.

Perkembangan ilustrasi di Indonesia begitu berkembang menuju arah yang semakin baik dan tidak sedikit pula para illustrator ini sukses tidak hanya di dalam negeri namun juga di luar negeri, namun untuk jenis ilustrasi dongeng, khususnya ilustrasi dongeng remaja dan dewasa, pergerakannya seakan tidak terdengar. Karya sastra ini pun kalah saing dari karya sastra remaja dan dewasa lainnya dan cenderung lebih sedikit dibandingkan yang lainnya seperti, novel dan yang kini sedang ramai adalah buku-buku motivasi. Ini disebabkan selain dari memang kurangnya pasokan maupun ketersediaan ilustrasi dongeng remaja dan dewasa,


(11)

faktor pandangan para remaja dan dewasa yang menganggap bahwa ilustrasi dongeng diperuntukkan kepada segmentasi anak-anak menjadi salah satu faktor utama.

Kekosongan ini pun diharapkan menjadikan dongeng ilustrasi atau cerita bergambar segmentasi remaja dan dewasa menjadi terobosan baru di tengah ramainya rilisan novel dan buku motivasi yang terbit, menimbulkan kejenuhan dan kurangnya keberagaman.Menurut Neal & Moore dan Rief (Seperti yang dikutip Patricia L. Bloem), buku bergambar yang dikarang dengan baik memiliki daya tarik intrinsik untuk berbagai macam pembaca dan buku bergambar sering mengangkat isu-isu yang menuntut kedewasaan dan pengalaman hidup.Jika merunut pada pernyataan tersebut, cerita bergambar ataupun dongeng ilustrasi dirasa cocok untuk kembali diangkat keberadaannya sebagai sebuah terobosan baru.Apalagai belum ada seniman atau illustrator dalam negeri yang membuat ulang maupun membuat cerita bergambar segmentasi remaja dan dewasa.

1.2 Identifikasi Masalah

Setelah menyimak permasalahan di atas, dapat dirumuskan bahwa permasalahan yang dapat diidentifikasikan dari cerita dongeng Little Red Riding Hood adalah:

 Adanya perbedaan pada akhir kisah Little Red Riding Hood antara rilisan Charles Perrault dan rilisan yang lainnya,

 Kurangnya ilustrasi dongeng bagi segmentasi remaja dan dewasa di Indonesia, dan

 Kurangnya minat pembaca remaja dan dewasa terhadap ilustrasi dongeng. 1.3 Rumusan Masalah

Setelah mencermati masalah yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan bahwa kurangnya minat pembaca remaja dan dewasa terhadap dongeng ilustrasi memengaruhi juga terhadap jumlah karya sastra ilustrasi yang beredar.


(12)

1.4 Batasan Masalah

Dari penjabaran yang telah dijelaskan, maka batasan permasalahan berada pada kisah Little Red Riding Hood rilisan Charles Perrault yang segmentasinya untuk usia remaja dan dewasa.

1.5Tujuan Perancangan

Tujuan perancangan cerita dongeng Little Red Riding Hood ini adalah:

 Sebagai media informasi mengenai bagaimana akhir kisah dari kisah Little Red Riding Hood,

 Sebagai terobosan baru ditengah ramainya novel dan buku motivasi yang terbit,


(13)

BAB II

ILUSTRASI DONGENG KLASIK LITTLE RED RIDING HOOD

II.1. Pengertian Dongeng

Dongeng menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) merupakan “cerita yang tidak benar-benar terjadi, terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh.”. Sedangkan menurut Nurgiyantoro (2005), dongeng adalah “cerita yang tidak benar-benar terjadi dan dalam banyak hal sering tidak masuk akal”. Adapun pendapat lainnya menurut Agus Triyanto (2007) dongeng adalah “cerita fantasi sederhana yang tidak benar-benar terjadi berfungsi untuk menyampaikan ajaran moral (mendidik) dan juga menghibur. Jadi, dongeng merupakan salah satu bentuk karya sastra yang ceritanya tidak benar-benar terjadi atau fiktif”. Dari beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa dongeng merupakan cerita fantasi yang imajinatif yang di dalamnya banyak menceritakan hal-hal yang dianggap diluar nalar dan tidak benar-benar nyata dan terjadi dan telah ada sejak zaman dahulu.

