PENGEMBANGAN LKS FISIKA BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA MATERI FLUIDA STATIS

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKS FISIKA BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA

MATERI FLUIDA STATIS

Oleh

BERTHA DWI UTAMI TAUVA PABATA

Upaya untuk memenuhi kekurangan sumber belajar bagi guru dan siswa akan media cetak, dikembangkan LKS berbasais inkuiri dalam pembelajaran fisika bagi siswa SMA dengan tujuan untuk menghasilkan LKS fisika berbasis inkuiri, mengetahui kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk serta mengetahui efektivitas produk yang dilihat dari hasil belajar siswa. Langkah-langkah pengembangan produk ini mengadaptasi model pengembangan media menurut Sugiyono dengan tahapan prosedur meliputi: potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian, revisi produk, pembuatan produk masal. Hasil pengembangan produk adalah LKS fisika berbasis inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa


(2)

SMA pada materi fluida statis. Uji coba pemakaian produk dilakukan kepada siswa kelas XI IPA-2 SMA Negeri 15 Bandar Lampung dengan jumlah siswa sebanyak 34 orang. Hasil uji coba produk kelompok kecil digunakan untuk mengetahui kemenarikan, kemudahan, dan kemanfatan LKS. Untuk kemenarikan LKS diperoleh skor sebesar 3,30 kriteria sangat baik, untuk kemudahan LKS diperoleh skor sebesar 3,28 kriteria sangat baik, untuk kemanfaatan LKS diperoleh skor sebesar 3,36 kriteria sangat baik. Hal ini berarti LKS dikembangkan sudah sangat menarik, sangat mudah, dan sangat bermanfaat. Hasil uji coba pemakaian menunjukkan bahwa produk efektif digunakan sebagai sumber belajar dilihat dari hasil penilaian ketuntasan KKM siswa kelas XI IPA-2 yang menunjukan nilai rata-rata sebesar 77,29 dengan presentase ketuntasan 85,29% siswa tuntas mencapai KKM, sedangkan 14,71% siswa tidak tuntas mencapai KKM. Dapat dilihat bahwa presentase siswa yang telah tuntas KKM lebih dari 75% artinya LKS berbasis inkuiri dapat dikatakan efektif.


(3)

PENGEMBANGAN LKS FISIKA BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA

MATERI FLUIDA STATIS

Oleh

BERTHA DWI UTAMI TAUVA PABATA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Talang Padang, Kabupaten Tanggamus, pada tanggal 23 Mei 1993, anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Taufik dan Ibu Ipa

Martini. Penulis mengawali pendidikan formal di TK PGRI Talang Padang Tanggamus yang diselesaikan pada Tahun 1999, kemudian melanjutkan SD Negeri 1 Talang Padang Tanggamus yang diselesaikan pada Tahun 2005, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 1 Talang Padang Tanggamus yang diselesaikan pada Tahun 2008, dan masuk SMA Negeri 1 Talang Padang Tanggamus yang diselesaikan pada Tahun 2011. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Tahun 2012, penulis melaksanakan Program Kuliah Kerja Nyata (KKL) ke Bali, Yogyakarta, Bromo, Bandung, dan Jakarta. Tahun 2014, penulis melaksanakan Program Kuliah Kerja Nyata-Kependidikan terintegrasi (KKN-KT) di SMA Negeri Ngambur Pesisir Barat dan Di Desa Negeri Ratu Ngambur Pesisir Barat.


(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati, kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana karyaku ini sebagai tanda bakti dan kasih cintaku yang tulus dan mendalam kepada:

1. Kedua orang tuaku, Ayahku Taufik dan Ibuku Ipa Martini yang selalu menjadi inspirasi dan semangat untukku. Terimakasih untuk semua nasihat, motivasi, kasih sayang dan semuanya. Terimakasih untuk selalu

mendoakanku dan selalu sabar membimbingku. Semoga kelak bisa membalas setiap tetes air mata dan keringat kalian dengan sesuatu yang membanggakan. 2. NenekkuSayum yang memberikan perhatian, kasih sayang dan iringan doa

untuk keselamatan, kesehatan, dan kesuksesanku.

3. Kakakku tersayang Andri Tauva Pabata yang menemani hari-hariku, tempatku berbagi keluh kesah dan turut memberi semangat dan doa dalam setiap langkahku.

4. Saudaraku Muhamad Mashuri yang tak henti memberi semangat dan motivasinya, selalu menginspirasi untuk kesuksesanku.


(9)

MOTO

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang.

Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan

keyakinan yang teguh."

(Andrew Jackson)

Maka nikmat Tuhan-

mu yang manakah yang kamu dustakan?”

(Q.S. Ar-Rahman:13)

“T

idak ada manusia di dunia ini yang bodoh, jika kita selalu berusaha untuk

tidak menjad

i manusia pemalas”


(10)

xi

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan LKS Fisika Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA pada Materi Fluida Statis”. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika.

4. Bapak Drs. Nengah Maharta, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I, atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Dr. Chandra Ertikanto, M.Pd., selaku Pembimbing II yang banyak memberikan masukan dan kritik yang bersifat positif dan membangun. 6. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc., selaku Pembahas atas kesediaannya


(11)

xii

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan Pendidikan MIPA.

8. Bapak Hi. Teguh Budi Santoso M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 15 Bandar Lampung beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian di sekolah.

9. Ibu Sulistiani, S.Pd., selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas XI IPA-1 dan kelas XI IPA-2 SMA Negeri 15 Bandar Lampung atas bantuan dan

kerjasamanya selama penelitian berlangsung.

10.Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., dan Ibu Sulistiani, S.Pd., selaku evaluator uji ahli, terimakasih atas waktu dan masukannya.

11.Sahabat Pendidikan Fisika 2011: Sondang, Aziz, Hendika, Faruq, Angga, Yulia, Isti, Ummu, Husnun, Mbak Evi, Fretty, Mak Rara, Rika, Rizki, Nisa, Inayah, Desi, Mami Iyos, Papi Yusuf, Afifah, Ansori, Ara, Sonia, Retya Dan Knul terimakasih untuk kebersamaannya, semoga kita semua sukses.

12.Teman seperjuangan selama kuliyah sekaligus sahabat terbaik: Desma (Emong), Praba (Nyet), Novinta (Nok), Desi (Upek), dan Shelly (Ayi)

terimakasih selalu menemani, memberikan motivasi dan semangatnya hingga skripsi ini dapat terselesaika.

13.Sahabat yang super: Nike, Uci, Yenni Bunga, Adi, kak Adriyan, Prastya, dan Emilia terimaksaih atas kebersamaannya, motivasi, dan dukungannya. 14.Kawan-kawan KKL angkatan 2011, terimakasih atas kebersamaannya,

kekeluargaanya, dan kebahagiaan yang tak terlupakan untuk perjalanan 10 hari ke Bali, Yogyakarta, Bandung, Bromo, dan Jakarta yang begitu berkesan sampai detik ini.


