Perancangan media informasi Songket Bungo Pacik

(1)

(2)

(3)

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Curriculum Vitae

Data Pribadi / Personal Details

Nama / Name : REGA PERDANA WIJAYA

Alamat / Address : KPP BARANANG SIANG 3 BLOK C NO. 13 BOGOR

Kode Post / Postal Code : 16144

Nomor Telepon / Phone : 085722116456

Email : rega.work@yahoo.com

Jenis Kelamin / Gender : LAKI-LAKI Tanggal Kelahiran / Date of Birth : 3-01-1992 Warga Negara / Nationality : INDONESIA

Agama / Religion : ISLAM

Riwayat Pendidikan dan Pelatihan

Educational and Professional Qualification Jenjang Pendidikan :

Education Information

Periode Sekolah / Institusi / Universitas

Jurusan Jenjang IPK

95 - 01 SDN TAJUR 2

01 - 04 SMPN 3 BOGOR

04 - 07 SMAN 7 BOGOR IPA


(5)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI SONGKET BUNGO PACIK PALEMBANG

DK 38315/Tugas Akhir Semester I 2013-2014

Oleh:

Rega Perdana Wijaya 51909179

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kekhadirat Allahu Rabbi, karena Rahmat dan Hidayah –Nya jualah penyusun dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul :

“PERANCANGAN MEDIA INFORMASI SONGKET BUNGO PACIK PALEMBANG”

Akhirnya penyusun hanya dapat berharap karya tulis berbentuk laporan ini, dapat bermanfaat bagi kemajuan penyusun maupun bagi para pembaca dan pihak yang memerlukan pada umumnya

Penulis sadar bahwa dalam mengerjakan karya tulis ini masih saja ada kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun yang bertujuan dan bermanfaat bagi penulis. Semoga karya tulis ini bisa di manfaatkan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca sekalian. Semoga Allah SWT mencurahkan balasan kepada semua pihak yang telah turut membantu penyusunan Laporan Pengantar Tugas Akhir ini.

Bandung, 29 Januari 2014


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I : PENDAHULUAN... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 4

I.3 Rumusan Masalah... 4

I.4 Batasan Masalah ... 4

I.5 Tujuan Perancangan ... 4

BAB II :TINJAUAN MOTIF SONGKET PALEMBANG BUNGO PACIK ... 6

II.1Songket ... 6

II.1.1Songket Palembang ... 7

II.1.2Ragam Hias Songket Palembang ... 8

II.1.3Wilayah Songket Palembang... ... 11

II.2Motif ………. ... 12

II.2.1Songket Bungo Pacik ... 13

II.2.2 Makna Filosofis Motif Songket Bungo Pacik ... 13

II.2.3Songket Bungo Pacik Palembang ... 14

II.3Analisis Masalah ... 17

II.4Solusi Pemecahan 5W1H+E ... 17


(8)

BAB III :STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL MEDIA

INFORMASI MOTIF SONGKET BUNGO PACIK... 20

III.1 Strategi Perancangan ... 20

III.1.1Pendekatan Komunikasi ... 20

III.1.2 Tujuan Komunikasi ... 21

III.1.3 Pesan Utama Komunikasi ... 21

III.1.4 Strategi Kreatif ... 22

III.1.5 Strategi Media ... 23

III.2 Konsep Visual ... 25

III.2.1 Format Desain ... 25

III.2.2 Layout ... 26

III.2.3 Tipografi ... 27

III.2.4 Warna ... 28

III.2.4 Ilustrasi ... 28

BAB IV :TEKNIS PRODUKSI MEDIA INFORMASI MOTIF BUNGO PACIK PALEMBANG... 36

IV.1 Media utama.. ... 36

IV.2 Media pendukung ... 38

IV.2.1 Poster………. . 38

IV.2.2 X banner……….… 39

IV.2.3 Iklan koran……… 39

IV.2.4 Brosur………. 40

IV.2.5 Digital Ebook………. . 41

IV.2.6 Halaman situs………. .... 42

IV.2.7 Paper bag………. ... 43

IV.2.8 Stiker………. .. 44

IV.2.9 Pembatas buku………. ... 45

DAFTAR PUSTAKA

SURAT KETERANGAN PUBLIKASI LAMPIRAN


(9)

Daftar Pustaka

Buku :

Akib,R.M, 1956, Kota Palembang 1272 dan 50 tahun Kotapradja Palembang, Palembang: Rhama.

Institut Teknologi Tekstil, 1977, Pengetahuan Barang Tekstil, Bandung: Percetakan ITT

Kartiwa, Drs, Suwati. 1987. Tenun Ikat. Jakarta: Djambatan

Kartiwa, Drs, Suwati. 1987. Songket Indonesia. Jakarta: Djambatan.

W.J.S Poerwadarminta. 2002. KBBI/KUBI. Jakarta: Balai Pustaka.

Skripsi / Tugas Akhir :

Riyanti, Ade. (2005). Makna Simbolis Kain Songket Sebagai Simbol Status Sosial di Kelurahan Serengam 32, Ilir Kecamatan Ilir Barat Palembang, Sumatera Selatan. Semarang : Universitas Negeri Malang.

Web :

Pemprov Sumsel. 2008. Tentang kota. Geografis. Tersedia di :http://www.sumselprov.go.id/ (11 nopember 2013)


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Kain Tenun merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia, karena keberadaannya merupakan salah satu karya Bangsa Indonesia yang tersebar luas diseluruh kepulauan Indonesia.Salah satunya pulau Sumatera yang terbagi dalam tujuh propinsi dimulai dari Aceh sampai Lampung lebih dikenal dengan nama pulau emas atau swana dhipa karena kaya akan sumber alamnya. Melihat kembali sejarah salah satu kerajaan diantaranya yaitu Sriwijaya, kerajaan Sriwijaya dikenal sejak abad ke dua belas sampai tiga belas telah mengadakan hubungan perdagangan sampai ke Persia dan negara-negara Timur Tengah lainnya juga dengan negara-negara Asia. Hal ini memberikan pengaruh besar terhadap motif kain tenun yang ada disekitar kerajaan Sriwijaya, salah satunya kota Palembang.

