Analisis Limbah Cair Industri Biodisel Pembuatan kurva kalibrasi metilen biru Isoterm Adsorbsi Freunlich

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Limbah Cair Industri Biodisel

Analisis limbah cair industri biodisel meliputi analisis pH, kadar metanol, kadar lemak dan minyak, kadar COD dan turbiditi. Analisis kadar metanol ditentukan dengan kromatografi gas. Analisis kadar lemak dan minyak ditentukan dengan metode gravimetri, sedangakan analisis kadar COD dan turbiditi ditentukan dengan metode spectrofotometer. Hasil analisa limbah cair industri biodisel diberikan dalam tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1 Hasil Analisa limbah Cair Industri Biodisel Parameter Metode Hasil pH 5,8 Metanol Kromatografi 0.87 Lemak dan Minyak ppm Gravimetri 885 COD ppm Spectrofotometri 15680

4.2 Karakterisasi Karbon Aktif

Karakterisasi karbon aktif meliputi penentuan kadar air, uji adsorbsi terhadap metilen biru, dan uji adsorbsi terhadap larutan iodin.

4.2.1 Penentuan Kadar Air

Penentuan kadar air dilakukan dengan metode gravimetri, kadar air didapat dari selisih berat karbon aktif sebelum dan sesudah pemanasan. Hasil uji penentuan kadar air ditunjukkan dalam tabel 4.2 berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Kadar Air Karbon Aktif Parameter Metode Hasil Kadar Air Gravimetri 3,19 Pengulangan 1 3,00 Pengulangan 2 3,20 Pengulangan 3 Rata-rata = 3,13 Dari data diatas didapat kadar air karbon aktif dari cangkang kelapa sawit dalam penelitian ini masih sesuai dengan standar nasional indonesia SNI 06-3730- 1995 yaitu maksimum 4,5 .

4.2.2 Uji Adsorbsi Karbon Aktif Terhadap Metilen Biru a. Penentuan panjang

gelombang λ maksimum Penentuan panjang gelombang λ maksimum ini diperoleh dengan cara mengukur larutan metilen biru 10 ppm pada berbagai variasi panjang gelombang yaitu 610-680 nm dengan menggunakan spektrofotometer perkin elmer lamda 25. Data pengukuran ditunjukkan dalam gambar berikut : Gambar 4.1 kurva penentuan λ maksimum 0. 2191 0, 05 0, 1 0, 15 0, 2 0, 25 600 620 640 660 680 700 A b s o r b a n c e Wa ve l e ngt h Universitas Sumatera Utara Dari gambar diatas terlihat bahawa panjang gelombang maksimum untuk metilen biru yaitu pada 660 nm yang ditunjukkan dengan nilai absorbansi yang lebih besar jika dibandingkan dengan absorbansi pada panjang gelombang lainya.

b. Pembuatan kurva kalibrasi metilen biru

Kurva kalibrasi ditentukan dengan mengukur absorbansi berbagai konsentrasi larutan metilen biru pada panjang gelombang 660 nm. Grafik hasil pengukuran ditunjukkan pada grafik dibawah ini: Gambar 4.2 kurva kalibrasi Metilen Biru Dari kurva kalibrasi diatas didapat persamaan garis lurus sebagai berikut: y = 0,0224x + 0,0007

c. Penentuan adsorbsi metilen biru

Penentuan adsorbsi dilakukan dengan mengontakkan 0.1 g karbon aktif dengan 200 mL larutan standar metilen biru 50 ppm, selama 24 jam, kemudian ditentukan kadar metilen biru sebelum dan setelah dikontakkan dengan karbon aktif. Data penentuan adsorbsi metilen biru ditunjukkan dalam table 4.4 dibawah ini: R² = 0,997 y = 0.0224 x + 0.0007 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 1 2 3 4 5 A bs or ban si konsentrasi ppm Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Penentuan Adsorbsi Metilen Biru Parameter Metode Hasil Adsorbsi metilen biru mgg Spektrofotometri 74 Pengulangan 1 74 Pengulangan 2 72 Pengulangan 3 Rata-rata = 73 mgg

4.2.3 Uji Adsorbsi Karbon Aktif Terhadap Iodin

Uji adsorbsi Iodin dengan karbon aktif dilakukan dengan menggunakan 50 mL larutan iodin 0, 1 N yang dikontakkan dengan 0,1 g karbon aktif selama 15 menit kemudian disaring dan di tentukan kembali konsentrasi larutan iodin dengan metode volumetri. Data daya serap karbon aktif terhadap larutan iodin di tunjukkan dalam tabel 4.5 berikut: Tabel 4.4 Penenuan Adsorbsi Iodin Parameter Metode Hasil Daya serap iodin mgg Gravimetri 975,6 Pengulangan 1 994,6 Pengulangan 2 984,4 Pengulangan 3 Rata-rata = 984,8 mgg Dari data diatas didapat daya serap karbon aktif dari cangkang kelapa sawit terhadap larutan iodin dalam penelitian ini masih sesuai dengan standar nasional indonesia SNI 06-3730-1995 yaitu minimum 750 mgg. Universitas Sumatera Utara 4.3 Penentuan Kondisi Optimum Adsorbsi Lemak dan Minyak 4.3.1 Penentuan pH Optimum Penentuan pH optimum adsorbsi minyak dan lemak dari limbah cair dilakukan dengan memvariasikan pH limbah cair yang kemudian di kontakkan dengan karbon aktif. Hasil penentuan pH optimum terlihat pada grafik dibawah ini : Gambar 4.3 Pengaruh pH terhadap adsorbsi minyak dan lemak