(12)

xiii

15.Sahabat luar biasa semasa KKN : Bagas, Rima, Iyem, Devi, Bunda sefty, Desta, Pandu, dan Arief terimakasih telah mengajarkan penulis banyak hal tentang arti persahabatan selama KKN. Kenangan bersama kalian tidak akan pernah terlupakan.

16.Pak Peratin Hermansyah, Buk Peratin Weldasari, Uwo Ulan, Ngah Yola, Dek

Lala beserta keluarga yang telah bersedia menerima penulis dengan baik selama melaksanakan KKN dan PPL di desa Ratu Negeri Ngambur Pesisir Barat, terimakasih atas nasihat-nasihat dan sarannya.

17.Siswa siswi SMA Negeri Ngambur Pesisir Barat yang luar biasa, terimakasih untuk pengalaman yang berharganya. Terimakasih telah menjadi first student

yang manis dan menyenangkan.

18.Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis berdoa semoga semua amal dan bantuan mendapat pahala serta balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis,


(13)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan ... 6

B. LKS ... 8

1. Pengertian LKS ... 8

2. Fungsi LKS ... 9

3. Langkah-Langkah Persiapan LKS ... 10

4. Manfaat LKS ... 10

5. Kriteria LKS ... 11

6. Syarat-Syarat LKS ... 12


(14)

xv III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 23

B. Subjek Uji Coba Penelitian... 23

C. Langkah-Langkah Penelitian ... 24

1. Potensi dan Masalah ... 24

2. Pengumpulan Data ... 25

3. Desain Produk ... 25

4. Validasi Produk ... 25

5. Revisi Desain ... 26

6. Uji Coba Produk ... 26

7. Revisi Produk ... 27

8. Uji Coba Pemakaian ... 27

9. Revisi Produk ... 27

10.Pembuata Produk Masal ... 27

D. Metode Pengumpulan Data ... 27

1. Metode Observasi ... 27

2. Metode Angket ... 28

3. Metode Tes Khusus ... 28

E. Teknik Analisis Data ... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan ... 32

B. Pembahasan ... 39

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 46

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria Penilaian Uji Internal dan Eksternal ... 30

2. Konversi Penilaian Akhir Uji Internal dan Eksternal ... 31

3. Rangkuman Hasil Uji Ahli Desain ... 34

4. Rangkuman Hasil Uji Ahli Materi ... 35

5. Hasil Uji Coba Produk ... 37

6. Respon Penilaian Siswa dalam Uji Pemakaian (Kelompok Kecil) ... 38

7. Hasil Belajar Siswa Menggunakan LKS ... 38

8. Angket untuk Guru ... 51

9. Angket untuk Siswa ... 53

10. Kisi-Kisi Angket untuk Guru ... 55

11. Kisi-Kisi Angket untuk Siswa ... 57

12. Hasil Angket Pengungkap untuk Guru ... 60

13. Hasil Angket Pengungkap untuk Siswa ... 61

14. Instrument Uji Ahli Materi ... 91

15. Instrument Uji Ahli Desain ... 96

16. Kisi-Kisi Instrument Uji Ahli Materi LKS ... 99

17. Kisi-Kisi Instrument Uji Ahli Desain LKS ... 102

18. Instrument Kemenarikan ... 107

19. Instrument Kemudahan ... 108

20. Instrument Kemanfaatan ... 109

21. Kisi-Kisi Instrument Kemenarikan ... 110

22. Kisi-Kisi Instrument Kemudahan ... 111

23. Kisi-Kisi Instrument Kemanfaatan ... 112


(16)

xvii

25. Hasil Uji Kemudahan Satu Lawan Satu ... 113

26. Hasil Uji Kemanfaatan Satu Lawan Satu ... 114

27. Hasil Angket Respon Siswa terhadap Kemenarikan... 115

28. Hasil Angket Respon Siswa terhadap Kemudahan ... 117

29. Hasil Angket Respon Siswa terhadap Kemanfaatan ... 119

30. Hasil Uji Keefektifan LKS ... 121

31. Kisi-Kisi Pengetahuan Inkuiri ... 123


(17)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Angket untuk Guru ... 51

2. Angket untuk Siswa ... 53

3. Kisi-Kisi Angket Pengembangan LKS Pembelajaran... 55

4. Hasil Angket Pengungkap untuk Guru ... 60

5. Hasil Angket Pengungkap untuk Siswa ... 61

6. Silabus ... 63

7. RPP Tekanan Hidrostatis ... 68

8. RPP Hukum Archimedes ... 74

9. RPP Hukum Pascal ... 82

10. Instrumen Uji Ahli Materi ... 89

11. Instrumen Uji Ahli Desain ... 94

12. Kisi-kisi Uji Ahli Internal ... 99

13. Instrumen Uji Eksternal ... 106

14. Kisi-Kisi Uji Eksternal ... 110

15. Hasil Uji Eksternal Satu Lawan Satu ... 113

16. Hasil Uji Eksternal Kelompok Kecil ... 115

17. Hasil Uji Keefektif ... 121

18. Kisi-Kisi Post test Pengetahuan Inkuiri ... 123

19. Surat Keterangan Sekolah ... 124


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Langkah Penelitian Pengembangan ... 24 2. One-Shot Case Study ... 28


(19)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi yang terus berubah, kemajuan ilmu pengetahuan sudah

demikian pesat, sehingga perlu dipersiapkan sejak dini Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlandaskan inkuiri.

Bahan ajar adalah alat yang digunakan dalam langkah lebih mengoptimalkan informasi dan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar di dalam kelas dan juga sangat membantu siswa ketika ada

ketidakjelasan yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran berlangsung. Keserasian antara bahan ajar dengan materi pelajaran sangatlah penting untuk merangsang siswa agar dapat membangkitkan motivasi belajar serta

membantu memahami materi, sehingga akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu cara yang dilakukan guru untuk mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran khususnya materi fisika adalah dengan guru menggunakan dan memanfaatkan bahan ajar LKS.

LKS merupakan media ajar kelompok yang sudah dipergunakan di sekolah. Penggunaan LKS sangatlah membantu siswa dalam hal proses belajar


(20)

2

mengajar di kelas, karena materi pelajaran yang terdapat di LKS adalah materi yang sudah diringkas dari bebebrapa buku yang relevan, sehingga mempermudah siswa untuk mempelajari materi pelajaran dan waktu yang diperlukan juga lebih efektif. LKS merupakan salah satu dari perangkat pembelajaran berupa lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang terprogram. Setiap LKS berisikan antara lain: uraian materi, tujuan kegiatan, alat/bahan yang diperlukan dalam kegiatan, langkah kerja, pertanyaan-pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil diskusi, dan latihan ulangan.