Indonesia sendiri memiliki tiga kategorikain tenun tradisional yaitu ikat pakan, ikat lungsi, dan dobel ikat (Suwati, 1987, h.x). Salah satu kain yang dikenal masyarakat adalah kain songket Palembang yang masuk ke dalam kategori ikat pakan. Songket secara umum dapat didefinisikan sebagai proses mengangkat dan menyatukan benang logam untuk tujuan membentuk desain pada pembuatan kain tenun. Ada pula definisi lain yang dikemukakan oleh Suwati (1986) menjelaskan „kain tenun logam (emas atau perak) yang ada di berbagai daerah di Indonesia', atau sebagai 'sebuah teknik memasukan untuk kain tenun"

Kain songket Palembang memiliki berbagai macam motif, yang terbagi berdasarkan pola benang emas yang terdapat pada permukaan kain serta material kain yang digunakan. Proses pembentukan motif sendiri didapat dari tenunan benang emas yang disungkit pada benang pakan. Pada umumnya motif ini merupakan stilisasi dari bentuk flora dan fauna. Secara umum songket Palembang terbagi menjadi enam ragam motif, hal ini bertujuan untuk membedakan motif berdasarkan pola benang emas yang terbentuk pada permukaan kain dan daerah pembuatan songket tersebut.

Karena adanya pengaruh dalam perkembangan dan penyebaran seni tradisi songket, situasi tersebut dapat menjadi pemicu akan adanya persamaan dalam segi


(11)

motif songket khas daerah tertentu dengan daerah sekitarnya. Hal tersebut sangat berbanding terbalik akan kenyataan bahwasanya kebudayaan Melayu yang kaya akan beragam jenis motif. Jumlah produktifitas serta regenerasi dalam seni tradisi songket Palembang juga menjadi faktor penghambat lain yang dapat menjadi masalah terkait akan keberadaan dari seni tradisi motif songket Palembang khususnya motif songket Bungo Pacik.

Anyaman dasarnya adalah anyaman polos sedang anyaman motif bermacam-macam demikian pula dengan corak maupun warnanya yang dinamis. Ada yang penuh dengan motif benang emas, ada yang kosong bagian tengahnya tetapi motif diberikan di bagian tepi kain,ada pula kembang-kembang dicampur benang-benang biasa berwarna putih,merah atau hijau dan beraneka pula ragam coraknya.(Pengetahuan Barang Tekstil, ITT,1997:217).

Songket motif Bungo Pacik memiliki karakteristik sendiri dibanding motif songket lainnya yakni sebagian besar benang motif dari benang emas diganti dengan benang kapas putih sehingga anyaman benang emasnya tidak banyak lagi dan hanya sebagai selingan. (Pengetahuan Barang Tekstil,ITT, 1997:218).

Dewasa ini masyarakat Sumatera Selatan masih gemar bertenun dan tetap mempergunakan gedokan/ATBM yang sistem kerjanya lebih cepat dan produksinya lebih besar sebagai alat bantu untuk menghasilkan karya-karya tenun. Motivasi bertenun saat ini bukan hanya sebagai ekspresi seni tetapi lebih cenderung berorientasi ke pasar. Budaya bertenun tersebut kian hari kian berkurang peminat karena orang cenderung membeli daripada membuat sendiri. Jadi amat disayangkan jika budaya bertenun tersebut sampai kehilangan peminat hanya karena mahalnya harga bahan baku dan ketidak praktisan dalam pembuatan.

Melihat kondisi di atas maka pembinaan dan pengembangan kerajinan tenun tradisional tersebut perlu digalakkan karena selain merupakan upaya melestarikan warisan budaya bangsa, kerajinan tenun tradisional dapat juga menambah penghasilan dan memperluas lapangan kerja. Pembinaan dan pengembangan kerajinan tenun tradisional tersebut tidak dapat dipungkiri tanpa melihat jalur pemasaran yang merupakan salah satu pendorong berkembangnnya suatu kerajinan tenun songket tradisonal Palembang. Akan tetapi dipihak


(12)

pengrajin tradisional itu sendiri harus tercipta suatu kondisi yang kondusif untuk berkarya. Kondisi yang kondusif antara lain ditemukan dan dipilih dalam pola kehidupan sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mencoba mengkaji bentuk dari motif songket Palembang Bungo Pacik. Hal ini menarik untuk diungkapkan dalam penelitian ini, bagaimana mengkaji serta menganalisa motif tersebut untuk kepentingan memberikan wawasan kepada masyarakat dan secara tidak langsung untuk mempopulerkan ciri khas motif songket Bungo Pacik. Pentingnya mengetahui informasi motif songket ini adalah untuk menumbuhkan rasa kecintaan dan pemahaman yang lebih mendalam sehingga masyarakat dapat ikut serta untuk melestarikan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang jumlah produktifitasnya semakin menurun dan mulai dilupakan.

Gambar I.1. Songket Palembang Sumber : Dokumen Pribadi


(13)

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang diatas serta data kuisioner yang dihimpun, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:

- Kurangnya pengetahuan akan informasi terhadap motif songket Bungo Pacik yakni motif, makna dan nilai filosofis yang terkandung didalamnya.

- Dalam proses penenunan yang saling mempengaruhi tiap daerahnya, maka sulit untuk membedakan antara jenis varian motif songket Bungo Pacik daerah satu dengan daerah lainnya.

- Ketidak tahuan masyarakat akan jenis variasi dan daerah asal pengrajin motif Bungo Pacik.

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan identifikasi masalah diatas fokus permasalahan yaitu, masyarakat melayu saat ini khususnya kota Palembang umumnya yang kurang paham akan motif songket Bungo Pacik Palembang dan beberapa jenis variannya, dikarenakan kurangnya pengetahuan akan informasi terhadap motif songket tersebut yang menjadikan motif songket Bungo Pacik seperti “tamu di daerah asalnya” yakni kota Palembang.

I.4 Batasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka penulis membatasi masalah terhadap kurangnya informasi terhadap songket Bungo Pacik Palembang yang mengacu kepada target audience, agar pesan dapat disampaikan dengan baik.

I.5 Tujuan Perancangan

Tujuan dari perancangan informasi mengenai motif songket Bungo Pacik Palembang ini adalah:


(14)

- Mampu memberikan informasi dan mencitrakan motif songket Bungo Pacik yang memiliki nilai budaya, makna filosofis dan juga pengetahuan akan motif songket Bungo Pacik Palembang.Khususnya kepada masyarakat kota Palembang, karena songket Bungo Pacik merupakan warisan budaya yang sudah mulai hilang keberadaanya.

- Dapat mengangkat serta memperkenalkan motif songket Bungo Pacik Palembang di mata khalayak sasaran yang dituju.

- Setelah masyarakat mengetahui informasi akan motif songket Bungo Pacik Palembang secara mendalam, harapan yang dituju agar masyarakat dapat mencintai lebih mendalam kebudayaan tersebut dan turut serta melestarikannya.


