Pengolahan Data Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Model Kohonen dalam Pengelompokan Data Pencemaran Udara Sektor Industri di Sumatera Utara

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pengumpulan Data Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara yang bertempat di Jalan Teuku Daud No.5 Medan pada tanggal 15 Februari 2015. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data pencemaran udara sektor industri di Sumatera Utara selama setahun periode 20132014 dengan satuan g . Tabel 3.1 Data Pencemaran Udara Pada Sektor Industri di Sumatera Utara No Jenis Industri SO2 NO2 HCL CL2 NH3 HF TSP 1 Sawit 4330,5 4228,51 19,07 12,7 2,671 11,87 2520,63 2 Karet 686,31 705,24 4,21 2,82 1,48 4,12 598,81 3 Olahan Karet 0,18 0,01 0,007 0,006 0,006 0,006 19,23 4 Minyak Goreng 223,38 207,12 1,93 1,37 0,5 1,54 322,86 5 Mie Instan 585 324 - - - - 52 6 Kimia Industry 845,571 387,464 1,232 0,266 0,302 1,275 107,7184 7 Alumunium 7 76 - - - 1 16 8 Migas 180,51 146,52 - - 0,028 - 165,4 9 Listrik 207,14 117,45 - - 0,79 - 157,57 10 Rumah Sakit 242,316 262,421 25,542 - - 1,876 39,216 Dari data tersebut terlihat bahwa terdapat tanda - yang berarti pada suatu kegiatan industri tidak menghasilkan udara pencemar yang dimaksud.

3.2 Pengolahan Data

Data pada tabel 3.1 akan dikelompokan menjadi dua kelompok sampai sembilan kelompok. Selanjutnya dilihat kelompok mana yang bisa dikelompokan dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan model kohonen. Universitas Sumatera Utara 22 Prinsip kerja dari model kohonen adalah pengurangan neuron-neuron tetangganya, sehingga pada akhirnya hanya ada satu neuron output yang terpilih. Pembelajaran kompetitif dengan algoritma kohonen di awali dengan memilih secara acak suatu vektor input, misal vektor input terpilih adalah vektor input ke-n pn. Kemudian dihitung jarak antara vektor input pn dengan setiap bobot input, misal jarak vektor input pn terhadap bobot ke neuron ke-i adalah Disti. Selanjutnya nilai setiap jarak ini dinegatifkan dan ditambah dengan bobot bias bi, misal hasilnya adalah ai. ai = -Disti + bi Kemudian dicari nilai ai terbesar, misalkan terletak pada idx, dengan nilai terbesar adalah MaxA, maka neuron ke-idx akan menjadi pemenang. Set output neuron ke-idx sama dengan 1 dan output neuron lainnya sama dengan 0. yi = 1 ; jika i = idx yi = 0 ; jika i ≠ idx bobot yang menuju ke neuron idx widx, j dengan j = 1, 2, ...,. Jumlah variabel input akan diupdate: widx, j = widx, j + αpn, j – widx, j dengan α adalah learning rate. Bobot bias juga akan diupdate. Bobot bias yang menuju neuron pemenang akan dikurangi nilainya sehingga mendekati 0, sedangkan bobot bias selain neuron pemenang nilainya akan bertambah. c i = 1 − α e + αy i b i = e Proses pembelajaran ini akan berlangsung terus hingga epoch mencapai maksimum epoch. Dari data pada tabel 3.1 diperoleh informasi bahwa: 1. Jumlah data n = 10 2. Jumlah variabel input m = 7 3. Jumlah kelompok yang diinginkan K = 2, 3, ..., 9. Misal K = 3. 4. Maksimum epoch = 10000 5. Learning rate = 0,5 Universitas Sumatera Utara 23 Proses perhitungan nya sebagai berikut: 0. a. Inisialisasi bobot input : = + 2 Data terkecil dan data terbesar pada variabel input pertama adalah 0,18 dan 4330,5. Data terkecil dan data terbesar pada variabel input kedua adalah 0,01 dan 4228,51. Data terkecil dan data terbesar pada variabel input ketiga adalah 0 dan 25,542. Data terkecil dan data terbesar pada variabel input keempat adalah 0dan 12,07. Data terkecil dan data terbesar pada variabel input kelima adalah 0 dan 2,671. Data terkecil dan data terbesar pada variabel input keenam adalah 0 dan 11,87. Data terkecil dan data terbesar pada variabel input ketujuh adalah 16 dan 2520,63. Sehingga: Matriks bobot input W = 2165,34 2114,26 12,771 6,035 1,3355 5,935 1268 2165,34 2114,26 12,771 6,035 1,3355 5,935 1268 2165,34 2114,26 12,771 6,035 1,3355 5,935 1268 2 b. Inisialisasi bobot bias 3 : 3 = 4 [ 6 7 ] Maka diperoleh Matriks bobot bias b = 8,15 8,15 8,15 2 c. Set parameter learning rate = 0,5 Semakin besar nilai learning rate, semakin cepat pula proses pelatihan. Akan tetapi jika nilai learning rate terlalu besar, maka algoritma menjadi tidak stabil dan mencapai titik minimum lokal. d. Set maksimum epoch Dalam proses pelatihan menggunakan software Matlab maksimum epoch yang digunakan yaitu 1000, 8000 dan 10000. Epoch 1 : a. Pilih data secara acak, misalkan data terpilih adalah data ke-10: 242,316 262,421 25,542 0 0 1,876 39,216 b. Cari jarak antara data ke-n dengan setiap bobot input ke-i 9 : Universitas Sumatera Utara 24 9 = :; − = ? sehingga diperoleh: 2938,95 2938,95 2938,95 2 c. Hitung penjumlahan negatif jarak plus bobot bias a: = −9 + 3 = −9 + 3 = −2938,95 + 8,15 = −2930,8 = −9 + 3 = −2938,95 + 8,15 = −2930,8 = −9 + 3 = −2938,95 + 8,15 = −2930,8 sehingga diperoleh a: −2930,8 −2930,8 −2930,8 2 d. Cari terbesar: Nilai a terbesar pada neuron ke-1 idx = -2930,8 e. Set output neuron ke-i : Hasil aktivasi : 1 2 f. Update bobot yang menuju ke neuron Idx: ABC = ABC +∝ = − ABC sehingga diperoleh bobot baru: 1203,83 1188,34 19,156 3,075 0,6678 3,906 653,6 2165,34 2114,26 12,771 6,035 1,3355 5,935 1268 2165,34 2114,26 12,771 6,035 1,3355 5,935 1268 2 g. Update bobot bias: i. E = 1−∝ 4 F G H +∝ ii. 3 = 4 [ ] Sehingga diperoleh: 3,82 7,59 7,59 2 Universitas Sumatera Utara 25 Selanjutnya untuk melakukan perhitungan manual pada epoch kedua digunakan bobot input baru dan bobot bias baru yang diperoleh pada pelatihan epoch pertama. Demikian seterusnya proses perhitungan ini dilakukan sampai maksimum epoch yang ditentukan. Dalam penelitian ini, proses perhitungan secara manual selanjutnya diolah menggunakan software Matlab 7.8. Proses pengolahan data Pencemaran Udara Sektor Industri di Sumatera Utara dengan Jaringan Syaraf Tiruan model Kohonen menggunakan software Matlab 7.8 adalah sebagai berikut: 1. Masukan data input Data=[…]; Baris matriks menyatakan banyaknya pencemaran masing masing sektor industri yang menghasilkan suatu udara pencemar dalam kasus ini = 7 dan kolom matriks menyatakan banyaknya pencemaran udara yang dihasilkan suatu sektor industri untuk setiap indikator pencemaran udara yang dihasilkan. 