Berdasarkan hasil penyebaran angket di SMA Negeri 15 Bandar Lampung, media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran berupa LKS sudah tersedia tetapi belum menggunakan model LKS inkuiri. Tahapan model LKS inkuiri yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data, menguji hipotesis, merumuskan kesimpulan. Berdasarkan hasil data untuk siswa yang telah dianalisis rata-rata skor

presentase menjawab „ya’ adalah 74,79%, dan hasil data untuk guru terhadap LKS diperoleh rata-rata skor presentase menjawab “ya” adalah 80,95 %, maka perlu dikembangkan LKS pembelajaran berbasis inkuiri. Berdasarkan hasil angket analisis untuk siswa di kelas XI IPA-2 SMA Negeri 15 Bandar Lampung mengenai kebutuhan siswa dan guru terhadap LKS diperoleh rentang skor rata-rata presentase menjawab „ya’, jika 0%-50% maka LKS tidak perlu dikembangkan, jika 51%-100% maka LKS perlu dikembangkan.


(21)

3

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti akan mengembangkan media belajar kelompok berupa LKS berbasis inkuiri yang berisi materi fluida statis. Untuk memfasilitasi pembelajaran secara kelompok dan membantu siswa memecahkan suatu permasalahan maka perlu dilakukan penelitian “Pengembangan LKS Fisika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Berbasis Inkuiri pada Materi Fluida Statis”. Produk yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu media belajar alternatif yang dapat membantu kegiatan pembelajaran fisika di SMA Negeri 15 Bandar Lampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah:

1. Bagaimana produk LKS yang dihasilkan dalam proses pembelajaran fisika?

2. Bagaimana kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan dalam menggunakan LKS pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri pada materi fluida statis?

3. Bagaimana keefektifan LKS pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri pada materi fluida statis?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian pengembangan ini adalah untuk:


(22)

4

1. Menghasilkan produk berupa LKS pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri pada materi fluida statis. 2. Mendeskripsikan kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan dalam

menggunakan LKS pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri pada materi fluida statis.

3. Mendeskripsikan keefektifan LKS pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri pada materi fluida statis.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Menyediakan media pembelajaran berupa LKS yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan dapat digunakan untuk mencapai penguasaan kompetensi.

2. Menyediakan LKS yang dapat meningkatkan keefektifan dalam pembelajaran fisika, pada materi fluida statis.

3. Menghasilkan media belajar yang memfasilitasi pembelajaran berbasis inkuiri.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini mencapai tujuan sebagaimana telah dirumuskan, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada:

1. Pengembangan adalah proses menerjemahkan spesifikasi desain ke dalam suatu wujud fisik tertentu. Pengembangan dalam penelitian ini adalah pengembangan LKS pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri.


(23)

5

2. Langkah inkuiri adalah orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, merumuskan kesimpulan

3. LKS merupakan media pembelajaran, karena dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang lain. 4. Media pembelajaran LKS yang dikembangkan khusus pada materi pokok

Fluida Statis.

5. Uji coba produk penelitian pengembangan dilakukan oleh ahli desain, ahli isi/materi pembelajaran dan uji coba produk di lapangan.

6. Subjek uji coba produk penelitian ini adalah peserta didik di kelas XI IPA-2 SMA Negeri 15 Bandar Lampung.


(24)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengembangan

Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu serta teknologi. Definisi pengembangan dan penelitian menurut Sugiyono (2012: 407), merupakan “metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut”.

Penelitian pengembangan menyelidiki pola dan proses pertumbuhan atau perubahan sebagai fungsi dari waktu yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Langkah-langkah penelitian

pengembangan ini terdiri atas kajian tentang temuan penelitian produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan termuan-temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar dimana produk tersebut akan dipakai dan melakukan revisi terhadap hasil uji lapangan. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Emzir (2012: 271), meliputi:


(25)

7

1.Identifikasi masalah; 2.pengumpulan informasi; 3.desain produk; 4.validasi desain; 5.perbaikan; 6.uji coba produk; 7.revisi produk; 8.uji coba pemakaian; 9.revisi produk tahap akhir; 10.produk massal.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan adalah sebagai suatu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut dengan menentukan identifikasi masalah, pengumpulan informasi, desain produk, validasi desain, perbaikan, uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian, revisi produk tahap akhir, produk massal.

Pengembangan merupakan upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, terencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan meningkatkan suatu pengetahuan, keterampilan, keinginan serta kemampuan untuk mencapai hasil yang optimal. Definisi pengembangan yang

dikemukakan oleh Seels & Richey dalam Salim (2012), adalah sebagai berikut:

Pengembangan berarti proses menerjemahkan atau menjabarkan spesifikasi rancangan kedalam bentuk fitur fisik. Pengembangan secara khusus berarti proses menghasilkan bahan-bahan

pembelajaran. Pengembangan memusatkan perhatiannya tidak hanya pada analisis kebutuhan, tetapi juga isu-isu luas tentang analisis awal-akhir, seperti analisi kontekstual. Pengembangan bertujuan untuk menghasilkan produk berdasarkan temuan-temuan uji lapangan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar,


(26)

8

semakin bermanfaat untuk meningkatkan kualitas sebagai upaya untuk menciptakan mutu yang lebih baik.

B. LKS

1. Pengertian LKS

LKS merupakan lembaran dimana siswa mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya. Sesuatu yang dipelajari sangat beragam, seperti melakukan percobaan, mengidentifikasi bagian-bagian, membuat tabel, melakukan pengamatan, melakukan alat pengamatan dan menuliskan atau menggambar hasil pengamatannya, melakukan

pengukuran dan mencatat data hasil pengukurannya, menganalisis data hasil pengukurannya, serta menarik kesimpulan. Untuk mempermudah siswa melakukan proses-proses belajar digunakan LKS.

Definisi LKS menurut Lestari (2013: 6), bahwa:

LKS adalah materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga siswa diharapkan dapat materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS tersebut siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi, selain itu juga siswa dapat menemukan arahan yang tersetruktur untuk memahami materi yang diberikan dan pada saat yang bersamaan siswa

diberikan materi serta tugas yang berkaitan dengan materi yang diberikan tersebut.

Sedangkan definisi LKS menurut Trianto (2010: 11), bahwa :

LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan ini dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. LKS berisi lembaran kegiatan yang berfungsi sebagai penuntun bagi siswa untuk menyelesaikan suatu masalah dalam


(27)

9

menyampaikan konsep karena apabila hanya guru saja yang menyampaikan konsep tidak akan langsung dipahami oleh siswa.

Berdasarkan pendapat di atas LKS merupakan lembaran dimana siswa mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang dipelajari. Sesuatu yang dipelajari sangat beragam, seperti melakukan percobaan,

mengidentifikasi bagian-bagian, membuat tabel, melakukan pengamatan, mengunakan alat pengamatan, dan menuliskan atau menggambarkan hasil pengamatanya.