(15)

BAB II

TINJAUAN MOTIF SONGKET PALEMBANG BUNGO PACIK

II.1 Songket

Kain songket merupakan salah satu kesenian khas Indonesia yang telah ada berabad–abad lamanya dan merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah kebudayaan bangsa Indonesia. Kain songket telah ada sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan telah bertahan hingga saat ini. Sejarah dan kebudayaan Palembang dari kejayaan masa lampau tercermin dalam salah satu unsur– unsur kebudayaan adat Palembang diantaranya terlihat dalam pakaian upacara yang terbuat dari kain songket, selain itu juga terlihat dari bentuk rumah adat, bentuk ukiran–ukiran kayu, perhiasan logam emas dan perak yang tetap bertahan hingga saat ini.

Riyanti (2005) berpendapat bahwa:

Kain songket memiliki motif yang sangat kaya, disamping itu kain songket juga memiliki makna simbolis yang cukup dalam. Kain songket telah melekat dalam kehidupan sehari–hari masyarakat Palembang karena kain songket merupakan peninggalan kebudayaan Palembang dimasa lampau dan telah digunakan hingga saat ini, kain songket merupakan bentuk karya seni dari hasil ungkapan rasa keindahan yang dikerjakan dengan teliti dan terperinci yang memiliki keindahan tersendiri.

Keunikan desain yang terdapat dalam kain songket tercipta dari hasil karya mencerminkan unsur–unsur yang erat hubungannya dengan kepercayaan, pemujaan terhadap roh leluhur dan memuja keagungan alam. Dalam desain songket mendapat pengaruh dari kesenian Islam,walaupun didalam kesenian Islam tidak memperbolehkan mewujudkan mahkluk hidup, tetapi dalam desain kain songket tampak dibuat corak binatang–binatang tertentu diantaranya adalah motif naga dan sayap burung garuda yaitu beberapa dari motif yang sudah dikenal dalam unsur–unsur keagamaan yang berkesinambungan dari suatu periode zaman ke zaman berikutnya.


(16)

II.1.1 Songket Palembang

Berdasarkan sejarah Sriwijaya di abad 19, songket berasal dari kata menyongket atau menyungkit. Kata tersebut maksudnya adalah pekerjaan menyusun benang pakan dan benang lungsi melalui proses menenun yang berbentuk tradisional (manual). Penyusunan dan penyukitan inilah yang dinamakan songket dan dalam bahasa inggrisnya adalah designatau perencaan. (Sejarah & Kebudayaan Palembang, 1985:63)

Daerah–daerah di Sumatera banyak mendapat pengaruh kebudayaan dari luar hal tersebut dikarenakan adanya hubungan dagang dengan negara tetangga sehingga secara tidak langsung mempengaruhi kebudayaan setempat. Disamping sebagai akibat dari adanya pertukaran barang dalam perdagangan telah pula mempengaruhi corak atau motif kain songket yang dihasilkan didaerah Palembang. Banyaknya pengaruh kesenian yang dibawa oleh para pedagang tersebut yang diantaranya berasal dari Timur Tengah dan Tiongkok ( Cina ) mempengaruhi motif dalam desain kain songket Palembang. Salah satunya adalah agama Islam yang dibawa oleh pedagang dari Timur tengah,walaupun dalam kesenian Islam tidak diperbolehkan mewujudkan mahluk hidup, tetapi didalam desain kain songket tampak dibuat binatang-binatang tertentu. Seperti misalnya berbagai jenis burung, reptilia dan naga.

Kata songket merupakan salah satu kerajinan yang telah ada di Indonesia dalam bidang pertekstilan, misalnya daerah Bali, Palembang, Jambi, Sumatera Barat, Aceh, Lampung, Bengkulu, Kalimantan dan daerah lainnya. Songket tersebut dibuat dengan alat tenun sederhana (ATBM gedokan) dengan motif yang berbeda-beda baik dengan menyulamkan benang emas, benang perak, benang kapas berwarna.

Anyaman dasarnya adalah anyaman polos sedang anyaman motif bermacam-macam demikian pula dengan corak maupun warnanya yang kontras dan dinamis. Ada yang penuh dengan motif benang emas, ada yang kosong dibagian tengahnya tetapi motif diberikan pada bagian tepi kain, ada pula kembang-kembang dicampur benang-benang biasa berwarna putih, merah atau hijau dan beraneka pula ragam coraknya. (Pengetahuan Barang Tekstil, ITT,1997:217).


(17)

Kerajinan kain tenun songket tersebar di berbagai daerah di Indonesia, hal ini menjadikan kain songket memiliki perbedaan dan keunikannya sendiri di setiap tempat yang berbeda baik dari ragam corak hias, fungsi pemakaian dan motif yang dihasilkan.

II.1.2 Ragam Hias Songket Palembang

Ragam hias pada songket Palembang umumnya bersifat naturalis dan banyak mengambil inspirasi penciptaan motif dari unsur-unsur alam, seperti stilisasi flora dan fauna. Konsep tersebut lebih bersifat simbolik dan bermakna filosofis yang mendalam. Banyak pengaruh dan persilangan budaya dari daerah sekitar Melayu yang melatar belakangi bentuk dan warna pada ragam hias songket Palembang. Kerajinan songket Palembang memiliki beberapa perbedaan jenis yang dapat ditinjau dari segi produk songket itu sendiri, antara lain:

a. Songket Lepus (Lepus berarti menutupi) adalah songket yang bermotif benang emas menutupi hampir seluruh bagian permukaan kain sesuai dengan motifnya.

Gambar II.1. Songket Lepus Sumber : Netty Jualiana (2008)


(18)

b. Songket Tawur adalah songket yang motifnya tidak menutupi seluruh permukaan kain tetapi berkelompok-kelompok yang letaknya menyebar. Benang pakan dalam pembentukan motif kembang tidak disisipkan dari pinggir ke pinggir seperti halnya pada tenun polos yang biasa, tetapi hanya sekelompok saja yang mengikuti struktur dari corak kembang itu sendiri, misalnya : songket TawurLintang, songket TawurTampukManggis dan lain-lain.

Gambar II.2. Songket Tawur Sumber : Dokumen Pribadi

b. Songket Limar adalah kain songket yang motifnya tidak dibentuk oleh benang-benang tambahan seperti benang emas atau perak tetapi corak ragam hiasanya dibentuk dari benang pakan yang dicelup pada bagian-bagian tertentu sebelum ditenun.

Gambar II.3. Songket Limar Sumber : Ade Riyanti (2005)


(19)

d. Songket Tretes Mender adalah kain songket yang tidak dijumpai gambar/bunga pada motif bagian tengahnya. Motif-motifnya hanya terletak pada kedua ujung pangkal dan pinggir-pinggir kain.

Gambar II.4. Songket Tretes Mender Sumber : Ade Riyanti (2005)

e. Songket Kombinasi adalah songket yang merupakan kombinasi dari jenis songket-songket di atas, misalnya songket Bungo Cino adalah gabungan dari songket Tawur dan songket Bungo Pacik, songket Bungo Intan adalah gabungan antara Tretes Mender dan songket Bungo Pacik.