4.3.2 Penentuan Waktu Kontak Optimum

Waktu kontak optimum ditentukan dengan mengontakkan limbah cair biodisel dengan karbon aktif dengan berbagai variasi waktu pengadukan. Data waktu kontak optimum ditunjukkan dalam grafik dibawah ini: Gambar 4.4 Pengaruh waktu kontak terhadap adsorbsi lemak dan minyak 20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 6 A dso rbsi pH 20 40 60 80 100 10 20 30 40 50 60 ad sor b si waktu kontak menit Universitas Sumatera Utara

4.4 Isoterm Adsorbsi Freunlich

Untuk menentukan kuantitas karbon aktif sebagai adsorben minyak dan lemak dalam limbah industry biodisel dapat diunakan persamaan isotherm adsorbsi freunlich, data penentuan isotherm adsorbsi ditunjukkan dalam table 4.6 dibawah ini: Table 4.5 Isoterm adsorbsi freunlich Berat karbon Aktif Lemak Minyak mgL Residu Lemak MinyakCe mgL Lemak Minyak Teradsorb si mgL Berat Lemak Minyak Teradsorbsi mg Lemak Minyak Teradsorbsi qe mgg Ceqe log Ce log qe 0.5145 335 50 285.00 28.5 55.39 0.90 1.70 1.74 0.5095 372 61 311.00 31.1 61.04 1.00 1.79 1.79 0.5104 542 88 454.00 45.4 88.95 0.99 1.94 1.95 0.5120 724 102 622.00 62.2 121.87 0.84 2.01 2.09 0.5088 944 144 800.00 80 156.25 0.92 2.16 2.19 Gambar 4.5 Kurva Isoterm Adsorbsi Freunlich Dari uji isoterm adsorbsi freunlich didapat nilai log K = 0.934 dan 1n = 0.095 dengan demikian didapat persamaan freunlich sebagai berikut : log �� � = 0.934 + 0.095 log �� y = 0.9346x + 0.0952 r = 0.9873 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 1,50 1,70 1,90 2,10 2,30 log q e log Ce Universitas Sumatera Utara Dimana, qe = berat lemak dan minyak yang terserap dalam karbon aktif mg, m = berat karbon aktif g,Ce = kadar lemak dan minyak dalam kesetimbangan setelah adsorbsi.

4.5 Penurunan pH Limbah Cair Biodisel dengan Elektrolisis

Dokumen yang terkait

Pengolahan Limbah Cair Mengandung Zat Warna Rhemazol Red 8B dengan Metode Adsorbsi Menggunakan Karbon Aktif Arang Batubara (KAAB) secara Kontinyu

5 24 33

KEEFEKTIFAN LAMA KONTAK KARBON AKTIF TERHADAP PENURUNAN KADAR AMONIA LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHUDI DESA TEGUHAN SRAGEN Keefektifan Lama Kontak Karbon Aktif Terhadap Penurunan Kadar Amonia Limbah Cair Industri Tahudi Desa Teguhan Sragen Wetan Sragen.

1 4 11

KEEFEKTIFAN LAMA KONTAK KARBON AKTIF TERHADAP PENURUNAN KADAR AMONIA LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU Keefektifan Lama Kontak Karbon Aktif Terhadap Penurunan Kadar Amonia Limbah Cair Industri Tahudi Desa Teguhan Sragen Wetan Sragen.

1 4 16

PERBEDAAN EFEKTIVITAS FILTER ZEOLIT DAN KARBON AKTIF DALAM PENURUNAN KADAR TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) LIMBAH Perbedaan Efektivitas Filter Zeolit Dan Karbon Aktif Dalam Penurunan Kadar TSS (Total Suspended Solid) Limbah Cair Tahu Industri Rumah Tangga.

5 7 17

PENDAHULUAN Perbedaan Efektivitas Filter Zeolit Dan Karbon Aktif Dalam Penurunan Kadar TSS (Total Suspended Solid) Limbah Cair Tahu Industri Rumah Tangga.

0 1 7

PERBEDAAN EFEKTIVITAS FILTER ZEOLIT DAN KARBON AKTIF DALAM PENURUNAN KADAR TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) Perbedaan Efektivitas Filter Zeolit Dan Karbon Aktif Dalam Penurunan Kadar TSS (Total Suspended Solid) Limbah Cair Tahu Industri Rumah Tangga.

0 0 20

Penurunan Bod dan Cod Limbah Cair Industri Batik Menggunakan Karbon Aktif Melalui Proses Adsorpsi Secara Batch

0 0 6

ADSORBSI LIMBAH CAIR LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN KARBON AKTIF BERBAHAN SERBUK GERGAJI

0 1 12

PROSES ADSORBSI LIMBAH CAIR LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN KARBON AKTIF TONGKOL JAGUNG

0 1 12

LAPORAN AKHIR PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DENGAN MENGGUNAKAN KARBON AKTIF BERBASIS CANGKANG DAN LUMPUR SAWIT

0 0 15