2. Fungsi LKS

Fungsi LKS menurut Sudjana dalam Djamarah dan Zain (2006: 108), dijelaskan sebagai berikut:

a. Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

b. Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

c. Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru. d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak

hanya mendengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran.

e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada siswa.

f. Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama sehingga pelajaran

mempunyai nilai tinggi.

Berdasarkan pendapat di atas ada enam fungsi LKS yakni sebagai alat bantu untuk belajar efektif, menarik perhatian siswa, menangkap pengertian yang diberikan guru, siswa lebih aktif dalam pembelajaran,


(28)

10

pemikiran dan kesinambungan pada siswa, mempertinggi mutu belajar dan mengajar siswa.

3. Langkah-Langkah Persiapan LKS

Langkah-langkah dalam persiapan LKS menurut Rusdi (2010), mengungkapkan sebagai berikut:

a. Analisis kurikulum. Analisis ini dilakukan dengan

memperhatikan materi pokok, pengalaman belajar siswa, dan kompetensi yang harus dicapai siswa.

b. Menyusun peta kebutuhan LKS. Peta kebutuhan LKS berguna untuk mengetahui jumlah kebutuhan LKS dan urutan LKS. c. Menentukan judul-judul LKS. Judul LKS harus sesuai dengan

KD, materi pokok dan pengalaman belajar. d. Penulisan LKS.

Berdasarkan pendapat di atas ada empat langkah-langkah persiapan LKS meliputi analisis kurikulum, menyusun peta kebutuhan LKS, menentukan judul-judul LKS, dan penulisan LKS.

4. Manfaat dan Tujuan LKS

Manfaat dan tujuan LKS menurut Priyanto dan Harnoko (1997: 178), sebagai berikut:

a. Mengefektifkan siswa dalam proses belajar mengajar. b. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

c. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangan proses belajar mengajar.

d. Sebagai pedoman bagi guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

e. Membantu guru dalam menyusun pelajaran.

f. Membantu siswa dalam menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar.

g. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.


(29)

11

Berdasarkan pendapat di atas ada tujuh manfaat dan tujuan LKS antara lain mengeefektifkan siswa, mengembangkan konsep, pedoman bagi guru dan siswa, membantu guru menyusun pelajaran, menambah informasi siswa melalui kegiatan pembelajaran dan terakhir menambah informasi siswa melalui kegiatan pembelajaran secara sistematis.

5. Kriteria LKS

Kriteria LKS yang disusun oleh Kusnandiono (2009), secara lebih rinci menjelaskan agar LKS dapat berfungsi dengan baik sebagai berikut :

a. Desainnya menarik atau indah.

b. Kata-kata yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti. c. Susunan kalimatnya singkat namun jelas artinya.

d. LKS harus dapat membantu atau memotivasi siswa untuk berfikir kritis.

e. Penjelasan atau informasi yang penting hendaknya dibuat dalam lembaran catatan siswa.

f. LKS harus dapat menunjukkan secara jelas bagaimana cara. merangkai atau menyusun alat yang dipakai dalam suatu kegiatan.

g. Urutan kegiatan harus logis (tujuan, alat/bahan, cara kerja, data, pertanyaan, dan kesimpulan).

h. LKS disusun berdasarkan dengan kisi-kisi soal yang sesuai dengan kurikulum.

i. LKS dibuat sesuai dengan kompetensi dasar suatu pelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas ada Sembilan kriteria LKS antara lain desain yang digunakan harus menarik dan indah, bahasa yang digunakan harus sederhana mungkin dan mudah dipahami, susunan kata demi kata harus singkat dan dimengerti, membantu berpikir siswa kedalam pemikiran kritis, memuat informasi penting, memiliki prosedur percobaan di dalam LKS, urutan kegiatan harus tersusun secara sistematis, LKS tersusun


(30)

12

berdasarkan kisi-kisi soal yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah, dan dibuat sesuai SK KD.

6. Syarat-Syarat LKS

Penyusunan LKS terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi agar LKS dikatakan baik menurut Rohaeti dan Padmaningrum (2008 : 21), syarat LKS antara lain:

a. Syarat- syarat didaktik mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan. komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa.

b. Syarat konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS.

c. Syarat teknis menekankan pada tulisan, gambar, penampilan dalam LKS.

Berdasarkan pendapat di atas ada tiga syarat LKS yang harus dipenuhi antara lain syarat didaktik artinya bersifat universal yaitu dapat digunakan oleh siswa yang lamban maupun paandai, syarat konstruksi artinya

penggunaan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti, dan syarat teknis artinya menekankan pada ilustrasi dalam kehidupan sehari-hari.

C. Inkuiri

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar ialah menentukan model atau metode mengajar tentang cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Demikian hal dengan pemilihan model atau metode yang dipilih


(31)

13

guru memegang peranan penting dalam kegiatan pembelajaran, pemilihan model atau metode berkaitan langsung dengan usaha-usaha guru

menampilkan pengajaran yang sesuai situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh optimal. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut model atau metode yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Definisi tentang inkuiri menurut David (2009: 209), bahwa:

Inkuiri terbimbing adalah merupakan salah satu model pengajaran yang dirancang untuk mengajarkan konsep-konsep dan hubungan antar konsep.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ketika menggunakan model pengajaran ini, guru menyajikan contoh-contoh pada siswa, memandu mereka saat mereka berusaha menemukan pola-pola dalam contoh-contoh tersebut, dan memberikan semacam penutup ketika siswa telah mampu mendeskripsikan gagasan yang diajarkan oleh guru. Sehingga ilmu yang telah diberikan guru dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami pengetahuan baru yang menuntut siswa untuk bersikap mandiri.

Inkuiri terbimbing menurut Umar dan Maswan (2004: 3), mendefinisikan bahwa:

Inkuiri terbimbing adalah proses pembelajaran dimana guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat generalisasi.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam bentuk inkuiri terbimbing ini guru bertugas untuk membimbing, mengarahkan, dan


(32)

14

menyediakan kebutuhan-kebutuhan siswa melalui petunjuk-petunjuk prosedur pembelajaran yang telah dirancang sebelum kegiatan pembelajaran

berlangsung. Dengan demikian guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas dari guru yang sesuai dengan petunjuk-petunjuk prosedur pembelajaran yang ada. Sehingga unsur-unsur asas dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat diterapkan dalam satu pertemuan pembelajaran.

Pada pengajaran model inkuiri terbimbing siswa terlibat aktif dalam melakukan suatu kegiatan pembelajaran. Siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan melakukan percobaan atau penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep yang telah ditetapkan oleh guru. Dengan demikian guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, tetapi dalam tahap pembelajaran ini guru membuat rencana pembelajaran atau langkah-langkah percobaan yang memberikan petunjuk dan bimbingan yang cukup luas kepada siswa. Sehingga dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa tetapi guru juga berperan dalam memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa.

