DIVESTASI SAHAM PERTAMBANGAN YANG DIKELO

DIVESTASI SAHAM PERTAMBANGAN YANG DIKELOLA PIHAK ASING
DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG
MINERAL DAN BATUBARA
(Studi PT. Freeport Indonesia)
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara berkembang dengan tingkat perekonomian
yang setiap tahunnya mengalami perkembangan pesat. Laju perekonomi Indonesia
yang pesat menjadi salah satu faktor pendorong masuknya investasi dari luar negeri.
Investasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penanaman uang atau
modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan1.
Secara umum investasi atau penanaman modal dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
yang dilakukan baik oleh orang pribadi (natural person) maupun badan hukum
(juruidical person) dalam upaya untuk meningkatkan dan atau mempertahankan nilai
modalnya, baik yang berbentuk uang tunai (cash money), peralatan (equipment), asset
tidak bergerak, hak katas kekeyaan intelektual, maupun keahlian.2
Dalam ekonomi ada terminologi there is no (economic) growth without
investment. 3 Pernyataan ini mengandung arti bahwa investasi memiliki peran yang
penting dalam pembangunan ekonomi, walaupun investasi bukan satu-satunya
komponen pertumbuhan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi, investasi memiliki
1 Menurut KBBI dikutip dari website http://kbbi.web.id/investasi, pada tanggal 30 oktober
2016, pukul 14.00 WIB

2 Ana Rokhmatuss’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Penanaman modal, Sinar
Grafika, 2015, hlm 3
3 Faisal Santiago, Pengantar Hukum Bisnis, mitra wacana media, Jakarta, 2012, hlm 25

1

2

dua peranan penting. Pertama, peran dalam jangka pendek berupa pengaruh terhadap
permintaan agregat yang akan mendorong meningkatnya output dan kesempatan
kerja. Kedua, efeknya terhadap pembentukan kapital. Investasi akan menambah
berbagai peralatan, mesin, bangunan dan sebagainya. Dalam jangka panjang, tindakan
ini akan meningkatkan potensi output dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara
berkelanjutan.
Investasi dibedakan menjadi 2 yakni investasi tidak langsung dan investasi
langsung. Pertama ialah Investasi Tidak Langsung (Portfolio Investment) dimana
investor dapat melakukan investasi namun tidak terlibat secara langsung dan cukup
dengan memegangnya dalam bentuk saham dan obligasi. Investasi tidak langsung
pada umumnya merupakan investasi jangka pendek yang mencakup kegiatan
transaksi di pasar modal dan di pasar uang.4 Investasi ini disebut sebagai investasi

jangka pendek karena pada umumnya mereka melakukan jual saham dan atau mata
uang dalam jangka waktu yang relatif singkat, tergantung kepada fluktuasi nilai
saham dan atau mata uang yang hendak mereka perjual belikan. Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang selanjutnya disingkat dengan
UUPM sebenarnya sudah membedakan secara tegas antara investasi langsung (direct
investment) dan investasi tidak langsung (portfolio investment). Penanaman modal di
semua sektor di wilayah negara Republik Indonesia adalah penanaman modal
langsung dan tidak termasuk penanaman modal tidak langsung atau portofolio.5
4Sihombing Jonker, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, PT. Alumni, Bandung, 2009,
hlm. 5
5 Lihat pasal 2 undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal

3

Kedua ialah Investasi Langsung (Direct Investment) dimana investor dapat
langsung berinvestasi dengan membeli secara langsung suatu aktiva keuangan dari
suatu perusahaan6. Investasi ini merupakan aset-aset riil (real assets) yang melibatkan
aset berwujud, misalkan pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan
pertambangan, pembukaan perkebunan, dan lainnya. Investasi secara langsung selalu
dikaitkan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal dalam kegiatan

