pertambangan memiliki maksud dan
tujuan lebih
jauh dibandingkan peraturan-peraturan
lain yang
juga mengatur
pelaksanaan divestasi, yaitu tidak hanya sekedar sebagai penyertaan
modal, melainkan
juga merupakan
kesempatan untuk
mengembalikan kekuasaan negara di bidang pertambangan. Oleh
karena itu, pengaturan divestasi tidak dapat diunifikasi, karena
dalam
bidang-bidang tertentu
pelaksanaan divestasi memiliki maksud tertentu yang lebih jauh
dan lebih dalam.
2 Tinjauan Umum tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara
Tambang adalah
lubang tempat menggali mengambil
hasil dari bumi berupa bijih logam batu bara, dan sebagainya.
14
Secara etimologis,
istilah “pertambangan” berasal dari
bahasa asing,
yaitu
mining
Inggris. Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 UU No. 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Minerba, pertambangan adalah sebagian
atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian,
pengelolaan dan
pengusahaan mineral
atau batubara
yang meliputi
penyelidikan umum,
eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan
dan pemurnian,
pegangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.
Kegiatan pertambangan
mineral dan
batubara dapat
dilakukan dengan dua 2 cara, yaitu Pertambangan Terbuka dan
Pertambangan Tertutup.
Pertambangan terbuka
adalah suatu kegiatan penggalian bahan
galian seperti
batubara, ore
bijih, batu dan sebagainya di mana para pekerja berhubungan
langsung dengan udara luar dan iklim. Tambang terbuka disebut
juga dengan
open cut mining
, yang
artinya metode
penambangan yang dipakai untuk menggali mineral deposit yang
ada pada suatu batuan yang berada
atau dekat
dengan pemukaan.
Sementara, pertambangan
tertutup adalah
proses pengambilan suatu jenis barang tambang dengan cara
membuat sumur penambangan vertical atau
Shaf Mining
atau terowongan
penambangan horizontal atau
Slope Mining
ke dalam
lapisan-lapisan batuan
karena lokasi barang tambang jauh di dalam perut bumi.
Dasar hukum pertambangan mineral dan batubara di Indonesia
adalah Undang-undang Nomor 4 Tahun
2009 tentang
Pertambangan Mineral
dan Batubara.
Undang-undang ini
merupakan ketentuan
yang menggantikan
Undang-undang No. 11 Tahun 1967 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertambangan. Berdasarkan UU No. 4 Tahun 2009, yang menjadi
wujud pendelegasian pengelolaan pertambangan adalah Izin Usaha
Pertambangan
atau yang
terdahulu dikenal dengan istilah Kuasa
Pertambangan. Akan
tetapi, dalam UU ini juga tetap dihormati Kontrak Karya KK
sampai masa berlakunya habis.
2. METODE Penelitian ini menggunakan metode
penelitian hukum normatif dengan focus
penelitian berupa
peraturan perundang-undangan
mengenai penanaman
modal, undang-undag
minerba, dan
peraturan pelaksana
terkait divestasi pertambangan umum yaitu Peraturan Pemrintah No. 77
Tahun 2014. Data yang diperoleh berupa data sekunder sebagai bahan
hukum utama. Bahan Hukum Primer berupa peraturan perundang-undangan
yang terdiri dari Pasal 33 UUD 1945, UU No. 1 Tahun 1967 tentang
Pertambangan Umum, UU No. 11 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal
Asing, UU No. 4 Tahun 2009 tentang Minerba, UU No. 25 Tahun 2007
tentang PMA, PP No. 77 Tahun 2014 tentang
Perubahan Ketiga
Atas Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun
2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara, Permen ESDM No. 27 Tahun 2013
tentang Cara
Pelaksanaan Kewajiban Divestasi Saham di Bidang
Pertambangan Minerba, dan Peraturan Kepala BKPM No. 5 Tahun 2013.
Bahan Hukum Sekunder berupa fakta hukum, doktrin, pendapat hukum dalam
literature, hasil penelitian, dokumen, internet
serta narasumber.
Teknik pengumpulan
data berasal
dari peraturan perundang-undangan, buku.
Internet, wawancara. Teknik analisis data dengan mendeskripsikan hukum
positif, mensistematisasi hukum positif, menganalisis hukum positif, menilai
hukum poisitf, dan proses berpikir dengan prosedur nalar yang digunakan
secara deduktif.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN a.
Prosedur Hukum
dalam Melaksanakan Kewajiban Divestasi
di Sektor Pertambangan Minerba Pasal 112D dalam PP No. 77
Tahun 2014 yang secara otomatis merubah proses divestasi yang ada
dalam KK menentukan Pemegang kontrak karya dan perjanjian karya
pengusahaan petambangan batubara:
1 yang telah berproduksi
kurang dari 5 lima tahun sebelum
diundangkan Peraturan Pemerintah ini
wajib mengikuti ketentuan divestasi
saham sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini;
dan 2
yang telah berproduksi sekurang-kurangnya
5 lima
tahun sebelum
diundangkan Peraturan
Pemerintah ini
wajib melaksanakan
divestasi saham;
a sebesar 20 dua
puluh persen
paling lambat 1 satu tahun sejak
Peraturan Pemerintah
ini diundangkan; dan
b sebesar persentase
pada tahun berjalan sesuai
dengan ketentuan
dalam Peraturan
Pemerintah ini
paling lambat 5 lima tahun sejak
Peraturan Pemerintah
ini diundangkan.
Adanya peraturan yang terdapat dalam Pasal 112D ini menyebabkan
penanam modal asing yang melakukan kegiatan usaha pertambangan dengan
jalur KK harus menyesuaikan isi kontrak dan mematuhi peraturan ini.
Peraturan ini di sisi lain juga memunculkan konflik. Sebagai contoh
PT. Freeport tidak mau tunduk kepada peraturan tersebut, dengan alasan
bahwa ketentuan divestasi dalam KK tidak dapat dirubah, karena KK
bersifat
nail down
yang artinya kontrak karya tersebut tidak mengikuti
aturan atau perundang-undangan yang berkembang bersifat tetap.
Konflik ini terjadi karena di satu sisi KK yang bersifat
nail down
menjadi hukum yang mengikat bagi para pihaknya dan tidak mengikuti
aturan atau perundang-undangan yang berkembang dasar hukumnya terdapat