Model pembelajaran menurut Sanjaya (2010: 152), bahwa:

Model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru

menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

Berdasarkan kutipan di atas dapat kita simpulkan bahwa dalam pembelajaran inkuiri terbimbing, guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan


(33)

15

kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan, sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak berkuasa dalam kegiatan, oleh sebab itu guru harus memiliki kemampuan dalam mengelola kelas yang bagus lebih efektif dan efisien.

Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran lain menurut Arends dalam Trianto (2011: 22), menyatakan bahwa istilah model pembelajaran mengarahkan pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaknya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.

Model pembelajaran menurut Trianto (2011: 23), mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu:

1. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembanganya;

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimanan siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai)

3. Tingkah laku mengajar yang dipelukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Berdasarkan kutipan di atas dapat kita simpulkan bahwa model pembelajaran memiliki empat cirri khusus yakni rasional maksudnya disusun oleh pencipta dan pembuat LKS itu sendiri, landasan pemikiran maksudnya bagaimana


(34)

16

tujuan pembelajaran itu dicapai oleh siswa, tingkah laku maksudnya tingkah laku guru saat proses belajar mengajar berlangsung apakah dikatakan

berhassil atau tidak, dan lingkungan belajar maksudnya lingkungan belajar yang diperlukan agar semua proses pembelajaran berlangsung secara baik dan mencapai tujuan pembelajaran dengan berhasil.

Model pembelajaran berfungsi sebagai bingkai dari suatu penerapan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran lain menurut Indrawati dalam Trianto (2011: 165), menyatakan bahwa suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi.

Hal ini dikarenakan model-model pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang berfikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi.

Model pembelajaran inkuiri menurut Mudjiono dan Dimyanti (2010: 173), bahwa:

Model inkuiri merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Dalam model inkuiri siswa dirancang untuk terlibat dalam melakukan inkuiri. Model pengajaran inkuiri merupakan model pengajaran yang terpusat oleh siswa. Tujuan utama model inkuiri adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis, dan mampu emecahkan asalah secara ilmiah.

Berdasarkan penjelasan di atas model pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.


(35)

17

Pembelajaran model inkuiri melibatkan siswa dalam lebih aktif melakukan proses pembelajaran.

Stategi inkuiri menurut Gulo dalam Trianto (2011: 166), menyatakan bahwa :

Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Berdasarkan kutipan di atas dapat kita simpulkan bahwa stategi inkuiri adalah rangkaian pembelajaran yang disusun secara maksimal dan sistematis dengan kemampuan pemikiran siswa yang aktif dan kritis untuk mencari dan

menyelidiki permasalahan-permasalahan yang diajukan guru terhadap siswa sehingga siswa dapat menyimpulkan sendiri rumusan masalah dan hipotesis dengan penuh percaya diri.

Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat. Dengan model inkuiri siswa dituntut untuk menemukan sendiri konsep sesuai dengan materi pembelajaran pada saat itu namun tetap dengan bimbingan dari guru.

Kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri menurut Gulo dalam Trianto (2011: 168), diantaranya:

a. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan; b. merumuskan hipotesis; c. mengumpulkan data; d. analisis data; e. membuat kesimpulan.


(36)

18

Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa tahapan dalam pembelajaran inkuiri harus dilaksanakan secara sistematis dari merumuskan masalah

sampai tahap akhir mengaplikasikan kesimpulan, karena jika tidak secara sistematis maka tujuan pembelajaran tidak tercapai sesuai dengan metode inkuiri.

Langkah-langkah inkuri yang tersusun secara sistematis menurut Sanjaya (2011: 201), menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1). Orientasi, 2). Merumuskan masalah, 3). Merumuskan hipotesis, 4). Mengumpulkan data, 5). Menguji hipotesis, 6). Merumuskan kesimpulan

1) Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:

a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa

b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.

c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.


(37)

19

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Teka-teki dalam merumuskan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya

mengembangkan mental melalui proses berpikir. 3) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada siswa adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk merumuskan jawaban sementara atau berbagai perkiraan kemungkinan jawaban.

4) Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang

dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.

5) Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan

pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban bukan hanya


(38)

20

berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6) Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai

kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Prose praktek pembelajaran, pada dasarnya pendekatan inkuiri adalah

menggunakan pendekatan konstruktivistik bahwa setiap siswa sebagai subjek belajar, dibebaskan untuk menciptakan makna dan pengertian baru

berdasarkan interaksi antara apa yang telah dimiliki, diketahui, dipercayai, dengan fenomena, ide atau informasi baru yang dipelajari. Dalam

pembelajaran dengan pendekatan inkuiri siswa akan dihadapkan pada suatu permasalahan yang harus diamati, dipelajari, dan dicermati yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep materi pelajaran dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga siswa dapat meningkatkan pemahaman konsep materi pembelajaran, dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar.

Beberapa kelebihan atau keuntungan mengajar dengan menggunakan metode inkuiri yang dikemukakan oleh Bruner dalam Amin (1979: 12), antara lain :

(1).Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik, (2). Membantu dalam menggunakan ingatan dan transver pada proses belajar yang baru, (3). Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifrnya sendiri, (4). Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri, (5).


(39)

21

Memberikan keputusan yang bersifat intrinsic, (6). Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

Berdasarkan uraian di atas, langkah-langkah inkuiri meliputi orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, merumuskan kesimpulan, serta metode inkuiri dapat merangsang tumbuhnya motifasi intrinsic pada diri siswa untuk belajar dan menemukan jawaban atas masalah yang dihadapinya.

Model Inkuiri memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan model-model pembelajaran lain. Keunggulan model-model inkuiri menurut Hanafiah dan Suhana (2012: 77), yaitu:

(a). membantu peserta didik untuk mengembangkan kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif, (b). peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat

dimengerti dan mengendap dalam pikirannya, (c). dapat

membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi, (d). memperkuat dan menambah

kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta dengan peran guru yang sangat terbatas.

Selain keunggulan, pada pembelajaran inkuiri terdapat pula kelemahan yang pasti dihadapi pada proses pembelajaran baik secara konsep maupun teknis, kelemahan pembelajaran inkuiri menurut Prambudi (2010), yaitu:

(a). model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar, (b). kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan, (c). Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.


(40)

22

Berdasarkan keunggulan dan kelemahan dari proses pembelajaran inkuiri tersebut seorang guru diharapkan mampu untuk mempelajari dan mengatur efisiensi waktu dalam kegiatan proses pembelajaran. Dengan demikian guru dapat mengetahui bahwa model inkuiri apabila diterapkan dalam suatu proses pembelajaran memiliki dampak postif dan dampak negatif. Sehingga dari kedua dampak tersebut guru dapat memahami perbedaan antara proses pembelajaran model inkuiri dengan proses pembelajaran konvensional yang biasa diterapkan.


