26
H. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
Keterangan:
Perdagangan orang trafficking terkususkan perdagangan perempuan women trafficking mempunyai permasalahan yang sangat kompleks karena tergolong
kejahatan transnasional yang tidak hanya mencakup satu negara tetapi terkadang
Women Trafficking
KORBAN
Perlindungan Hukum
Undang- Undang RI
Nomor 7 Tahun 1984
Undang- Undang RI
Nomor 26 Tahun 2000
Undang- Undang RI
Nomor 21 Tahun 2007
Keppres 88 Tahun 2002
Kelem ahan dan Kelebihan
commit to users
27 melewati batas negara atau beberapa negara sehingga menjadi permasalahan
internasional. Perdagangan perempuan tidak hanya meliputi satu kejahatan saja tetapi diikuti oleh beberapa kejahatan seperti prostitusi, pornografi, kekerasaneksploitasi
sosial, kerja paksa, dan perbudakan, dimana yang sering menjadi korban untuk kejahatan semacam ini adalah kebanyakan perempuan. Penanganan kejahatan ini pun
sulit karena dilakukan secara sistematis dan berjejaring, sehingga dari sekian banyaknya kasus perdagangan perempuan hanya sedikit pelaku yang dapat diproses
dan dijatuhi hukuman pidana. Salah satu upaya pemberantasan perdagangan perempuan adalah diaturnya
kejahatan perdagangan perempuan ini di dalam produk hukum. Di Indonesia ada beberapa produk hukum yang memberi pengaturan mengenai perdagangan
perempuan, dari aturan hukum yang bersifat umum sampai aturan yang bersifat khusus yang spesifik mengatur mengenai perdagangan perempuan. Aturan hukum
tersebut meliputi: Undang-undang RI Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan, Undang-
undang RI Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, dan Undang-undang RI Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang dan Keppres Nomor 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Trafiking Perempuan dan Anak.
Suatu peningkatan bahwa saat ini sudah ada peraturan yang mengatur secara khusus mengenai
trafficking yang didalamnya tersirat mengatur mengenai
perdagangan perempuan, dan sudah mulai berorientasi pada perlindungan korban. berorientasi kepada korban karena konsep keadilan yang sekarang berkembang lebih
mengacu kepada keadilan restoratif lebih mengutamakan pemulihan terhadap kondisi korban, yang sesuai dengan perubahan paradigma mengenai karakter sistem hukum
pidana modern, yang telah bergeser dari paradigma lama, ”Daad-Dader Strafrecht” berpusat pada perbutan pidana kepada paradigma baru, ”Daad-Dader-Victim
Strafrecht” berpusat pada korban yang timbul akibat adanya perbuatan pidana. Namun dalam pembuatan suatu produk hukum pasti terdapat kelemahan maupun
commit to users
28 kelebihan, begitu juga dengan peraturan-peraturan yang mengatur mengenai
perdagangan perempuan. Sehingga perlu dikaji kelemahan dan kelebihan tersebut untuk perbaikan kedepannya, demi penyempurnaan aturan hukum dalam
memberantas kejahatan perdagangan perempuan dan perlindungan terhadap korban yang diakibatkan kejahatan ini .
commit to users
29
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN