Pernikahan Adat Batak Toba

Menurut Soerojo Wignjodipoero, perkawinan adalah salah satu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat kita, sebab perkawinan itu tidak hanya menyangkut wanita dan pria bakal mempelai saja, tetapi juga orang tua kedua belah pihak, saudara-saudaranya, bahkan keluarga-keluarga mereka masing-masing. B. Ter Haar Bznditerjemahkan oleh K. Ng. Soebakti Poesponoto, menurut hukum adat perkawinan adalah urusan kekerabat, urusan keluarga, urusan masyarakat, urusan derajat dan urusan pribadi, satu sama lain dalam hubungannya yang sangat berbeda-beda. Menurut R. Subekti, perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk waktu yang lama. Menurut Ali Afandi, perkawinan adalah suatu persetujuan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan di dalam bidang hukum keluarga. Perkawinan sah adalah perkawinan yang dilakukan di muka petugas Kantor Pencatatan Sipil. Perkawinan yang dilakukan menurut tata cara agama saja tidaklah sah. Dan dalam hubungan ini maka ada ketentuan yang melarang petugas agama untuk melakukan suatu perkawinan menurut tata acara agama sebelum perkawinan perdata dilangsungkan.

2.13 Pernikahan Adat Batak Toba

Universitas Sumatera Utara Pernikahan adat merupakan peristiwa penting dalam suatu masyarakat sebab merupakan sumber tempat berputarnya seluruh hidup Fisher, 1976: 88. Salah satu upacara penting dalam masyarakat Batak Toba adalah upacara pernikahan adat. Pernikahan bagi orang Batak bukan hanya sekedar persoalan pribadi antara kedua mempelai ataupun orang tua dan saudara masing-masing mempelai, namun sekaligus juga ikatan marga dari anggota mempelai laki-laki dan perempuan. Pernikahan bagi suku Batak akan memunculkan suatu ikatan yang kekal diantara keluarga besar dari kedua belah pihak mempelai. Pernikahan dari sepasang mempelai akan mengikat erat begitu banyak manusia, sehingga menyangkut bukan hanya dua insan calon suami istri, tetapi juga Dalihan Na Tolu dari masing-masing kedua mempelai Faisal, 2010: 1. Dalihan Na Tolu merupakan pemilihan tungku masak berkaki tiga sebagai lambang pengibaratan tatanan sosial kemasyarakatan orang Batak. Ketiga kaki tungku tersebut melambangkan struktur sosial masyarakat Batak, yaitu kelompok Dongan Tubu, kelompok Hula-hula, dan kelompok Boru. Nama setiap kelompok juga mengisyaratkan fungsi sosial setiap kelompok. Dengan demikian satu dari kaki tungku merepresentasikan kelompok dan fungsi Dongan tubu yaitu orang yang satu marga dengan fungsi kepada sesama. Kaki kedua merepresentasikan kelompok dan fungsi Hula-hula, yaitu kumpulan beragam marga asal para istri dari orang semarga. Kaki ketiga merepresentasikan kelompok dan fungsi Boru, yaitu kumpulan beragam marga asal suami dari perempuan semarga. Ketiga struktur dan fungsi sosial tersebut adalah dasar berpijak dan Universitas Sumatera Utara tonggak penopang pilar dari pergaulan hidup masyarakat Batak termasuk dalam upacara pernikahan Adat Batak Toba Faisal, 2010: 12. Etnis Batak Toba sebagaimana halnya dengan etnis yang lain mempunyai tata cara pernikahan yang khas, namun pada prinsipnya adalah sama. Upacara pernikahan adat Batak Toba dilalui dengan tahapan seperti upacara sebelum nikah, upacara pada saat nikah, dan upacara setelah nikah. Sampai sekarang ini, sifat pernikahan pada masyarakat Batak Toba masih sangat terlihat dan selalu berusaha untuk dipertahankan Vergouwen, 2004: 197. Menurut A. Malau, bahwa tidak semua suku Batak Toba yang wajib dan sering melakukan proses pernikahan secara adat Batak Toba. Semua kembali lagi pada aturan-aturan dan norma-norma agama yang diyakini dan dianut oleh masyarakat Batak Toba itu sendiri yang ada di perantauan. Menurut A. Malaumayoritas yang sering melaksanakan proses pernikahan secara adat Batak Toba adalah masyarakat Batak Toba yang memeluk agama Kristen dan Khatolik. Tata Cara Perkawinan Batak Toba memiliki sejumlah tahapan yang harus dilalui. Tahapan-tahapan ini dimulai dari perkenalan antara laki-laki dan perempuan, sampai dengan pengaturan tempat, jadwal, biaya pelaksanaan, sampai pada pihak yang akan diundang. Semua tahapan ini diputuskan berdasarkan musyawarah antara kedua belah pihak dengan prinsip kekeluargaan dan semangat kebersamaan. Setiap tahapan ini mengandung makna tersendiri bagi masyarakat Batak Toba dan menunjukkan adanya aturan dalam masyarakat Batak Toba. Jika urutan tahap-tahap dalam Tradisi Perkawinan Adat Batak Toba ini dibuat dalam Universitas Sumatera Utara bentuk bagan, maka didapati bagan sebagai berikut Haris, 2003 : Gambar 2.2 Tahapan Pernikahan Adat Batak Toba Urutan adat pernikahan di dalam masyarakat Batak khususnya Batak Toba yang lazim digunakan terutama di kota Jakarta dan beberapa kota besar di Indonesia adalah: 1. Patiur baba ni mual permisi dan mohon doa restu tulang 2. Marhori-hori dingding perkenalan keluarga secara tertutup 3. Marhusip perundingan diam-diam patua hata melamar secara resmi 4. Martumpol Persetujuan pernikahan sekaligus pewartaan atau pengumuman melalui institusi agama Universitas Sumatera Utara 5. Martonggo raja dan maria raja pembicaraan di rumah masing-masing pihak yang disebut martonggo raja di tempat keluarga parboru dan maria raja di keluarga paranak 6. Marsibuha-buhai 7. Pamasu-masuon pemberkatan nikah 8. Marunjuk pesta adat 9. Paulak une mengunjungi rumah mertua orang tuanya 10. Maningkir tangga arti harafiah “menilik tangga” menjenguk rumah tangga anaknya Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang