Spesies : Escherichia coli
Syahrurachman et al., 1994 Escherichia coli berbentuk batang pendek kokobasil dengan ukuran
0,4-0,7 µm x 14 µm, beberapa strain memiliki kapsul dan sebagian besar gerak positif Syahrurachman et al., 1994. E. coli dibedakan menjadi nonpatogen dan
patogen. E. coli nonpatogen ditemukan di usus besar manusia dan dikaitkan dengan infeksi oportunistik. E coli patogen bertanggung jawab menyebabkan penyakit
gastroenteritis, infeksi saluran kemih dan meningitis neonatal Liu, 2002. Escherichia coli sangat rentan terhadap berbagai antibotik. Perkembangan
resistensi E. coli sangat cepat. Persentase resistensi E. coli terhadap sefotaksim sebesar 90,16 Kumar et al., 2013. Pada infeksi saluran kemih yang disebabkan
oleh E. coli dapat diberikan pilihan antibiotik gentamisin atau golongan aminoglikosida lain, kotrimoksazol, aztreonam, sefalosporin generasi III seperti
sefotaksim, sefaklor, dan seftazidim Badan POM RI, 2008a.
3. Methicillin Resistant Staphylococcus aureus MRSA
Methicillin Resistant Staphylococcus aureus MRSA merupakan bakteri Staphylococcus aureus yang mengalami resistensi terhadap antibiotik metisilin.
Resistensi terjadi karena perubahan genetik karena paparan antibiotik yang tidak rasional Mahmudah et al., 2013. S aureus diketahui resisten terhadap sefotaksim
dengan persentase 82,69 Kumar et al., 2013. S. aureus merupakan bakteri yang sering ditemukan pada kulit, termasuk dalam bakteri Gram positif fakultatif anaerob
dapat tumbuh dengan baik pada suhu 15-40 ˚C tetapi tumbuh optimal pada suhu
35 ˚C. Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut :
Ordo : Eubacteriales
Family : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
Syahrurachman et al., 1994 S. aureus berbentuk sferis menggerombol dengan susunan tidak teratur,
memiliki diameter 0,8-1,0 mikron, tidak bergerak, tidak berspora serta memiliki warna yang khas yaitu kuning keemasan Syahrurachman et al., 1994. Dinding sel
S. aureus tersusun oleh komponen dasar peptidoglikan dengan ketebalan 20-40 nm. Secara alami bakteri ini ditemukan pada kulit dan nasofaring manusia yang
mengakibatkan infeksi lokal pada kulit, hidung, uretra, vagina dan sistem pencernaan Harris et al., 2002.
Infeksi Staphylococcus aureus menimbulkan penyakit bagi manusia dengan tanda yang khas seperti peradangan, nekrosis dan pembentukan abses. Pengobatan
pada infeksi yang disebabkan oleh MRSA menggunakan penisilin G. Pada pasien yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan golongan sefalosporin
Syahrurachman et al., 1994. Pada infeksi sepsis yang disebabkan oleh S. aureus dapat diberikan pilihan antibiotik golongan aminoglikosida, amoksisilin, ampisilin,
sefotaksim atau seftriakson tunggal Badan POM RI, 2008a.
4. Tanaman Obat
a. Daun jambu mete Anacardium occidentale L.
Jambu mete memiliki banyak manfaat, salah satunya bagian daun dapat digunakan sebagai obat luka bakar. Daun jambu mete berbentuk bulat telur dengan
tepi rata dan pangkal runcing Badan POM RI, 2008b. Menurut hasil penelitian Ishola 2009 yang menggunakan analisis fitokimia, daun jambu mete mengandung
alkaloid dan tanin yang mempunyai aktivitas antibakteri. Aktivitasnya sebagai antibakteri aktif melawan infeksi yang disebabkan oleh Klebsiella pneuminiae,
S aureus, Salmonella typhi, E. coli dan Candida albicans.
b. Umbi bawang putih Allium Sativum L.
Bawang putih merupakan tanaman berumpun, dapat tumbuh hingga 60 cm. Bawang putih aktif terhadap bakter S. aureus, Bacillus subtulis dan E. coli.
Aktivitas antibakteri ini dikaitkan dengan adanya kandungan alisin Harris et al., 2001. Alisin mampu membunuh patogen melalui menghambatan parsial DNA dan
sintesis protein, perubahan kemampuan elektrokimia, menginduksi apoptosis pada sel, mempengaruhi biosintesis mikroba lipid, transduksi sinyal, serta bereaksi
dengan tiol yang mengandung protein Nurtjahyani and Hadra, 2016. c.
Kulit biji Pericarp jambu mete Anacardium occidentale L. Bagian biji jambu mete terdiri atas 70 kulit biji dan 30 adalah daging
biji. Kulit biji mengandung minyak yang dikenal dengan nama Cashew Nut Shell Liquid CNSL yang terdiri atas asam anakardat 90 dan sisanya kardol Simpen,
2008. Kulit biji jambu mete yang diekstrak mengandung asam anakardat yang
memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Mekanisme kerja sebagai surfaktan yang merusak dinding sel bakteri Towaha and Ahmadi, 2011.