pengelolaan modal. Penanaman modal secara langsung, pihak investor langsung
terlibat dalam kegiatan pengelolaan usaha dan bertanggung jawab secara langsung
apabila terjadi suatu kerugian.
Sumber daya alam serta sumber daya manusia yang berlimpah juga menjadi
salah satu pendorong banyaknya investor yang ingin melakukan investasi secara
langsung. Eksploitasi sumber daya alam Indonesia yang masih sangat minim dikelola
oleh pemerintah maupun investor dalam negeri, mendorong investor asing
berbondong-bondong datang ke Indonesia untuk mengelola sumber daya alam dengan
tujuan mendapatkan keuntungan yang besar.
Salah satu sumber daya alam yang dimiliki Indonesia yang belum bisa
dikelola oleh dalam negri adalah dalam hal pertambangan mineral. Bermunculannya
investor asing yang melakukan pengeksploitasian terhadap pertambangan mineral
memicu banyak pro dan kontra yang berkepanjangan. Pembagian hasil yang dirasa
tidak seimbang dan adil antara pihak pengelola dan negara sebagai pemilik dari

6 Ibid, hlm. 6

4

sumber daya alam tersebut dianggap masyarakat tidak memiliki efek yang signifikan

terhadap Indonesia.
Tambang mineral adalah salah satu sumber daya alam yang sangat potensial
yang dimiliki Indonesia di beberapa pulau dan daerah yang berada dalam lingkaran
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sumber daya alam ini dianggap
sebagai sebuah peluang bisnis yang sangat menjanjikan untuk dikelola oleh pihak
asing. Potesi mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari pengeksploitasian
sumber daya ini menjadi faktor utamnya.
Keluarnya Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral dan
Batubara

(UU

Minerba)

yang

mewajibkan

perusahaan


tambang

asing

mendivestasikan sahamnya kepada pihak nasional bertujuan agar dikemudian hari
indonesia dapat mengelola dan mengambil alih pengelolahan pertambangan yang
kemudian dapat dipergunakan hasilnya untuk kepentingan rakyat indonesia. Divestasi
adalah penjualan surat berharga dan atau kepemilikan pemerintah ataupun saham
pihak asing kepada pihak lain.7 Dalam finansial dan ekonomi, divestasi adalah
pengurangan beberapa jenis aset baik dalam bentuk finansial atau barang, dapat pula
disebut penjualan dari bisnis yang dimiliki oleh perusahaan. Ini adalah kebalikan dari
investasi pada aset yang baru.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang mineral dan batubara
kemudian diperkuat dengan munculnya Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2012

7 Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Hukum Divestasi Di Indoneisa (pasca putusan
mahkaman konstitusi RI No 2/SKLN-X/2012), PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 3

5


atas perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2010 tentang pelaksanaan
kegiatan usaha mineral dan batubara yang mewajibkan pemegang IUP (Ijin Usaha
Pertambangan) yang dikelola oleh pihak asing untuk mendivestasikan minimum 51%
sahamnya kepada pihak nasional yang dilakukan secara bertahap yakni dimulai dari
setelah tahun kelima pertambangan tersebut berlangsung. Tujuan dari dikeluarkan nya
kewajiban divestasi tersebut dimaksudkan agar dikemudian hari Indonesia dapat
mandiri dalam mengelola sumber daya alam yang dimilikinya serta dapat merasakan
keuntungan yang seharusnya sehingga, dapat mendorong pertumbuhan pendapatan
perkapita yang semakin baik serta menjalankan amanat dari Undang-Undang Dasar
1945 pasal 33 yakni negara berdaulat secara mayoritas terhadap bumi, air serta yang
terkandung didalam nya untuk digunakan bagi kepentingan rakyat indonesia8.
Pada tahun 2014 pemerintah merevisi kembali Peraturan Pelaksana
pertambangan mineral dan batubara yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 77 Tahun 2014 sebagai perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2010, munculnya Peraturan Pemerintah tersebut membuat banyak pihak merasa
undang-undang ini tidak berpihak pada kepentingan rakyat. Saham yang semula
seharusnya di divestasikan oleh pemilik UIP dan IUPK yang dikelola oleh pihak
asing adalah 51% kemudian di klasifikasikan kembali menjadi beberapa bagian
berdasarkan jenis pertambangan yang dilakukan. Ketentuan ini dimuat dalam pasal 97
Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2014.


