B. Berbagai Ragam Bahasa
Ragam bahasa yang digunakan dalam suasana akrab santai biasanya mempunyai kelainan jika dibandingkan dengan bahasa yang dipakai dalam suasana resmi. Dalam suasana akrab, penutur
bahasa biasanya sering menggunakan kalimat-kalimat pendek, kata-kata dan ungkapan yang maknanya hanya dipahami dengan jelas oleh peserta percakapan itu. Sebaliknya, dalam suasana
resmi, seperti dalam pidato resmi, ceramah ilmiah, perkuliahan, dalam rapat resmi biasanya digunakan kalimat-kalimat panjang, pilihan kata, dan ungkapan sesuai dengan tuntunan kaidah
bahasa yang benar. Brenstein menamakan kedua ragam bahasa yang terakhir ini masing-masing sebagai ragam ringkas restricted code dan ragam lengkap elaborate code.
1. Ragam Lisan dan Ragam Tulisan
Ragam suatu bahasa dapat juga dibedakan berdasarkan jenis kesatuan dasarnya Halim, 1998. Dilihat dari wujud kesatuan dasar ini ragam bahasa dapat pula dibedakan antara ragam lisan dan
ragam tulisan. Kesatuan dasar ragam tulisan adalah huruf. Tidak semua bahasa terdiri atas ragam lisan dan tulisan, tetapi pada dasrnya semua bahasa memiliki ragam lisan.
a. Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap organ of speech dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal.
Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
Ciri-ciri ragam bahasa lisan: 1 Memerlukan kehadiran orang lain;
2 Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap; 3 Terikat ruang dan waktu; dan
4 Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara. Kelebihan ragam bahasa lisan adalah dapat menatap langsung ekspresi orang sebagai lawan
pembicara.
b. Ragam Bahasa Tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan ejaan di
samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan
pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Ciri-ciri ragam bahasa tulis: 1 Tidak memerlukan kehadiran orang lain;
2 Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap; 3 Tidak terikat ruang dan waktu; dan
4 Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan. Kekurangan ragam bahasa tulis adalah sering terjadi kesalahan tanggapan antara pembaca dan
penulis. Selain itu, ragam bahasa tulis dapat menyebabkan kurang jelasnya penyampaian makna yang dimaksud.
Hubungan antara lisan dan ragam tulisan adalah timbal balik. Ragam tulisan melambangkan ragam lisan dengan pengertian bahwa kesatuan ragam tulisan melambangkan ragam tulisan, yaitu
huruf melambangkan kesatuan-kesatuan dasar lisan, yaitu bunyi bahasa dalam bentuk yang dapat dilihat. Hubungan perlambangan antara kedua ragam bahasa itu tidak jarang menimbulkan kesan
bahwa struktur lisan sama benar dengan struktur ragam tulisan. Dalam kenyataan, kedua ragam bahasa itu pada dasarnya berkembang menjadi dua sistem bahasa yang terdiri atas perangkat kaidah
yang tidak seluruhnya sama. Ini berarti bahwa kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku juga bagi ragam tulisan, kaidah yang mengatur menghilangkan unsur-unsur tertentu dalam
kalimat ragam lisan, misalnya tidak berlaku seluruhnya bagi ragam tulisan, yang menuntut adanya kalimat-kalimat dalam bentuk selengkap mungkin.
Dalam hubungan dengan bahasa Indonesia, perbedaan antara kaidah ragam lisan dan kaidah ragam tulisan telah berkembang sedemikian rupa, sehingga kedua ragam itu memrlukan pembakuan
yang berbeda, sesuai dengan perkembangannya sebagai bahasa perhubungan antar daerah dan antar suku selama berabad-abad di seluruh Indonesia Teew, 1961; Halim, 1998.
2. Ragam Baku dan Nonbaku
Dalam pembicaraan seorang penutur selalu mempertimbangkan kepada siapa ia berbicara, dimana, tentang masalah apa, kapan dan dalam suasana bagaimana. Dengan adanya pertimbangan
semacam itu, timbullah ragam pemakaian bahasa sesuai dengan fungsi dan situasinya Suwito, 1983. Situasi di kantor, di depan kelas, dalam ruangan rapat resmi, dalam berdiskusi, berpidato,
memimpin rapat resmi, dan sebagainya merupakan situasisuasana resmi formal. Dalam situasisuasana seperti ini hendaknya dipakai ragam resmi atau formal yang biasa disebut dengan
istilah ragam bahasa baku atau dengan singkat ragam baku. Ragam baku ini selain digunakan dalam suasana seperti yang telah disinggung di atas, juga digunakan dalam surat menyurat resmi,
administrasi pemerintahan, perundang-undangan Negara, dan dalam karya-karya ilmiah. Sebaliknya, situasi di dalam rumah tangga, di pinggir jalan, di warung-warung, di pasar, di lapangan olahraga, dan
sebagainya merupakan situasisuasana yang tak resmi informal. Dalam suasana seperti ini hendaknya kita menggunakan ragam bahasa tak resmi informal yang biasanya disebut dengan istilah
ragam bahasa takbaku nonbaku atau dengan singkat ragam takbaku nonbaku. Jadi, pemakaian bahasa di luar suasana formal resmi dan hanya berfungsi sebagai alat komunikasi antarsahabat,
antaranggota keluarga di rumah, dan antarpembeli kesemuanya digolongkan ke dalam ragam takbaku.