Gambar II.5. Songket Kombinasi Sumber : Netty Jualiana (2008)

f. Songket Bungo Pacik adalah kain songket yang sebagian besar motif benang emasnya diganti dengan benang kapas putih sehingga anyaman benang


(20)

emasnya tidak banyak lagi dan hanya sebagai selingan. Hal ini menjadikan songket Bungo Pacik sebagai songket dengan kasta rendah. (PengetahuanBarangTekstil, ITT,1997:217).

Gambar II.6. Songket Bungo Pacik Sumber : Dokumen Pribadi

II.1.3 Wilayah Songket Palembang

Dalam perkembangan dan penyebaran songket tradisional Indonesia, terjadi proses saling mempengaruhi di antara songket dari berbagai daerah, yang hasilnya terlihat dalam penggambaran motif yang mengandung makna simbolik yang merupakan deskripsi dari berbagai bentuk yang berasal dari alam baik flora maupun fauna. Begitu pula dengan songket Palembang, songket ini telah menyerap berbagai pengaruh yang berdatangan dari daerah-daerah lain. Segala jenis pengaruh dari beberapa daerah lain telah dideskripsi, diadaptasi dan diadopsi


(21)

oleh kebudayaan khususnya dalam seni budaya tanpa menghilangkan dan meninggalkan ciri khas dari daerah asal.

Gambar II.7. Peta propinsi Sumetera Selatan sumber : (11 Nopember 2013)

Dilihat dari aspek geografis letak administratif wilayahnya, songket Palembang termasuk kedalam kategori kain tenun ikat pakan (Suwati, 1987, h.x). Secara umum dapat dilihat dari benang pembentuk motifnya yang di masukan melalui benang pakannya.

II.2 Motif

Motif adalah pengulangan suatu gambaran atau corak pada kain. Motif songket Palembang secara bentuk terbagi menjadi 2 yakni lepus dan tawur. Pembentukan motif pada kain songket terjadi berdasarkan stilisasi flora dan fauna keadaan alam bumi melayu.

Songket memiliki puluhan bahkan ratusan variasi motif yang berbeda secara bentuk dan nilai filosofis yang terkandung dalam setiap motifnya. Hal ini merupakan sebuah bukti kekayaan warisan budaya yang dimiliki oleh negara kita yang telah ada sejak ratusan tahun yang lalu.


(22)

II.2.1 Motif Songket Bungo Pacik

Corak serta motif kain songket mengandung makna simbolis yang sangat bernilai, penampilan fisiknya juga menimbulkan kekaguman karena adanya perpaduan warna–warna cerah dengan kilauan benang emas dan benang perak, menurut Ghea S. Panggabean dunia mode luar negeri menjuluki kain songket sebagai ratunya kain buatan tangan ( the queen of handwoven textile ). ( Rakaryan S. Putra : 2001).

Dilihat dari segi historis pembentukan motif Bungo Pacik, motif ini merupakan hasil dari pembentukan akan kekhususan dari daerah yang dikenal sebagai kampung Arab di daerah hulu Palembang.

Songket jenis ini dikhususkan untuk wanita keturunan Arab. Digunakan pada upacara pernikahan dan upacara kebesaran lainnya. Bahan sutera bertabur bungo melati, mawar maupun bungo tanjung. Simbolis adalah lambang atau melambangkan sesuatu ( W.J.S Poerwadarminta 2002 ). Jadi dapat diartikan makna simbolis kain songket adalah arti atau lambang sesuatu yang terkandung didalam kain songket Palembang.

II.2.2 Makna Filsofis Motif Songket Bungo Pacik

Gambar II.8. songket Bungo Pacik Palembang

Sumber : http://budaya-indonesia.org/Kain-Songket-Bungo-Pacik/(12 nopember 2013)


(23)

Kain songket Bungo Pacik memiliki perbedaan yang mendasar jika dibandingkan dengan ragam hias songket yang lain. Hal ini terlihat dari kain songket yang sebagian besar motif benang emasnya diganti dengan benang kapas putih sehingga anyaman benang emasnya tidak banyak lagi dan hanya sebagai selingan. Hal ini yang membuat songket Bungo Pacik jarang ditemukan dan digunakan karena songket Bungo Pacik tak memiliki banyak emas dalam motifnya, sehingga masyarakat Palembang menganggap songket Bungo Pacik merupakan kain songket dengan kasta rendah dan tak layak digunakan oleh keluarga kerajaan yang pada saat itu mengenal 4 kasta/tingkatan keluarga, yaitu, Raden, Masagus, Kiemas dan Kiagus. Di luar itu adalah kelompok masyarakat kebanyakan. Empat kasta itulah yang boleh menggunakan dan menenun songket-songket dan biasanya tinggal di daerah yang masih dekat dengan istana raja. Dan rakyat biasa hanya diperbolehkan menggunakan songket hanya disaat-saat tertentu, seperti upacara pernikahan.

Konsep penggambaran komposisi ragam hias pada songket Bungo Pacik tidak memiliki unsur naratif (bercerita) seperti misalnya pola pada kain tradisonal batik cirebon yang memungkinkan suatu cara pembacaan tertentu atas helaian tradisional batiknya baik pembacaan dari atas ke bawah atau dari samping kiri ke kanan atau sebaliknya.

II.2.3 Songket BungoPacik Palembang

Palembang ialah ibu kota provinsi Sumatera Selatan merupakan kota terbesar ke dua setelah Medan di pulau Sumatera. Dengan luas wilayah 400,61 km2 yang secara administrasi terbagi atas 16 kecamatan dan 107 kelurahan. Palembang merupakan salah satu kota tertua di Indonesia dengan dilatarbelakangi sejarah kerajaan Sriwijaya yang berkuasa di Asia Tenggara pada abad ke 7. Palembang mendapat julukan Venice of the East karena terdapat sungai Musi yang dilintasi ikon kota Palembang yakni jembatan Ampera dan berfungsi sebagai sarana transportasi dan perdagangan antar wilayah. Secara geografis Palembang sangat strategis sebagai daerah pemasok berbagai kebutuhan barang. Hal ini dapat dilihat melalui sejarah tua Palembang yang menjadi pintu masuk para pedagang dari wilayah lain, yang menjadikan kota ini sebagai kota multi


(24)

budaya. Selain itu kota ini menyimpan salah satu jenis tekstil terbaik di dunia yaitu kain songket. Kain songket Palembang merupakan salah satu peninggalan kerajaan Sriwijaya dan diantara kain tenun lain, kain ini mendapat sebutan ratunya kain. Hingga saat ini kain songket masih dibuat dengan menggunakan alat tenun manual(Gedokan) atau ATBM. Sejak zaman dahulu fungsi songket merupakan pakaian adat yang digunakan untuk acara-acara sakral atau acara penting lainnya. Dalam perkembangan dan penyebaran songket Palembang, terjadi proses saling mempengaruhi diantara songket tersebut dengan daerah sekitarnya, yang hasilnya terlihat dalam penggambaran motif yang mengandung makna simbolik, yang merupakan deskripsi dari berbagai bentuk yang berasal dari alam, flora maupun fauna.