Menurut Brunvard, Carvalho, dan Neto (seperti yang dikutip Danandjaja, 1984) dongeng mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yaitu disebarkan dari mulut ke mulut, melalui kata-kata dan dari generasi ke generasi berikutnya,

2. Disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama,

3. Ada dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini diakibatkan oleh cara penyebaran dari mulut ke mulut (lisan),

4. Bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui lagi,

5. Biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola seperti kata klise, kata-kata pembukaan dan penutup baku,


(14)

6. Mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kolektif, sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial dan proyeksi keinginan yang terpendam,

7. Bersifat pralogis, yaitu memiliki logika tersendiri yang tidak sesuai dengan logika umum,

8. Menjadi milik bersama dari kolektif tertentu. Hal ini disebabkan penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektif merasa memilikinya,

9. Bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar, terlalu spontan. Hal ini dapat dimengerti bahwa dongeng juga merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya.

II.2. Ilustrasi Dongeng

Ilustrasi dalam bahasa latin adalah ‘ilustrare’ yang berarti menerangkan sesuatu. Menurut Kusmiyati (1999), “ilustrasi gambar adalah gambaran singkat alur cerita

suatu cerita guna lebih menjelaskan salah satu adegan”. Jika merunut pada

pemaparan tersebut, secara umum ilustrasi merupakan sebuah gambar yang lebih menjelaskan dan menerangkan secara singkat dari sebuah adegan, cerita maupun peristiwa.

Menurut Bodmer (seperti dikutip Zhihui Fang, 1996) ilustrasi berfungsi untuk memperluas, menjelaskan, menafsirkan, atau menghias teks tertulis. Ilustrasi sering kali ditemui diberbagai media, tidak terkecuali dalam buku bergambar dan biasanya ada pada cerita-cerita dongeng. Oleh karena itu menurut Zhihui Fang, ilustrasi dalam buku bergambar dapat berfungsi di satu atau lebih dari cara sebagai berikut:

1. Membangun Setting

Dalam buku bergambar, seperti dalam semua literatur, setting digunakan untuk menetapkan lokasi cerita di waktu dan tempat, membangun suasana hati, menjelaskan latar belakang sejarah jika perlu, memberikan peran antagonis, atau menekankan makna simbolis (Norton, 1987). Dalam hal ini, tulisan saja tidak


(15)

cukup untuk membangun setting, peranan ilustrasi sangat dibutuhkan dalam memenuhi fungsi ini.

2. Menjelaskan dan Mengembangkan Karakter

Dalam buku bergambar tanpa teks, penggambaran dan pengembangan karakter sepenuhnya bergantung pada ilustrasi. Dalam buku cerita bergambar, ilustrasi dapat melengkapi karakterisasi dalam teks dengan menunjukkan aksi dan reaksi karakter antara satu sama lain atau memberikan karakter sebuah argumen tambahan.

3. Memperluas atau Mengembangkan Alur

Secara singkat, teks dalam buku bergambar seringkali sangat membatasi pengembangan dari alur cerita. Sehingga alur ceritanya pun seringkali dikemukakan oleh gambar-gambar ilustrasi. Dalam buku bergambar tanpa kata-kata, seluruh alur dijelaskan melalui gambar dan alurnya pun dapat diperpanjang atau sedikit saja diputar dengan ilustrasi.

4. Menyuguhkan Sebuah Sudut Pandang yang Berbeda

“Entah disengaja atau tidak, ilustrasi terkadang menceritakan kisah yang sedikit

berbeda atau bahkan bertentangan dari teks. Itu terlihat bahwa semakin besar proporsi ilustrasi dibanding teks, semakin besar pula pengaruh ilustrasi terhadap

terciptanya sebuah cerita (Lukens, 1990).“

5. Berkontribusi Terhadap Koherensi Tekstual

“Koherensi mengacu pada sejauh mana pengurutan atau penataan dari gagasan

-gagasan dalam sebuah teks agar menjadi masuk akal bagi para pembacanya secara tersirat dan sejauh mana bahasa yang digunakan dalam membahas gagasan-gagasan tersebut dan membuat sifat dasar dari pemikiran tersebut dan hubungan

diantaranya terlihat (Tannen, 1984).”

6. Memperkuat Tulisan

Dalam kasus tertentu, fungsi utama dari gambar ilustrasi buku adalah untuk memperkuat, bukan untuk memperpanjang atau memperkuat, teks. Buku


(16)

bergambar nonfiksi seringkali jatuh ke dalam kategori ini, dengan ilustrasi dan diagram memberikan penyajian visual dari kata-kata.Kisah Little Red Riding Hood memiliki daya tariknya sendiri, selain telah banyak sekali rilisan yang beredar, kisah ini berhasil membuat banyak pengamat maupun ahli dari berbagai multi-disiplin ikut mengembangkan juga membahas mengenai kisah si gadis berkerudung merah ini. Salah satunya Catherine Orenstein, seorang penulis beberapa surat kabar dan majalah di Amerika Serikat. Dalam bukunya, Little Red Riding Hood uncloaked: Sex morality, and the evolution of a fairytale, Orenstein

memaparkan, “apa yang membuat Little Red Riding Hood begitu menarik bagi

para folklorist, feminis, psikoanalis, penyair, pengiklan, dan untuk itu membuat saya peduli? Jawabannya adalah bahwa di balik penampilan yang sederhana itu - di bawah Jubah-nya - Little Red Riding Hood mencakup keprihatinan yang

kompleks dan mendasar manusia.”