8 Lihat pada undang-undang dasar pasal 33 ayat (3)

6

Kenyataan dilapangan tidak selaras dengan peraturan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah, masih banyak perusahaan asing yang enggan melakukan divestasi
sahamnya. Salah satu contohnya adalah PT. Freeport Indonesia. PT. Freeport
Indonesia dan pemerintah daerah Papua telah melakukan negoisasi guna melakukan
penjualan 9.36 persen9 saham. Proses negoisasi tersebut terjadi sekitar tanggal 8
Januari 2010 yang lalu.
Lima tahun setelahnya, sekitar bulan Oktober 2015 mendatang perusahaan
tambang asal Amerika Serikat, PT. Freeport Indonesia, siap meningkatkan divestasi
saham kepada pihak nasional dari saat itu 9,36 menjadi 20 persen. Divestasi
selanjutnya dilakukan pada Oktober 2019 hingga mencapai total 30 persen. Sesuai
ketentuan, saham tersebut ditawarkan kepada pihak nasional, yakni ke pemerintah
pusat, berikutnya pemda setempat, dan terakhir perusahaan swasta nasional.
Sesuai dengan ketentuan baru berdasarkan Pasal 97 ayat (1d) yang
menyatakan bahwa:
Kewajiban divestasi saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi

pemegang IUP Operasi produksi dan IUPK Operasi produksi yang melakukan
kegiatan penambangan dengan menggunakan metode penambangan bawah tanah,
setelah akhir tahunkelima sejak berproduksi palin sedikit sebagai berikut:
a. tahun keenam 20% (dua puluh persen)
b. tahun kesepuluh 25% (dua puluh lima persen)

9 http://bisnis.liputan6.com/read/2345818/divestasi-saham-freeport-harus-ikuti-aturan diakses
pada hari senin, tanggal 10 oktober 2016, pukul 20.21 WIB.

7

c. tahun kelimabelas 30% (tiga puluh persen)
dari jumlah seluruh saham10
PT. Freeport Indonesia sebagai salah satu pemegang UIP dengan metode
penambangan bawah tanah dengan demikian hanya dikenakan kewajiban untuk
melakukan divestasi 30%. Namun, divestasi yang dilakukan oleh PT. Freeport
Indonesia ini terkesan mengulur-ngulur waktu dalam pelaksanaannya. Ketidak
tegasan pemerintah dalam meminta PT. Freeport Indonesia untuk segera
mendivestasikan sahamnya juga menjadi kendala yang sangat berarti. Munculnya
Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2014 membuat publik semakin dibuat

bingung karena terjadi pengurangan jumlah saham yang harus nya di divestasikan
oleh perusahaan asing yakni dari 51% menjadi hanya 30% saham yang harus yang
didivestasikan.
Proses negosiasi yang terlalu lama mencapai kesepakatan antara pemerintah
dan PT. Freeport indonesia untuk membeli saham yang akan dilepas oleh PT. Freeport
Indonesia juga menjadi kendala yang sangat berarti. Bila diingat bahwasannya
pertambangan mineral yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia terus berjalan dan
dikhawatirkan dengan lamanya proses divestasi yang mengulur-ngulur waktu karena
tidak tercapainya proses negosiasi yang menemukan titik terang akan membuat
semakin menipisnya kandungan mineral yang terkandung di dalam lahan
pertambangan tersebut.

10 Lihat pasal 97 ayat (1d) Peraturan Pemerintah Nomor 77 tahun 2014 Tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

8

Sanksi penerapan sanksi administrasi yang tidak tegas pun membuat
perusahaan tambang emas ini menjadi semakin mengulur-ngulur waktu untuk
melakukan divestasi sesuai dengan ketentuan peraturan yang dibuat oleh pemerintah.