Adanya pengaruh budha dari kerajaan Sriwijaya dan pengaruh kebudayaan Cina pada masa lampau dapat ditemukan pada motif songket Bungo Pacik Palembang. Motif songket ini menggambarkan bungo mawar, bungo melati ataupun Bunga Tanjung yang tersebar pada bagian kembang tengah.

Penggunaan warna pada motif songket Bungo Pacik tampil dengan warna khas daerah Palembang yakni merah dengan komposisi benang emas. Fungsi pakai pada motif songket Bungo Pacik biasanya untuk perayaan acara kebudayaan, acara formal, upacara adat (pernikahan). Ciri yang membedakan motif songket Bungo Pacik Palembang dengan motif sejenis dari daerah lainnya terletak pada penggunaan warna, dan bagian kembang tengah yang menggunakan ornament seperti di bawah. Motif-motif flora di bawah memiliki arti makna tertentu. Bungo melati melambangkan kesucian dan sopan santun. Bungo mawar melambangkan kebahagiaan dan pelambang sebagai penawar malapetaka. Sedangkan bungo tanjung sebagai lambang ucapan selamat datang dan juga sebagai lambang keramah-tamahan selaku tuan rumah dalam budaya Palembang.


(25)

Bungo Melati Bungo Mawar Bungo Tanjung Gambar II.9. ornament melati, mawar dan tanjung


(26)

II.3 Analisis Masalah

Dalam peneltian ini telah dilakukan metode survey yang dilakukan pada 2-8 Nopember 2013 dengan jumlah responden 40 orang yang merupakan 10% jumlah populasi daerah di Kelurahan Serengam 32 Ilir Kecamatan Ilir Barat Palembang. Responden dibedakan menurut jenis kelamin dengan kategori dewasa yang peka akan seni dan estetika berusia 20-25 tahun. Jumlah pertanyaaan dalam survey yang diajukan sebanyak sembilan pertanyaan yang di anggap ada keterkaitan dengan songket Bungo Pacik.

Dari hasil kuantitatif data yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat dewasa kota Palembang khususnya daerah Kelurahan Serengam 32 Ilir sudah mengetahui apa itu songket dan pernah memakai songket. Pada umunya songket difungsikan sebagai pakaian yang dikenakan pada acara-acara besar.

Jenis songket Bungo Pacik masih sangat asing bagi masyarakat dewasa Palembang, secara garis besar masyarakat tidak mengetahui apa itu songket Bungo Pacik dan tidak pernah mengenakan jenis batik tersebut. Masyarakat masih sangat awam dalam segi pengetahuan akan informasi dan makna filosofis yang terkandung pada motif songket Bungo Pacik. Hal tersebut dikarenakan informasi-informasi yang tidak memadai dan juga adanya pengaruh motif songket daerah lainnya yang telah masuk ke daerah Kota Palembang.

II.4 Solusi Pemecahan 5W1H + E

Dalam pemecahan masalah yang telah di jelaskan pada sub bab sebelumnya, diperlukan sebuah media informasi mengenai berbagai motif ragam hias dan makna motif songket Bungo Pacik Palembangyang tujuannya untuk memberikan wawasan kepada masyarakat dewasa Kota Palembang dan secara tidak langsung untuk mempopulerkan pencitraan akan ciri khas motif songket Bungo Pacik Palembang itu sendiri. Dalam hal ini, digunakan metode 5W1H + E sebagai strategi agar informasi yang dikomunikasikan sampai pada penerima pesan dengan efektif, berikut adalah uraiannya:


(27)

WHAT

Motif songket Bungo Pacik daerah Melayu sangat beraneka ragam dan memiliki informasi yang mendalam.

WHO

Ditujukan kepada masyarakat dewasa kota Palembang dengan status sosial menengah ke atas yang peka akan seni & estetika.

WHY

Agar khalayak dapat memahami informasi lebih mendalam dan dapat membedakan keanekaragaman akan varian motif dongket Bungo Pacik dari daerah Melayu.

WHERE

Kota Palembang sebagai salah satu daerah Melayu. WHEN

Di sebar bertepatan pada tanggal 29 Januari 2014 karena mendekati hari pekerja Indonesia, yang merupakan simbol hari untuk perkerja termasuk penenun.

HOW

Melalui beberapa pengaplikasian media,diutamakan pada media buku dan beberapa yang terkait erat dengan khalayak sasaran.

EFFECT

Menumbuhkan rasa kecintaan dan pemahaman yang lebih mendalam sehingga masyarakatnya dapat ikut serta untuk melestarikan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang jumlah produktifitas nya semakin menurun dan mulai dilupakan.

II.5 Khalayak Sasaran

Segmentasi dari target masyarakat yang dituju dalam perancangan media informasi ini meliputi beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut:

- Faktor Demografis

Usia target masyarakat yang dituju dengan usia berkisar 20-25 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, digolongkan kedalam status sosial masyarakat menengah ke atas yang peka akan seni dan estetika.


(28)

- Faktor Psikografis

Dilihat dari segi psikologis yang berupa:

a. Gaya hidup : Orang yang tergolong aktif dan termasuk kedalam orang-orang beraktivitas tinggi serta berpikir.

b. Kebiasaan : Orang yang tergolong gemar mengkoleksi, menghargai, serta mengetahui seni dan estetika.

c. Kecendrungan : Orang yang tergolong memiliki rasa kecintaan akan seni dan estetika.

- Faktor Geografis

Diutamakan di daerah Melayu, khususnya Kota Palembang karena sebagai subjek yang berhubungan erat dengan objek motif songket Bungo Pacik.


(29)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL MEDIA INFORMASI MOTIF SONGKET BUNGO PACIK

III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan yang akan dibuat mengenai media informasi motif songket Bungo Pacik Palembang ini adalah dengan merancang media informasi yang tepat serta efisien yang dapat memenuhi kebutuhan akan informasi motif songket Bungo Pacik dan nilai pencitraan yang ditujukan agar dapat mengubah paradigma pemikiran masyarakat selama ini tentang pengetahuan berupa sejarah, makna filosofis, motif dan ragam hias, varian dari Bungo Pacik, dan daerah asal pengrajin motif songket Bungo Pacik Palembang.