Hal yang diungkapkan Orenstein ini seakan menjadi jawaban dari mengapa banyak sekali pengamat dan para ahli dari berbagai multi-disiplin membahas kisah tersebut, dan salah satunya bagi para seniman. Kisah ini tidak luput dari perhatian para seniman. Salah satu seniman yang mengilustrasikan kisah Little Red Riding Hood adalah Gustave Doré pada tahun 1862. Selain Gustave Doré, seniman lain yang mengilustrasikan kisah ini adalah George Frederic Watts dan John Thomas Peele.

Gambar II.2.1. Gustave Doré Sumber: Google.com


(17)

Gambar II.2.2. George Frederic Watts Sumber: Wikipedia.Org

II.3. Sejarah Little Red Riding Hood

Little Red Riding Hood atau yang akrab dikenal di Indonesia dengan judul “Si

Kerudung Merah” merupakan sebuah cerita rakyat dari daratan eropa. Menurut

Delaney (seperti dikutip Cheryl Pittman, 2012) Little Red Riding Hood bermula dari sebuah dongeng lisan yang berlanjut dan diceritakan untuk kalangan anak-anak selama berabad-abad sebelum akhirnya dirilis ke dalam versi Perancis oleh Charles Perrault pada tahun 1697, dan kemudian dirilis juga pada tahun 1812 ke dalam versi Jerman oleh Jacob dan Wilhelm Grimm.

Cerita dongeng Little Red Riding Hood jika ditelusuri memiliki berbagai macam rilisan dari banyak negara di eropa dan diyakini berasal dari sebelum abad ke-17 yang mana ada beberapa perbedaan dari yang dikenal saat ini, versi Grimm. Seperti yang di ceritakan para petani dari Perancis pada abad ke-10. Di Italia, cerita Little Red Riding Hood


(18)

diceritakan oleh para petani pada abad ke-14 yang mana juga hadir beberapa macam rilisan seperti La finta nonna (Nenek yang Palsu) atau kisah ini juga

dikenal dengan “Kisah Sang Nenek”.

Dalam beberapa hal ada beberapa perbedaan dengan cerita yang saat ini dikenal luas. Peran antagonis tidak selalu seekor serigala, dalam beberapa rilisan terdapat

juga ‘ogre’ atau raksasa dan ada juga ‘bzou’ atau yang lebih dikenal dengan

manusia serigala.

Rilisan cetak pertama dari kisah Little Red Riding Hood ini berjudul Le Petit Chaperon Rouge berasal dari Perancis yang dirilis pada abad ke-17 ini termasuk

kedalam kumpulan “Cerita-cerita Masa Lalu dengan Moral. Cerita Mengenai Ibu

Angsa.” (Histoires et contes du temps passé, avec des moralités. Contes de ma mère l'Oye), tahun 1697, karya Charles Perrault. Seperti yang telah disebutkan dalam judul, rilisan ini lebih jahat namun juga lebih bermoral daripada rilisan-rilisan setelahnya. Warna kemerahan yang ditonjolkan pada kerudungnya, memiliki makna simbolis dalam banyaknya tafsir dari cerita tersebut, yang merupakan detail yang diperkenalkan oleh Perrault.

Charles Perrault menjelaskan ‘moral’ yang dapat dipetik pada akhir kisah tersebut

sehingga tidak ada lagi keraguan yang tertinggal atas maksud dari tujuannya.

II.4. Sinopsis Kisah Little Red Riding Hood

Little Red Riding Hood adalah seorang gadis manis yang tinggal disebuah desa kecil. Ibunya juga neneknya sangat mencintainya. Neneknya pun memberinya kain berkerudung merah dan terlihat sangat indah saat dipakainya. Dan membuat semua orang memanggilnya si kerudung merah.