(41)

23

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research and development). Produk yang dikembangkan adalah LKS berbasis inkuiri. Pengembangan dilaksanakan pada materi Fluida Statis untuk kelas XI IPA-2 di SMA Negeri 15 Bandar Lampung.

B. Subjek Uji Coba Penelitian

Penelitian pengembangan ini dilaksanakan di SMA Negeri 15 Bandar

Lampung. Pada penelitian ini diberlakukan uji coba untuk desain dan materi. Untuk desain pada model produk yang perlu diperbaiki selama tahap uji coba dilakukan oleh subjek penelitian pakar fisika (dosen PMIPA Universitas Lampung). Sedangkan untuk materi yang perlu dibelajarkan pada siswa SMA dilakukan oleh subjek penelitian guru mata pelajaran fisika SMA Negeri 15 Bandar Lampung. Selanjutnya untuk memperoleh data mengenai efektivitas dan kebermanfaatan produk dilakukan oleh subjek penelitian siswa kelas XI IPA-2 SMA Negeri 15 Bandar Lampung.


(42)

24

C. Langkah-Langkah Penelitian

Prosedur penelitian pengembangan berpedoman dari desain penelitian pengembangan media oleh Sugiyono (2008 : 409). Langkah-langkah metode ini meliputi : 1. Potensi dan masalah, 2. Pengumpulan data , 3. Desain Produk, 4. Validasi desain, 5. Revisi desain, 6. Uji coba produk, 7. Revisi produk, 8. Uji coba pemakaian, 9. Revisi desain, dan 10. Produksi massal.

Secara umum susunan tahap-tahap tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan Menurut Sugiyono (2008: 409)

Berdasarkan Gambar 3.1, dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Potensi dan Masalah

Langkah pertama yaitu potensi dan masalah. Penelitian ini berawal dari potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila

didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Dari potensi tersebut maka akan terdapat masalah. Pada penelitian ini terdapat suatu potensi yaitu siswa kelas XI IPA-2 SMA Negeri 15 Bandar Lampung yang sudah memiliki LKS, namun, LKS yang dimiliki belum berbasis inkuiri. Maka Potensi dan Masalah Pengumpulan Data Desain Produk Validasi Desain Revisi Desain Uji Coba Produk Revisi Produk Uji Coba Pemakaian Revisi Produk Produk Massal


(43)

25

potensi tersebut, menimbulkan suatu masalah, yaitu siswa XI IPA-2 SMA Negeri 15 Bandar Lampung belum memiliki LKS berbasis inkuiri.

2. Pengumpulan Data

Berdasarkan potensi dan masalah yang telah diketahui perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk

perencanaan produk tertentu, yang diharapkan dapat mengatasi masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan. Metode yang akan digunakan untuk penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian tujuan yang ingin dicapai. Mengumpulkan informasi penelitian ini dilakukan di SMA 15 Negeri Bandar Lampung dengan cara mengisi angket untuk guru dan untuk siswa. Kemudian hasil dari angket yang telah diisi dianalisis sebagai landasan dalam penyusunan latar belakang penelitian.

3. Desain Produk

Setelah mengumpulkan informasi selanjutnya membuat produk awal dari LKS yang akan dibuat. Produk awal atau rancangan desain lengkap dengan spesifikasinya masih bersifat hippotetik. Dikatakan hipotetik karena efektivitasnya belum terbukti, dan akan dapat diketahui setelah melalui pengujian-pengujian.

4. Validasi Desain

Setiap produk yang telah dikembangkan akan divalidasi. Valiadasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk yang dikembangkan akan lebih efektif dari produk yang lama. Validasi produk dilakukan dengan cara meminta tenaga ahli yang sudah berpengalaman


(44)

26

untuk menilai produk sehingga dapat diketahui kelemahan dan kelebihan. Penilaian dilakukan oleh ahli dari masing-masing bidang tersebut.

Setelah pembuatan produk awal dilakukan perlu adanya validasi desain yang terdiri dari ahli materi dan ahli desain. Ahli desain yang menguji merupakan dosen FKIP Pendidikan Fisika Universitas Lampung untuk mengevaluasi desain produk yang telah dikembangkan. Sedangkan ahli bidang isi/materi dilakukan oleh dosen FKIP Pendidikan Fisika

Universitas Lampung atau guru mata pelajaran fisika untuk mengevaluasi isi/materi pembelajaran fluida statis. Setelah dilakukan validasi desain maka produk yang telah dikembangkan akan mendapat saran-saran perbaikan dari ahli isi/materi pembelajaran.

5. Revisi Desain

Setelah melakukan validasi desain yang terdiri dari uji ahli dan uji isi/materi pembelajaran terhadap produk maka dilakukan revisi.

6. Uji Coba Produk

Dalam penelitian pengembangan, sebuah produk yang telah dikembangkan memerlukan kegiatan uji coba secara bertahap. Pada tahap ini, dilakukan uji satu lawan satu dengan tujuan untuk melihat kesesuaian pembelajaran sebelum tahap uji coba pada uji kelompok kecil atau uji coba pemakaian. Uji satu lawan satu dilakukan oleh dua orang siswa SMA Negeri 15 Bandar Lampung yang dipilih secara acak. Pada tahap ini, siswa menggunakan produk secara individu lalu diberikan angket untuk menyatakan apakah produk sudah menarik, mudah digunakan, dan


(45)

27

membantu siswa dalam proses pembelajaran dengan pilihan “ya” dan “tidak”.

7. Revisi Produk

Setelah dilakukan uji satu lawan satu maka perlu dilakukan revisi atau perbaikan.

8. Uji Coba Pemakaian

Uji coba pemakaian merupakan tahap terakhir dari evaluasi formatif yang dilakukan. Uji lapangan dilakukan kepada satu kelas sampel. Tahap uji coba pemakaian dilakukan dengan cara menggunakan produk yang telah digunakan di lapangan. Setelah pengujian ini mungkin masih ada hal yang harus direvisi dari produk tersebut.

9. Revisi Produk

Hasil uji lapangan yang telah dilakukan dijadikan sebagai bahan revisi dan untuk penyempurnaan produk yang dikembangkan.

10. Pembuatan Produk Masal

Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk yang telah diuji coba dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data sebagai berikut : 1. Metode Observasi

Metode observasi dilakukan untuk mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana di sekolah yang menunjang proses pembelajaran.


(46)

28

2. Metode Angket

Metode angket digunakan untuk mengukur indikator program yang berkenan dengan kriteria pendidikan, tampilan media, dan kualitas teknis. Instrument meliputi angket uji ahli dan angket respon pengguna.