Informasi yang ingin disampaikan berupa pengetahuan umum tentang songket secara luas, dari sejarah hingga teknik dan peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan kain songket. Beberapa informasi akan bumi Melayu dan kerajinan songket tradisional daerahnya dengan tampilan visual beberapa motif songketnya dan informasi utama yakni tentang penjelasan akan motif songket Bungo Pacik serta informasi berupa perbedaan antara motif songket Bungo Pacik Palembang.

Perancangan informasi ini dituangkan kedalam tiga media, yakni: media utama, media pendukung, dan media kreatif. Dimana bobot akan pengetahuan informasi lebih mendalam terdapat di media utamanya. Media pendukung dan media kreatif hanya sebagai pelengkap saja yang tujuannya agar khalayak sasaran merujuk mendapatkan informasi dari media utama.

III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi yang digunakan disesuaikan dengan fenomena permasalahan yang ada, dalam hal ini adalah perlunya media yang dapat memberi informasi tentang motif batik songket Bungo Pacik Palembang. Pendekatan komunikasi dalam perancangan dari media informasi motif songket Bungo Pacik Palembang ini, mengkomunikasikan informasi motif songket Bungo Pacik yang berupa : sejarah songket secara umum, songket tradisional daerah Melayu dan


(30)

ragam hiasnya, motif Bungo Pacik, makna filosofis motif Bungo Pacik, varian dari Bungo pacik, dan daerah asal pengrajin.

Strategi pemecahan masalah mengenai informasi motif songket Bungo Pacik Palembang adalah menggunakan metode 5W1H+E, agar dapat mengetahui fenomena masalah yang terjadi dan sebagai tujuan agar informasi yang dikomunikasikan sampai pada penerima pesan dengan efektif serta menanamkan pencitraan dan merubah paradigma pemikiran masyarakat akan motif songket Bungo Pacik Palembang.

Pendekatan Komunikasi Visual

Pendekatan komunikasi visual dituangkan sesuai dengan keyword dari hasil mapping yaitu eksklusif dan modern. Pemilihan keyword ini disesuaikan dengan consumer insight dari target masyarakat yang dituju terkait dengan motif songket Bungo Pacik Palembang tanpa mengesampingkan kebudayaan lokal. Pendekatan secara visual dilakukan dengan cara menyampaikan informasi kepada kepada khalayak sasaran dengan menggunakan buku fotografi songket Palembang Bungo Pacik, foto yang diambil menjadi visual yang akan menyampaikan mengenai songket, motif dan cara pembuatanya.

Pendekatan Komunikasi Verbal

Pendekatan komunikasi verbal dalam strategi kreatif perancangan ini menggunakan penyampaian komunikasi bahasa secara sopan dan formal sesuai dengan consumer insight dari target masyarakat yang dituju. Hal tersebut ditujukan agar penyampaian komunikasi menjadi efektif dan efisien serta pesan yang dituju dapat dimengerti oleh penerima pesan. Dan juga menggunakan dua bahasa, yakni bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dengan tidak menutup kemungkinan kepada orang luar Indonesia ataupun orang Indonesia yang berada di luar negeri untuk mendapatkan informasi ini.


(31)

III.1.2 Tujuan Komunikasi

Tujuan dari komunikasi perancangan media informasi motif songket Bungo Pacik Palembang ini diantaranya adalah sebagai berikut:

- Mampu memberikan informasi dan mencitrakan motif songket Bungo Pacik yang memiliki nilai budaya, makna filosofis, dan juga pengetahuan akan motif songket Bungo Pacik Palembang.

- Dapat mengangkat serta memperkenalkan motif songket Bungo Pacik Palembang di mata target masyarakat yang dituju.

- Setelah masyarakat mengetahui informasi akan motif songket Bungo Pacik Palembang secara mendalam, harapan yang dituju agar masyarakat dapat mencintai lebih mendalam kebudayaan tersebut dan turut serta melestarikannya.

- Dapat mengangkat jumlah nilai produktifitas dari motif songket Bungo Pacik Palembang.

III.1.3 Pesan Utama Komunikasi

Pesan utama dari media informasi motif songket Bungo Pacik Palembang yang ingin disampaikan dengan tujuan agar masyarakat dapat mengetahui informasi secara lengkap dan menyeluruh, serta menanamkan pencitraan dan mengubah paradigma pemikiran masyarakat selama ini akan informasi nilai budaya, makna filosofis, dan juga pengetahuan akan informasi motif songket Bungo Pacik Palembang yang lebih terpenting agar masyarakat dapat lebih mencintai kebudayaan daerah dan ikut turut serta melestarikannya.

III.1.4 Strategi Kreatif

Dalam perancangan media informasi motif songket Bungo Pacik Palembang, strategi kreatif yang digunakan adalah pendekatan komunikasi visual dan verbal serta fotografi desain yang di sesuaikan dan mengacu dengan hasil segmentasi target masyarakat yang dituju.


(32)

Fotografi Desain

Foto sangat berkaitan erat dengan bidang desain komunikasi visual, yakni periklanan. Foto tersebut digunakan sebagai proses komunikasi, menggambarkan suatu keadaan dari produk. Dengan demikian, harapan yang ingin dituju agar target yang dituju dapat mengenal lebih baik, daripada hanya membayangkannya saja. Konsep foto desain ini disesuaikan dengan consumer insight dari target masyarakat yang dituju, dengan maksud tujuan efisiensi dan efektif dari komunikasi pesan serta pencitraan yang dapat merubah paradigma pemikiran masyarkat yang dituju akan motif songket Bungo Pacik Palembang.

III.1.5 Strategi Media

Dalam perancangan media informasi motif songket Bungo Pacik Palembang, media merupakan sarana yang sangat vital dan sangat berpengaruh terhadap penyebaran informasi. Karena media sebagai alat pendukung, perantara, serta alat komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada target masyarakat yang dituju.

a. Pertimbangan Dasar Penyebaran Media

Dalam perancangan media informasi motif songket Bungo Pacik Palembang ini, telah di pertimbangkan akan beberapa penggunaan media yang terkait dengan target masyarakat yang dituju dengan tujuan efisiensi dan efektifitas dari penggunaan media tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut:

- Media Utama Buku

Media ini dipilih sebagai media utama karena buku merupakan sarana pengetahuan yang dalam penggunaannya berisi akan informasi-informasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu, faktor lain dari pemilihan media ini karena dianggap paling efektif dan efisien sesuai dari hasil mapping akan target masyarakat yang dituju. Rancangan desain yang disajikan dalam


(33)

media ini yakni. Dengan penggunaan media kain pada cover buku hal tersebut tertuju agar menampilkan kesan ekslusif. modern dirancang pada tata letak/layout design dari isi buku, dan penggunaan unsur budaya lokal Melayu ditampilkan pada penggunaan warna pada:

- Media Penunjang

Beberapa media dipilih sebagai media penunjang diantaranya ialah sebagai berikut:

• Poster • X Banner • Iklan Koran • Brosur

Digital Ebook • Halaman Situs •Paper Bag • Stiker

• Pembatas Buku b. Jadwal Penyebaran Media

Jadwal penyebaran media informasi motif songket Bungo Pacik Palembang dijadwalkan pada tanggal tanggal 29 Januari 2104, bertempat di kota palembang, hal tersebut ditujukan agar adanya kesan tertentu secara emosional pada target masyarakat yang dituju.