2. Membangun Jaringan Syaraf JumlahKelas = i; net = newcPR, JumlahKelas; Nilai i berarti maksimum kelompok yang akan di dilatih dalam kasus ini = 1, 2, ..., 10. Nilai PR menyatakan matriks ukuran Rx2 yang berisi nilai minimum dan maksimum masing-masing nilai vektor masukan. 3. Set bobot input awal dan bobot bias input bobot_input = net.IW{1,1} bobot_bias_input = net.b{1,1} 4. Sebelum dilakukan pelatihan, ditetapkan terlebih dahulu parameter- parameter yang digunakan sebagai berikut: net.trainParam.epochs = 10000; Menyatakan jumlah maksimum epoch dalam pelatihan. net.trainParam.goal = 0.001; Menyatakan batas nilai MSE agar iterasi dihentikan atau jumlah epoch mencapai batas yang ditentukandalam net.trainParam.epochs. net.trainParam.lr = 0.5; Universitas Sumatera Utara 26 Menyatakan nilai learning rate α. Semakin besar nilai α, semakin cepat pula proses pelatihan. Namun jika α terlalu besar maka algoritma menjadi tidak stabil. net = trainnet, Data; Menyatakan perintah untuk melatih jaringan. 5. Melihat bobot-bobot akhir input dan bias bobot_akhir_input = net.IW{1,1} bobot_akhir_bias_input = net.b{1,1} 6. Melakukan simulasi Ai = simnet, Data; A = vec2indAi Perintah sim digunakan untuk mencari pengelompokkan vektor. Untuk mempermudah pembacaan kelompok digunakan perintah vec2ind. Perhatikan bahwa dalam Matlab untuk memulai lagi bobot awal gunakan perintah net = init net terlebih dahulu. Tanpa perintah init, maka bobot yang dipakai adalah bobot yang terakhir kita dapatkan pada proses pelatihan sebelumnya. Selanjutnya akan ditampilkan hasil pembacaan kelompok data pencemaran udara sektor industri menggunakan software Matlab sebagai berikut: 1. Hasil dua kelompok Tabel 3.2 Hasil pelatihan dengan 1.000 epoch Kelompok ke- Anggota 1 2 2 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 Tabel 3.3 Hasil pelatihan dengan 10.000 epoch Kelompok ke- Anggota 1 2 2 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 Keterangan: Tabel 3.2 dan tabel 3.3 menunjukan bahwa hasil pelatihan dua kelompok dengan epoch 1000 dan 10.000 menghasilkan kelompok yang sama. Hasil pelatihan dua kelompok yaitu kelompok ke-1 anggotanya adalah industri karet dan kelompok ke-2 anggotanya adalah industri sawit, industri olahan Universitas Sumatera Utara 27 karet, industri minyak goreng, industri mie instan, industri kimia industry, industri alumunium, industri migas, industri listrik, industri rumah sakit. 2. Hasil tiga kelompok Tabel 3.4 hasil pelatihan dengan 8.000 epoch Kelompok ke- Anggota 1 1 2 3, 4, 7, 8, 9, 10 3 2, 5, 6 Tabel 3.5 Hasil pelatihan dengan 10.000 epoch Kelompok ke- Anggota 1 3, 4, 7, 8, 9, 10 2 1 3 2, 5, 6 Keterangan: Tabel 3.4 dan tabel 3.5 menunjukan bahwa hasil pelatihan tiga kelompok dengan epoch 8.000 dan 10.000 menghasilkan kelompok dengan anggota yang konsisten. Terlihat perbedaan hanya pada letak penempatan kelompok. Hasil pelatihan tiga kelompok yaitu kelompok ke-1 anggotanya adalah industri sawit; kelompok ke-2 anggotanya adalah industri olahan karet, industri minyak goreng, industri alumunium, industri migas, industri listrik, industri rumah sakit dan kelompok ke-3 anggotanya adalah industri karet, industri mie instan, industri kimia industry. 