Berdasarkan penelitian Doss dan Thangavel 2011 ekstrak etanol kulit biji jambu mete konsentrasi 3 mg50
µ
L, 4,5 mg75
µ
L dan 6 mg100
µ
L menunjukan diameter zona hambat pada Escherichia coli sebesar 26-34 mm.
d. Daun pepaya Carica papaya L.
Tanaman pepaya Carica papaya L. merupakan tanaman semak dengan batang tegak berongga, tingginya sekitar 2-10 m. Pepaya mengandung senyawa
tanin yang bertanggung jawab atas aktivitas antibakteri. Tanin memiliki potensi untuk bereaksi dengan protein membentuk senyawa larut dalam air sehingga
membunuh bakteri dengan cara merusak sel membran sel. Ekstrak etanol daun pepaya mampu menghambat bakteri E. coli, S. aureus, Pseudomonas aeruginosa,
Bacilus cereus dan Klebsiella pneumoniae dengan rata-rata diameter zona hambat sebesar 8 mm Baskaran et al., 2012.
e. Rimpang lengkuas Alpinia galanga L.
Rimpang lengkuas tebalnya 2,5-10 cm dan berwarna merah kecoklatan. Kandungan senyawa sineol dan mirsen yang bertanggung jawab sebagai
antibakteri, aktif terhadap Gram positif, Gram negatif, dan jamur Plants and Divakaran, 2012. Aktivitas antibakteri dominan pada penyakit gastroenteritis yang
disebabkan oleh S. aureus Mayachiew and Devahastin, 2008. Selain itu, lengkuas juga dapat mengatasi diare yang disebabkan oleh E. coli Darwis et al., 2013.
f. Biji pala Myristica fragrans Houtt
Dalam pengobatan tradisional biji pala digunakan sebagai karminatif, hipolipidemik, antiplatelet, antijamur, dan antimikroba. Senyawa aktif biji pala
yaitu trimiristin yang dipercaya berperan sebagai antibakteri terhadap Gram positif dan Gram negatif Shafiei, et al., 2012. Ekstrak biji pala mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap spesies Shigela dan E. coli Winarti dan Nurdjanah, 2005. Pala juga mengandung minyak atsiri yang mempunyai aktivitas antibakteri efektif
terhadap S. aureus dan B. cereus Singh, et al.,2005.
g. Bunga cengkeh Syzygium aromaticum
Cengkeh merupakan tanaman asli Indonesia. Kandungan utama dari tanaman ini adalah eugenol yang mencapai 70-96. Senyawa ini mempunyai aktivitas
farmakologi antimikroba dimanfaatkan untuk bahan pasta gigi dan obat kumur Towaha, 2012. Bunga cengkeh mengandung minyak atsiri yang dapat
menghambat pertumbuhan B. subtilis, E. coli, Pseudomonas aeruginosa dan S. aureus Sukandar et al., 2010.
h. Daun sirih Piper betle L.
Daun sirih mempunyai aktivitas antibakteri spektrum luas. Daun sirih diketahui menimbulkan aktivitas bakterisida terhadap Staphylococcus aureus,
Streptococcus pyrogenes, Pseudomonas aeruginosa dan E. coli. Senyawa yang bertanggung jawab sebagai antibakteri adalah sterol yang banyak diperoleh dari
ekstrak daun sirih. Mekanisme aksi yaitu menyebabkan perubahan struktur utama dinding sel, menyebabkan pembentukan pori-pori, dan degradasi komponen bakteri
Pradhan et al., 2013. i.
Kayu secang Caesalpinia sappan L. Kayu secang adalah pohon kecil berduri dapat tumbuh mencapai 10 m.
daunnya majemuk, panjangnya mencapai 25-40 cm, bersirip, 9-14 pasang. Setiap sirip mempunyai 10-20 pasang anak daun yang saling berhadapan Badan POM RI,
2008c. Secara tradisional kayu secang telah dimanfaatkan untuk penyembuhan
infeksi kulit, anemia dan sebagai antibakteri. Senyawa yang berperan dalam aktivitas antibakteri adalah brazilin melawan MRSA menghambat sintesis DNA
dan protein Nirmal et al., 2015. j.
Daun kemangi Ocimum sanctum L. Tanaman kemangi dapat tumbuh tinggi sekitar 30-60 cm, daunnya bercabang
memiliki tangkai daun dan berbentuk bulat telur. Daun kemangi mempunyai efek farmakologis sebagai antibakteri. Kandungan senyawa daun kemangi tertinggi
adalah asam linoleat yang berpotensi sebagai antibakteri melawan S. aureus dan E.coli Pattanayak et al., 2010.
E. Landasan Teori