B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan divestasi saham di PT. Freeport Indonesia ditinjau
dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor
77 Tahun 2014 tentang Mineral dan Batubara serta hambatan dalam
melakukan divestasi ?
2. Bagaimana penerapan sanksi terhadap perusahaan asing yang tidak
melaksanakan divestasi saham berdasarkan UU No. 4 tahun 2009 tentang
mineral dan batubara serta peraturan pemerintah No. 77 tahun 2014 tentang
divestasi (Studi Kasus PT. Freeport Indonesia) ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Bagaimana pelaksanaan divestasi saham di PT. Freeport
Indonesia ditinjau dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 77 Tahun 2014 tentang Mineral dan Batubara serta
hambatan dalam melakukan divestasi
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan sanksi terhadap perusahaan asing
yang tidak melaksanakan divestasi saham berdasarkan UU No. 4 tahun 2009
tentang mineral dan batubara serta peraturan pemerintah No. 77 tahun 2014
tentang divestasi (Studi Kasus PT. Freeport Indonesia)

9


D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian dibagi menjadi dua yaitu kegunaan teoritis dan
kegunaan praktis.
1. Kegunaan Teoritis
a. Penelitian

ini

diharapkan

dapat

memperluas

wawasan

ilmu

pengetahuan dalam bidang ilmu hukum perdata pada umumnya serta
hukum divestasi pada khususnya terutama mengenai divestasi saham
pertambangan yang dikelola oleh pihak asing
b. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pemahaman serta
mampu memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti
berkaitan dengan divestasi saham pertambangan mineral dan batubara
yang dikelola oleh pihak asing
2. Kegunaan Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai
kewajiban bagi perusahaan asing untuk mendivestasikan sahamnya,
terutama perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan
mineral dan barubara.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi serta dapat
dijadikan masukan bagi pemerintah serta lembaga-lembaga yang terakait
seperti kementerian Energi Sumber Daya Mineral dan institusi terkait untuk
dapat menegakan hukum sebagaimana yang telah diamanatkan didalam
undang-undang

yang

mengaturnya

serta

pelaku

usaha

yang

akan

10

menginvestasikan uangnya dalam bidang pertambangan. Pemerintah juga
diharapkan untuk senantiasa mengedepankan selalu kepentingan rakyat diatas
kepentingan pribadi dan golongan.
E. Kerangka Pemikiran
1. Kerangka Teoritis
Menurut Soerjono Soekanto ada beberapa kegunaan dari teori atau
kerangka teoritis yakni bahwa teori tersebut berguna untuk lebih
mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau
diuji kebenarannya, teori sangat berguna di dalam mengembangkan sistem
klarifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan
definisi-definisi dan teori, biasanya merupakan suatu ikhtisar daripada hal-hal
yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang
diteliti11.
Adapun dalam penelitian ini teori yang digunakan sebagai berikut:
a) Teori Kepastian Hukum
Tujuan hukum yang mendekati realistis adalah kepastian hukum dan
kemanfaatan hukum. Kaum Positivisme lebih menekankan pada kepastian hukum,
sedangkan Kaum Fungsionalis mengutamakan kemanfaatan hukum, dan sekiranya
dapat dikemukakan bahwa “summum ius, summa injuria, summa lex, summa
crux” yang artinya adalah hukum yang keras dapat melukai, kecuali keadilan yang
dapat menolongnya, dengan demikian kendatipun keadilan bukan merupakan tujuan
11 Soerjno Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hlm. 121

