Berdasarkan pengujian morfologi sel yang dilakukan pada bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus menunjukkan hasil bahwa bakteri Escherichia coli
berbentuk batang, sesuai dengan pernyataan Jawetz dkk., 1996 dan bakteri Staphylococcus aureus berbentuk bulat, sesuai dengan pernyataan Pelczar dan Chan,
1988. Pengecatan Gram merupakan teknik pengecatan bakteri menggunakan beberapa macam larutan atau zat pewarna untuk mewarnai sel. Tujuan pengujian ini adalah untuk
membedakan bakteri ke dalam kelompok bakteri Gram positif atau Gram negatif Yusman, 2006. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, bakteri Escherichia coli
merupakan bakteri Gram negatif dan bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Jawetz dkk., 1996 yang menyataan
bakteri Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif karena menunjukan warna merah sedangkan bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif karena
menunjukan warna ungu sesuai dengan pernyataan Pelczar dan Chan, 1988.
Pengujian motilitas atau pergerakan bakteri dapat dilakukan dengan menginokulasi bakteri uji dengan menggunakan jarum enten ke dalam medium agar
tegak. Hasil inokulasi diinkubasi dan dilihat terbentuknya koloni di area tusukan, parameter yang diamati adalah adanya koloni yang terbentuk atau tidak, jika terdapat
koloni yang menyebar ke dalam agar membuktikan bahwa bakteri uji bersifat motil dan bila tidak menyebar bakteri bersifat non-motil Cappucino dan Sherman, 2011.
Berdasarkan pengamatan terhadap bakteri Escherichia coli menunjukan bahwa bakteri ini bersifat motil atau tumbuh menyebar sedangkan Staphylococcus aureus
menunjukkan hasil non-motil karena tidak terjadi penyebaran pada agar bekas goresan.
Menurut Lay 1994, pengujian katalase biasanya digunakan untuk mengetahui adanya enzim katalase pada isolat bakteri. Katalase adalah enzim yang dapat
mengkatalisasi penguraian hidrogen peroksida H
2
O
2
menjadi air dan O
2
. Hidrogen peroksida bersifat toksik terhadap sel karena bahan ini dapat menginaktivasikan enzim
dalam sel. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan terhadap bakteri Escherichia coli dan bakteri Staphylococcus aureus masing-masing dari kedua bakteri uji
menghasilkan hasil positif, karena kedua bakteri mampu mengkatalase hidrogen peroksida sesuai dengan pernyataan Lay 1994.
Menurut Cappucino dan Sherman 2011, pengujian fermentasi karbohidrat dilakukan untuk melihat kemampuan mikroorganisme memfermentasi sumber energi
yang berbeda karena mikroorganisme menggunakan karbohidrat yang berbeda tergantung pada enzim yang dimiliki oleh mikroorganisme tersebut karena sebagian
mikroorganisme dapat menggunakan glukosa sebagai bahan fermentasi dengan melewati cara anaerobik, namun sebagian mikroorganisme menggunakannya melalui
cara aerobik. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa bakteri Escherichia coli dapat memfermentasi karbohidrat. Hal ini dapat dilihat dari
pengujian gula laktosa, sukrosa, dan glukosa yang terjadi perubahan warna dari merah menjadi warna kuning. Begitu pula pada bakteri Staphylococcus aureus hasil pengujian
fermentasi karbohidrat menunjukan hasil positif, dan terjadi perubahan warna yang terdapat didalam tabung Durham.
F. Skrining Senyawa Ekstrak Minyak Atsiri Serai Dapur Menggunakan GC-
MS. Metode GC-MS merupakan gabungan dari dua instrumen alat yaitu spektrometri
massa dan kromatografi gas. Senyawa isolat dianalisis terlebih dahulu menggunakan kromatografi gas yang selanjutnya setiap komponen dianalisis menggunakan
spektofotometri massa. Hasil analisis menggunakan kromatografi gas dapat dilihat pada kromatogram yang terbentuk. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, ekstrak
minyak atsiri serai dapur yang telah dianalisis mengunakan kromatografi gas tidak terlihat peak atau puncak yang menunjukkan senyawa ekstrak minyak atsiri serai dapur
khususnya sitronelal, geraniol dan sitronelol pada kromatogram. Hal ini dimungkinkan karena sitronelal umumnya diperoleh dengan cara destilasi, mengingat sitronelal adalah
salah satu jenis minyak atsiri yang memiliki titik didih 207
dan tekanan uap tinggi sangat volatile Verawati dkk., 2013. Hasil uji GC-MS dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hasil uji GC-MS Apabila dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mulyani
2014, menggunakan metode destilasi air dan uap dengan hasil uji GC-MS dari granul minyak serai dapur, kandungan minyak atsiri yang diperoleh lebih banyak. Dapat dilihat
pada Gambar 5.
Gambar 5. Hasil GC-MS granul minyak atsiri serai dapur.
G. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Minyak Atsiri Serai Cymbopogon citratus
DC Stapf dalam Hand sanitizer.
Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak minyak atsiri serai terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus menggunakan metode sumuran
berdiameter 0,6 cm. Pengujian ini bertujuan untuk melihat kemampuan ekstrak minyak atsiri serai dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus yang dilihat dari terbentuknya zona hambat berwarna bening
disekitar sumuran. Hasil rerata dari pengujian antibakteri ekstrak minyak atsiri serai terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dapat dilihat
pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil rerata luas zona hambat.