Instrument angket uji ahli digunakan untuk menilai dan mengumpulkan data kelayakan produk sebagai media pembelajaran. Sedangkan instrument angket respon pengguna digunakan untuk menggumpulkan data dan tingkat kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk.

3. Metode Tes Khusus

Metode tes khusus digunakan untuk mengetahui tingkat efektifitas produk yang dihasilkan sebagai media pembelajaran. Tahap ini produk digunakan sebagai sumber belajar, siswa diambil sampel penelitian satu kelas, dimana sampel diambil menggunakan teknik sampling jenuh yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Untuk memenuhi kebutuhan

berdasarkan analisis kebutuhan dan menggunakan desain penelitian One-Shot Case Study.

Gambar desain yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 One-Shot Case Study

Keterangan :

X = Treatment, penggunaan LKS pembelajaran O = Hasil belajar siswa


(47)

29

Tes khusus ini dilakukan oleh satu kelas sampel siswa kelas XI SMA, siswa menggunakan LKS sebagai media pembelajaran, selanjutnya siswa tersebut diberi soal post-test. Hasil post-test dianalisis ketercapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan nilai KKM yang harus terpenuhi.

E. Teknik Analisis Data

Setelah diperoleh data, langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Data hasil observasi angket yang diperoleh dari guru dan siswa digunakan untuk menyusun latar belakang penelitian. Data kesesuaian materi

pembelajaran dan desain pada produk diperoleh dari ahli materi melalui uji/validasi ahli dan ahli desain, yang selanjutnya data yang diperoleh tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Data kemanfaatan produk,

kemenarikan, dan kemudahan penggunaan diperoleh melalaui hasil uji kemanfaatan kepada pengguna secara langsung. Data tingkat efektivitas produk sebagai media pembelajaran diperoleh melalui tes setelah penggunaan produk dilakukan.

Analisis data berdasarkan instrumen uji ahli dan uji kelompok kecil dilakukan untuk menilai sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran. Instrumen uji ahli oleh ahli desain dan ahli isi/materi pembelajaran, memiliki 2 pilihan jawaban sesuai konten

pertanyaan, yaitu: “ya” dan “tidak”. Revisi dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi pilihan jawaban “tidak”, atau para ahli memberikan masukan khusus terhadap LKS berbasis inkuiri yang sudah dibuat.


(48)

30

Data kemenarikan produk diperoleh dari siswa sebagai pengguna pada tahap uji coba satu lawan satu. Angket respon terhadap penggunaan produk untuk uji kemenarikan yang ditujukan kepada siswa kelas XI IPA-2 memiliki empat pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu “tidak menarik”, “kurang menarik”, “menarik”, dan “sangat menarik’. Sedangkan untuk memperoleh data kemudahan produk memiliki empat pilihan jawaban, yaitu : “tidak mudah”,” cukup mudah”,”mudah”, dan “sangat mudah” dan untuk

memperoleh data kemanfaatan produk memiliki empat pilihan jawaban, yaitu “tidak membantu”, “kurang membantu”, “membantu”, dan “sangat

membantu”.

Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Uji Internal dan Eksternal dalam Suyanto (2009) Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor

Sangat menarik Sangat Mudah Sangat membantu 4

Menarik Mudah Membantu 3

Kurang menarik Sulit Kurang membantu 2 Tidak menarik Sangat sulit Tidak membantu 1

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga nilai dapat dicari dengan menggunakan rumus:


(49)

31

Hasil dari nilai yang telah diperoleh kemudian dicari rata-ratanya dari beberapa siswa uji coba dan dikonversikan kepernyataan penilaian untuk menentukan kualitas dan tingkat kemanfaatan, kemudahan, kemenarikan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2:

Tabel 3.2 Konversi Penilaian Akhir Uji Internal dan Eksternal dalam Suyanto (2009)

Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi 4 3,26 - 4,00 Sangat Baik 3 2,51 – 3,25 Baik

2 1,76 – 2,50 Kurang Baik 1 1,01 – 1,75 Tidak Baik

Selain diberikan angket, uji kelompok kecil juga diberikan soal post-test. Soal

post-test ini diberikan setelah pengguna (siswa) menggunakan produk yang telah dibuat. Data hasil post-test digunakan untuk mengukur tingkat

efektivitas media, sebagai pembanding apakah produk yang dibuat efektif atau tidak sebagai media pembelajaran, digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran Fisika di SMA Negeri 15 Bandar Lampung. Dengan ketentuan, apabila 75% nilai siswa yang diberlakukan uji coba telah mencapai KKM, pada mata pelajaran Fisika, dapat disimpulkan produk pengembangan layak dan efektif digunakan dalam proses


(50)

46

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan penelitian pengembangan ini adalah:

1. Produk LKS yang dihasilkan pada pembelajaran fisika adalah LKS yang berbasis inkuiri terbimbing pada pembelajaran fisika SMA materi fluida statis.

2. Kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan LKS berbasis inkuiri pada materi fluida statis diperoleh skor nilai rata-rata untuk kemenarikan 3,30 dengan kriteria sangat menarik, untuk kemudahan 3,28 dengan kriteria sangat mudah, dan untuk kemanfaatan 3,36 dengan kriteria sangat bermanfaat.

3. Keefektifan LKS berbasasis inkuiri pada materi fluida statis diperoleh hasil belajar siswa yang mencapai nilai rata-rata 77,29 dengan presentase ketuntasan 85,29% pada uji lapangan terhadap siswa kelas XI IPA-2 SMA Negeri 15 Bandar Lampung maka LKS dinyatakan efektif digunakan sebagai media pembelajaran karena presentase ketuntasan lebih dari 75%.


(51)

47

B. Saran

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Sebaiknya dilakukan kegiatan penelitian lanjutan untuk menghasilkan LKS berbasis inkuiri terbimbing untuk pokok bahasan lain, atau LKS fisika dengan menggunakan model pembelajaran lain, disesuaikan dengan pokok bahasannya.

2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat keefektifan LKS dalam lingkup yang lebih luas dibeberapa tempat dengan situasi yang berbeda


(52)

48

DAFTAR PUSTAKA

Amin 1979. Apakah Metode Discovery Dan Inquiry Itu. Yogyakarta : FKIP IKIP.

David A, Jacobsen. 2009. Methods for Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Eds Revisi Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Emzir, M. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Hanafiah, Nana dan Suhana, Cucu. 2012. Konsep Stratregi Pembelajaran.

Bandung: Refika Aditama.

Lestari, Ika. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: Akademia Permata.

Kusnandiono. 2009. Lembar Kerja Siswa. (Online) tersedia di: http://kusnan-kentus.blogspot.com/2009/05/lks.html. Diakses pada tanggal 14 Desember 2014.