11

hukum satu-satunya akan tetapi tujuan hukum yang paling substantif adalah
keadilan12. Penegakan hukum dapat menciptakan rasa adil bagi seluruh rakyat
indonesia.
Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua pengertian yaitu
pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan
apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa keamanan hukum bagi
individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat
umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan
oleh Negara terhadap individu13.
Penegakan hukum yang harus diterapkan oleh pemerintah dalam hal ini
kepada setiap pemegang Izin Usaha Pertambangan sangatlah dideperlukan. Hal ini
guna untuk membuat para pemegang izin tersebut tidak melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan yang telah ditetapkan didalam undang-undang. Pelaksaan
divestasi yang semakin hari semakin mengulur-ngulur dan tidak adanya tindakan
hukum yang dilakukan oleh pemerintah membuat penegakan hukum di indonesia
semakin lemah terhadap pelaku usaha pertambangan terutama terhadap PT Freeport
indonesia.
b) Teori Negara Kesejahteraan
Teori negara kesejahteraan adalah negara yang pemerintahannya menjamin
terselenggaranya kesejahteraan rakyat. Dalam mewujudkan kesejahteraan rakyatnya
12 Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum, Laksbang
Pressindo, Yogyakarta, 2010, hlm.59.
13 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Penerbit Citra Aditya Bakti,Bandung,
1999, hlm.23.

12

harus didasarkan pada lima pilar kenegaraan, yaitu : Demokrasi (Democracy).
Penegakan Hukum (Rule of Law), perlindungan Hak Asasi Manusia, Keadilan Sosial
(Social Juctice) dan anti diskriminasi.
Menurut R. Kranenburg, negara harus secara aktif dapat mengupayakan
kesejahteraan, bertindak adil yang dapat dirasakan seluruh masyarakat secara merata
dan seimbang, bukan mensejahterakan golongan tertentu tapi seluruh rakyat. 14 Maka
akan sangat ceroboh jika pembangunan ekonomi dipinggirkan, lalu kemudian
pertumbuhan ekonomi hanya dipandang dan dikonsentrasikan pada angka persentase
belaka. Kesejahteraan rakyat adalah indikator yang sesungguhnya.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 33 dimana
dikatakan dalam ayat (2) bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Didalam ayat (3)
kemudian dijelaskan lebih lanjut bumi dan air serta kekayaan yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat15. Tertulis jelas bahwa negara harus memegang peranan penting
dalam pengelolaan sumber daya alam yang ada di indonesia yang kemudian hasilnya
digunakan untuk kesejahteraan masyarakat indonesia.
Berkaitan dengan divestasi pertambangan asing, teori ini memberikan
penjelasan bahwasannya negara harus dapat menerapkan hukum sebagaimana yang
telah diatur didalam undang-undang dan selalu mementingkan kepentingan umum
14 http://insanakademis.blogspot.co.id/2011/10/teori-welfare-state-menurut-jm-keynes.html
diakses pada tanggal 30 Oktober 2016 pada pukul 23.09 WIB.
15 Lihat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (2) dan (3)

13

daripada kepentingan golongan. Sesuai dengan tujuan dilakukannya divestasi
terhadap perusahaan pertambangan yang dikelola asing, yakni agara dikemudian hari
indonesia dapat mandiri dalam mengelola sumber daya alamnya sehingga sumber
daya alam ersebut dapat digunakan untuk kepentingan rakyat dan memberikan
kesejahteraan bagi masyarakat secara luas.
2. Kerangka Konseptual
Suatu kerangka konseptusional, merupakan kerangka yang menggambarkan
hubungan antara konsep-konsep khusus, yang ingin atau akan diteliti. Suatu konsep
bukan merupakan gejala yang akan diteliti, akan tetapi merupakan suatu abstraksi
dari gejala tersebut. Gejala tersebut biasanya dinamakan fakta, sedangkan konsep
merupakan suatu uraina mengenai hubungan-hubungan dalam fakta tersebut.16
Kerangka konseptual dalam penelitian ini sebagai berikut:
Penanaman Modal Langsung
Penanam modal langsung adalah penanam modal yang dilakukan dengan
membeli langsung (tanpa lewat pasar modal) saham perusahaan baru, baik melalui
badan koordinasi penanaman modal (BKPM), maupun departemen lain17. Penanam
modal biasa disebut sebagi investor atau orang yang memiliki dana untuk di
investasikan kedalam sebuah perusahaan dengan tujuan mendapatkan keuntungan
diwaktu tertentu yang telah disepakati. Penanam modal secara langsung dapat
16 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, univetsitas Indonesia, Jakarta, 2010, hlm
132.
17 Munir Faudi, Pengantar Hukum Bisnis (Menata Bisnis Modern di Era Global), Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2004, hlm 18.