Yang dimaksud dengan bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok, yang diajukan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam bahasa ini lazim digunakan dalam:
a. Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat dinas, pengumuman-
pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya.
b. Wacana teknis seperti dalam laporan resmi, karang ilmiah, buku pelajaran, dan sebagainya.
c. Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan sebagainya.
d. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya. Pemakaian 1 dan 2 didukung oleh
bahasa baku tertulis, sedangkan pemakaian 3 dan 4 didukung oleh ragam bahasa lisan. Ragam bahasa baku dapat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Penggunaan Kaidah Tata Bahasa
Kaidah tata bahasa normatif selalu digunakan secara ekspilisit dan konsisten. b.
Penggunaan Kata-Kata Baku Kata-kata yang dipakai adalah kata-kata umum dan sudah lazim digunakan atau yang frekuensi
penggunaanya cukup tinggi. Kata-kata yang belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali dengan pertimbangan- pertimbangan khusus.
c. Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam Tulisan
Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan EYD. EYD mengatur mulai dari penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan partikel,
penulisan angka penulisan unsur serapan, sampai pada penggunaan tanda baca. d.
Penggunaan Lafal Baku Dalam Ragam Lisan Hingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum pernah ditetapkan.
Tetapi ada pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa Indonesia adalah lafal yang bebas dari ciri- ciri lafal dialek setempat atau lafal daerah.
e. Penggunaan Kalimat Secara Efektif
Kalimat-kalimat yang digunakan dapat dengan tepat menyampaikan pesan denganlisan atau tulisan kepada pendengar atau pembaca, persis seperti yang di maksud pembicara atau penulis.
Secara keseluruhan ragam baku itu hanya ada satu dalam sebuah bahasa, dengan kata lain ragam-ragam selebihnya termasuk dialek merupakan ragam nonbaku. Dari sudut kebahasaan,
terdapat perbedaan antara ragam baku dan nonbaku antara lain tata bunyi, tata bentukan, kosa kata, dan tata kalmat. Dalam BI ejaan yang diakui baku adalah EYD, sehingga penulisan yang tidak sesuai
dengan EYD adalah ejaan nonbaku. Sayangnya dalam BI belum ada pengaturan yang tuntas mengenai pelafalan, sehingga batas antara baku dan nonbaku masih agak kabur meski tetap ada batas-batas
tertentu yang memisahkan keduanya. Kalau diperhatikan pemakaian kedua ragam bahasa itu, ragam baku adalah ragam bahasa yang
dilambangakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakaiannya. Sebagai kerangka rujukan, ragam baku berisi rujukan yang menentukan benar tidaknya pemakaian bahasa, baik ragam
lisan maupun ragam tulisan, sedangkan ragam takbaku selalu ada kecenderungan untuk menyalahi normakaidah bahasa yang berlaku.
3. Ragam Bahasa Berdasarkan Bidang Fungsional
a. Ragam Bahasa Ilmiah
Ciri bahasa indonesia ragam ilmiah: 1
Bahasa Indonesia ragam baku; 2
Pengunaan kalimat efektif; 3
Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda; 4
Pengunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias;
5 Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga objektivitas isi tulisan; dan
6 Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan Antaralinea.
b. Ragam Bahasa Sastra
Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak mengunakan kalimat yang tidak efektif. Pengambaran yang sejels-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering
dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
c. Ragam Bahasa Iklan
Bergaya bahasa hiperbola, berpersuasif, dan berkalimat menarik, ciri-ciri ragam bahasa iklan. Selain itu, ragam bahasa iklan bernada sugestif dan propogandis.
d. Ragam Bahasa Bidang-bidang Tertentu
Ragam bahasa ini digunakan pada bidang-bidang tertentu seperti transportasi, komputer, ekonomi, hukum, dan psikologi.diagnosis, infus, dan USG adalah contoh istilah dalam bidang kedokteran.
C. Penggunaan Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah dalam Menulis dan Presentasi Ilmiah