Suatu hari, ibunya membuat sebuah kue dan menyuruh si kerudung merah untuk mengantarkannya ke rumah sang nenek yang berada di desa sebrang karena sang nenek sedang sakit. Dia pun menyanggupinya. Dia pun bergegas pergi. Saat melintasi hutan, si kerudung merah bertemu dengan seekor serigala yang licik. Si serigala pun bertanya kemana si serigala akan pergi. Tanpa pikir panjang, si kerudung merah pun menyebutkan kemana dia akan pergi. Si serigala itu pun lalu pergi ingin pergi menjenguk sang nenek. Namun si serigala pergi menggunakan


(19)

jalur cepat agar segera sampai. Si kerudung merah kemudian berjalan melanjutkan perjalanannya.

Singkat cerita, si serigala pun sampai di rumah sang nenek. Nenek pun membuka pintunya dan tidak mengira jika yang dating bukanlah sang cucu, melainkan serigala yang berpura pura menjadi cucunya. Sang nenek pun kemudian dimakannya.

Si kerudung merah pun mengalami hal yang sama naasnya. Dia mengira sang nenek sedang berbaring namun ternyata yang berbaring itu adalah si serigala. Dan kemudian dia pun dimakannya.


(20)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan yang dibuat adalah mengangkat cerita mengenai Kisah Little Red Riding Hoodrilisan Charles Perrault (1697).Dalam perancangan buku dongeng ilustrasi kisah Little Red Riding Hood ini, diperlukan strategi perancangan yang tepat agar nantinya pesan yang hendak disampaikan kepada target audience dapat diterima dengan baik serta efektif. Adapun strategi perancangan yang akan dilakukan mengenai buku dongeng ilustrasi kisah Little Red Riding Hood adalahmenawarkan kemasan dan gaya ilustrasi yang menarik minat kalangan remaja dan dewasa untuk membaca dan mengetahui ceritanya.

Penentuan segmentasi ditujukan untuk mempermudah penyampaian pesan atau

‘komunikasi’ yanghendak disampaikan tepat dan mudah dipahami masyarakat.

Demografis, remaja hingga dewasa dengan rentang usia antara17 tahun hingga 25 tahun, dengan jenis kelamin laki –laki dan perempuan dan jenis pekerjaan dan pendapatan menengah ke atas.

Geografis, daerah perkotaan besar atau setidaknya yang memiliki jaringan distribusi perdagangan buku luas diIndonesia maupun daerah luar Indonesia yang memiliki akses sambungan internet.

Psikografis, personal atau individu yang memiliki ketertarikan terhadap buku bergambar maupun buku berilustrasi.

III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Dalam hal merancang buku dongeng ilustrasi kisah Little Red Riding Hood, diperlukan suatu strategi komunikasi yang komunikatif yang sesuai dengan karakterisik target audience yaitu kalangan remaja dan dewasa, baik itu secara verbal maupun visual. Melalui strategi komunikasi ini diharapkan adanya pendekatan komunikasi yang terjadi agar strategi komunikasi ini tepat


(21)

sasaran.Perancangan buku dongeng ilustrasi ini dibuat untuk menjadi pembeda juga terobosan baru ditengah maraknya karya sastra novel-novel teenlit dan kisah kisah motivator yang beredar di toko-toko buku.

III.1.2. Pendekatan Verbal

Strategi pendekatan secara verbal yaitu pendekatan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang sesuai dengan usia target audience dan sesuai dengan karakteristik sastra remaja dan dewasa juga merunut kepada cerita Little Red Riding Hood rilisan Charles Perrault yang tragis.

III.2. Strategi Kreatif

Strategi yang dipakai dalam perancangan buku ilustrasi kisah ‘Little Red Riding

Hood’ adalah dengan mengadaptasi konsep buku ala abad 17 yang penuh dengan

ornament frame pada setiap lembar halamannya.

Gambar. III.2.1 Contoh Buku Sumber: Google.com

Strategi lainnya adalah penggunaan hardcover.Pemilihan cover dalam hal ini ditujukan agar terlihat sedikit unik dan tetap mengusung suasana ala abad 17 dalam buku ini.


(22)

Gambar. III.2.2 Contoh Cover Sumber: Google.com

III.3 Strategi Media

Media yang digunakan dalam perancangan ini adalah berupa buku ilustrasi.Untuk mendukung kesan kuno yang ingin diperlihatkan, buku yang sedang digarap, digarap sedemikian rupa agar terlihat seperti buku-buku berabad-abad silam, yakni dari segi kemasan dan layout halaman buku.

III.3.1. Media Utama a. Buku

Media buku dipilih atas dasar pemikiran bahwa buku adalah media informasi yang sangat fleksibel dan validitasnya tidak akan lekang oleh zaman. Penyampaiannya lebih bisa dipercaya dibandingkan secara lisan serta dapat diturunkan secara turun temurun.