14

diartikan pula bahwa secara fisik ia hadir dalam menjalankan usahanya. Dengan
hadirnya atau tepatnya dengan didirakannya badan usaha.18
Divestasi
Divestasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang penjualan saham yang
dimiliki oleh perusahaan atau cara mendapatkan uang dari invetasi yang dimiliki oleh
seseorang19.

Divestasi juga dapat diartikan kebijakan terhadap perusahaan yang

seluruh sahamnya dimiliki oleh investor asing untuk secara bertahap tetapi pasti
mengalihkan saham-sahamnya itu kepada mitra bisnis local atau pemerintah sesuai
dengan ketetapan yang telah diatur didalam Undang-undang atau Peraturan lainnya.
Saham
Menurut Darmadji dan Fakhruddin yang dimaksud dengan saham adalah
Sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan atau perseorangan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa
besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.20 Saham juga dapat berupa
surat berharga yang menunjukan bagian kepemilikan atas suatu perusahaan. Pemilik
saham berhak menerima keuntungan atau deviden dari suatu perusahaan tergantung
presentasi kepemilikan saham yang dimilikinya.

18 Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, Nuansa Alia, Bandung, 2010, hlm 41
19 Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Op. Cit, hlm 36.
20 http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2015/09/pengertian-saham-dan-hargasaham.html diakses pada tanggal 23 oktober 2016, pukul 20.00 WIB

15

Mineral
Pengertian mineral adalah senyawa organik yang terbentuk dialam, yang
memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan Kristal teratur atau gabungailnya
yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.21
Tambang
Tambang adalah proses penggalian ditanah untuk menemukan atau
mengekstrak mineral, atau proses penggalian yang diperlukan untuk memperoleh
bijih metal atau kandungan lain didalam tanah.
Modal Asing
Dalam UU No. 25 tahun 2007 tentang penanaman modal, dijelaskan bahwa
yang dimaksud dengan modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing,
perseroan warga negara asing, badan usaha asing, dan atau badan hukum Indonesia
yang sebagain atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.
F. Metode Penelitian
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu
atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya. Maka diadakan
juga pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian
mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di
dalam gejala yang bersangkutan.22
21 Lihat pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 Tentang pertambangan Mineral
dan Batubara
22 Soerjno Soekanto, Op, Cit, hlm 43

16

Oleh sebab itu dalam penyusunan penelitian skripsi ini digunakan metode
penelitian sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian yuridis normatif yaitu penelitian
dengan cara meneliti data yang diperoleh dari studi kepustakaan (library research)
yang meliputi buku-buku serta peraturan perundang-undangan, adapun yang
berkaitan dari penelitian ini dengan melihat aturan yang berkenaan dengan
Penanaman Modal Asing dan Pertambangan Mineral dan Batubara.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan terhadap Undang-undang. 23
Pendekatan ini menelaah Undang-undang yang berkaitan dengan Penanaman Modal
Asing yakni Undang-undang nomor 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing,
pertambangan mineral dan batubara yakni Undang-undang nomor 4 tahun 2009
tentang Mineral Dan Batubara serta Peraturan Pemerintah nomor 77 tahun 2012
tentang pelaksanaan usaha pertambangan mineral dan batubara.
3. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder yang
berkaitan dengan penelitian serta bahan-bahan hukum yang mengikat dan data primer
berupa wawancara sebagai data pendukung. Data sekunder yang diperoleh dalam
penelitian ini melalui studi dokumen terhadap bahan kepustakaan dengan
mempelajari:
23 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2011, hlm. 93