Bakteri uji
Rerata Luas Zona Hambat cm
2
A B
C D
E E.coli
2,54 1,65
0,78 0,35
S.aureus 2,83
1,77 0,93
0,31 Keterangan :
A : perlakuan 100 ekstrak minyak atsiri serai kontrol + B : perlakuan 75 ekstrak minyak atsiri serai + 25 basis gel
C : perlakuan 50 ekstrak minyak atsiri serai + 50 basis gel D : perlakuan 25 ekstrak minyak atsiri serai + 75 basis gel
E : perlakuan 100 basis gel kontrol
– Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 4, dapat diketahui bahwa daya
hambat ekstrak minyak atsiri serai dapur dengan konsentrasi 100 merupakan konsentrasi yang terbaik dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli
dengan rata-rata 2,54 cm
2
dan menghambat pertumbuhan bakteri Stapylococcus aureus dengan rata-rata 2,83 cm
2
. Daya penghambatan ekstrak minyak atsiri serai pada konsentrasi 75 terhadap bakteri Escherichia coli dengan rata-rata 1,65 cm
2
dan bakteri Stapylococcus aureus dengan rata-rata 1,77 cm
2
. Daya penghambatan ekstrak minyak atsiri serai pada konsentrasi 50 terhadap bakteri Escherichia coli dengan rata-rata
0,78cm
2
dan bakteri Stapylococcus aureus dengan rata-rata 0,93 cm
2
. Daya penghambatan ekstrak minyak atsiri serai pada konsentrasi 25 terhadap bakteri
Escherichia coli dengan rata-rata 0,35 cm
2
dan bakteri Stapylococcus aureus 0,31 cm
2
. Selain itu untuk kontrol negatif atau tanpa penambahan ekstrak minyak atsiri serai
untuk masing-masing bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus aureus tidak memiliki daya penghambat terhadap pertumbuhan kedua bakteri tersebut yang dapat dilihat dari
rata-rata daya penghambat 0 cm
2
. Hal ini terjadi karena tidak terbentuknya zona bening di sekitar sumuran.
Menurut Hamza dkk. 2009, ekstrak serai terdiri dari saponin, tanin, alkaloid, flavonoid dan minyak atsiri Leung dan Foster, 1996. Berbagai kandungan senyawa
aktif tersebut mengindikasikan bahwa serai memiliki aktivitas antibakteri yang cukup besar Jafari dkk., 2012. Senyawa-senyawa tersebut dapat menghambat pertumbuhan
bakteri dengan merusak dinding sel bakteri dan mengubah komponen penyusun sel bakteri Magdalena dan Kusnandi, 2015. Berdasarkan hasil pengujian fitokimia ekstrak
minyak atsiri serai dapur, didapat hasil pengujian fitokimia yaitu saponin dan tanin sesuai pernyataan Hamza dkk. 2009 yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri,
sehingga aktivitas pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus aureus dapat terhambat.
Hasil zona hambat yang dihasilkan oleh beberapa variasi konsentrasi ekstrak minyak atsiri serai Cymbopogon citratus DC.Stapf dengan variasi konsentrasi basis
gel carbopol pada bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus akan dilanjutkan dengan analisis variasi ANOVA menggunakan SPSS 18,0 dengan tingkat kepercayaan
95. Berdasarkan hasil analisis variasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa perlakuan pada bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus memiliki beda nyata
yang signifikan dan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas zona hambat cm
2
aktivitas antibakteri ekstrak minyak atsiri serai dapur dengan variasi konsentrasi, kontrol positif dan negatif terhadap bakteri Escherichia coli
dan Staphylococcus aureus.
Perlakuan Luas Zona Hambat cm
2
Rata-rata E.coli
S.aures
Konsentrasi 0
a b
a
Konsentrasi 25 0,35
a
0,31
b
0,33
a
Konsentrasi 50 0,78
a
0,93
b
0,85
b
Konsentrasi 75 1,65
a
1,77
b
1,70
c
Konsentrasi 100 2,54
a
2,83
b
2,68
d
Rata-rata 1,06
x
1,16
y
1,11 Tingkat Kepercayaan = 95
nJumlah Pengulangan = 5 Berdasarkan Tabel 2, apabila dilihat pada konsentrasi 100 kontrol positif
ekstrak minyak atsiri serai tanpa penambahan basil gel carbopol memiliki kemampuan yang lebih besar dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan
Stapylococcus aureus dilihat dari zona bening yang dihasilkan. Apabila dilihat dari variasi konsentrasi, konsentrasi 100 merupakan konsentrasi yang efektif dalam
menghambat pertumbuhan kedua bakteri uji dibandingkan dengan variasi 75, 50, 25 dan 0. Selain itu apabila dilihat dari hasil Duncan pada Tabel 2, perlakuan variasi
konsentrasi ekstrak minyak atsiri serai dapur yang diberikan pada masing-masing bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus aureus terdapat beda nyata. Apabila dilihat
dari hasilnya, diketahui bahwa ekstrak minyak atsiri serai dapur yang diujikan pada bakteri Stapylococcus aureus lebih efektif dibandingkan Escherichia coli karena zona
bening yang dihasilkan lebih besar dengan rata-rata 1,16 cm
2
sedangkan pada bakteri Escherichia coli dengan rata-rata 1,06 cm
2
. Berdasarkan hasil yang didapat, ekstrak minyak atsiri serai lebih efektif
menghambat pertumbuhan bakteri Gram negatif dibandingkan bakteri Gram positif. Hal ini disebabkan oleh perbedaan struktur dinding sel yang dimiliki oleh masing-masing
bakteri Jawetz dkk., 2005. Perbedaan struktur dinding sel menurut Jawetz dkk. 2005 pada bakteri menentukan ikatan, penetrasi dan aktivitas senyawa antibakteri.
H. Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Minyak Atsiri Serai Dapur