III.3.2. Media Pendukung

Dalam menunjang media utama tadi, dibutuhkan beberapa media pendukung yang berfungsi untuk mempromosikan media utama dan biasanya dikemas secara menarik dan penempatan maupun penggunaannya strategis yang nantinyadapat menarik minat dari target marketyang hendak disasar.


(23)

Media-media tersebut diantaranya:

a. Poster

b. Pembatas Buku c. Tote Bag d. Sticker e. Web Banner

III.4. Strategi Distribusi

Media utama yang digunakan pada perancangan ini berupa buku ilustrasi yang pada nantinya akan ditawarkan kepada penerbit yang memiliki ketertarikan terhadap genre buku ilustrasi dongeng segmentasi remaja dan dewasa. Penerbit-penerbit buku seperti gramedia yang nantinya menjadi target utama dalam pendistribusian buku ini.

III.5 Konsep Visual III.5.1 Gaya Visual

Penggunaan Ink yang dominan juga ditambah dengan penambahan cat merah yang dikemas menggunakan penggayaan ala abad 17 yang kental dengan ornamennya membuat buku ilustrasi ini seakan kembali kepada abad kemunculan era Renaissance bergulir.


(24)

Gambar. III.5.1.1 Contoh Buku Abad 17 Sumber: Google.com

Dengan sedikit penyuntingan digital terhadap gambar ilustrasi, menambah kesan kuno terhadap buku ilustrasi ini.

III.5.2 Format Desain

Format desain yang digunakan dalam perancangan buku ilustrasi ini berukuran 21cm x 14.8cm. Penggunaan HVS 80gram dalam hal penggunaan media cetakan ini dirasa dapat mewakili pengadaptasian buku era renaissance di masa sekarang.Penggunaan hardcover juga diharap mengembalikan citra itu.


(25)

Gambar. III.5.2.1 Contoh Hardcover Sumber: Google.com

III.5.3 Tata Letak (Layout)

Layout yang digunakan dalam buku ilustrasi ini tetap mengutamakan kenyamanan pembaca saat membaca buku ini tanpa mengurangi estetika dalam penataan halaman.

Gambar. III.5.3.1 Contoh Layout


(26)

Gambar. III.5.3.1 Contoh Penerapan Layout terhadap karya

III.5.4 Tipografi

Tipografi yang digunakan adalah tipografi yang dipilih sesuai dengan tema yang diusung. Penggunaan Centaur, Jellyka Saint-Andrew’s Queen, Grandjean PW serta Arno Pro Caption merupakanm pencerminan terhadap tipografi pada masa Renaissance.

Centaur

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A b c d e f g h I j k l m n o p q r s t u v w x y z

1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 ! @ # $ % ^ & * ( )

Grandjean PW

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S

T U V W X Y Z

A b c d e f g h I j k l m n o p q r s t u v w x y

z


(27)

Jellyka Saint-

Andrew’s Queen

A a BbCc Dd E e F f Gg Hh Ii J j

Kk L l Mm N n Oo P p Qq Rr Ss T t

Uu V vWw Xx Y y Z z 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

! @ # $ % ^ & * ( )

Gambar. III.5.4.1 Contoh Font Centaur, Jellyka Saint-Andrew’s Queen, Grandjean PW danArno Pro Caption

III.5.5. Warna

Warna merupakan salah satu faktor penting dalam dunia seni maupun desain.Terkadang jika dalam pemilihan warna terjadi kesalahan dalam memilih, hasil yang terjadi dapat menjadi fatal.Penggunaan warna dapat juga menjadi sosok yang penting sebagai interpretasi dari karya tersebut dan menjadi salah satu poin penting dalam suatu karya. Penggunaan warna sendiri dalam perancangan buku ilustrasi ini menggunakan warna-warna monokrom, yaitu hitam dan merah.Pada


(28)

sekitar abad 17, penggunaan warna pada buku masih banyak menggunakan warna-warna monokrom.

Gambar. III.5.5.1 Komposisi Hitam, Putih, Merah

Penggunaan warna merah pada ilustrasi ini salah satunya adalah untuk menitik beratkan maupun untuk memfokuskan masalah kepada si kerudung merah dan adapun objek lain yang diberi warna merah yaitu bunga dan darah.Seperti yang dikutip oleh Darius Atarega dalam saodesign.blogspot.com menyatakan bahwa secara umum, warna dikaitkan dengan pertimbangan makna psikologis dan warna merah dapat diartikan maupun diintepretasikan sebagai; darah,marah, berni, seks, bahaya, kekuatan, kejantanan, kebahagiaan, cinta, keunguan: mulia, agung, kaya, bangga (sombong), mengesankan.