Mudjiono dan Dimyati. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Prambudi, Shoim. 2010. Bisik-bisik Tetangga Strategi Pembelajaran Inkuiri. (Online) tersedia di: http://shoimprambudi.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 19 November 2014.

Priyanto dan Harnoko.1997. Perangkat Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. Rohaeti, Eli Widjajanti dan E. Padmaningrum, Tutik Regina. 2008. Kualitas

Lembar Kerja Siswa. Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal inovasi pendidikan, vol 10. No 1. Mei 2009.

Rusdi, Andi. 2010. Perangkat Pembelajaran. (Online) tersedia di:

www.Wordpress.com: http://anrusmath.wordpress.com. Diakses pada tanggal 2 April 2012.

Salim, Arif Nur. 2012. Media Interaktif. (Online) tersedia: http://ratancamedia. blogspot.co.uk. Diakses pada tanggal 26 Februari 2015.


(53)

49

Sanjaya, Wina. 2010. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

___________. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Trianto. 2010. perangkat Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Prestasi Pustaka

Publisher.

______. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Umar, Irfan Naufal dan Maswan, Sajap. 2004. Aplikasi Pendekatan Inkuiri Dalam Persekitaran Pembelajaran. (Online) tersedia di:

http://www.sajadstudio.info/paperwork/meta_terengganu.pdf. Diakses pada tanggal 15 Desember 2014.


(1)

Data kemenarikan produk diperoleh dari siswa sebagai pengguna pada tahap uji coba satu lawan satu. Angket respon terhadap penggunaan produk untuk uji kemenarikan yang ditujukan kepada siswa kelas XI IPA-2 memiliki empat pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu “tidak menarik”, “kurang menarik”, “menarik”, dan “sangat menarik’. Sedangkan untuk memperoleh data kemudahan produk memiliki empat pilihan jawaban, yaitu : “tidak mudah”,” cukup mudah”,”mudah”, dan “sangat mudah” dan untuk

memperoleh data kemanfaatan produk memiliki empat pilihan jawaban, yaitu “tidak membantu”, “kurang membantu”, “membantu”, dan “sangat

membantu”.

Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Uji Internal dan Eksternal dalam Suyanto (2009) Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor

Sangat menarik Sangat Mudah Sangat membantu 4

Menarik Mudah Membantu 3

Kurang menarik Sulit Kurang membantu 2

Tidak menarik Sangat sulit Tidak membantu 1 Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga nilai dapat dicari dengan menggunakan rumus:


(2)

beberapa siswa uji coba dan dikonversikan kepernyataan penilaian untuk menentukan kualitas dan tingkat kemanfaatan, kemudahan, kemenarikan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2:

Tabel 3.2 Konversi Penilaian Akhir Uji Internal dan Eksternal dalam Suyanto (2009)

Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi 4 3,26 - 4,00 Sangat Baik 3 2,51 – 3,25 Baik

2 1,76 – 2,50 Kurang Baik 1 1,01 – 1,75 Tidak Baik

Selain diberikan angket, uji kelompok kecil juga diberikan soal post-test. Soal post-test ini diberikan setelah pengguna (siswa) menggunakan produk yang telah dibuat. Data hasil post-test digunakan untuk mengukur tingkat

efektivitas media, sebagai pembanding apakah produk yang dibuat efektif atau tidak sebagai media pembelajaran, digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran Fisika di SMA Negeri 15 Bandar Lampung. Dengan ketentuan, apabila 75% nilai siswa yang diberlakukan uji coba telah mencapai KKM, pada mata pelajaran Fisika, dapat disimpulkan produk pengembangan layak dan efektif digunakan dalam proses


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan penelitian pengembangan ini adalah:

1. Produk LKS yang dihasilkan pada pembelajaran fisika adalah LKS yang berbasis inkuiri terbimbing pada pembelajaran fisika SMA materi fluida statis.

2. Kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan LKS berbasis inkuiri pada materi fluida statis diperoleh skor nilai rata-rata untuk kemenarikan 3,30 dengan kriteria sangat menarik, untuk kemudahan 3,28 dengan kriteria sangat mudah, dan untuk kemanfaatan 3,36 dengan kriteria sangat bermanfaat.

3. Keefektifan LKS berbasasis inkuiri pada materi fluida statis diperoleh hasil belajar siswa yang mencapai nilai rata-rata 77,29 dengan presentase ketuntasan 85,29% pada uji lapangan terhadap siswa kelas XI IPA-2 SMA Negeri 15 Bandar Lampung maka LKS dinyatakan efektif digunakan sebagai media pembelajaran karena presentase ketuntasan lebih dari 75%.


(4)

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Sebaiknya dilakukan kegiatan penelitian lanjutan untuk menghasilkan LKS berbasis inkuiri terbimbing untuk pokok bahasan lain, atau LKS fisika dengan menggunakan model pembelajaran lain, disesuaikan dengan pokok bahasannya.

2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat keefektifan LKS dalam lingkup yang lebih luas dibeberapa tempat dengan situasi yang berbeda


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amin 1979. Apakah Metode Discovery Dan Inquiry Itu. Yogyakarta : FKIP IKIP.

David A, Jacobsen. 2009. Methods for Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Eds Revisi Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Emzir, M. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Hanafiah, Nana dan Suhana, Cucu. 2012. Konsep Stratregi Pembelajaran.

Bandung: Refika Aditama.

Lestari, Ika. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: Akademia Permata.

Kusnandiono. 2009. Lembar Kerja Siswa. (Online) tersedia di: http://kusnan-kentus.blogspot.com/2009/05/lks.html. Diakses pada tanggal 14 Desember 2014.

Mudjiono dan Dimyati. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Prambudi, Shoim. 2010. Bisik-bisik Tetangga Strategi Pembelajaran Inkuiri. (Online) tersedia di: http://shoimprambudi.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 19 November 2014.

Priyanto dan Harnoko.1997. Perangkat Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. Rohaeti, Eli Widjajanti dan E. Padmaningrum, Tutik Regina. 2008. Kualitas

Lembar Kerja Siswa. Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal inovasi pendidikan, vol 10. No 1. Mei 2009.

Rusdi, Andi. 2010. Perangkat Pembelajaran. (Online) tersedia di:

www.Wordpress.com: http://anrusmath.wordpress.com. Diakses pada tanggal 2 April 2012.

Salim, Arif Nur. 2012. Media Interaktif. (Online) tersedia: http://ratancamedia. blogspot.co.uk. Diakses pada tanggal 26 Februari 2015.


(6)

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

___________. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Trianto. 2010. perangkat Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Prestasi Pustaka

Publisher.

______. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Umar, Irfan Naufal dan Maswan, Sajap. 2004. Aplikasi Pendekatan Inkuiri Dalam Persekitaran Pembelajaran. (Online) tersedia di:

http://www.sajadstudio.info/paperwork/meta_terengganu.pdf. Diakses pada tanggal 15 Desember 2014.