(34)

III.2 Konsep Visual

Konsep visual dari perancangan media informasi motif songket Bungo Pacik Palembang, adalah menampilkan visualiasi secara eksklusif dan modern tanpa mengenyampingkan budaya lokal. Penyampaian secara informatif dengan menggunakan perpaduan teknik fotografi desain, tipografi, dan layout design yang disesuaikan pada konsep penggunaan dasar elemen-elemen desain yang mencitrakan dan merepresentasikan dari motif songket Bungo Pacik tersebut.

III.2.1 Format Desain

Format desain yang digunakan dalam pembuatan media informasi ini mengacu pada bentuk portrait dikhususkan pada penggunaan media utama. untuk media penunjang, format desain yang digunakan adalah portrait dan landscape. Studi visual pada media utama, menggunakan pengembangan akan desain tata letak dari referensi desain dari buku TENUN Handwoven Textiles Of Indonesia” karya Cita Tenun Indonesia. Penggunaan referensi buku tersebut dikarenakan tampilannya yang modern dan unik serta juga disesuaikan dengan khalayak sasaran yang dituju dari penyebaran media informasi ini.

Gambar III.1. Studi visual


(35)

Dalam penggunaan layout ini,ingin dimunculkan kesan modern dengan penataan semenarik mungkin yang dengan tujuan tidak membosankan bagi pembaca. Peletakan antara Body, Sub, dan isi Body diatur agar seimbang, memiliki irama dan sebagai kesatuan dari elemen desain yang lainnya pada media utama.

Gambar III.2. Sketsa layout


(36)

III.2.3 Tipografi

Penggunaan huruf pada judul/headline menggunakan jenis huruf yang dapat mendeskripsikan dari motif kain tenun, hal tersebut ditujukan agar perwakilan dari huruf dapat memvisualisasikan dari motif songket Bungo Pacik itu sendiri.

Untuk penggunaan huruf pada isi body text atau subheadline menggunakan jenis huruf Times, agar tingkat keterbacaannya jelas dan dapat mendeskripsikan kesan modern.


(37)

III.2.4 Warna

Dalam penggunaan warna, digunakan warna-warna yang dapat mencirikan dari kebudayaan seni tradisi batik daerah Melayu itu sendiri, mayoritas warna yang digunakan adalah bernuansa gelap dengan dipadu warna-warna cerah dari ciri khas songket Palembang. Format warna menggunakan format CMYK agar kualitas cetak tidak berkurang karena sesuai dengan fungsinya. Berikut adalah contoh warna yang digunakan pada layout buku:

a. Ungu Tua

Merupakan warna yang tegas, penuh keyakinan, dramatis, berani serta elegan. Warna ini merupakan karakter yang di ambil dari bentuk songket Palembang yang telah ada, walaupun dewasa ini warna songket telah memiliki beragam variasi akan tetapi warna merah tetap melekat sebagai identitas songket palembang.

b. Emas

Merupakan warna yang cerah, lembut, maskulin. Warna ini merupakan identitas benang pakan yang ada dalam songket, yang merupakan unsur penting dalam pembentukan kain songket.

III.2.5 Ilustrasi

Dalam penggunaan ilustrasi, menggunakan ilustrasi foto yang memiliki pesan visual mengenai songket Palembang motif Bungo pacik hal ini dimaksudkan agar pesan-pesan yang terdapat dalam media informasi ini dapat tersampaikan dengan jelas.


(38)

Halaman daftar isi Gambar IV.1 Cover buku

Halaman 1-2

Cover menggunakan ilustrasi benang pakan yang sedang ditenun, mengambil makna songket Palembang yakni sebagai bentuk keindahan bumi Melayu.

Daftar isi menggunakan ilustrasi kain songket palembang, untuk memperlihatkan keindahan songket Palembang.

Halaman 1-2 menggunakan ilustrasi benang pakan yang sedang ditenun, mengambil bentuk kegigihan pengrajin songket.


(39)

Halaman 3-4

Halaman 5-6

Halaman 7-8

Halaman 3-4 menggunakan ilustrasi kain, dan pembatas sub bab.

Halaman 5-6 menggunakan ilustrasi kain, dan pembatas sub bab.

Halaman 7-8 menggunakan ilustrasi pengrajin songket, sebagai bentuk visual proses pembuatan songket.


(40)

Halaman 11-12

Halaman 13-14 Halaman 9-10

Halaman 9-10 menggunakan ilustrasi gedokan, dan informasi mengenai songket.

Halaman 11-12 menggunakan ilustrasi kain, dan pembatas sub bab.


(41)

Halaman 15-16

Halaman 17-18

Halaman 19-20

Halaman 15-16 menggunakan ilustrasi jenis motif songket, dan informasi songket.

Halaman 17-18 menggunakan ilustrasi kain songket, dan informasi pembagian motif songket.


(42)

Halaman 21-22

Halaman 23-24

Halaman 25-26

Halaman 21-22 menggunakan ilustrasi warna, dan pembatas sub bab.

Halaman 23-24 menggunakan ilustrasi kain songket, dan informasi.


(43)

Halaman 27-28

Halaman 29-30


(44)

(45)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA INFORMASI MOTIF BUNGO PACIK PALEMBANG

IV.1 Media Utama

Media utamanya adalah sebuah buku yang berisikan informasi-informasi secara mendalam akan motif Songket Bungo Pacik Palembang. Buku ini membahas tentang informasi yang berupa pengetahuan akan songket secara umum. Media ini dipilih sebagai media utama karena buku merupakan sarana pengetahuan yang dalam penggunaannya berisi akan informasi-informasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Media buku juga digunakan karena menjabarkan informasi secara rinci yang akan di sampaikan kepada khalayak sasaran. Selain itu, faktor lain dari pemilihan media ini karena dianggap paling efektif dan efisien sesuai dari hasil mapping akan target masyarakat yang dituju. Konsep visual dari buku ini adalah menampilkan visualiasi secara eksklusif dan modern tanpa mengenyampingkan budaya lokal seni menenun bumi melayu. Penyampaian secara infomatif dengan menggunakan perpaduan teknik fotografi desain, tipografi, dan layout design yang disesuaikan dengan konsep penggunaan dasar elemen-elemen desain yang mencitrakan dan merepresentasikan dari motif Bungo Pacik Palembang tersebut.