(29)

III.5.6 Karakter

Dalam perancangan buku ilustrasi ini, karakter yang hendak ditampilkan terpengaruhi oleh gaya ilustrasi dari Landis Blair.

Gambar. III.5.6.1 Ilustrasi oleh Landis Blair Sumber: http://www.landisblair.blogspot.com

Gambar. III.5.6.2Ilustrasi oleh Landis Blair Sumber: http://www.landisblair.blogspot.com


(30)

III.5.6.1.Little Red Riding Hood

Little Red Riding Hood merupakan seorang gadis desa dari suatu desa terpencil.Ibunya begitu menyayanginya, begitu juga neneknya. Neneknya pun membuatkannya sebuah kerudung merah untuknya. Semua orang menyukainya hingga mereka pun memanggilnya si Kerudung Merah.

Gambar. III.5.6.1.1 Studi Karakter si Kerudung Merah

III.5.6.2. Nenek

Nenek adalah seorang yang baik hati. Beliau tinggal berseberangan dengan rumah si Kerudung Merah, hanya terbatasi oleh hutan. Beliau kini sedang dalam keadaan sakit. Si Kerudung Merah, sang cucu pun tidak kunjung datang.


(31)

III.5.6.3. Serigala

Seekor serigala jahat dan licik yang tengah mencari mangsa. Dia menguntit si Kerudung Merah dari sejak dia memasuki hutan.

Gambar. III.5.6.3.1Studi Karakter Serigala III.5.6.4. Ibu

Ibu merupakam sosok yang sangat menyayangi anaknya si Kerudung Merah. Suatu ketika beliau meminta anaknya tercinta untuk mengantarkan sedikit makanan yang telah beliau sediakan untuk diantarkan kepada sang nenek.


(32)

III.5.7. Setting

Setting atau latar yang digunakan dalam cerita ini adalah daerah pedesaan dan juga hutan di eropa.

Gambar. III.5.7.1. Studi Latar Setting Sumber: http://www.google.com

Gambar. III.5.7. 2Studi Latar Setting Sumber: http://www.google.com


(33)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA IV.1. Media Utama

Media utama yang digunakan dalam perancangan tugas akhir ini adalah buku ilustrasi berjudul Little Red Riding Hood. Media utama ini berukuran 21cm x14.Dicetak diatas kertas HVS 100gram dengan menggunakan printer Laser dan menggunakan hardcover sebagai kemasan.

IV.2. Pra Produksi Media

Pada tahapan pra produksi media, sebelum memasuki tahapan produksi, diperlukan tahapan sebagai berikut:

 Konsep

Pada tahapan pertama, dalam menentukan ilustrasi yang akan dibuat dan segala sesuatunya, diperlukan suatu gagasan visual berupa konsep terlebih dahulu. Dalam hal ini fokus konsep saat ini adalah perancangan buku ilustrasi dengan gaya visual abad 17 baik dari ilustrasi maupun kemasan. Pertimbangan ini dikarenakan cerita yang diangkat merupakan cerita yang berasal dari abad 17 tepatnya pada tahun 1697, sehingga akan ada terjadinya kesinambungan antara tema cerita dengan konsep.

 Produksi

Proses produksi dimulai dengan manual hand drawing dimana proses pembuatan sketsa, inking dan coloring sepenuhnya dilakukan menggunakan media tradisional, menggunakan media kertas canson A5 240gram, pensil mekanik, Drawing Pen 0.1, tinta cina dan juga water color. Dimulai dengan proses sketching awal dengan pensil mekanik sebagai sketsa dasar.


(34)

Gambar. IV.2.1.Sketsa Dasar

Setelah sketsa dasar rampung, Drawing Pen 0.1 juga tinta cina digunakan untuk pemberian detil pada gambar. Penggunaan tinta cina dalam perancangan ini digunakan hanya untuk Blocking suatu area. Trik ini digunakan untuk mempercepat waktu sehingga waktu lebih efisien.Penggunaan cat warna dalam beberapa gambar dipergunakan hanya untuk menandai keberadaan si Kerudung merah dan juga darah untuk pemberian efek agar terlihat tragis.

Gambar. IV.2.2.Inking dan Coloring

Setelah proses sketsa dan pewarnaan selesai, gambar yang sudah jadi dipindai menggunakan Scanner, Astra 4400, dikarenakan gambar yang hendak dipindai berukuran 1:1 dari karya akhir, dibutuhkan pengaturan berupa penaikan size DPI yang biasanya 300 DPI, kemudian diubah menjadi 600 DPI. Pengubahan ini


(35)

ditujukan agar nantinya gambar pada saat diproses digital tidak mengalami Scratch atau pecah.

