25
1 Fotokopi sertifikat tanah atau surat bukti kepemilikan lain yang sah. Untuk tanah milik pemerintah Negara dan hak guna bangunan
HGB, apabila masa berlakunya kurang dari 1 satu tahun maka
harus diperpanjang dahulu.
2 Untuk tanah milik Kraton, magersari dan jagang, harus ada persetujuan dari penghageng wahono sarto kriyo disertai gambar-
gambar situasi yang dikeluarkan oleh Kraton.
3 Untuk pemilik hak atas tanah yang telah meninggal dan belum ada peralihan hak, maka harus ada surat keterangan waris dan
kerelaanpersetujuan ahli waris yang diketahui oleh RT, RW, Lurah
dan Camat setempat.
4 Untuk tanah yang bukan milik pemohon izin harus ada kerelaan dari
pemilik tanah disertai dengan materai yang cukup. 5 Fotokopi KTP pemohon.
6 Advice planningketerangan rencana.
7 Gambar situasi bangunan letak bangunan, akses jalan, taman dalam
persil yang digunakan untuk sumur peresapan air hujan SPAH.
8 Denah tampak depan, samping, rencana pondasi, atap, gambar potongan, gambar instalasi, dan sanitasi, disertai dengan tanda tangan
penanggung jawab pada masing-masing gambar.
9 Perhitungan struktur meliputi perhitungan plat, balok, kolom, tangga,
pondasi, rangka dan atap. 10 Hasil penyelidikan tanah tes tanah.
26
Syarat-syarat di atas merupakan syarat umum yang harus dipenuhi untuk mendirikan suatu bangunan, namun untuk pembangunan hotel tentu saja harus
memenuhi persyaratan lain kaitannya dengan lingkungan. Untuk pembangunan hotel harus melampirkan dokumen lingkungan yang berupa AMDAL, UKL-UPL
dan dokumen lingkungan lain yang dikeuarkan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta.
6. Kegunaan Izin Mendirikan Bangunan IMB
Izin Mendirikan Bangunan ini sangat penting untuk mewujudkan tata lingkungan yang sesuai dan teratur, supaya terjadi keserasian antara lingkungan
dengan manusia selaku pengguna lahan. Tidak jarang banyak bangunan yang tidak mempunyai izin mendirikan bangunan di bongkar, karena berdiri di atas
lahan yang tidak boleh dipakai untuk mendirikan bangunan. Kegunaan dari IMB, yaitu :
a. Mendukung pelaksanaan pembangunan agar bias sesuai dengan rancangan teknis dan juga tata ruang yang telah di rencanakan di suatu
daerah. b. Memudahkan pengawasan pemakaian bangunan, baik dari fungsi
maupun estetika lingkungan. c. Memperoleh kepastian hukum atas bangunan yang kita mliki.
d. Dapat mempermudah dalam kepengurusan dalam beberapa kegiatan. e. Menunjang bagi kelangsungan pembangunan daerah dengan eningkatan
Pendapatan Asli Daerah.
27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yaitu mengkaji pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum positif perundang-
undangan dan kontak secara faktual pada setiap peristiwa tertentu yang terjadi dalam masyarakat guna mencapai tujuan yang ditentukan. Penelitian
hukum empiris dilakukan melalui studi lapangan untuk mencari dan menentukan sumber hukum dalam arti sosiologis sebagai keinginan dan
kepentingan yang ada di dalam masyarakat.
1
B. Data Penelitian
Dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder:
1. Data Primer yang diperoleh melalui studi lapangan, yaitu dengan cara wawancara secara terstruktur maupun bebas dengan narasumber yang
berkaitan dengan penelitian ini. 2. Data sekunder merupakan hasil dari bahan penelitian dari studi
kepusatakan yang diambil dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.
a. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat, yang mencakup peraturan perundang-undangan terkait dengan topik
masalah yang dibahas yaitu :
1
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2012, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, hlm.25.
28
1 Undang-undang Dasar Tahun 1945 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintah Daerah. 3 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan
Gedung 4 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
5 Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.
6 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
7 Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Bangunan Gedung.
8 Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta Tahun
2010-2029 9 Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 77 Tahun 2013 Tentang
Pengendalian Pembangunan Hotel. 10 Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 55 Tahun 2016 Tentang
Perubahan Atas Perubahan Peraturan Walikota Nomor 77 Tahun 2013 Tentang Pengendalian Pembangunan Hotel.
b. Bahan hukum sekunder yaitu yang memberikan penjelasan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku, artikel, dari internet dan
lain-lain yang berkaitan dengan permasalahan.