(46)

Gambar IV.2 Isi buku

Media : Buku

Material : Cover : Art paper 260 gr Isi : Art Paper 150 gr Ukuran : 21 cm x 21 cm


(47)

IV.2 Media Pendukung

IV.2.1 Poster

Media poster digunakan sebagai media pendukung pada media informasi songket Palembang Bungo Pacik. Poster ditempatkan pada lokasi-lokasi strategis yang disesuaikan dengan consumer journey dari khalayak sasaran. Isi pesan pada media poster tidak ditampilkan secara rinci, namun hanya memberi informasi akan media utama buku songket Palembang Bungo Pacik Konsep visual dari media poster ini adalah menampilkan visualiasi foto dari kain motif songket Bungo Pacik Palembang dan pengrajin songket.

Gbr IV.3 Poster Media : Poster

Material : Akasia 210 gr Ukuran : 42 cm x 29.7 cm Teknis Produksi : Cetak offset


(48)

IV.2.2 X Banner

Media x banner digunakan sebagai media pendukung pada media informasi songket Palembang Bungo pacik.. X banner ditempatkan pada lokasi indoor penjualan media utama buku. Isi pesan pada media x banner tidak ditampilkan secara rinci, namun hanya memberi citra visual yang menampilkan buku songket Palembang Bungo pacik.

Gbr IV.4 X Banner Media : X banner

Material : Flexi korea Ukuran : 160 cm x 60 cm Teknis Produksi : Cetak offset

IV.2.3 Iklan Koran

Iklan koran digunakan sebagai media pendukung pada media informasi songket Palembang Bungo pacik. Hal ini dirujuk dari consumer insight dari khalayak


(49)

dan bertujuan sebagai efektifitas dalam penyampaian pesan kepada target. Iklan koran ini ditempatkan pada kolom baris iklan pada koran Kompas.

Gbr IV.5 Iklan koran Media : Iklan koran

Ukuran : 15 cm x 10 cm Teknis Produksi : Cetak offset

IV.2.4 Brosur

Media ini sebagai media penunjang yang berisikan akan informasi mengenai motif songket Palembang Bungo pacik secara singkat. Penyebaran media ini disesuaikan dengan consumer journey dari khalayak sasaran.


(50)

Gbr IV.6 Brosur Media : brosur

Ukuran : 30 cm x 14 cm Teknis Produksi : Cetak offset

IV.2.5 Digital Ebook

Penggunaan media ini di latarbelakangi dengan konsep pembuatan media informasi akan motif songket Palembang Bungo pacik yakni modern. dimana pada saat ini konsumsi publik akan kebutuhan di bidang informasi sangatlah tinggi melalui media digital. Pada media ini berisi akan informasi motif songket Palembang Bungo pacik secara lengkap.


(51)

Gbr IV.7 Digital Ebook Media : Digital Ebook

Teknis Produksi : Digital

IV.2.6 Halaman Situs

Halaman situs merupakan media penunjang akan kebutuhan publik di bidang informasi yang berupa digital. Pada halaman situs ini berisi informasi akan motif songket Palembang Bungo pacik.


(52)

Media : Halaman situs Teknis Produksi : Digital

IV.2.7 Paper Bag

Paper bag merupakan media yang tujuannya sebagai tempat penyimpanan/tas jinjing dan juga sebagai pelengkap dari media utama media informasi akan motif songket Palembang Bungo pacik.

Gbr IV.9 Paper Bag Media : Paper bag

Material : Syntetic

Ukuran : 37 cm x 18cm x 43,5 cm Teknis Produksi : Cetak offset


(53)

IV.2.8 Stiker

Penggunaan media

Gbr IV.10 Stiker Media : Stiker

Material : Sticker chromo Ukuran : 6 cm x 6 cm Teknis Produksi : Cetak offset


(54)

IV.2.9 Pembatas Buku

Gbr IV.11 Pembatas buku Media : Pembatas buku

Material : Art paper 260 gr Ukuran : 2 cm x 8 cm Teknis Produksi : Cetak offset


(1)

40 dan bertujuan sebagai efektifitas dalam penyampaian pesan kepada target. Iklan koran ini ditempatkan pada kolom baris iklan pada koran Kompas.

Gbr IV.5 Iklan koran

Media : Iklan koran

Ukuran : 15 cm x 10 cm

Teknis Produksi : Cetak offset

IV.2.4 Brosur

Media ini sebagai media penunjang yang berisikan akan informasi mengenai motif songket Palembang Bungo pacik secara singkat. Penyebaran media ini disesuaikan dengan consumer journey dari khalayak sasaran.


(2)

41 Gbr IV.6 Brosur

Media : brosur

Ukuran : 30 cm x 14 cm

Teknis Produksi : Cetak offset

IV.2.5 Digital Ebook

Penggunaan media ini di latarbelakangi dengan konsep pembuatan media informasi akan motif songket Palembang Bungo pacik yakni modern. dimana pada saat ini konsumsi publik akan kebutuhan di bidang informasi sangatlah tinggi melalui media digital. Pada media ini berisi akan informasi motif songket Palembang Bungo pacik secara lengkap.


(3)

42 Gbr IV.7 Digital Ebook

Media : Digital Ebook Teknis Produksi : Digital

IV.2.6 Halaman Situs

Halaman situs merupakan media penunjang akan kebutuhan publik di bidang informasi yang berupa digital. Pada halaman situs ini berisi informasi akan motif songket Palembang Bungo pacik.


(4)

43 Media : Halaman situs

Teknis Produksi : Digital

IV.2.7 Paper Bag

Paper bag merupakan media yang tujuannya sebagai tempat penyimpanan/tas jinjing dan juga sebagai pelengkap dari media utama media informasi akan motif songket Palembang Bungo pacik.

Gbr IV.9 Paper Bag

Media : Paper bag

Material : Syntetic

Ukuran : 37 cm x 18cm x 43,5 cm Teknis Produksi : Cetak offset


(5)

44 IV.2.8 Stiker

Penggunaan media

Gbr IV.10 Stiker

Media : Stiker

Material : Sticker chromo

Ukuran : 6 cm x 6 cm


(6)

45 IV.2.9 Pembatas Buku

Gbr IV.11 Pembatas buku Media : Pembatas buku

Material : Art paper 260 gr

Ukuran : 2 cm x 8 cm