Gambar. IV.2.3.Hasil Pemindaian

Gambar yang telah selesai dipindai kemudian dilakukan proses penyuntingan secara digital dengan menggunakan software Adobe Photoshop CS6. Pada tahapan ini gambar di crop dan level warnanya pun dinaikan sehingga warnanya lebih menonjol dan juga dilakukan juga proses posterizing dan juga thresholding supaya warna dan visual yang dihasilkan menjadi tampak kasar setelah dilakukannya proses thresholding.


(36)

Gambar. IV.2.4.Frame Template

Setelah itu, gambar yang telah jadi dimasukan kedalam frame template yang telah disediakan.

Gambar. IV.2.5.Gambar yang telah dilakukan cropping dan dipindai digital

Layout

Jika cropping dan penempelan gambar terhadap frame yang ada selesai, maka tahapan selanjutnya adalah Layout. Masih menggunakan software yang sama


(37)

yaitu Adobe Photoshop, Layouting sifatnyahanya mengatur tata letak saja, semisal antara gambar dan teks.

Gambar IV.5 Proses Layouting

Satukan antara teks dan gambar dalam ukuran keseluruhan A4 Landscape.


(38)

IV.3. Teknis Cetak

Setelah melewati beberapa tahapan dari mulai sketsa dasar, inking hingga digital dan setelah gambar sudah selesai dicetak. Halaman demi halaman pun kemudian dicelupkan kedalam air teh untuk member efek kecoklatan pada kertas.

Gambar IV.5 Hasil dari melarutkan kertas pada air teh

IV.3.1. Buku Ilustrasi (Media Utama)

Buku illustrasi ini dirancang sebagai media penyampaian informasi perihal Kisah Little Red Riding Hood:


(39)

IV.3.2. Isi Buku

Isi buku ilustrasi ini dicetak diatas kertas HVS 100gram dengan menggunakan printer laser agar nantinya gambar yang dihasilkan tidak luntur dan tahan lama.Konten yang ada pada buku ilustrasi ini nantinya akan berimbang antara teks dan gambar. Tidak terlalu banyak gambar namun setiap gambarnya mewakili setiap kata yang tersurat.Sehingga nantinya cerita yang dihasilkan tidak terlalu membosankan.

Dalam buku ilustrasi ini terdiri dari struktur buku diantara lain: a. Halaman Pancir (Lembar Pertama Setelah Cover)

Pada lembaran ini kertas dibiarkan kosong sebagai pembatas antara cover luar dengan halaman judul yang terletak pada lembar kedua.

b. Halaman Judul (Lembar Kedua)

Pada halaman ini, halaman judul didesain sama seperti cover depan.

Gambar IV.3.2.1. Halaman Judul

c. Balik Halaman Judul (Halaman Copyright)

Copyright atau hak cipta dicetak dibalik halaman judul.Pada halaman ini berisikan penerbit, penulis, daftar cetakan buku dan lain-lain.


(40)

Gambar IV.3.2.2. Copyright

d. Daftar Isi

Daftar isi berisikan konten-konten yang terdapat pada buku.

Gambar IV.3.2.2. Table of Contents

e. Kata Pengantar

Dalam kata pengantar terdiri dari sambutan dan ungkapan syukur dari penulis.


(41)

Gambar IV.3.2.4 Halaman Judul

f. Isi Surat

g. Riwayat Hidup Penulis dibuat menarik, agar nantinya si pemberi tidak merasa jenuh.


(42)

IV.4 Media Promosi

Media ini digunakan juga sebagai media promosi dari media utama yang bersifat sekunder dan media ini meliputi.

IV.4.1. Poster

Media poster ini merupakan gimmick dari pembelian buku ‘Little Red Riding

Hood’ dan penyebarannya bersifat terbatas untuk 50 pembeli pertama.

Gambar IV.4.1.1. Poster Ukuran : 21.44cm x 39.778cm


(43)

IV.4.2. Pembatas Buku

Media poster ini digunakan sebagai gimmick dari pembelian buku.

Gambar IV.4.2.1. Pembatas Buku tampak depan dan belakang Ukuran : 21cmx 3cm

Bahan : Art Paper250gram IV.4.3. Sticker

Media ini dirasa sebagai media promosi berjalan yang pengaplikasiannya yang dapat dilakukan dimana saja sehingga terlihat fleksibel dan juga efektif.