17

a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat yang terdiri dari
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan obkjek penelitiannya,
diantaranya meliputi:
1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945
2) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
3) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara
4) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 Tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan
Usaha Mineral dan Batubara
5) Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2014 atas Perubahan Ketiga
atas Aturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan
Usaha Mineral dan Batubara
b. Bahan hukum sekunder yaitu buku-buku, dokumen-dokumen, makalah dan
jurnal hukum yang berkaitan dengan penelitian serta memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer.
c. Bahan hukum tersier adalah petunjuk atau penjelasan mengenai bahan
hukum primer atau bahan hukum sekunder yang berasal dari black’s law
dictionary, artikel, kamus besar bahasa Indonesia , internet dan lain-lain.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
melalui studi kepustakaan (library research) atau studi dokumen, yaitu teknik

18

pengumpulan data sekunder melalui penelaahan terhadap konsep, teori, peraturanperaturan dan bahan-bahan tertulis lainnya yang berkenaan dalam penelitian.
5. Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis dan
menafsirkan data tersebut. Adapun teknik atau metode yang digunakan dalam
menganalisis data adalah Yuridis Kualitatif. Oleh karena penelitian ini merupakan
penelitian yuridis normatif yang bersifat deskriptif maka data dianalisis secara
kualitatif

yakni

analisis

yang

menggunakan

pendekatan

logika.

Hal

ini

diklasifikasikan dan diinterpretasikan dalam bentuk tulisan sehingga objek penelitian
dapat tergambarkan dengan jelas.24

G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan proposal penelitian ini, penulisan membagi penelitian kedalam 5
(lima) bab, dimana setiap bab terdiri dari sub-sub bab guna memberikan penjelasan
yang sistematis dan efektif.
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran
yang terdiri dari kerangka teoritis dan kerangka konseptual, metode
penelitian dan sistematika penulisan.

24 Suharsimi Arikonto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Rineka Cipta, Jakarta,
1993, hlm. 65

19

BAB II

TINJUAN TEORI TENTANG DIVESTASI SAHAM
Bab ini menguraikan tinjauan teoritis mengenai divestasi saham
pertambangan yang dikelola oleh pihak asing meliputi pengertian,
tujuan dan kewajiban divestasi saham serta fungsi dari divestasi,
tahap-tahap melakukan divestasi saham.

BAB III

PERMASALAHAN YANG TIMBUL DALAM PELAKSANAAN
DIVESTASI SAHAM PADA PT. FREEPORT INDONESIA
Bab ini membahas tentang masalah-masalah yang timbul dalam
program divestasi saham pada PT. Freeport indonesia. Masalahmasalah yang penulis bahas dalam bab ini yaitu proses divestasi saham
yang mengulur-ngulur waktu sehingga menyebabkan terhambat dan
lama nya proses negoisasi dalam penawaran saham yang akan dibeli,
masalah harga saham yang akan dialihkan, serta masalah ketersediaan
dana yang memadai untuk pembelian saham.

BAB IV

ANALISIS DIVESTASI SAHAM PERTAMBANGAN ASING
SESUAI DENGAN KETENTUAN PP NO 77 TAHUN 2012
TENTANG MINERAL DAN BATUBARA (STUDI KASUS PT
FREEPORT INDONESIA)
Bab ini berisika tentang analisi mengenai kasus-kasus yang terkait
dengan pelaksanaan kewajiban divestasi di Indonesia dengan
mengambil satu contoh dalam proses divestasi PT. Freeport Indonesia
yang sampai saat ini tidak memenuhi kewajiban divestasi saham

20

sebanyak yang telah ditentukan oleh undang-undang no. 4 tahun 2009
tentang pertambangan mineral dan batu bara serta Peraturan
Pemerintah nomor 77 tahun 2012 tentang pelaksanaan usaha
pertambangan mineral dan batubara.
BAB V

PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan penulis terhadap keseluruhan penelitian
yang telah penulis lakukan dan merupakan jawaban atas identifikasi
masalah yang penulis rumuskan, serta saran penulis terkait dengan
permasalahan-permasalahan tersebut.