Stelsel Pemungutan Pajak Pajak Penghasilan

seperti propinsi, kabupaten maupun kotamadya berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah masingmasing seperti Pajak atas Reklame, Pajak Pembangunan, Pajak Kendaraan Bermotor.

2.1.4. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Resmi 2008, Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Self assesment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang. 2. Official assesment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak. 3. With holding assesment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga bukan fiskus dan bukan wajib pajak bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

2.1.5. Stelsel Pemungutan Pajak

Menurut Suandy 2011, dalam pemungutan pajak khususnya Pajak Penghasilan dikenal 3 tiga macam stelsel pajak, adalah sebagai berikut: 1. Stelsel Nyata Riel Stelsel Menurut stelsel nyata pengenaan pajak didasarkan pada objek atau penghasilan yang sungguh-sungguh diperoleh dalam setiap tahun pajak. Dengan demikian, besarnya pajak baru dapat dihitung pada akhir tahun atau periode pajak, karena penghasilan riil baru dapat diketahui setelah tahun pajak atau periode pajak berakhir. 2. Stelsel Fiktif Fictieve Stelsel Menurut stelsel fiktif yang juga disebut stelsel anggapan, pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan fiksi. Anggapan yang dimaksud di sini dapat bermacam-macam jalan pikirannya tergantung peraturan perpajakan yang berlaku. Anggaran tersebut dapat berupa anggaran pendapatan tahun berjalan atau diasumsikan penghasilan tahun pajak berjalan sama dengan penghasilan tahun pajak yang lalu. 3. Stelsel Campuran Stelsel campuran merupakan kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel fiktif. Pada awal tahun pajak atau periode pajak menggunakan stelsel fiktif dan pada akhir tahun pajak atau akhir periode dihitung kembali berdasarkan stelsel nyata.

2.1.6. Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan sesuai dengan pasal 1 Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak. Subjek Pajak tersebut dikenakan pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Sebjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam Undan-Undang ini disebut Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenakan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila kewaijban pajak subjektifnya dimulai atau berkahir dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun pajak dalam Undang-Undang ini adalah tahun takwim, namun Wajib Pajak dapat menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim, sepanjang tahun buku tersebut meliputi jangka waktu 12 dua belas bulan.

2.1.7. Subjek Pajak Penghasilan

Dokumen yang terkait

Peranan Program Rekapitalisasi Terhadap Perbankan Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1998

6 58 93

PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI USAHAWAN TERHADAP DIBERLAKUKANNYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NO. 46 TAHUN 2013 DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 2 15

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS PENGARUH PENERAPAN MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI USAHAWAN PADA KPP PRATAMA YOGYAKARTA.

2 12 16

PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI USAHAWAN TERHADAP DIBERLAKUKANNYA PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI USAHAWAN TERHADAP DIBERLAKUKANNYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NO. 46 TAHUN 2013 DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 3 15

PENDAHULUAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI USAHAWAN TERHADAP DIBERLAKUKANNYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NO. 46 TAHUN 2013 DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 3 7

PENUTUP PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI USAHAWAN TERHADAP DIBERLAKUKANNYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NO. 46 TAHUN 2013 DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 4 18

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PASCA Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Pasca Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013( Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pri

0 1 17

PENDAHULUAN Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Pasca Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013( Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP PRATAMA Surakarta ).

0 2 9

ANALISIS PEMAHAMAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP PAJAK PENGHASILAN BERDASARKAN PP No. 46 TAHUN 2013 DI KOTA PADANG.

0 0 10

PENGARUH PERSEPSI WAJIB PAJAK ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK UMKM DI BANYUMAS

0 0 13