Gambar IV.4.3.1.Sticker Ukuran: 9cm x 3.7cm

Bahan : Vinyl IV.4.4.Web Banner

Sebuah bentuk media promosi digital yang efisien. Webbanner ini nantinya akan diletakan pada berbagai situs situs kenamaan sehingga akan banyak sekali pengunjung situs yang melihat. Salah satunya Kaskus.Penggunaan Webbanner ini dikatakan efisien karena penyebarannya yang dilakukan secara online sehingga penyebarannya pun meluas.

Gambar IV.4.4.1.Web Banner Ukuran : 728px x 90px


(44)

Gambar IV.4.4.2.Pengaplikasian Web Bannerpada Situs Kaskus

IV.4.5.Tote Bag

Media poster ini seperti halnya sticker, penggunaan tote bag dalam media promosi ini digunakan sebagai gimmick dari pembelian buku yang juga sifatnya terbatas. Yang dicetak diatas kain kanvas.

Gambar IV.4.5.1.Tote Bag Ukuran : 27cm x 32cm


(1)

IV.3.2. Isi Buku

Isi buku ilustrasi ini dicetak diatas kertas HVS 100gram dengan menggunakan printer laser agar nantinya gambar yang dihasilkan tidak luntur dan tahan lama.Konten yang ada pada buku ilustrasi ini nantinya akan berimbang antara teks dan gambar. Tidak terlalu banyak gambar namun setiap gambarnya mewakili setiap kata yang tersurat.Sehingga nantinya cerita yang dihasilkan tidak terlalu membosankan.

Dalam buku ilustrasi ini terdiri dari struktur buku diantara lain:

a. Halaman Pancir (Lembar Pertama Setelah Cover)

Pada lembaran ini kertas dibiarkan kosong sebagai pembatas antara cover

luar dengan halaman judul yang terletak pada lembar kedua.

b. Halaman Judul (Lembar Kedua)

Pada halaman ini, halaman judul didesain sama seperti cover depan.

Gambar IV.3.2.1. Halaman Judul

c. Balik Halaman Judul (Halaman Copyright)

Copyright atau hak cipta dicetak dibalik halaman judul.Pada halaman ini berisikan penerbit, penulis, daftar cetakan buku dan lain-lain.


(2)

Gambar IV.3.2.2. Copyright d. Daftar Isi

Daftar isi berisikan konten-konten yang terdapat pada buku.

Gambar IV.3.2.2. Table of Contents e. Kata Pengantar

Dalam kata pengantar terdiri dari sambutan dan ungkapan syukur dari penulis.


(3)

Gambar IV.3.2.4 Halaman Judul

f. Isi Surat

g. Riwayat Hidup Penulis dibuat menarik, agar nantinya si pemberi tidak merasa jenuh.


(4)

IV.4 Media Promosi

Media ini digunakan juga sebagai media promosi dari media utama yang bersifat sekunder dan media ini meliputi.

IV.4.1. Poster

Media poster ini merupakan gimmick dari pembelian buku ‘Little Red Riding Hood’ dan penyebarannya bersifat terbatas untuk 50 pembeli pertama.

Gambar IV.4.1.1. Poster Ukuran : 21.44cm x 39.778cm


(5)

IV.4.2. Pembatas Buku

Media poster ini digunakan sebagai gimmick dari pembelian buku.

Gambar IV.4.2.1. Pembatas Buku tampak depan dan belakang Ukuran : 21cmx 3cm

Bahan : Art Paper250gram

IV.4.3. Sticker

Media ini dirasa sebagai media promosi berjalan yang pengaplikasiannya yang dapat dilakukan dimana saja sehingga terlihat fleksibel dan juga efektif.

Gambar IV.4.3.1.Sticker Ukuran: 9cm x 3.7cm

Bahan : Vinyl IV.4.4.Web Banner

Sebuah bentuk media promosi digital yang efisien. Webbanner ini nantinya akan diletakan pada berbagai situs situs kenamaan sehingga akan banyak sekali pengunjung situs yang melihat. Salah satunya Kaskus.Penggunaan Webbanner ini dikatakan efisien karena penyebarannya yang dilakukan secara online sehingga penyebarannya pun meluas.

Gambar IV.4.4.1.Web Banner Ukuran : 728px x 90px


(6)

Gambar IV.4.4.2.Pengaplikasian Web Bannerpada Situs Kaskus

IV.4.5.Tote Bag

Media poster ini seperti halnya sticker, penggunaan tote bag dalam media promosi ini digunakan sebagai gimmick dari pembelian buku yang juga sifatnya terbatas. Yang dicetak diatas kain kanvas.

Gambar IV.4.5.1.Tote Bag Ukuran : 27cm x 32cm