3. Hasil empat kelompok Tabel 3.6 Hasil pelatihan dengan 8.000 epoch Kelompok ke- Anggota 1 3, 4, 7, 8, 9, 10 2 1 3 5, 6 4 2 Universitas Sumatera Utara 28 Tabel 3.7 Hasil pelatihan dengan 10.000 epoch Kelompok ke- Anggota 1 3, 4, 7, 8, 9, 10 2 1 3 5, 6 4 2 Keterangan: Tabel 3.6 dan tabel 3.7 menunjukan bahwa hasil pelatihan empat kelompok dengan epoch 8.000 dan 10.000 menghasilkan kelompok yang sama. Hasil pelatihan empat kelompok yaitu kelompok ke-1 anggotanya adalah industri olahan karet, industri minyak goreng, industri alumunium, industri migas, industri listrik, industri rumah sakit; kelompok ke-2 anggotanya adalah industri sawit; kelompok ke-3 anggotanya adalah industri mie instan, industri kimia industry dan kelompok ke-4 anggotanya adalah industri karet. 4. Hasil lima kelompok Tabel 3.8 Hasil pelatihan dengan 8.000 epoch Kelompok ke- Anggota 1 3, 4, 7, 8, 9, 10 2 1 3 5, 6 4 - 5 2 Tabel 3.9 Hasil pelatihan dengan 10.000 epoch Kelompok ke- Anggota 1 3, 4, 7, 8, 9, 10 2 1 3 5, 6 4 - 5 2 Keterangan: Tabel 3.8 dan tabel 3.9 menunjukan bahwa hasil pelatihan lima kelompok dengan epoch 8.000 dan 10.000 menghasilkan kelompok yang sama. Universitas Sumatera Utara 29 5. Hasil enam kelompok Tabel 3.10 Hasil pelatihan dengan 8.000 epoch Kelompok ke- Anggota 1 3, 4, 7, 8, 9, 10 2 1 3 5, 6 4 2 5 - 6 - Tabel 3.11 Hasil pelatihan dengan 10.000 epoch Kelompok ke- Anggota 1 3, 4, 7, 8, 9, 10 2 1 3 5, 6 4 2 5 - 6 - Keterangan: Tabel 3.10 dan tabel 3.11 menunjukan bahwa hasil pelatihan enam kelompok dengan epoch 8.000 dan 10.000 menghasilkan kelompok yang sama. 6. Hasil tujuh kelompok Tabel 3.12 Hasil pelatihan dengan 8.000 epoch Kelompok ke- Anggota 1 3, 4, 7, 8, 9, 10 2 1 3 5, 6 4 - 5 - 6 2 7 - Universitas Sumatera Utara 30 Tabel 3.13 Hasil pelatihan dengan 10.000 epoch Kelompok ke- Anggota 1 3, 4, 7, 8, 9, 10 2 1 3 5, 6 4 - 5 - 6 2 7 - Keterangan: Tabel 3.12 dan tabel 3.13 menunjukan bahwa hasil pelatihan tujuh kelompok dengan epoch 1.000 dan 10.000 menghasilkan kelompok yang sama. 7. Hasil delapan kelompok Tabel 3.14 Hasil pelatihan dengan 8.000 epoch Kelompok ke- Anggota 1 1 2 3, 4, 7, 8, 9, 10 3 5, 6 4 - 5 - 6 2 7 - 8 - Tabel 3.15 Hasil pelatihan dengan 10.000 epoch Kelompok ke- Anggota 1 3, 4, 7, 8, 9, 10 2 1 3 5, 6 4 - 5 - 6 - 7 2 8 - Keterangan: Tabel 3.14 dan tabel 3.15 menunjukan bahwa hasil pelatihan delapan kelompok dengan epoch 8.000 dan 10.000 menghasilkan kelompok dengan Universitas Sumatera Utara 31 anggota yang konsisten. Terlihat perbedaan hanya pada letak penempatan kelompok. 8. Hasil sembilan kelompok Tabel 3.16 Hasil pelatihan dengan 8.000 epoch Kelompok ke- Anggota 1 3, 4, 7, 8, 9, 10 2 1 3 5, 6 4 2 5 - 6 - 7 - 8 - 9 - Tabel 3.17 Hasil pelatihan dengan 10.000 epoch Kelompok ke- Anggota 1 3, 4, 7, 8, 9, 10 2 1 3 5, 6 4 - 5 - 6 2 7 - 8 - 9 - Keterangan: Tabel 3.16 dan tabel 3.17 menunjukan bahwa hasil pelatihan sembilan kelompok dengan epoch 8.000 dan 10.000 menghasilkan kelompok dengan anggota yang konsisten. Terlihat perbedaan hanya pada letak penempatan kelompok. Universitas Sumatera Utara 323 3 BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan